Anda di halaman 1dari 13

MENENTUKAN URUTAN PRIORITAS PEMILIHAN GUDANG

SUBDISTRIBUTOR DI PT. X
MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS
Tjutju Tarliah Dimyati1), Arie Rahmat Ginanjar2)
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan
Email1): tjutjutarliah@unpas.ac.id Email2): arie.rginanjar@gmail.com

ABSTRAK

PT.X merupakan perusahaan distributor makanan ringan dan minuman, pendistribusian yang dilakukan
ialah dari pusat dikirim ke distributor di berbagai wilayah yang dikirim ke konsumen berdasarkan
banyaknya permintaan. Pusat distributor berada di wilayah Surakarta yang melayani 7 daerah yaitu
Wonogiri, Sragen, Karanganyar, Sukoharjo, Klaten, Boyolali, dan Solo. Melayani beberapa macam outlet
yaitu 248 grosir, 886 retailer, 546 semigrisir, 24 chainstore, dan 57modern market. Kebutuhan untuk setiap
wilayah tersebut dilayani oleh salesman yang sebelumnya sudah melakukan order dan akan dikirim sesuai
kebutuhan yang dipesan, pengiriman kepada kosumen tersebut menggunakan 10 armada dalam
pemenuhan setiap konsumen. Hal tersebut menjadikan pelayanan dalam pemenuhan kebutuhan konsumen
tidak sepenuhnya terpenuhi karena minimnya armada dan luasnya cakupan wilayah yang dilayani
membuat waktu yang dibutuhkan lama. Banyaknya cakupan pemasarannya menjadikan jauhnya
pendistribusian yang harus dilakukan. Jauhnya jarak tempuh dalam pendistribusian perlu adanya
penyusunan jalur pendistribusian yaitu dengan penambahan gudang subdistributor untuk memperpendek
jalur pendistribusian yang awalnya dari gudang pusat ke distributor dan dikirim ke konsumen menjadi
dikirim terlebih dahulu ke gudang subdistributor sebelum ke konsumen agar dapat menjangkau wilayah
yang sebelumnya tidak dapat terpenuhi dalam pemesanannya. Pemilihan gudang subdistributor dilakukan
dengan menentukan urutan prioritas pemilihan gudang menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP).
Penentuan urutan tersebut berdasarkan nilai bobot yang didapatkan dari setiap alternatif lokasi untuk
acuan pengambilan keputusan dalam penentuan lokasi gudang subdistributor. Perolehan nilai bobot
masing-masing alternatif dalam menentukan urutan prioritas pemilihan gudang subdistributor yaitu Pojok
TK dengan bobot 15,233, Wahyu Grosir dengan bobot 14,480, Kiem UD dengan bobot 11,856, Hery Grosir
dengan bobot 11,352, Mifta Abadi dengan bobot 9,556, Subur Jaya dengan bobot 9,233, Berkat UD dengan
bobot 6,653.
Kata kunci: Distribusi barang, Urutan Prioritas, Analytic Hierarchy Process (AHP)

