Anda di halaman 1dari 22

MODUL PERKULIAHAN

Perpajakan I

Penyusutan
Amortisasi
Revaluasi
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Ekonomi Akuntansi AKT034 Mushawir, SE, MM

01

DAFTAR ISI

PEMBAHASAN..................................................................................................................................3
LATIHAN...........................................................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................5
2018 [Nama Mata Kuliah] Pengembangan Materi Pembelajaran dan e-learning
[Nama Dosen Penyusun] http://mercubuana-yogya.ac.id/

PENYUSUTAN, AMORTISASI, DAN REVALUASI

PENDAHULUAN
Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan,penyusutan dan depresiasi merupakan

konsep alokasi harga perolehan harta tetap,berwujud,dan amortisasi merupakan

konsep alokasi harga perolehan harta tetaptidak berwujud dan harga perolehan

harta sumber alam.

PENYUSUTAN

Untuk menghitung besarnya penyusutan harta tetap berwujud dibagi menjadi dua

golongan,yaitu:

1. Harta berwujud yang bukan merupakan bnagunan

2. Harta berwujud yang merupakan bnagunan

Harta berwujud yang bukan bangunan terdiri dari empat kelompok,yaitu :

1. Kelompok 1: kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai

masa manfaat 4 tahun

2. Kelompok 2: kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai

masa manfaat 8 tahun

3. Kelompok 3: kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai

masa manfaat 16 tahun

4. Kelompok 4: kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai

masa manfaat 20 tahun

Harta berwujud yang berupa bangunan di bagi menjadi dua,yaitu:

1. Permanen : masa manfaatnya 20 tahun

2. Tidak permanen : bangunan yang bersifat sementara,terbuat dari bahan

yang tidak tahan lama , atau banguan yang dapat dipindah-pindahkan.Masa

manfaatnya tidak lebih dari 10 tahun.


METODE DAN TARIF PENYUSUTAN

Metode penyusutan yang digunakan dalah metode garis lurus (straight line

methode) dan metode saldo menurun (declining balance methode ). Wajib pajak

diperkenangkan untuk memilih salah satu metodeuntuk melakukan

penyusutan.Metode garis lurus diperkenakan dipergunakan untuk semua kelompok

harta tetap berwujud. Sedangkan metode saldo menurun hanya diperkenakan

digunakan untuk kelompok harta berwujud bukan bangunan saja.

Kelompok Harta Masa Tarif Depresi

Berwujud Manfaat Garis lurus Saldo Menurun


I. Bukan Bangunan

Kelompok 1 4 tahun 25 % 50 %

Kelompok 2 8 tahun 12,5 % 25 %

Kelompok 3 16 tahun 6,25 % 12,5 %

Kelompok 4 20 tahun 5% 10 %
II. Bangunan

Permanen 20 tahun 5% -

Tidak Permanen 10 tahun 10 % -

SAAT DIMULAINYA PENYUSUTAN

Saat penyusutan dapat dimulai pada :

1. Bulan dilakukannya pengeluaran.

2. Untuk harta yang masih dalam pegerjaan, penyusutrannya dimulai pada

bulan pengerjaan harta tersebut selesai.

3. Dengan izin Direktur Jenderal Pajak, penyusutan dapat dimulai pada bulan

harta berwujud mulai digunakan untuk mendapatkan menagih, dan

memelihara penghasilan atau pada bulan harta tersebut mulai penghasilan.


CONTOH PENGHITUNGAN PENYUSUTAN

Contoh 1 :

PT Nusantara mengeluarkan dana sebesar Rp 150.000.000,00 untuk pembangunan

sebuah gedung. Pembangunan dimulai sejak tanggal 10 Agustus Tahun 2013.

Gedung tersebut selesai dibangun dan langsung digunakan pada bulan Mei 2014.

Penyusutan atas bangunan tersebut dimulai sejak bulan Mei 2014.

