Anda di halaman 1dari 12

Evaluasi Pendidikan Islam

A. Pengertian Evaluasi Pendidikan


Menurut Suharsimi Arikunto (1993) evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang
betarti tindakan atau Proses untuk menentukan nilai sesuatu atau diartikan sebagai tindakan
atau Proses untuk menenrukan nilai segala sesuatu yang ada hubungannya dengan
pendidikan.
Dalam istilah evaluasi terkandung makna pengukuan dan penilaian. Sebelum sampai
kepada kesimpulan hasil evaluasi mengenai berhasil aau tidaknya pendidikan Islam, kita
melakukan penilaian tethadap pelaksanaan dan hasil dari pendidikan Islam itu. Namun
sebelumnya penilaian itu kita lakukao tentu dilaksanakan lebih dahulu pengukutan yang
didasatkan kepada sandar proses dan hasil pendidikan Islam yang seharusnya.
Evaluasi dalam pendidikan Islam tidak hanya ditekankan kepada hasil yang dicapai tetapi
iuga prosesnya, baik menyangkut prosedur dan mekanisme penyelenggaraan,
penyelenggara/pendidiknya maupun berbagai faktor terkait lainnya. Sebagai contoh, ketika
orang tua mendidik anaknya, maka kelak bukan hanya bagaimana hasil pendidikannya yang
dipetanyakan atau diminta pertanggung jawabannya oleh Allah melalui evaluasi di akhirat
(bii-sab), tetapi iuga bagaimana otang tua menyelenggarakan dan dari mana faktor-faktot
pendukung yang digunalan tersebut diperoleh, apakah dengan cara yang halal atau tidak?
Semua ini menggambarkan bahwa evaluasi pendidikan Islam dilaksanalan menyeluruh dan
bersamaan antara proses dan hasilnya.

B. Posisi dan Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam


Ajaran Islam memberikan perhatian yang tinggi tethadap pentingnya penyelenggaraan
evaluasi pendidikan, karena dari evaluasi dimaksud bukan hanya diketahui hasil dan kendala
yang dihadapi, tetapi akan dijadikan dasar pijakan dalam melakukan perbaikan
penyelenggaraan pendidikan Islam selanjumya.
Isyarat pelaksaan evaluasi ini di antaranya digariskan dalam surah al-Baqarah ayat 31-32 :
٣١: َ‫ص ِدقِين‬ ْ َ ‫ض ُه ْم َعلَى ا ْل َم ٰلٓئِ َك ِة فَقَا َل أَ ۢنبِـُٔونِى بِأ‬
ٰ ‫س َمآ ِء ٰ ٓهؤُآَل ِء إِن ُكنتُ ْم‬ ْ َ ‫َو َعلَّ َم َءا َد َم اأْل‬
َ ‫س َمآ َء ُكلَّ َها ثُ َّم َع َر‬
٣٢: ‫س ْب ٰحنَكَ اَل ِع ْل َم لَنَآ إِاَّل َما َعلَّ ْمتَنَآ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ا ْل َعلِي ُم ا ْل َح ِكي ُم‬ ُ ‫وا‬ ۟ ُ‫قَال‬
“Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia
perlihatkan kepada para Malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua
benda ini, jika kamu yang benar !.Mereka menjawab,’Mahasuci Engkau, tidak ada yang
kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang
Maha Mengetahui, Mahabijaksana”.

Selaniutnya surah AL-Naml (27) ayat 27 Allah menekankan pula pentingnya evaluasi:
۞ ‫ين‬8َ ِ‫ص َد ْقتَ أَ ْم ُكنتَ ِمنَ ْٱل ٰ َك ِذب‬
َ َ‫ال َسنَنظُ ُر أ‬
َ َ‫ق‬
Arab-Latin: Qāla sananẓuru a ṣadaqta am kunta minal-kāżibīn Terjemah Arti: Berkata
Sulaiman: "Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang
berdusta.
Dua ayat al-Qur'an di atas bukan hanya mengisyarat penting dan strategisnya kedudukan
evaluasi dalam setiap ptogram tetmasuk pendidikan, tetapi iuga menyangkut teknis
pelaksanaan evaiuasi, yang intinya antata lain bahwa materi evaluasi harus sesuai atau
didasarkan atas materi yang telah diaiarkan kepada anak didik. Dalam contoh surah al-
Baqarah ayat 31-32 tcrsebut Allah mengajari Adam menyebutkan nama-nama benda. Maka