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang yang diinginkan sampai kepada tangan
Pendistribusian produk merupakan salah konsumen.
satu aspek dalam pemasaran tujuannya ialah
PT. X merupakan salah satu distributor
menyalurkan hasil produksi dari produsen sampai
makanan ringan dan minuman. Pendistribusian
ke konsumen. Kegiatan pendistribusian ini
yang dilakukan PT. X ini ialah dari pusat dikirim
menjadi kegiatan yang tidak akan terlepas dari
ke distributor di berbagai wilayah yang nantinya
kehidupan sehari-hari karena pada dasarnya
dikirim ke konsumen berdasarkan permintaan.
manusia membutuhkan makanan, pakaian dan
Pusat distributor berada di wilayah Surakarta
lainnya untuk dipergunakan. Distribusi menjadi
yang melayani 7 daerah yaitu Wonogiri, Sragen,
salah satu hal sangat penting karena apabila tidak
Karanganyar, Sukoharjo, Klaten, Boyolali, dan
adanya distribusi maka tidak akan bisa produk
Solo. Wilayah ini melayani beberapa macam
outlet yaitu grosir, retailer, chainstore dan 3. Bagaimana nilai bobot untuk setiap alternatif
modern market. Pengiriman produk ke 7 daerah calon gudang subdistributor ?
tersebut dilakukan oleh distributor yang
sebelumnya akan dilayani oleh salesman untuk 1.3 Tujuan Penelitian
kebutuhan yang diperlukan dari setiap outlet yang Adapun tujuan penelitian adalah sebagai
nantinya salesman akan melakukan pengambilan berikut:
pemesanan setelah satu hari dilakukannya order
tersebut. 1. Menentukan kriteria dan sub kriteria
pemilihan gudang subdistributor berdasarkan
Pengiriman pesanan dari distributor ke 7 kuesioner yang diisi oleh responden.
daerah tersebut PT. X ini menggunakan 10 2. Menentukan bobot dari setiap kriteria dan sub
armada untuk memenuhi kebutuhan setiap kriteria berdasarkan penilaian responden.
daerahnya. Banyaknya cakupan pemasarannya 3. Menentukan urutan bobot setiap alternatif
menjadikan jauhnya pendistribusian yang harus lokasi gudang subdistributor.
dilakukan, karena waktu yang terbatas dan jarak
yang jauh salesman tidak dapat memenuhi semua 1.4 Manfaat Penelitian
pesanan konsumen.
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai
Oleh sebab itu jauhnya jarak tempuh dalam preferensi pengambilan keputusan dalam
pendistribusian perlu adanya penyusunan jalur pemilihan gudang subdistributor.
pendistribusian yaitu dengan penambahan
gudang subdistributor yang nantinya pesanan 1.5 Batasan Masalah Penelitian
dikirim oleh distributor ke gudang subdistributor Adapun batasan masalah dan asumsi
dan gudang subdistributor mengirimkan pesanan Penelitian ini dilakukan sampai tahap
ke setiap outlet yang memesan. Penambahan pembobotan performansi setiap calon lokasi
gudang subdistributor ini agar pendistribusian gudang subdistributor. Responden menguasai
yang dilakukan oleh perusahaan dapat atau tahu persis permasalahan mengenai lokasi
menjangkau daerah yang sebelumnya tidak dapat gudang subdistributor.
terpenuhi dalam pemesanannya.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Penentuan lokasi gudang subdistributor
2.1 Supply Chain Management
dipilih berdasarkan performansi dari setiap calon
Manajemen rantai pasok (supply chain
gudang subdistributor. Bobot performansi yang
management) menggambarkan koordinasi dari
didapatkan dari setiap calon distributor
keseluruhan kegiatan rantai pasokan, dimulai dari
dimaksudkan adalah nilai yang didapat dari
bahan baku dan diakhiri dengan pelanggan yang
masing-masing kriteria yang menjadi acuan
puas. Tujuan dari manajemen rantai pasokan
untuk pengambilan keputusan dalam memilih
adalah untuk mengkoordinasi kegiatan dalam
calon lokasi subdistributor. Penentuan bobot
rantai pasokan untuk memaksimalkan
tersebut dilakukan dengan menggunakan metode
keunggulan kompetitif dan manfaat dari rantai
Analytic Hierarchy Process (AHP).
pasokan bagi konsumen akhir. (Heizer dan
1.2 Perumusan Masalah Render, 2015)