Contoh 2 :

PT Sarimadu yang bergerak dalam bidang perkebunan tebu membeli tractor, pada

bulan Maret 2012. Perkebunan tersebut dimulai memanen hasilnya pada bulan Juni

2014. Dengan persetujuan Dirjen Pajak, penyusutan tractor dapat dilakukan mulai

bulan Juni 2014.

Contoh 3:

PT Agry Jaya pada bulan Juli 2014 membeli sebuah alat pertanian yang

mempunyai masa manfaat 4 tahun seharga Rp 1.000.000,00. Perhitungan

penyusutan atas harta tersebut adalah sebagai berikut :

Alternatif I : Metode Garis Lurus

Penyusutan tahun 2014 :

6/12 x 25 % x Rp 1.000.000,00 = Rp 125.000,00

Penyusutan tahun 2015:

25 % x Rp 1.000.000,00 = Rp 250.000,00

Penyusutan tahun 2016:


25 % x Rp 1.000.000,00 = Rp 250.000,00

Penyusutan tahun 2017 :

25 % x Rp 1.000.000,00 = Rp 250.000,00

Penyusutan tahun 2018:

Sisanya disusutkan sekaligus = Rp 125.000,00

Alternatif II : Metode Saldo Menurun

Penyusutan tahun 2014:

6/12 x 50 % x Rp 1.000.000,00 = Rp 250.000,00

Penyusutan tahun2015:

50 % x ( Rp 1.000.000,00 – Rp 250.000,00 ) =

50 % x Rp 750.000,00 = Rp 375.000,00

Penyusutan tahun 2016:

50 % x ( 750.000,00 – Rp 375.000,00 ) =

50 % x Rp 375.000,00 = Rp 187.500,00

Penyusutan tahun 2017:

50 % x ( Rp 375.000,00 – Rp 187.000,00 ) =

50 %x Rp 187.500,00 = Rp 93.750,00

AMORTISASI

Harta tak berwujud digolongkan menjadi :


1. Kelompok 1 : Kelompok harta tak berwujud yang mempunyai masa

manfaat 4 tahun

2. Kelompok 2 : Kelompok harta tak berwujud yang mempunyai masa

manfaat 8 tahun

3. Kelompok 3: Kelompok harta tak berwujud yang mempunyai masa manfaat

16 tahun

4. Kelompok 4 : Kelompok harta tak berwujud yang mempunyai masa

manfaat 20 tahun

METODE DAN TARIF AMORTISASI

Harga perolehan harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya termaksud biaya

perpanjangan hak guna banguan,hak guna usaha,hak pakai,dan muhibah (goodwill)

yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun diamortosasi dengan metode

garis lurus (straight line methode) dan metode saldo menurun (declining balance

methode). Wajib pajak diperkenangkan untuk memilih salah satu metode untuk

melakukan amortisasi.

Tabel berikut menggambarkan pengelompokan harta tak berwujud, metode, serta

tarif amortisasi.

Kelompok Harta Masa Tarif Amortisasi

Tak Berwujud Manfaat Garis Lurus Saldo Menurun


Kelompok 1 4 tahun 25% 50%

Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%

Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%

Kelompok 4 20 tahun 5% 10%


Kelompok metode, dan tariff amortisasi seperti disebutkan dalam table di atas

berlaku juga untuk :


1. Pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya pelunasan modal saham

perusahaan. Pengeluaran ini dapat juga dibebankan pada tahun terjadinya

pengeluaran.

2. Pengeluaran yang dilakukan sebelum operasi komersial, misalnya biaya

studi kelayakan dan biaya produksi percobaan, yang mempunyaiu masa

manfaat lebih dari 1 tahun. Pengeluaran ini dikapitalisasikan kemudian

diamortisasikan sesuai table di atas. Satu hal yang harus diperhatikan

adalah bahwa biaya operasional yang bersifat rutin, seperti biaya rekening

listrik dan telepon, gaji pegawai, dan biaya kantor lainnya, tidak boleh

dikapitalisasi tetapi dibebankan sekaligus pada tahun pengeluaran.