2
evaluasinya, Allah menugasi Adam untuk menyebutlan kembali nama-nama benda yang
telah diajatkan kepadanya sebagai standar pengukuran, penilaian sekaligus evaluasi atas
aktivias pendidikan atau pembelaiaran yang telah betlangsung.
Menurut Abuddin Naa (1997) evaluasi pendidikan berfungsi sebagai
a) Selekti
b) Diagnostilk
c) Penempatan dan
d) Pengukutan kebethasilan.
Sedangkan dalam aiatan Islam evaluasi berfungsi untuk
a) Menguii daya kemampuan manusia beriman kepada Allah melalui berbagai problem
kehidupan,
b) Mengetahui sejauh mana hasil pendidikan wahy'u yang telah disampaikan Nabi kepada
umatnya, dan
c) Untuk menentukan kualifikasi keimanan dan ketaqwaan manusia kepada Allah Swt.
Hal-hal di atas antara lain didasarkan kepada surah al-Ankabut (29) ayat 2-3 dqn surah al-
Baqarah (2) ayat 155.

C. Prinsip Evaluasi Pendidikan Islam


Sebagaimana evaluasi pendidikan pada umumnya, evaluasi pendidikan Islam harus
menetapkan prinsip-prinsip evaluasi yang terdiri dari:
Prinsip kesinambungan, dalam arti evaluasi terhadap pendidikan agama Islam tidak
hanya dilakukan pada setiap akhir catur wulan, semester atau evaluasi akhir tahun saja, tetapi
melalui berbagai prosedur dan tahapan, termasuk evaluasi harian, evaluasi pokok dan/atau
sub pokok bahasan dan sejenisnya, sehingga bagaimana perkembangan hasil dan kendala
yeng dapat diketahui dengan mudah dan cepat.
Prinsip menyeluruh, dalarn arti bukan hanya aspek hasilnya saia, tetapi iuga pada aspek
proses penyelenggaraan pendidikan Islam. Evaluasi pada aspek hasil pembelaiaran harus
mencakup tiga hal pokok, yaitu: kognitif, psikomotor dan afektif. Misalnya saja ketika kita
ingin mengetahui hasii pembelaiaran pendidikao sholat waiib, maka yang dievaluasi bukan
saia kemampuan/pengetahuan anak mengetrai prosedur, tata cara dan persyaraan shalat tetapi
termasuk pula bagaimana keterampilan bacaan dan gerakannya serta kesadaran dan
kedisiplinannya melaksanakan sholat wajib. Sedangkan evaluasi dalam proses menyangkut
ketesediaan berbagai faktot pendukung, keterampilan, kemampuan dan kedisiplinan guru,
poterisi input dan sebagainya.
Prinsip objekti dalam arti evaluasi harus didasarkan kepada kondisi obiekti kemampuan
apa adanya yang dimiliki para siswa, sehingga tidak dibenarkan terjadinya diskriminasi dan
pilih kasih dalam memberikao penilaian dan hasil evaluasi.
Prinsip sistematis, dalam arti pelaksanaan evaluasi harus betul-betul terencana, baik
sasaran dan tuiuannya, materi dan bidang garapannya maupun teknik dan
penvelenggaraanoya. Dengan begitu, maka evaluasi betul-benrl akan menghasilkan sesuatu
apa adaaya,.
Pelaksanaan keempat prinsip di atas sebetulnya merupakan implementasi akhlakul
karimah dalam pendidikan, karena akhlakul karimah menghendaki sikap konsisten, juiur
obiektif dan mengatakat apa adanya. Bila sikap dan prinsip akhlakal karimah ini tidak
diterapkan dengan baik dan mustahil akan diperoleh evaluasi yang baik.