Perumusan masalah dilihat dari latar Keuntungan-keuntungan dari supply chain dapat
belakang masalah di atas, dapat dirumuskan diperoleh sebagai berikut:
sebagai berikut:
1. Mengurangi inventory barang
1. Kriteria dan sub kriteria apa saja yang
2. Menjamin kelancaran penyediaan barang
menjadi dasar penentuan urutan prioritas
pemilihan gudang subdistributor ?
2. Bagaimana bobot dari setiap kriteria dan sub 2.2 Strategi dalam Supply Chain
kriteria yang menjadi dasar penentuan urutan Strategi supply chain dapat diartikan
prioritas pemilihan gudang subdistributor ? sebagai kumpulan kegiatan dan aksi strategis di
sepanjang supply chain yang menciptakan ini sering dikaitkan dengan koridor
rekonsiliasi antar apa yang dibutuhkan pelanggan transportasi, ukuran dan karakteristik
akhir dengan kemampuan sumber daya yang ada geografis.
pada supply chain tersebut (Pujawan, 2010). 3. Layanan Logistik Pihak Ketiga.
Tujuan-tujuan strategis perlu dicapai Pusat logistic menawarkan tingkat
untuk bisa memenangkan persaingan pasar maka beragam layanan, termasuk layanan
supply chain harus bisa menyediakan produk logistik pihak ke tiga (TPL) yang
yang murah, berkualitas, tepat waktu, bervariasi. disediakan transportasi dan solusi logistik
Tujuan-tujuan tersebut mampu dicapai apabila terpadu. Sejauh mana pusat logistik
memiliki kemampuan untuk: menawarkan jasa logistik terpadu dan
1. Beroperasi secara efisien. variasinya, karena ini merupakan factor
2. Menciptakan kualitas. yang dapat digunakan untuk membedakan
3. Cepat. berbagai tingkat pengembangan logistics
4. Fleksibel. center.
5. Inovatif. 4. Nilai Tambah Layanan Logistik.
Logistics center memiliki kecenderungan
2.3 Strategi Lokasi mengembangkan dan menawarkan nilai
Aspek yang menjadi pertimbangan dalam tambah logistik (VAL), karena kegiatan ini
mengembangkan logistics center yaitu sebagai menambah nilai langsung ke produk.
berikut (Rimiene & Grundey, 2007 dan Dalam hal ini, layanan VAL meliputi
Johannsen et.al.2007): manjemen persediaan, pengolahan barang,
pemeriksaan, label, kemasan, bar-coding,
1. Cakupan Geografis. pick-up, perakitan akhir, semi manufaktur,
Faktor cakupan geofrafis wilayah yang pemeliharaan dan perbaikan, logistik daur
dilayani oleh pusat logistic menjadi elemen ulang, kontrol kualitas, pengujian,
pertama. Skala layanan logistics center, instalasi, menambahkan intruksi menual,
termasuk tingkat distribusi regional, serta kustominasi produk.
nasional, atau melayani wilayah geografis 5. Layanan Komersial dan Umum.
yang lebih besar dengan cakupan Beberapa logistics center mengembangkan
internasional, akan menunjukkan kekuatan usaha komersial yang beragam terhadap
logistics center. Jalur perdagangan masyarakat sekitar. Kegiatan komersial,
sebagian dapat digunakan untuk seperti restoran, hotel, toko ritel, pusat
menunjukkan tingkat internasionalisasi, perbelanjaan, ruang kantor non-angkutan,
seperti rantai pasokan yang mencakup lembaga keuangan, dan kegiatan sejenis
beberapa negara dan dapat meluas ke lainnya, yang dapat digunakan oleh
beberapa ribu mil dari satu benua ke benua masyarakat sebagai layanan komersial.
lain. 6. Bea dan Administrasi.
2. Moda Transportasi. Dalam rangka memfasilitasi perdagangan
Pengambangan intermodal adalah satu fitur dan pengembangan bisis, beberapa pusat
dasi logistics center, namun ada beberapa logistik memberikan jasa custom
jenis logistics center di mana aspek clearance, menangani dokumen ekspor dan
intermodaliti terbatas pada moda impor barang.
transportasi tertentu. Ada logistics center 7. Pemasaran.
yang mencakup semua moda transportasi Ada banyak cara bagi logistics center
dan ada juga jenis lain yang lebih khusus, dalam mengembangkan bisnis yang
seperti dry port, interporto, dan hub, yang dilakukan. Cakupan layanan logistik dapat
biasanya mengandalkan transportasi jalan dipromosikan dan dipasarkan kepada pihak
dan kereta api. Ada juga beberapa pusat local dan luar negeri untuk memanfaatkan
logistik yang dapat mengakses semua logistics cente, merupakan faktor yang
moda transportasi tetapi tidak dilengkapi mencerminkan pengakuan strategis di
kegiatan transshipment. Moda transportasi tingkat nasional dan internasional.
8. Kolaborasi Horizontal dan Jaringan. Metode ini merupakan salah satu model
Semua logistics center merupakan bagian pengambilan keputusan multi kriteria yang dapat
dari jaringan aliran barang yang lebih membantu kerangka berpikir manusia di mana
besar, tetapi ada perbedaan kedalaman faktor logika, pengalaman, pengetahuan, emosi,
kerjasama satu sama lain. Jaringan logistics dan rasa dioptimasikan ke dalam suatu proses
center ini, sebaliknya secara eksplisit sistematis. Menggunakan metode ini, suatu
sebagai bagian dari kelomppok logistics masalah yang rumit dan tak berstruktur perlu
center lainnya yang bekerja dan saling terlebih dahulu dipecah dalam berbagai
membantu, berdasarkan kerjasama saling komponennya yang disusun dalam hierarki. (Suci
menguntungkan dan berkesinambungan, Wigati, 2009)
yang ditunjukkan dengan ikatan formal.
Misalnya, berkoordinasi dalam layanan 2.5.1. Prinsip-Prinsip Analytic Hierarchy