CONTOH PENGHITUNGAN AMORTISASI

Contoh 4 :

PT. Asti Jaya pada tanggal 4 Januari 2014 mengeluarkan uang sebanyak Rp

100.000.000,00 untuk memperoleh hak lisensi dari Phoenixcycle Ltd. Selama 4

tahun untuk memproduksi Sepeda Phoenix. Penghitungan amortisasi atas hak

lisensi tersebut adalah sebagai berikut :

Alternatif l : Metode Garis Lurus

Amortisasi tahun 2014 :

25% x Rp 100.000.000,00 = Rp 25.000.000,00

Amortisasi tahun 2015 :

25% x Rp 100.000.000,00 = Rp 25.000.000,00

Amortisasi tahun 2016 :


25% x Rp 100.000.000,00 = Rp 25.000.000,00

Amortisasi tahun 2017 :

25% x Rp 100.000.000,00 = Rp 25.000.000,00

Alternatif ll : Metode Saldo Menurun

Amortisasi tahun 2014 :

50% x Rp 100.000.000,00 = Rp 50.000.000,00

Amortisasi tahun 2015 :

50% x (Rp 100.000.000,00 – Rp 50.000.000,00)

50% x Rp 50.000.000,00 = Rp 25.000.000,00

Amortisasi tahun 2016 :

50% x (Rp 50.000.000,00 – Rp 25.000.000,00)

50% x Rp 25.000.000,00 = Rp 12.500.000,00

Amortisasi tahun 2017 :

Diamortisasikan sekaligus = Rp 12.500.000,00

AMORTISASI BERDASARKAN METODE SATUAN PRODUKSI

Hak/Pengeluaran di Bidang Penambangan Minyak dan Gas Bumi

Amortisasi dengan metode satuan produksi diterapkan pada amortisasi atas

pengeluaran untuk memperoleh hak dan pengeluaran lain yang mempunyai masa

manfaat lebih dari satu tahun di bidang penambangan minyak dan gas bumi. Dalam
hal ini, metode satuan produksi dilakukan dengan menerapkan presentase tarif

amortisasi yang besarnya setiap tahun sama dengan prensentase perbandingan

antara realisasi penambangan minyak dan gas bumi pada tahun yang bersangkutan

dengan taksiran jumlah seluruh kandungan minyak dan gas bumi di lokasi yang

dapat diproduksi.

Contoh 5 :

PT. Dira Oil mengeluarkan uangnya sebesarnya Rp 1.000.000.000,00 untuk

memperoleh hak penambangan minyak bumi. Kandungan minyak bumi ditaksir

sebesar 5.000.000 barel. Produksi minyak bumi tahun 2014 mencapai 1.500.000

barel. Besarnya amortisasi untuk tahun 2014 adalah :

Tarif amortisasi = (realisasi penambangan : taksiran kandungan ) x 100%

= (1.500.000 : 5.000.000) x 100%

= 30%

Amortisasi 2014 = 30% x Rp 1.000.000.000,00

= Rp 300.000.000,00

Seandainya jumlah produksi yang sebenarnya lebih kecil dari yang diperkirakan ,

sehingga masih terdapat sisa pengeluaran yang belum di amortisasikan, maka atas

sisa tersebut boleh dibebankan sekaligus dalam tahap pajak yang bersangkutan.

Hak Penambangan Selain Minyak Bumi dan Gas Bumi, Hak Pengusahaan

Hutan, Hak Pengusahaan Sumber dan Hasil Alam Lainnya.

Amortisasi dengan metode satuan produksi setinggi-tingginya 20% setahun,

diterapkan pada amortisasi atas :


1. Pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan selain minyak dan gas

bumi.

2. Pengeluaran untuk memperoleh hak pengusahaan hutan

3. Pengeluaran untuk memperoleh hak pengusahaan sumber dan hasil alam

lainnya yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.