3
D. Tujuan Evaluasi Pendidikan Islam
Menurut Abdul Mujib dkk, tujuan evaluasi adalah:
1. Merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan. Tanpa
adanya evaluasi maka tidak mungkin timbul kegairahan atau rangsangan pada
peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasinya masing-masing.
2. Mengetahui tingkat efektifitas metode yang digunakan dalam meningkatkan
kemampuan pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaranyang di pelajari,
serta melatih keberanian, dan mengajak peserta didik untuk mengingat kembali materi
yang telah diberikan, dan mengetahui tingkat perubahan perilakunya(Abdul Mujib
& Jusuf Mudzakir, 2008:211).
3. Mengetahui siapa diantara peserta didik yang cerdas dan yang lemah,
sehingga yang lemah diberi perhatian khusus agar ia dapat mengejar kekurangannya
(Abdul Mujib & Jusuf Mudzakir, 2008:211).
4. Mengumpulkan informasi yang dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
mengadakan pengecekan yang sistematis terhadap hasil pendidikan yang telah
dicapai untukkemudian dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya
(Arief, 2002:53).
Pendapat senada mengungkapkan bahwa tujuan evaluai yaitu untuk mengetahui
penguasaan peserta didik dalam kompitensi/subkompitensi tertentu setelah mengikuti
proses pembelajaran, untuk mengetahui kesulitan belajar peserta didik (diagnostic test)dan
untuk memberikan arah dan lingkup pengembangan eavaluasi selanjutnya. Ada tiga
tujuan pedagogis dari sistem evaluasi Tuhan terhadap perbuatan manusia, (M.
Arifin, 2009:163-164) yaitu:
1. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam
problema kehidupan yang dialaminya.
2. Untuk mengetahui sejauhmana hasil pendidikan Islam yang telah diterapkan
Rasulullah SAW. terhadap umatnya.
3. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat-tingkat hidup keislaman atau
keimanan manusia, sehingga diketahui manusia yang paling mulia di sisi Allah
SWT yaitu paling bertaqwa kepada-Nya, manusia yang sedang dalam iman atau
ketaqwaannya, manusia yang ingkar kepada ajaran Islam.

E. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran


Ruang lingkup evaluasi pembelajaran berkaitan dengan cakupan objek evaluasi itu
sendiri. Jika objek evaluasi itu tentang pembelajaran, maka semua hal yangberkaitan
dengan pembelajaran menjadi ruang lingkupnya. Oleh sebab itui yang menjadi
ruang lingkup evaluasi Pembelajaran yaitu:
a. Domain hasil belajar
Menurut Benyamin S. Bloom, hasil belajar dapat dikelompokkan kedalam
tiga domain, yaitu kognitif, apektif,psikomotorik. Setiap domain disusun
menjadi beberapa jenjang kemampuan mulai dari yang sederhana sampai
dengan hal yang kompleks, mulai dari yang mudah kepada yang sukar, dan mulai
dari yang konkrit sampai dengan hal yang abstrak (Arifin, 2016:21).

4
b. Sistem pembelajaran
Sebagaimana yang telah disinggung di atas, ruang lingkup evaluasi pembelajaran
hendaknya bertitik tolak dari tujuan evaluasi pembelajaran itu sendiri. Jika tujuan
evaluasi adalah untuk mengetahui keefektifan sistem pembelajaran, maka
ruanglingkup evaluasi sebagai berikut:
a) Program pembelajaran.
b) Proses pelaksanaan pembelajaran.
c) Hasil belajar.
c. Proses dan hasil belajar
Evaluasi mengenai proses pelaksanaan pembelajaran mencakup:
a) Kesesuain antara proses belajar mengajar yang berlangsung, dengan garis-garis
besar program pengajaran yang telah ditentukan;
b) Kesiapan guru dalam melaksanakan program pengajara;
c) Kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran;
d) Minat atau perhatian siswa yang memerlukan;
e) Komunikasi dua arah antara guru dan murid selama proses pembelajaran
berlangsung;
f) Pemberian motivasi atau dorongan terhadap siswa;
g) Pemberian tugas-tugas kepada siswa dalam rangka penerapan teori-teori yang
diperoleh didalam kelas;
h) Upaya menghilangkan dampak negatif yang timbul sebagai akibat dari kegiatan-
kegiatan yang dilakukan di sekolah (Anas Sudijono, 2009:30).
Sedangkanevaluasi terhadap hasil belajar peserta didik mencakup:
a) Evaluasi mengenai tingkat penguasaan pesertadidik terhadap tujuan-tujuan khusus
yang ingin dicapai dalam unit-unit program pengajaran yang bersifat terbatas;
b) Evaluasi mengenai tingkat pencapaian peserta didik trhadap tujuan-tujuan umum
pengajaran
c) Kecerdasan pesertadidik;
d) Perkembangan jasmani dankesehatan (Sudijono, 2009:30).
d. Kompetensiatau berbasi kelas
Sesuai dengan petunjuk pengembangan kurikulum, maka ruang lingkup
penilaian Kompetensi atau berbasi kelas mencakup:
a) Kompetensi Dasar Mata Pelajaran;
b) Kompetensi Rumpun Pelajaran;
c) Kompetensi Lintas Kurikulum;
d) Kompetensi Tamatan;
e) Pencapaian Keterampilan Hidup;(Arifin, 2016:27-28).

F. Sistem Evaluasi Pembelajaran Dalam Pendidikan Islam


Sistem evaluasi yang dikembangkan dalam oleh Allah SWT dan Rasul-Nya
berimplikasikan paedagogis sebagai berikut (Abdul Mujib & Jusuf Mudzakir, 2008:163-
164):
1. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam
problema kehidupan yang dihadapi. Seperti tercantum dalam QS. Al-Baqarah:
155
َ‫صبِ ِر ۡي ۙن‬
ّ ٰ ‫تؕ َوبَ ِّش ِر ال‬ ِ ُ‫ص ِّمنَ ااۡل َمۡ َوا ِل َوااۡل َ ۡنف‬
ِ ‫س َوالثَّ َم ٰر‬ ۡ
ٍ ‫ع َونَق‬ ۡ ‫ف َو ۡالج‬
ِ ‫ُـو‬ ِ ‫َولَـن َۡبلُ َونَّ ُكمۡ بِ َش ۡى ٍء ِّمنَ ۡال َخ ۡـو‬

5
Artinya: “dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”
2. Untuk mengetahui sejauhmana hasil pendidikan wahyu yang telah diaplikasikan
Rasulullah SAW kepada umatnya. Seperti tercantum dalam QS. An-Naml: 40:
‫ك ۚ فَلَ َّما َر َءاهُ ُم ْستَقِ ًّرا ِعن َدهۥُ قَا َل ٰهَ َذا ِمن فَضْ ِل َربِّى‬
َ ُ‫طرْ ف‬ َ ‫ب أَن َ۠ا َءاتِي‬
َ َ‫ك بِِۦه قَ ْب َل أَن يَرْ تَ َّد إِلَ ْيك‬ ِ َ‫ال ٱلَّ ِذى ِعن َدهۥُ ِع ْل ٌم ِّمنَ ْٱل ِك ٰت‬َ َ‫ق‬
ْ َ َ َ ُ
‫لِيَ ْبل َونِ ٓى َءأ ْش ُك ُر أ ْم أ ْكفُ ُر ۖ َو َمن َش َك َر فَإِنَّ َما يَ ْش ُك ُر لِنَف ِس ِهۦ ۖ َو َمن َكفَ َر فَإ ِ َّن َربِّى َغنِ ٌّى َك ِري ٌم‬

Artinya: “berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab: “Aku akan
membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman
melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini Termasuk kurnia
Tuhanku untuk mencoba aku Apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan
nikmat-Nya). dan Barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya Dia
bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan Barangsiapa yang ingkar, Maka
Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”.Juga seperti pengevaluasian
Nabi Sulaiman terhadap burung hud-hud, seperti tercantum dalam QS. Al-
Namlayat 27:
۞ ‫ين‬ 8َ ِ‫ص َد ْقتَ أَ ْم ُكنتَ ِمنَ ْٱل ٰ َك ِذب‬ َ َ‫ال َسنَنظُ ُر أ‬ َ َ‫ق‬
Artinya: “berkata Sulaiman: “Akan Kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu
Termasuk orang-orang yang berdusta.”
3. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat hidup keislaman atau keimanan
seseorang, seperti pengevaluasian Allah Swt terhadap Nabi Ibrahim yang
menyembelih Ismail putera yang dicintainya. Seperti tercantum dalam QS. As-Shaffat
ayat103-107:
ِ ‫الرؤْ يَا إِنَّا َك َذلِ َك نَ ْج ِزي ا ْل ُم ْح‬
َّ‫) إِن‬105( َ‫سنِين‬ ُّ َ‫ص َّد ْقت‬َ ‫) قَ ْد‬104( ‫) َونَا َد ْينَاهُ أَنْ يَا إِ ْب َرا ِهي ُم‬103( ‫سلَ َما َوتَلَّهُ لِ ْل َجبِي ِن‬ ْ َ‫فَلَ َّما أ‬
)107( ‫يم‬ ٍ ‫ح ع َِظ‬ ٍ ‫) َوفَ َد ْينَاهُ بِ ِذ ْب‬106( ُ‫َه َذا لَ ُه َو ا ْلبَال ُء ا ْل ُمبِين‬
Artinya: “tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas
pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: “Hai
Ibrahim, Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya
Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian nyata. Dan Kami tebus anak itu
dengan seekor sembelihan yang besar.
4. Untuk mengukur daya kognisi, hafalan manusia dari pelajaran yang telah
diberikan padanya, seperti pengevaluasian terhadap Nabi Adam tentang asma-asma
yang diajarkan Allah Swt kepadanya di hadapan para malaikat, seperti tercantum
dalam QS. Al-Baqarah ayat 31:
ٓ
َ ٰ ‫ُٔونِى بِأ َ ْس َمٓا ِء ٰهَٓؤُٓاَل ِء إِن ُكنتُ ْم‬8ُ‫ضهُ ْم َعلَى ْٱل َم ٰلَئِ َك ِة فَقَا َل أَ ۢنبِٔـ‬
َ‫ص ِدقِين‬ َ ‫َو َعلَّ َم َءا َد َم ٱأْل َ ْس َمٓا َء ُكلَّهَا ثُ َّم َع َر‬
Artinya: “dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamangbenar orang-orang yang benar!”.
5. Memberikan semacam tabsyîr (berita gembira) bagi yang beraktivitas baik, dan
memberikan semacam iqab (siksa) bagi yang beraktivitas buruk, seperti tercantum
dalam QS. Al-Zalzalah ayat 7-8:,
‫ال َذ َّر ٍة َخ ْيرًا يَّ َر ٗۚه‬ َ َ‫ َم ْن يَّ ْع َملْ ِم ْثق‬٧ -
‫ َو َم ْن يَّ ْع َملْ ِم ْثقَا َل َذ َّر ٍة َش ًّرا ي ََّر ٗه‬٨