jangka pendek dan panjang, pada Process (AHP)
penggunaan bersama ruang gudang, atau Pengambilan keputusan dalam
“pertukaran barang” untuk meningkatkan metodologi AHP didasarkan atas 4 prinsip dasar,
faktor beban kendaraan dan lainnya. yaitu (Reny Rahmayanti, 2010):
1. Decomposition
2.4. Metode Mengevaluasi Alternatif Setelah persoalan didefinisikan, tahapan
Lokasi yang perlu dilakukan adalah decomposition
Tiga metode utama yang digunakan untuk yaitu memecah persoalan-persoalan yang
memecahkan permasalahan lokasi (Heizer dan utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin
Render, 2015), yaitu: mendapatkan hasil akurat, pemecahan juga
dilakukan terhadap unsur-unsurnya
1. Metode pemeringkatan faktor sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari
2. Analisis biaya-volume lokasi. persoalan tadi.
3. Metode pusat gravitasi. 2. Comparative Judgement
Prinsip ini berarti membuat penilaian
2.5. Analytical Hierarchy Process (AHP) tentang kepentingan relatif dua elemen pada
Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah suatu tingkat tertentu dalam kaitannya
pendekatan dasar untuk pengambilan keputusan. dengan kriteria di atasnya. Penilaian ini
Ini dirancang untuk mengatasi baik rasional merupakan inti dari AHP, karena ia akan
maupun intuitif untuk memilih yang terbaik dari berpengaruh dalam menentukan prioritas
sejumlah alternatif yang dievaluasi berkenaan dari elemen-elemen yang ada sebagai dasar
dengan beberapa kriteria. (Thomas L. Saaty, Luis pengambilan keputusan. Hasil dari penilaian
Gonzalez Vargas, 2001) ini disajikan dalam bentuk matriks yang
dinamakan matriks perbandingan
Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah
berpasangan (pairwise comparison).
suatu teori umum tentang pengukuran, digunakan
3. Synthesis of Priority
untuk menemukan skala rasio baik dari
Dari setiap matriks pairwise comparison
perbandingan pasangan yang diskrit maupun
(perbandingan berpasangan) kemudian
kontinyu. Perbandingan-perbandingan ini dapat
dicari eigen vector dari setiap matriks
diambil dari ukuran aktual dari suatu skala dasar
perbandingan berpasangan untuk
yang mencerminkan kekuatan perasaan dan
mendapatkan local priority karena matriks
prefentif relatif. Prinsip-prinsip dasar teori
perbandingan berpasangan terdapat pada
Analytical Hierarchy Process (AHP) diantaranya
setiap tingkat, maka untuk mendapatkan
yaitu: skala ukuran panjang (meter), temperatur
global priority harus dilakukan sintesis di
(derajat), waktu (detik/menit/jam) dan uang
antara local priority. Prosedur melakukan
(mata uang) telah digunakan dalam kehidupan
sintesis berbeda menurut hierarki.
sehari-hari untuk mengukur bermacam-macam
4. Logical Consistency
kejadian yang sifatnya fisik. (Thomas L. Saaty,
Konsistensi memiliki dua makna. Pertama
Luis Gonzalez Vargas, 2001)
adalah objek-objek yang serupa dapat
dikelompokkan sesuai dengan keseragaman Tabel 1 Matriks Perbandingan Berpasangan
dan relevansi. Contohnya, anggur dan C A1 A2 A3 ..... An
kelereng dapat dikelompokkan sesuai
dengan himpunan yang seragam jika “bulat”
merupakan kriterianya. Tetapi tidak dapat A1 a11 a12 a13 a1n
jika “rasa” sebagai kriterianya. Arti kedua
adalah menyangkut tingkat hubungan antara
A2 a21 a22 a23 a2n
objek-objek yang didasarkan pada kriteria
tertentu.
A3 a31 a32 a33 a3n
2.5.2. Penyusunan Struktur Hierarki
Masalah
Hierarki masalah disusun untuk ..... .....
membantu proses pengambilan keputusan dengan
memperhatikan seluruh elemen keputusan yang
An a1n a2n a3n ..... anm
terlibat dalam sistem. Sebagian besar masalah
menjadi sulit untuk diselesaikan karena proses
pemecahannya dilakukan tanpa memandang Sumber: (Thomas L. Saaty, 1994)
masalah sebagai sistem dengan suatu struktur
tertentu. (Thomas L. Saaty, 1994) Nilai a11 adalah nilai perbandingan elemen
A1 (baris) terhadap A1 (kolom) yang menyatakan
Tujuan hubungan:
1. Seberapa jauh tingkat kepentingan A1 (baris)
Kriteria Kriteria
terhadap kriteria C dibandingkan dengan A1
Sub Kriteria Sub Kriteria Sub Kriteria Sub Kriteria
(kolom), atau
2. Seberapa jauh dominasi A1 (baris) terhadap
Alternatif Alternatif
A1 (kolom), atau
3. Seberapa banyak sifat kriteria C terdapat
Gambar 1 Contoh Struktur Hierarki (Thomas L.
pada A1 (baris) dibandingkan dengan A1
Saaty, 1994)
(kolom).
2.5.3. Penyusunan Prioritas
Analytical Hierarchy Process (AHP) 2.5.4. Penilaian Matriks Berpasangan
menggunakan prinsip komposisi hierarkis untuk Penilaian perbandingan berpasangan
memperoleh prioritas gabungan dari alternatif dalam AHP diterapkan pada pasangan elemen
sehubungan dengan beberapa kriteria dari homogen. Skala ini telah divalidasi untuk
prioritas sehubungan dengan setiap kriteria. Ini efektivitas, tidak hanya dalam banyak aplikasi
terdiri dari mengalikan setiap prioritas dari suatu oleh sejumlah orang, tetapi juga melalui
alternatif dengan prioritas dari kriteria yang pembenaran teoritis tentang skala apa yang harus
sesuai dan menambahkan semua kriteria untuk digunakan dalam perbandingan unsur-unsur
mendapatkan prioritas keseluruhan dari alternatif homogen. (Thomas L. Saaty, Luis Gonzalez
itu. (Thomas L. Saaty, Luis Gonzalez Vargas, Vargas, 2001)
2001)
Misalkan terdapat suatu subsistem
hierarki dengan kriteria C dan sejumlah n
alternatif di bawahnya, Ai sampai An.
Perbandingan antar alternatif untuk subsistem
hierarki itu dapat dibuat dalam bentuk matriks n
x n, seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 2 Skala Penilaian Perbandingan Tabel 3 Lanjutan Skala Penilaian Perbandingan
Skala Diberikan bila
Tingkat Definisi Keterangan terdapat
kepentingan keraguan
penilaian antara
Kedua elemen Nilai
2,4,6,8 dua penilaian
Sama mempunyai tengah
1 yang
pentingnya pengaruh yang berdekatan
sama dengan
Pengalaman pasangannya
dan penilaian Sumber: Thomas L. Saaty (1994)
sedikit
Sedikit
memihak satu Pengertian nilai tengah–tengah adalah
3 lebih
elemen jika elemen A sedikit lebih penting dari elemen
penting
dibandingkan B, maka selayaknya memberikan nilai 3, namun
dengan jika nilai 3 tersebut dianggap masih terlalu besar
pasangannya dan nilai 1 masih terlalu kecil, maka nilai 2 harus
kita berikan untuk prioritas antara elemen A dan
Pengalaman B.
dan penilaian
sangat 2.5.5. Perhitungan Bobot Prioritas
Lebih memihak satu Perhitungan untuk memperoleh nilai
5
penting elemen bobot kriteria adalah sebagai berikut:
dibandingkan
dengan 1. Jumlah nilai kolom matriks berpasangan
pasangannya (menjumlahkan masing-masing nilai elemen
kolom yang bersesuaian).
Satu elemen 2. Nilai pada setiap sel matriks dibagi dengan
sangat disukai jumlah kolom matriks berpasangan yang
dan secara bersesuaian.
praktis 3. Jumlah nilai elemen baris (menjumlahkan
Sangat
7 dominasinya masing-masing sel pada baris yang
penting
sangat nyata bersesuaian).
dibandingkan 4. Nilai bobot elemen atau nilai rata-rata
dengan (jumlah nilai elemen baris dibagi dengan
pasangannya jumlah kriteria yang dinilai)
Satu elemen Dapat dituliskan dengan rumus sebagai
terbukti mutlak berikut:
lebih disukai ∑ Nilai elemen baris matriks
Mutlak dibandingkan EV = (II.1)
N (Jumlah kriteria yang dinilai)
9 lebih dengan
penting pasangannya,
pada tingkat
keyakinan yang 2.5.6. Menghitung Nilai Eigen Vector
tertinggi (EV), λmaks, Consistency Indeks
(CI), dan Consistency Ratio (CR)
Secara umum dapat dituliskan sebagai
berikut:
λmaks = EV (Jumlah kolom x 3. Rancangan Penelitian
(II.2)
bobot normal) Tahapan ini yaitu pengolahan data yang
dilakukan dengan menggunakan metode Analytic
Hierarchy Process (AHP), langkah-langkahnya
sebagai berikut:
(λmaks − n)
CI = (II.3)
(n − 1) 1. Mengidentifikasi pakar yang berperan dalam
pemilihan lokasi gudang subdistributor.
Pakar yang dipilih yaitu 2 orang dengan
pertimbangan bahwa keduanya ini
CI merupakan orang yang menguasai atau tahu
CR = (II.4) persis permasalahan mengenai lokasi
IR
gudang.
2. Menyusun kriteria dalam kuesioner
berlandaskan delapan kriteria yang
2.5.7. Pengujian Konsistensi Hierarki diusulkan oleh Rimiene & Grundey (2007)
Perhitungannya adalah sebagai berikut: dan Johannsen et.al. (2007). Kuesioner diisi
oleh pakar yang telah ditentukan dalam
1. Perbandingan antara kriteria yang dilakukan pengambilan keputusan.
untuk seluruh hierarki akan menghasilkan 3. Menetapkan hasil kuesioner kriteria yang
beberapa matriks perbandingan terpilih. Setelah terpilih maka menentukan
berpasangan. Setiap matriks akan sub kriteria pada masing-masing kriteria
mempunyai beberapa hal sebagai berikut: tersebut yang nantinya digunakan untuk
a. Satu kriteria yang akan menjadi acuan penentuan urutan prioritas pemilihan gudang
perbandingan antara kriteria pada tingkat subdistributor.
hierarki dibawahnya. 4. Menyusun kuesioner kriteria dan sub kriteria
b. Nilai bobot untuk kriteria tujuan tersebut, yang terpilih.
relatif terhadap kriteria ditingkat lebih 5. Menentukan struktur hierarki model
tinggi. keputusan, kriteria, sub kriteria, dan
c. Nilai CI (consistency index) untuk alternatif keputusan.
matriks perbandingan berpasangan 6. Menyusun matriks perbandingan
tersebut. berpasangan. Matriks tersebut digunakan
d. Nilai RI (random index) untuk matriks untuk membandingkan masing-masing
perbandingan berpasangan tersebut. kriteria dan sub kriteria yang nantinya akan
2. Melakukan perkalian nilai CI (consistency digunakan sebagai inputan pada software
index) dengan bobot kriteria untuk setiap expert choice (EC)
matriks perbandingan. Maka akan 7. Mengolah data hasil kuesioner
dihasilkan nilai CIH (Consistency Indeks of menggunakan software expert choice (EC)
Hierarcy). untuk menentukan nilai pembobotan
3. Kalikan nilai RI (random index) dengan performansi setiap calon gudang
bobot acuan dan jumlahkan, maka akan subdistributor.
dihasilkan nilai RIH (Random Indeks of
Hierarcy).
4. Pembagian nilai CIH dengan RIH maka
akan didapatkan nilai CRH (consistency
ratio of hierarchy). Nilai CRH ini sama
dengan matriks perbandingan berpasangan,
hierarki yang dinilai konsisten jika CRH
Lebih kecil atau sama dengan 0,10 (CRH ≤
0,10).
Mulai 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1 Penentuan Kriteria Performansi
Calon Lokasi Gudang
Menentukan kriteria, sub
kriteria, dan alternatif hierarki Tabel 4 Nilai Historis Performansi Calon
Lokasi Gudang
Menentukan responden