Contoh 6 :

PT. Dira Wood mengeluarkan uang Rp 1.000.000.000,00 untuk memperoleh hak

pengusahaan hutan. Potensi hak pengusa hutan adalah 200.000 ha. Jumlah yang

sudah dimanfaatkan pada tahun 2014 adalah sebesar 80.000 ha.

Jumlah yang diamortisasi maksimum adalah 20% dari pengeluaran, maka amortasi

yang di perkenankan hanyalah sebesar 20% x Rp 1.000.000.000,00 = Rp

2.000.000,00.

METODE DAN TARIF AMORTISASI

Harga perolehan harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya termaksud biaya

perpanjangan hak guna banguan,hak guna usaha,hak pakai,dan muhibah (goodwill)

yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun diamortosasi dengan metode

garis lurus (straight line methode) dan metode saldo menurun (declining balance

methode). Wajib pajak diperkenangkan untuk memilih salah satu metode untuk

melakukan amortisasi.

Tabel berikut menggambarkan pengelompokan harta tak berwujud, metode, serta

tarif amortisasi.

Kelompok Harta Masa Tarif Amortisasi

Tak Berwujud Manfaat Garis Lurus Saldo Menurun


Kelompok 1 4 tahun 25% 50%

Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%

Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%

Kelompok 4 20 tahun 5% 10%


Kelompok metode, dan tariff amortisasi seperti disebutkan dalam table di atas

berlaku juga untuk :

3. Pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya pelunasan modal saham

perusahaan. Pengeluaran ini dapat juga dibebankan pada tahun terjadinya

pengeluaran.

4. Pengeluaran yang dilakukan sebelum operasi komersial, misalnya biaya

studi kelayakan dan biaya produksi percobaan, yang mempunyaiu masa

manfaat lebih dari 1 tahun. Pengeluaran ini dikapitalisasikan kemudian

diamortisasikan sesuai table di atas. Satu hal yang harus diperhatikan

adalah bahwa biaya operasional yang bersifat rutin, seperti biaya rekening

listrik dan telepon, gaji pegawai, dan biaya kantor lainnya, tidak boleh

dikapitalisasi tetapi dibebankan sekaligus pada tahun pengeluaran.

CONTOH PENGHITUNGAN AMORTISASI

Contoh 4 :

PT. Asti Jaya pada tanggal 4 Januari 2014 mengeluarkan uang sebanyak Rp

100.000.000,00 untuk memperoleh hak lisensi dari Phoenixcycle Ltd. Selama 4

tahun untuk memproduksi Sepeda Phoenix. Penghitungan amortisasi atas hak

lisensi tersebut adalah sebagai berikut :

Alternatif l : Metode Garis Lurus

Amortisasi tahun 2014 :


25% x Rp 100.000.000,00 = Rp 25.000.000,00

Amortisasi tahun 2015 :

25% x Rp 100.000.000,00 = Rp 25.000.000,00

Amortisasi tahun 2016 :

25% x Rp 100.000.000,00 = Rp 25.000.000,00

Amortisasi tahun 2017 :

25% x Rp 100.000.000,00 = Rp 25.000.000,00

Alternatif ll : Metode Saldo Menurun

Amortisasi tahun 2014 :

50% x Rp 100.000.000,00 = Rp 50.000.000,00

Amortisasi tahun 2015 :

50% x (Rp 100.000.000,00 – Rp 50.000.000,00)

50% x Rp 50.000.000,00 = Rp 25.000.000,00

Amortisasi tahun 2016 :

50% x (Rp 50.000.000,00 – Rp 25.000.000,00)

50% x Rp 25.000.000,00 = Rp 12.500.000,00

Amortisasi tahun 2017 :

Diamortisasikan sekaligus = Rp 12.500.000,00

AMORTISASI BERDASARKAN METODE SATUAN PRODUKSI


Hak/Pengeluaran di Bidang Penambangan Minyak dan Gas Bumi

Amortisasi dengan metode satuan produksi diterapkan pada amortisasi atas

pengeluaran untuk memperoleh hak dan pengeluaran lain yang mempunyai masa

manfaat lebih dari satu tahun di bidang penambangan minyak dan gas bumi. Dalam

hal ini, metode satuan produksi dilakukan dengan menerapkan presentase tarif

amortisasi yang besarnya setiap tahun sama dengan prensentase perbandingan

antara realisasi penambangan minyak dan gas bumi pada tahun yang bersangkutan

dengan taksiran jumlah seluruh kandungan minyak dan gas bumi di lokasi yang

dapat diproduksi.