6
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia
akan melihat (balasan)nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula

G. Jenis-Jenis Evaluasi Dalam Pembelajaran


Dilihat dari pengertian, tujuan, fungsi dan ruang lingkup sistem pembelajaran, maka
pada hakekatnya pembelajaran adalah adalah suatu program. Artinya evaluasi yang
digunakan dalam pembelajaran adalah evaluasi penilaian hasil belajar. Zainal
Arifin (2016:35-36) menjelaskan ada empat jenis evaluasi penilaian hasil belajar yang
dapat digunakan. Yakni penilaian formatif, penilaian sumatif, penempatan dan penilaian
diagnostik. Hal senada juga dikemukanan Yahya Qahar,(t.th:14-210). Jenis-jenis
evaluasi yang dapat diterapkan dalam pendidikan Islam adalah:
1. Evaluasi Formatif, yaitu penilaian untuk mengetahui dan memantau kemajuan
hasil belajar yang dicapai oleh para peserta didik selama proses belajar berlangsung
dan setelah menyelesaikan satuanprogram pembelajaran (kompetensi dasar) pada mata
pelajaran tertentu, serta untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang memerlukan
perbaikan, sehingga hasil belajar peserta didik dan proses belajar guru menjadi lebih
baik.Tujuan utama penilaian formatif adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran,
bukan untuk menentukan tingkat kemampuan peserta didik. Jenis ini diterapkan
berdasarkan asumsi bahwa manusia memiliki banyak kelemahan sepertitercantum
dalam QS. An-Nisaayat 28 “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan
manusia dijadikan bersifat lemah”. Dan pada mulanya tidak mengetahui apa-apa,
tercantum dalam QS. An-Nahl: 78, sehingga pengetahuan, ketrampilan, dan
sikap itu tidak dibiasakan. “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur”.Untuk itu Allah SWT. menganjurkan agar
manusia berkonsentrasi pada suatu informasi yang didalami sampai tuntas, mulai
proses pencarian, (belajar mengajar) sampai pada tahap pengevaluasian. Setelah
informasi itu dikuasai dengan sempurna, ia dapat beralih pada informasi
yang lain, tercantum dalam QS. Al-Insyirah: 7-8. “Maka apabila kamu telah
selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”.
a. Fungsi, yaitu untuk memperbaiki proses pembelajaran ke arah yang lebih baik
dan efisien atau memperbaiki satuan/rencana pembelajaran
b. Tujuan, yaitu untuk mengetahui penguasaan peserta didik tentang materi
yang diajarkan dalam satu satuan/rencana pembelajaran
c. Aspek yang dinilai, terletak pada penilaian normatif yaitu hasil kemajuan belajar
peserta didik yang meliputi: pengetahuan, keterampilan dan sikap terhadap materi
ajar PAI yang disajikan.
d. Waktu pelaksanaan : akhir kegiatan pembelajaran dalam satu satuan/rencana
pembelajaran.
2. Evaluasi Sumatif, istilah “sumatif” berasal dari kata “sum” yang berarti “total
obtainedby adding together items, numbers or amounst, yaitu evaluasi yang
dilakukan terhadap hasil belajar peserta didik setelah mengikuti pelajaran dalam
satu semester dan akhir tahun untuk menentukan jenjang berikutnya, seperti
tercantum dalam QS. Al-Insyiqaq ayat 19 “Sesungguhnya kamu melalui tingkat