Menyusun kuesioner

Pengisian kuesioner oleh


responden Tabel 5 Lanjutan Nilai Historis Performansi
Calon Lokasi Gudang
Pembobotan setiap kriteria
beserta sub kriteria menggunakan
software expert choice

Tidak
CR 0,10 ? Keterangan Skala:
1 = Tidak Baik
Ya 2 = Kurang Baik
3 = Cukup Baik
Nilai dari bobot kriteria dan sub 4 = Baik
kriteria dikalikan dengan historis 5 = Baik Sekali
performansi setiap calon lokasi
gudang
Penentuan kriteria untuk performansi
calon lokasi gudang mengacu pada 8 kriteria
Nilai bobot performansi setiap yang disusun oleh Rimiene & Grundey (2007)
calon lokasi gudang dan Johannsen et.al. (2007). Yaitu sebagai
berikut:
1. Cakupan Geografis
Urutan prioritas calon lokasi 2. Moda Transportasi
gudang 3. Layanan Logistik Pihak Ketiga
4. Nilai Tambah Layanan Logistik
5. Layanan Komersial dan Umum
6. Bea dan Administrasi
Selesai
7. Pemasaran
Gambar 2 Flowchart pengolahan data 8. Kolaborasi Horizontal dan Jaringan
menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP)
Kriteria-kriteria tersebut diajukan dalam
kuesioner kepada pakar perusahaan yang menjadi
pengambil keputusan untuk menentukan urutan
prioritas pemilihan gudang subdistributor.
Tabel 6 Tingkat Kepentingan Kriteria Penilaian 4. Pemasaran
Kepala Cabang a. Pemasaran langsung
Tingkat Kepentingan
No. Kriteria
1 2 3 4 5 b. Pemasaran tidak langsung
1 Cakupan Geografis X
2 Transportasi X
3 Layanan Logistik Pihak Ketiga X
4.2 Penentuan Bobot Kriteria dan Sub
4 Nilai Tambah Layanan Logistik X Kriteria
5 Layanan Komersial dan Umum X Kriteria dan sub kriteria yang terpilih akan
6 Bea dan Administrasi X
7 Pemasaran X digunakan pada kuesioner, penyusunan kuesioner
8 Kolaborasi Horizontal dan Jaringan X ialah untuk menentukan bobot pada kriteria dan
Tabel 7 Tingkat Kepentingan Kriteria Penilaian
sub kriteria. Kuesioner tersebut adalah sebagai
Kepala Gudang berikut:
Tingkat Kepentingan
No. Kriteria
1 2 3 4 5 1. Kuesioner Penilaian Kepala Cabang
1 Cakupan Geografis X Tabel 8 Perbandingan tingkat kepentingan
2 Transportasi X
terhadap tujuan
3 Layanan Logistik Pihak Ketiga X
4 Nilai Tambah Layanan Logistik X
5 Layanan Komersial dan Umum X
6 Bea dan Administrasi X
7 Pemasaran X
8 Kolaborasi Horizontal dan Jaringan X

Geometriks mean dari 2 penilaian responden: Tabel 9 Perbandingan tingkat kepentingan sub
2 2
kriteria terhadap Moda Transportasi
G1 = √3x3 = √9 = 3
2 2
G2 = √5x5 = √25 = 5
2 2
G3 = √4x5 = √20 = 4,47
2 2
G4 = √5x4 = √20 = 4,47 Tabel 10 Perbandingan tingkat kepentingan sub
2 2 kriteria terhadap Layanan Logistik Pihak Ketiga
G5 = √1x2 = √2 = 1,41
2 2
G6 = √2x2 = √4 = 2
2 2
G7 = √4x5 = √20 = 4,47
2 2 Tabel 11 Perbandingan tingkat kepentingan sub
G8 = √2x3 = √6 = 2,45 kriteria terhadap Nilai Tambah Layanan Logistik

Berdasarkan hasil kuesioner diisi oleh


pakar dari perusahaan terpilih 4 kriteria dan sub Tabel 12 Perbandingan tingkat kepentingan sub
kriteria pada masing-masing kriteria terpilih yang kriteria terhadap Pemasaran
telah ditentukan oleh pakar ialah sebagai berikut:
1. Moda Transportasi
a. Menggunakan engkel colt diesel truk 2. Kuesioner Penilaian Kepala Gudang
b. Menggunakan colt diesel double truk Tabel 13 Perbandingan tingkat kepentingan
c. Menggunakan fuso truk terhadap tujuan

2. Layanan Logistik Pihak Ketiga


a. Tracking service
b. Order fulfilment
Tabel 14 Perbandingan tingkat kepentingan sub
kriteria terhadap Moda Transportasi
3. Nilai Tambah Layanan Logistik
a. Pemeriksaan kemasan
b. Perbaikan kemasan
Tabel 15 Perbandingan tingkat kepentingan sub
kriteria terhadap Layanan Logistik Pihak Ketiga

Tabel 16 Perbandingan tingkat kepentingan sub


kriteria terhadap Nilai Tambah Layanan Logistik

Tabel 17 Perbandingan tingkat kepentingan sub


kriteria terhadap Pemasaran Gambar 5 Tampilan Hasil Perolehan Prioritas
dan Bobot Sub Kriteria Layanan Logistik Pihak
Ketiga
Data hasil kuesioner tersebut akan dijadikan input
pada sofware expert choice untuk menentukan
bobot setiap alternatif lokasi gudang
subdistributor. Setelah melakukan input pada
aplikasi maka hasil perolehan prioritas dan bobot
untuk kriteria dan sub kriteria ialah sebagai
berikut:

Gambar 6 Tampilan Hasil Perolehan Prioritas


dan Bobot Sub Kriteria Nilai Tambah Layanan
Logistik

Gambar 3 Tampilan Hasil Perolehan Prioritas


dan Bobot Kriteria

Gambar 7 Tampilan Hasil Perolehan Prioritas


dan Bobot Sub Kriteria Pemasaran
Hasil Perhitungan software expert choice (EC)
keseluruhan sub kriteria menunjukkan bahwa
Gambar 4 Tampilan Hasil Perolehan Prioritas konsistensi ≤0,1, artinya hasil yang didapatkan
dan Bobot Sub Kriteria Moda Transportasi
dari maktriks perbandingan dapat diterima dan
digunakan untuk pengolahan data selanjutnya.
Hasil perhitungan bobot nilai sub kriteria ialah
sebagai berikut:
Tabel 18 Hasil pembobotan sub kriteria 1) Menggunakan engkel colt diesel
No. SUB KRITERIA BOBOT truk
1 Menggunakan engkel colt diesel truk 0.099 2) Menggunakan colt diesel double
2 Menggunakan colt diesel double truk 0.615 truk
3 Menggunakan fuso truk 0.286
3) Menggunakan fuso truk
4 Tracking service 0.137
b. Layanan logistik pihak ketiga, dengan
5 Order fulfilment 0.863
sub kriteria :
6 Pemeliharaan 0.833
7 Perbaikan kemasan 0.167 1) Tracking service
8 Pemasaran langsung 0.137 2) Order fulfilment
9 Pemasaran tidak langsung 0.863 c. Nilai tambah layanan logistik, dengan
sub kriteria :
1) Pemeiliharaan
Selanjutnya untuk mendapatkan nilai 2) Perbaikan kemasan
bobot pada setiap alternatif, nilai bobot sub d. Pemasaran, dengan sub kriteria :
kriteria dikalikan dengan data historis 1) Pemasaran langsung
performansi pada masing-masing alternatif. Pada
2) Pemasaran tidak langsung
tabel berikut merupakan data hasil perhitungan
bobot untuk masing-masing alternatif.
2. Perolehan nilai bobot dari kriteria dan sub
Tabel 19 Hasil Pembobotan Alternatif kriteria dalam menentukan urutan prioritas
pemilihan gudang subdistributor ialah
sebagai berikut :
a. Moda transportasi, nilai bobot 0,392
1) Menggunakan engkel colt diesel
truk, nilai bobot 0,099
2) Menggunakan colt diesel double
truk, nilai bobot 0,615
Tabel 20 Lanjutan Hasil Pembobotan Alternatif 3) Menggunakan fuso truk, nilai bobot
0,286
b. Layanan logistik pihak ketiga, nilai
bobot 0,092
1) Tracking service, nilai bobot 0,137
2) Order fulfilment, nilai bobot 0,863
c. Nilai tambah layanan logistik, nilai
bobot 0,427
Tabel 21 Urutan Prioritas Alternatif
No. Alternatif Bobot
1) Pemeiliharaan, nilai bobot 0,833
1 Pojok TK 15.233 2) Perbaikan kemasan, nilai bobot
2 Wahyu Grosir 14.48 0,167
3 Kiem UD 11.856
4 Hery Grosir 11.352
d. Pemasaran, nilai bobot 0,089
5 Mifta Abadi 9.556 1) Pemasaran langsung, nilai bobot
6 Subur Jaya 9.233 0,137
7 Berkat UD 6.653 2) Pemasaran tidak langsung, nilai
bobot 0,863
5. Kesimpulan dan Rekomendasi
5.1 Kesimpulan 3. Perolehan nilai bobot masing-masing
1. Dari 8 kriteria terpilih 4 kriteria dalam alternatif dalam menentukan urutan
penentuan urutan prioritas pemilihan prioritas pemilihan gudang subdistributor
gudang subdistributor yaitu: ialah sebagai berikut:
a. Moda transportasi, dengan sub a. Pojok TK dengan bobot 15,233
kriteria: b. Wahyu Grosir dengan bobot 14,480
c. Kiem UD dengan bobot 11,856 DAFTAR PUSTAKA
d. Hery Grosir dengan bobot 11,352
e. Mifta Abadi dengan bobot 9,556 J. Heizer, & B. Render, (2015). Manajemen
Operasi Manajemen Keberlangsungan dan
f. Subur Jaya dengan bobot 9,233
Rantai Pasokan. Jakarta Selatan: Jln. Raya
g. Berkat UD dengan bobot 6,653
Lenteng Agung No. 101 Jagakarsa, Jakarta
Selatan 12610.
N. Pujawan, I., dan Mahendrawathi (2010).
5.2 Rekomendasi Supply Chain Management.
1. Untuk perusahaan agar dapat Rahmayanti Reny (2010). Analisis Pemilihan
mengaplikasikan metode yang sudah Supplier Menggunakan Metode Analytical
dilakukan sebagai preferensi pengambilan Hierarchy Process (AHP) (Studi Kasus
keputusan dalam penentuan urutan Pada Pt Cazikhal)
prioritas pemilihan gudang subdistributor. Rimienė Kristina, Grundey Dainora (2007).
2. Untuk penelitian selanjutnya dalam hal Logistics Centre Concept through Evolution
mengurangi subyektivitas pada penilaian and Definition
oleh responden, terutama untuk Saaty Thomas L. (1994). Fundamentals of
mengurangi kemungkinan ketidakpastian Decision Making and Priority Theory with
dalam penentukan penilaian atau the Analytic Hierarchy Process
memetakan persepsi ke dalam angka-angka Saaty Thomas L., Vargas Luis Gonzalez, (2001).
numerik, peneliti bisa menggunakan fuzzy Models, Methods, Concepts & Applications
analytical hierarchy process. of the Analytic Hierarchy Process

Anda mungkin juga menyukai