Contoh 5 :

PT. Dira Oil mengeluarkan uangnya sebesarnya Rp 1.000.000.000,00 untuk

memperoleh hak penambangan minyak bumi. Kandungan minyak bumi ditaksir

sebesar 5.000.000 barel. Produksi minyak bumi tahun 2014 mencapai 1.500.000

barel. Besarnya amortisasi untuk tahun 2014 adalah :

Tarif amortisasi = (realisasi penambangan : taksiran kandungan ) x 100%

= (1.500.000 : 5.000.000) x 100%

= 30%

Amortisasi 2014 = 30% x Rp 1.000.000.000,00

= Rp 300.000.000,00

Seandainya jumlah produksi yang sebenarnya lebih kecil dari yang diperkirakan ,

sehingga masih terdapat sisa pengeluaran yang belum di amortisasikan, maka atas

sisa tersebut boleh dibebankan sekaligus dalam tahap pajak yang bersangkutan.
Hak Penambangan Selain Minyak Bumi dan Gas Bumi, Hak Pengusahaan

Hutan, Hak Pengusahaan Sumber dan Hasil Alam Lainnya.

Amortisasi dengan metode satuan produksi setinggi-tingginya 20% setahun,

diterapkan pada amortisasi atas :

4. Pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan selain minyak dan gas

bumi.

5. Pengeluaran untuk memperoleh hak pengusahaan hutan

6. Pengeluaran untuk memperoleh hak pengusahaan sumber dan hasil alam

lainnya yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.

Contoh 6 :

PT. Dira Wood mengeluarkan uang Rp 1.000.000.000,00 untuk memperoleh hak

pengusahaan hutan. Potensi hak pengusa hutan adalah 200.000 ha. Jumlah yang

sudah dimanfaatkan pada tahun 2014 adalah sebesar 80.000 ha.

Jumlah yang diamortisasi maksimum adalah 20% dari pengeluaran, maka amortasi

yang di perkenankan hanyalah sebesar 20% x Rp 1.000.000.000,00 = Rp

2.000.000,00.

REVELUASI (PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP)

Perbedaan nilai buku dengan nilai riil aktiva perusahaan dapat mengakibatkan

kurang serasinya perbandingan antara penghasilan dengan beban, dan nilai buku

dengan nilai intrinsic perusahan. Untuk mengurangi perbedaan tersebut, kepada


wajib besar pajak besar perlu diberikan kesempatan untuk melakukan penelitian

kembali aktiva tetap.

Yang dapat melakukan penilaian kembali aktiva tetap adalah Wajib Pajak Badan

dalam negeri dan bentuk usaha tetap (BUT), tidak termasuk perusahaan yang

memperoleh izin penyelenggaraan pembukuan dalam Bahasa Inggris dan mata

uang Dollar Amerika Serikat, yang telah memenuhi semua kewajiban pajaknya

sampai dengan masa pajak terakhir sebelum masa pajak dilakukan penilaian

kembali. Kewajiban pajak tersebut adalah sebuah kewajiban dari Wajib Pajak yang

bersangkutan, seperti Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan

atas Barang mewah, dan Pajak Bumi dan Bangunan yang telah terutang sampai

sengan masa pajak sebelum masa pajak dilakukan penilaian kembali.