7
demi tingkat (dalam kehidupan). Dan juga dalam QS. Al-Qamar ayat 49 yaitu
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”Dengan
demikian, ujian akhir semester dan ujian nasional termasuk penilaian Sumatif.
Penilaian sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui apakah peserta didik
sudah dapat menguasai standar kompetensi yang telah ditetapkanatau belum. Tujuan
penelian sumatif adalah untuk menentukan nilai (angka) berdasarkan tingkatan hasil
belajar peserta didik yang selanjutnya dipakai sebagai angka rapor. Oleh sebab
itu evaluasi dilakukan mengacu dan pada:
a. Fungsi, yaitu untuk mengetahui angka atau nilai peserta didik setelah
mengikuti program pembelajaran dalam satu catur wulan, semester atauakhir
tahun.
b. Tujuan, untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik
setelah mengikuti program pembelajaran dalam satu catur wulan, semester
atau akhir tahunpada setiap mata pelajaran (PAI) pada satu satuan pendidikan
tertentu.
c. Aspek-aspek yang dinilai, yaitu kemajuan hasil belajar meliputi
pengetahuan, ketrampilan, sikap dan penguasaan peserta didik tentang mata
pelajaran yang diberikan.d.Waktu pelaksanaan, yaitu setelah selesai mengikuti
program pembelajaran selama satu catur wulan, semester atau akhir tahun
pembelajaran pada setiap mata pelajaran (PAI) pada satu tingkat satuan
pendidikan.
3. Evaluasi penempatan (placement), yaitu evaluasitentang peserta didik untuk
kepentingan penempatan di dalam situasi belajar yang sesuai dengan kondisi
peserta didik.
a. Fungsi, yaitu untuk mengetahui keadaan peserta didik termasuk keadaan
seluruh pribadinya, sehingga peserta didik tersebut dapat ditempatkan pada
posisi sesuai dengan potensi dan kapasitas dirinya.
b. Tujuan, yaitu untuk menempatkan peserta didik pada tempat yang
sebenarnya, berdasarkan bakat, minat, kemampuan, kesanggupan, serta keadaan
diri peserta didik sehingga peserta didik tidak mengalami hambatan yang
berarti dalam mengikuti pelajaran atau setiap program bahan yang disajikan
guru.
c. Aspek-aspek yang dinilai, meliputi keadaan fisik, bakat, kemampuan,
pengetahuan, pengalaman keterampilan, sikap dan aspek lain yang dianggap perlu
bagi kepentingan pendidikan peserta didik selanjutnya.
d. Waktu pelaksanaan, sebaiknya dilaksanakan sebelum peserta didik
menempati/menduduki kelas tertentu, bisa sewaktu penerimaan murid baru atau
setelah naik kelas.
4. Evaluasi Diagnostik, yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap hasil penganalisaan
tentang keadaan belajar peserta didik, baik merupakan kesulitan-kesulitan maupun
hambatan-hambatan yang ditemui dalam situasi belajar mengajar:
a. Fungsi, yaitu untuk mengetahui masalah-masalah yang diderita atau
mengganggu peserta didik, sehingga peserta didik mengalani kesulitan,
hambatan atau gangguan ketika mengikuti program pembelajaran dalam satu
mata pelajaran tertentu (PAI). Sehingga kesulitan peserta didik tersebut
dapat diusahakan pemecahannya.

8
b. Tujuan, yaitu untuk membantu kesulitan atau mengetahui hambatan yang
dialami peserta didik waktu mengikuti kegiatan pembelajaran pada satu mata pelajaran
tertentu (PAI) atau keseluruhan program pembelajaran.
c. Aspek-aspek yang dinilai, meliputi hasil belajar, latar belakang kehidupannya,
serta semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran.
d.Waktu pelaksanaan, disesuaikan dengan keperluan pembinaan dari suatu lembaga
pendidikan, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan para peserta didiknya
.
H. Langkah-Langkah Evaluasi
Secara umum, proses pengembangan penyajian dan pemanfaatan evaluasi belajar dapat
digambarkan dalam langkah-langkah berikut (Ramayulis, 2008:225-226) :
1. Penentuan Tujuan Evaluasi
2. Penyususnan Kisi-kisi soal
3. Telaah atau review dan revisisoal
4. Uji Coba (try out)
5. Penyusunan soal
6. Penyajian tes
7. Scorsing
8. Pengolahan hasil tes
9. Pelaporan hasil tes
10. Pemanfaatan hasil tes

I. Cara Pelaksanaan Evaluasi Pendidikan Islam


Evaluasi pendidikan Islam dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu evaluasi terhadap diri
sendiri (self-evaluation) dan terhadap kegiatan orang lain (peserta didik).
1. Evaluasi Terhadap Diri Sendiri
Seorang muslim, termasuk peserta didik, yang sadar dan baik adalah mereka yang
sering melakukan evaluasi diri dengan cara muhasabah dengan menghitung baik
buruknya, menulis autobiografi dan inventarisasi diri (self-inventory), baik mengenai
kelebihan yang harus dipertahankan maupun kekurangan dan kelemahan yang perlu
dibenahi. Evaluasi terhadap diri sendiri yang sesungguhnya akan mampu
menggambarkan keadaan yang sesungguhnya, karena yang mengetahui perilaku
individu adalah individu itu sendiri. Firman Allah SWT. dalam QS. adz-Dzariyat ayat
21: “Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memerhatikan?”
Kelemahan evaluasi diri sendiri adalah cenderung subjektif apabila yang bersangkutan
tidak memiliki kesadaran untuk perbaikan dan peningkatan diri, sebab ia ingin terlihat
sukses, tanpa cacat, dan ingin di depan.
Umat bin al-Khattab berkata: “Hasibu qabla ‘an tuhasabu” (Evaluasilah dirimu
sebelum engkau dievaluasi oleh orang lain) Dengan begitu, individu dituntut waspada
dalam melakukan suatu tindakan, karena semua tindakan itu tidak terlepas dari evaluasi
dari Allah SWT. (QS. al-Baqarah: 115) serta dua malaikat sebagai supervisornya, yaitu
Raqib dan Atid (QS. Qaf: 18).
2. Evaluasi Kegiatan Orang Lain
Evaluasi terhadap perilaku orang lain harus disertai dengan amr maruf dan nahi
munkar (mengajar yang baik dan mencegah yang mungkar). Tujuannya adalah
memperbaiki tindakan orang lain, bukan untuk mencari aib atau kelemahan seseorang.

9
Dengan niatan ini maka evaluasi pendidikan Islam dapat terlaksana (QS. al-Ashr: 3).
Dengan dorongan hawa nafsu dan bisikan setan, individu terkadang melakukan
kesalahan dan perilaku yang buruk. Ia tidak merasakan bahwa tindakannya itu
merugikan di kemudian hari. Dalam kondisi ini, perlu ada evaluasi dari orang lain, agar
ia dapat kembali ke fitrah aslinya yang cenderung baik. Evaluasi dari orang lain
cenderung objektif, karena tidak dipengaruhi hasrat primitifnya.

J. Syarat-Syarat Evaluasi Pendidikan Islam


Syarat-syarat yang dapat dipenuhi dalam proses evaluasi pendidikan Islam adalah sebagai
berikut:
1. Validity. Tes harus dilakukan berdasarkan hal-hal yang seharusnya dievaluasi, yang
meliputi seluruh bidang tertentu yang diinginkan dan diselidiki, sehingga tidak hanya
mencakup satu bidang saja. Soal-soal tes harus memberi gambaran keseluruhan
(representatif) dari kesanggupan anak mengenai bidang itu.
2. Reliable. Tes yang dapat dipercaya yang memberikan keterangan tentang kesanggupan
peserta didik yang sesungguhnya. Soal yang ditampilkan tidak membawa tafsiran yang
macam-macam.
3. Efisiensi. Tes yang mudah dalam administrasi, penilaian, dan interpretasinya. Allah
SWT berfirman: “Maka dia akan dievaluasi dengan pengevaluasian yang mudah” (QS.
al-Insyiqaq:8).

K. Sifat, Macan-Macam, dan Teknik Evaluasi Pendidikan Islam


Sifat-sifat evaluasi yang dapat diterapkan dalam pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
(1) kuantitatif, yaitu hasil evaluasi yang diberikan skor atau nilai dalam bentuk angka,
misalnya 50, 79, dan 100;
(2) kualitatif, yang hasil evaluasi diberikan dalam bentuk pernyataan verbal, misalnya
memuaskan, baik, cukup dan kurang.
Sedang macam-macam evaluasi yang dapat diterapkan dalam pendidikan Islam adalah:
(1) tes tertulis (written test);
(2) tes lisan (oral test); dan
(3) perbuatan {performance test). 
Aspek kognitif biasanya menggunakan tes tertulis maupun lisan, sedangkan aspek
psikomotorik menggunakan tes perbuatan. Teknik yang dapat digunakan dalam evaluasi
pendidikan Islam adalah:
(1) teknik tes, yaitu teknik yang digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik,
meliputi pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil belajar, serta bakat khusus dan
inteligensinya. Teknik ini terdiri atas:
(a) uraian («essay test), baik uraian bebas (free test) maupun uraian terbatas (limited
essay); 
(b) objektif tes, dalam bentuk betul-salah (true-false), pilihan ganda  (Multiple
Choice), menjodohkan (matching), isian (complation) dan jawaban singkat (short
answer)-dan
(c) bentuk tes lain, seperti bentuk ikhtisar, laporan dan bentuk khusus dalam pelajaran
bahasa;

10
(2) ontes, yaitu teknik yang di gunakan untuk menilai karakteristik Ilainnya, misalnya
minat sikap dan kepribadian siswa. Teknik ini rmeliputi observasi terkontrol
wawancara (interview), rating scale, inventori, questionnaire, dan anecdotal accounts.

L. Subjek dan Objek Evaluasi Pendidikan Islam


Subjek atau pelaku evaluasi pendidikan ialah orang yang melakukan pekerjaan evaluasi
dalam bidang pendidikan (Anas Sudjono, 2003: 28). Dengan sendirinya subjek evaluasi
pendidikan di sekolah adalah pendidikan (guru). Sedangkan objek evaluasi pendidikan
Islam dalam arti umum adalah peserta didik. Sementara dalam arti khusus adalah aspek-
aspek tertentu yang terdapat pada peserta didik, di samping sebagai objek juga sebagai
subjek. Oleh karena itu, evaluasi pendidikan Islam dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
pertama, evaluasi diri sendiri (self evaluation intropeksi) kedua, evaluasi terhadap orang
lain (peserta didik) (lihat Q.S. Asyura: 52 dan Q.S. Lukman: 20).
Evaluasi terhadap diri sendiri adalah dengan mengadakan introspeksi atau perhitungan
terhadap diri sendiri. Penilaian yang baik mendapat surga, sedangkan hasil penilaian yang
buruk mendapat neraka (Q.S. al-Baqarah: 165). Umar Bin Khatab juga berkata: “hasibu
qabla an tuhasabu” (evaluasilah dirimu sebelum engkau di evaluasi).
Evaluasi diri terhadap orang lain (peserta didik) merupakan bagian dari kegiatan
pendidikan Islam. Evaluasi dalam konteks “amar ma’ruf dan nahi mungkar”, yang
dibiarkan berlarut-larut dan menyeluruh sehingga peserta didik tidak tenggelam dalam
kebimbangan, kebodohan, kezaliman, dan dapat melakukan perubahan secara cepat ke arah
yang lebih baik dari perilaku sebelumnya (Q.S. al-Mukminin: 35; Q.S. Shaf: 3).

11
Daftar Pustaka

Syar'i Ahmad. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Penerbit Pustaka Firdaus
Mujib Abdul. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Fajar Interpratama Offset
Sawaluddin. 2018. Konsep Evaluasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Islam. Al-Thariqah Vol. 3,
No. 1: 39-53
Masri M. Nazar Al. Evaluasi Menurut Filsafat Pendidikan Islam. Penelitian sosial keagamaan,
Vol.17, No.2: 230-238
Sari Lia Mega. Evaluasi Dalam Pendidikan Islam. Pendidikan Islam, Volume 9, No. 2: 212-231

124

Anda mungkin juga menyukai