Aktiva tetap dapat dilakukan penilaian kembali adalah

1. seluruh aktiva tetap berwujud, termasuk tanah yang berstatus hak milik atau

hak guna bangunan; atau

2. seluruh aktiva tetap bewujud tidak termasuk tanah, yang tertelak atau

berada di Indonesia, dimiliki, dan dipergunakan untuk mendapatkan,

menagi, dan memilihara penghasilan yang merupakan Objek Pajak .

Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan harus dilakukan berdasarkan nilai pasar

atau nilai wajar aktiva tetap tersebut yang berlaku saat penilaan kembali aktiva

tetap yang ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli penilai, yang

memperoleh izin dari Pemerintah. Dalam hal nilai pasar atau nilai wajar yang
ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli penilai ternyata tidak

mencerminkan keadaan yang sebelumnya, Direktuk Jenderal Pajak menetapkan

kembali nilai pasar atau nilai wajar aktiva yang bersangkutan. Penilaian kembali

aktiva tetap perusahaan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun

sejak laporan perusahaan jasa penilai atau ahli penilai.

Pajak Atas Selisih Lebih Penilaian Aktiva

Atas selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap perusahaan di atas nilai sisa buku

fiskal semula dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final sebesarv 10%

(sepuluh persen).

Contoh 7 :

Pada tahun 2014, PT sukses melakukan penelitian kembali aktiva tetapnya. Nilai

buku fiskal aktiva yang dinilai kembali per 31 Desember 2014 adalah Rp

1.000.000,00. Nilai wajar aktiva tersebut adalah Rp 150.000.00,00 besarnya PPh

atas selisih lebih penilaian kembali aktiva adalah sebesar :

Nilai wajar aktiva Rp 150.000.000,00

Nilai buku Fiskal aktiva Rp 1.000.000,00

Selisih lebih penilaian kembali aktiva 50.000.000,00

TPh = Rp 50.000.000,00 x 10%

= Rp 50.000.000,00 (final)

Sejak bulan dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap perusahaan berlaku

ketentuan sebagai berikut :


1. Dasar penyusutan fiskal aktiva tetap yang telah memperoleh persetujuan

penilaian kembali adalah nilai pada saat penilain kembali.

2. Masa penilaian aktiva tetap yang telah dilakukan penilaian kembali aktiva

tetap berperusahaan disusaikan kembali menjadi masa maanfaat penuh

untuk kelompok aktiva tetap tersebut.

3. Penghitungan penyusutan dimulai sejauh bulan dilakukannya penilain

kembali aktiva tetap peursahaan.

Untuk bagian tahun pajak sampai dengan bulan sebelum bulan dilakukannya

penelitian kembali aktiva tetap perusahaan berlaku ketentuan sebagai berikut :

1. Dasar penyusutan fiskal aktiva tetap adalah dasar penyusutan fiskal pada

awal tahun pajak yang bersangkutan.

2. Sisa masa manfaat fiskal aktiva tetap adalah sisa manfaat fiskal pada awal

tahun pajak yang bersangkutan.

3. Perhitungan penyusutannya di hitung secara prorata sesuai dengan

banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak tersebut.

Penyusutan fiskal aktiva tetap yang tidak memperoleh persertujuan penilaian

kembali aktiva tetap perusahaan, tetap menggunakan dasar penyusutan fiskal dan

sisa manfaat fiskal semula sebelum dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap

perusahaan.

REVELUASI (PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP)

Perbedaan nilai buku dengan nilai riil aktiva perusahaan dapat mengakibatkan

kurang serasinya perbandingan antara penghasilan dengan beban, dan nilai buku

dengan nilai intrinsic perusahan. Untuk mengurangi perbedaan tersebut, kepada


wajib besar pajak besar perlu diberikan kesempatan untuk melakukan penelitian

kembali aktiva tetap.

Yang dapat melakukan penilaian kembali aktiva tetap adalah Wajib Pajak Badan

dalam negeri dan bentuk usaha tetap (BUT), tidak termasuk perusahaan yang

memperoleh izin penyelenggaraan pembukuan dalam Bahasa Inggris dan mata

uang Dollar Amerika Serikat, yang telah memenuhi semua kewajiban pajaknya

sampai dengan masa pajak terakhir sebelum masa pajak dilakukan penilaian

kembali. Kewajiban pajak tersebut adalah sebuah kewajiban dari Wajib Pajak yang

bersangkutan, seperti Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan

atas Barang mewah, dan Pajak Bumi dan Bangunan yang telah terutang sampai

sengan masa pajak sebelum masa pajak dilakukan penilaian kembali.

Aktiva tetap dapat dilakukan penilaian kembali adalah

3. seluruh aktiva tetap berwujud, termasuk tanah yang berstatus hak milik atau

hak guna bangunan; atau

4. seluruh aktiva tetap bewujud tidak termasuk tanah, yang tertelak atau

berada di Indonesia, dimiliki, dan dipergunakan untuk mendapatkan,

menagi, dan memilihara penghasilan yang merupakan Objek Pajak .

Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan harus dilakukan berdasarkan nilai pasar

atau nilai wajar aktiva tetap tersebut yang berlaku saat penilaan kembali aktiva

tetap yang ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli penilai, yang

memperoleh izin dari Pemerintah. Dalam hal nilai pasar atau nilai wajar yang
ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli penilai ternyata tidak

mencerminkan keadaan yang sebelumnya, Direktuk Jenderal Pajak menetapkan

kembali nilai pasar atau nilai wajar aktiva yang bersangkutan. Penilaian kembali

aktiva tetap perusahaan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun

sejak laporan perusahaan jasa penilai atau ahli penilai.

Persatuan Pajak Atas Selisih Lebih Penilaian Aktiva

Atas selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap perusahaan di atas nilai sisa buku

fiskal semula dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final sebesarv 10%

(sepuluh persen).

Contoh 7 :

Pada tahun 2014, PT sukses melakukan penelitian kembali aktiva tetapnya. Nilai

buku fiskal aktiva yang dinilai kembali per 31 Desember 2014 adalah Rp

1.000.000,00. Nilai wajar aktiva tersebut adalah Rp 150.000.00,00 besarnya PPh

atas selisih lebih penilaian kembali aktiva adalah sebesar :

Nilai wajar aktiva Rp 150.000.000,00

Nilai buku Fiskal aktiva Rp 1.000.000,00

Selisih lebih penilaian kembali aktiva 50.000.000,00

TPh = Rp 50.000.000,00 x 10%

= Rp 50.000.000,00 (final)

Sejak bulan dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap perusahaan berlaku

ketentuan sebagai berikut :


4. Dasar penyusutan fiskal aktiva tetap yang telah memperoleh persetujuan

penilaian kembali adalah nilai pada saat penilain kembali.

5. Masa penilaian aktiva tetap yang telah dilakukan penilaian kembali aktiva

tetap berperusahaan disusaikan kembali menjadi masa maanfaat penuh

untuk kelompok aktiva tetap tersebut.

6. Penghitungan penyusutan dimulai sejauh bulan dilakukannya penilain

kembali aktiva tetap peursahaan.

Untuk bagian tahun pajak sampai dengan bulan sebelum bulan dilakukannya

penelitian kembali aktiva tetap perusahaan berlaku ketentuan sebagai berikut :

4. Dasar penyusutan fiskal aktiva tetap adalah dasar penyusutan fiskal pada

awal tahun pajak yang bersangkutan.

5. Sisa masa manfaat fiskal aktiva tetap adalah sisa manfaat fiskal pada awal

tahun pajak yang bersangkutan.

6. Perhitungan penyusutannya di hitung secara prorata sesuai dengan

banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak tersebut.

Penyusutan fiskal aktiva tetap yang tidak memperoleh persertujuan penilaian

kembali aktiva tetap perusahaan, tetap menggunakan dasar penyusutan fiskal dan

sisa manfaat fiskal semula sebelum dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap

perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai