Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

1. Konsep kebutuhan dasar

a. Pengertian

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat

terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan

listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke

tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan di distribusikan ke

seluruh tubuh (Haswita, Reni Sulistyowati, 2017).

Cairan dan elekteolit merupakan komponen tubuh yang berperan dalam

memelihara fungsi tubuh dan proses homeostatis. Tubuh kita terdiri atas sekitar 60%

air yang tersebar dalam sel maupun luar sel. Namun demikian, besarnya kandungan

air tergantung usia, jenis kelamin, dan kandungan lemak.(Tarwoto dan Wartonah,

2010).

b. Anatomi

1. Ginjal

Ginjal merupakan pengendali utama terhadap kadar cairan dan elektrolit tubuh.

Total body water (TBW) dan konsentrasi elektrolit sangat ditentukan oleh apa yang

disimpan oleh ginjal. Ginjal sendiri diatur oleh sejumlah hormon dalam menjalankan

fungsinya. Fungsi utama ginjal dalam mempertahankan keseimbangan cairan adalah:

 Pengaturan volume dan osmolalitas CES melalui retensi dan ekskresi selektif

cairan tubuh.

 Pengaturan kadar elektrolit dalam CES dengan retensi selektif substansi yang

dibutuhkan dan ekskresi selektif substansi yang tidak dibutuhkan

 Pengaturan pH CES melalui retensi ion-ion hydrogen


 Ekskresi sampah metabolik dan substansi toksik, Fungsi ginjal menurun seiring

dengan bertambahnya umur. (Wahyudi, Wahid. 2016)

2. Kardiovaskuler

Kerja pompa jantung mensirkulasi darah melalui ginjal di bawah tekanan yang

sesuai untuk menghasilkan urine. Kegagalan pompa jantung ini mengganggu perfusi

ginjal, sehingga akan mengganggu pengaturan air dan elektrolit. (Wahyudi, Wahid.

2016)

3. Paru-paru

Melalui ekshalasi, paru-paru membuang kira-kira 300 ml air setiap hari pada orang

dewasa normal. Kondisi-kondisi abnormal, seperti hiperpnea (respirasi dalam yang

abnormal) atau batuk yang terus menerus meningkatkan kehilangan air,

ventilasi mekanik dengan air yang berlebihan menurunkan kehilangan air. Paru-paru

mempunyai peran penting dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa.

Perubahan pada proses penuaan yang normal menghasilkan penurunan fungsi

pernafasan, menyebabkan kesukaran dalam pengaturan pH pada individu usia

lanjut yang menderita penyakit gawat atau mengalami trauma. (Wahyudi, Wahid.

2016)

4. Kelenjar pituitary

Hipotalamus menghasilkan suatu substansi antidiuretik hormon (ADH), yang

disimpan dalam kelenjar pituitary posterior dan dilepaskan jika diperlukan. Fungsi

ADH termasuk mempertahankan tekanan osmotik sel dengan mengendalikan retensi

atau ekskresi air oleh ginjal dan dengan mengatur volume darah. (Wahyudi, Wahid.

2016)

5. Kelenjar adrenal
Aldosteron, suatu mineralkortikoid yang disekresikan oleh zona glumerosa dari

korteks adrenal. Peningkatan sekresi aldosteron menyebabkan retensi natrium dan

kehilangan kalium, sebaliknya penurunan sekresi aldosteron menyebabkan

kehilangan natrium dan air serta retensi kalium. (Wahyudi, Wahid. 2016)

6. Kelenjar parathyroid

Kelenjar parathyroid yang terletak di sudut kelenjar tiroid, mengatur

keseimbangan kalsium dan fosfat melalui hormon parathyroid (PTH). PTH

mempengaruhi resorpsi tulang, absorpsi kalsium dari usus halus, dan resorpsi

kalsiumdari tubulus ginjal. (Wahyudi, Wahid. 2016).

c. Fisiologi

Air merupakan komponen terbesar dari tubuh manusia. Persentase cairan tubuh

tergantung pada usia, jenis kelamin, dan derajat status gizi seseorang. Seiring dengan

pertumbuhan seseorang, persentase jumlah cairan terhadap berat badan menurun

(Krisna, Hartawan. 2017).

Seluruh cairan tubuh tersebut secara garis besar terbagi ke dalam 2 kompartemen,

yaitu intraselular dan ekstraselular.

1) Cairan intraselular

Pada orang dewasa, sekitar 2/3 dari cairan dalam tubuhnya terdapat di intraselular.

Sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat badannya merupakan cairan

intraselular. (Krisna, Hartawan. 2017).

2) Cairan ekstraselular

Jumlah relatif cairan ekstraselular menurun seiring dengan bertambahnya usia,

yaitu sampai sekitar sepertiga dari volume total pada dewasa.Cairan ekstraselular

terbagi menjadi cairan interstitial dan cairan intravaskular. (Krisna, Hartawan. 2017).
Cairan interstitial adalah cairan yang mengelilingi sel dan termasuk cairan yang

terkandung diantara rongga tubuh(transseluler)seperti serebrospinal, perikardial,

pleura, sendi sinovial, intraokular dan sekresi saluran pencernaan. Sementara, cairan

intravaskular merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah, dalam hal ini

plasma darah. (Krisna, Hartawan. 2017).

Terdapat dua jenis bahan yang terkandung di dalam cairan tubuh, yaitu elektrolit

dan non-elektrolit.

a) Elektrolit

Elektrolit Adalah zat yang terdisosiasi dalam cairan, dibedakan menjadi ion positif

(kation) dan ion negatif (anion). Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah

sodium (Na+ ), sedangkan kation utama dalam cairan intraselular adalah potasium

(K+ ). Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-) dan bikarbonat

(HCO3- ), sedangkan anion utama dalam cairan intraselular adalah ion fosfat

(PO43- ). Kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan interstitial kurang lebih

sama, sehingga nilai elektrolit plasma mencerminkan komposisi dari cairan

ekstraseluler. (Krisna, Hartawan. 2017).

b) Non elektrolit Zat-zat yang termasuk ke dalam nonelektrolit adalah glukosa,

urea, kreatinin, dan bilirubin yang tidak terdisosiasi dalam cairan. (Krisna, Hartawan.

2017).

Pergerakan zat dan air di bagian-bagian tubuh melibatkan transpor pasif, yang tidak

membutuhkan energi terdiri dari difusi dan osmosis,dan transporaktif yang

membutuhkan energi ATP yaitu pompa Na-K. Osmosis adalah bergeraknya

molekulmelalui membran semipermeabeldari larutan berkadar lebih rendah menuju

larutan berkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama. Seluruh membran sel dan kapiler

permeabel terhadap air, sehingga tekanan osmotik cairan tubuh seluruh kompartemen
sama. Tekanan osmotik plasma darah ialah 270-290 mOsm/L4 . (Krisna, Hartawan.

2017).

Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan bergerak

dari konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Difusi tergantung

kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan hidrostatik.Pompa natrium kalium

merupakan suatu proses transpor yang memompa ion natrium keluar melalui membran

sel dan pada saat bersamaan memompa ion kalium dari luar ke dalam. (Krisna,

Hartawan. 2017).

Berikut merupakan beberapa mekanisme pengaturan keseimbangan cairan dan

elektrolit antar kompartemen.

1. Keseimbangan Donnan

Keseimbangan Donnan merupakan keseimbangan antara cairan intraseluler

dengan cairan ekstraseluler yang timbul akibat adanya peran dari sel membran.

Protein yang merupakan suatu molekul besar bermuatan negatif, bukan hanya

ukuran molekulnya yang besar namun merupakan suatu partikel aktif yang

berperan mempertahankan tekanan osmotik. Protein ini tidak dapat berpindah,

tetapi akan mempengaruhi ion untuk mempertahankan netralitas elektron

(keseimbangan muatan positif dan negatif) sebanding dengan keseimbangan

tekanan osmotik di kedua sisi membran. Pergerakan muatan pada ion akan

menyebabkan perbedaan konsentrasi ion yang secara langsung mempengaruhi

pergerakan cairan melalui membran ke dalam dan keluar dari sel tersebut.

(Krisna, Hartawan. 2017).

2. Osmolalitas dan Osmolaritas

Osmolalitas digunakan untuk menampilkan konsentrasi larutan osmotik

berdasarkan jumlah partikel, sehubungan dengan berat pelarut. Lebih khusus, itu
adalah jumlah osmol disetiap kilogram pelarut. Sedangkan osmolaritas

merupakan metode yang digunakan untuk menggambarkan konsentrasi larutan

osmotik. Hal ini didefinisikan sebagai jumlah osmol zat terlarut dalam satu liter

larutan. Osmolaritas adalah properti koligatif, yang berarti bahwa tergantung

pada jumlah partikel terlarut dalam larutan. Selain itu osmolaritas juga

tergantung pada perubahan suhu. (Krisna, Hartawan. 2017).

3. Tekanan Koloid Osmotik

Tekanan koloid osmotik merupakan tekanan yang dihasilkan oleh molekul

koloid yang tidak dapat berdifusi, misalnya protein, yang bersifat menarik air ke

dalam kapiler dan melawan tekanan filtrasi. Koloid merupakan molekul protein

dengan berat molekul lebih dari 20.000-30.000. Walaupun hanya merupakan

0,5% dari osmolalitas plasma total, namun mempunyai arti yang sangat penting.

Karena, hal ini menyebabkan permeabilitas kapiler terhadap koloid sangat kecil

sehingga mempunyai efek penahan air dalam komponen plasma, serta

mempertahankan air antar kompartemen cairan di tubuh. Bila terjadi penurunan

tekanan koloid osmotik, akan menyebabkan timbulnya edema paru (Krisna,

Hartawan. 2017).

4. Kekuatan Starling (Starling’s Forces)

Tekanan koloid osmotik plasma kira-kira 25 mmHg sedang tekanan darah 36

mmHg pada ujung arteri dari kapiler darah dan 15 mmHg pada ujung vena.

Keadaan ini menyebabkan terjadinya difusi air dan ion-ion yang dapat berdifusi

keluar dari kapiler masuk ke cairan interstisiil pada akhir arteri dan reabsorsi

berkisar 90% dari cairan ini pada akhir arteri dan reabsosrsi berkisar 90% dari

cairan ini pada ujung venous. (Krisna, Hartawan. 2017).


d. Perubahan fungsi

Bentuk gangguan yang paling sering terjadi adalah kelebihan atau kekurangan

cairan yang mengakibatkan perubahan volume. (Mangku, Senapati. 2010)

1. Overhidrasi Air,

seperti subtrat lain, berubah menjadi toksik apabila dikonsumsi secara

berlebihan dalam jangka waktu tertentu. Intoksikasi air sering terjadi bila

cairan di konsumsi tubuh dalam kadar tinggi tanpa mengambil sumber

elektrolit yang menyeimbangi kemasukan cairan tersebut. Overhidrasi

terjadi jika asupan cairan lebih besar daripada pengeluaran cairan. Kelebihan

cairan dalam tubuh menyebabkan konsentrasi natrium dalam aliran darah

menjadi sangat rendah.Penyebab overhidrasi meliputi, adanya gangguan

ekskresi air lewat ginjal (gagal ginjal akut), masukan air yang berlebihan

pada terapi cairan, masuknya cairan irigator pada tindakan reseksi prostat

transuretra, dan korban tenggelam. Gejala overhidrasi meliputi, sesak nafas,

edema, peningkatan tekanan vena jugular, edema paru akut dan gagal

jantung. Dari pemeriksaan lab dijumpai hiponatremi dalam plasma. Terapi

terdiri dari pemberian diuretik(bila fungsi ginjal baik), ultrafiltrasi atau

dialisis (fungsi ginjal menurun), dan flebotomi pada kondisi yang darurat.

(Mangku, Senapati. 2010)

2. Dehidrasi

Dehidrasi merupakan suatu kondisi defisit air dalam tubuh akibat

masukan yang kurang atau keluaran yang berlebihan. Kondisi dehidrasi bisa

terdiri dari 3 bentuk, yaitu: isotonik (bila air hilang bersama garam, contoh:

GE akut, overdosis diuretik), hipotonik (Secara garis besar terjadi

kehilangan natrium yang lebih banyak dibandingkan air yang hilang. Karena
kadar natrium serum rendah, air di kompartemen intravaskular berpindah ke

ekstravaskular, sehingga menyebabkan penurunan volume intravaskular),

hipertonik (Secara garis besar terjadi kehilangan air yang lebih banyak

dibandingkan natrium yang hilang. Karena kadar natrium tinggi, air di

kompartemen ekstravaskular berpindah ke kompartemen intravaskular,

sehingga penurunan volume intravaskular minimal). (Mangku, Senapati.

2010)

Gangguan keseimbangan elektrolit yang umum yang sering ditemukan

pada kasuskasus di rumah sakit hanyalah beberapa sahaja. Keadaan-keadaan

tersebut adalah3 :

• Hiponatremia dan hypernatremia

• Hipokalemia dan hyperkalemia

• Hipokalsemia (Mangku, Senapati. 2010)

1. Hiponatremia

Hiponatremia selalu mencerminkan retensi air baik dari peningkatan

mutlak dalam jumlah berat badan (total body weight, TBW) atau hilangnya

natrium dalam relatif lebih hilangnya air. Kapasitas normal ginjal untuk

menghasilkan urin encer dengan osmolalitas serendah 40 mOsm / kg (berat

jenis 1,001) memungkinkan mereka untuk mengeluarkan lebih dari 10 L air

gratis per hari jika diperlukan. Karena cadangan yang luar biasa ini,

hiponatremia hampir selalu merupakan efeknya dari akibat kapasitas

pengenceran urin tersebut . Kondisi hiponatremia apabila kadar natrium

plasma di bawah 130mEq/L. Jika < 120 mg/L maka akan timbul gejala

disorientasi, gangguan mental, letargi, iritabilitas, lemah dan henti


pernafasan, sedangkan jika kadar < 110 mg/L maka akan timbul gejala

kejang, koma. (Mangku, Senapati. 2010)

2. Hipernatremia

Hiperosmolalitas terjadi setiap kali total kandungan tubuh terlarut

meningkatkan relatif terhadap TBW dan biasanya, tapi tidak selalu,

berhubungan dengan hipernatremia ([Na +]> 145 mEq / L).

Hiperosmolalitas tanpa hipernatremia dapat dilihat selama hiperglikemia

ditandai atau mengikuti akumulasi zat osmotik aktif normal dalam plasma.

Jika kadar natrium > 150 mg/L maka akan timbul gejala berupa

perubahan mental, letargi, kejang, koma, lemah.3 Manifestasi neurologis

akan mendominasi dahulu pada pasien dengan hipernatremia dan umumnya

diduga hasil dari dehidrasi selular. Gelisah, lesu, dan hyperreflexia dapat

berkembang menjadi kejang, koma, dan akhirnya kematian. (Mangku,

Senapati. 2010)

3. Hipokalemia

Nilai normal Kalium plasma adalah 3,5-4,5 mEq/L. Disebut hipokalemia

apabila kadar kalium <3,5mEq/L. dapat terjadi akibat dari reditribusi akut

kalium dari cairan ektraselular ke intraselular atau dari pengurangan kronis

kadar total kalium tubuh. Tanda dan gejala hipokalemia dapat berupa

distrimik jantung, perubahan EKG, hipotensi postural, kelehamahan otot

skeletal, poliuria, intoleransi glukosa. (Mangku, Senapati. 2010)

4. Hiperkalemia

Kalium (K+) memainkan peran utama dalam elektrofisiologi dari

membran sel serta karbohidrat dan protein sintesis. Potensial membran sel

istirahat biasanya tergantung pada rasio intraseluler dan ekstraseluler


konsentrasi kalium. Konsentrasi kalium intraseluler diperkirakan 140 mEq /

L, sedangkan konsentrasi kalium ekstraseluler biasanya sekitar 4 mEq / L.

Dalam beberapa kondisi, redistribusi K+ antara cairan ekstraselular dan

kompartemen cairan intraselular dapat mengakibatkan perubahan yang

nyata dalam ekstraseluler K+ tanpa perubahan total konten kalium tubuh

(Mangku, Senapati. 2010)

5. Hipokalsemia

Asupan kalsium pada orang dewasa rata-rata 600-800 mg / d. Penyerapan

kalsium terjadi di usus terutama di usus kecil proksimal tetapi adalah

variabel. Kalsium juga disekresi ke dalam saluran usus, dimana sekresi ini

tampaknya konstan dan independen dari penyerapan. Hingga 80% dari

asupan kalsium harian biasanya hilang dalam feses. Ginjal bertanggung

jawab untuk sebagian besar ekskresi kalsium. Rata-rata ekskresi kalsium

ginjal 100 mg / d namun dapat bervariasi dari serendah 50 mg / d ke lebih

dari 300 mg / d. Biasanya, 98% dari kalsium disaring dan diserap kembali.

Reabsorpsi kalsium paralel dengan natrium dalam tubulus ginjal proksimal

dan loop menaik Henle. Di tubulus distal, bagaimanapun, reabsorpsi

kalsium tergantung pada hormon paratiroid (PTH) sekresi, sedangkan

reabsorpsi natrium tergantung pada sekresi aldosteron. tingkat PTH

meningkat meningkatkan reabsorpsi kalsium distal dan dengan demikian

menurunkan ekskresi kalsium urin. (Mangku, Senapati. 2010).

e. Pemeriksaan Fisik

1. Berat badan : Berat badan pada oasien gangguan keseimbangan

cairan dan elektrolit biasanya mengalami kenaikan

karena penumpukan cairan didalam tubuh.


2. Tingkat kesadaran composmentis sampai coma

3. Tanda-tanda vital : Tanda-tanda vital pada pasien gangguan

keseimbangan cairan dan elektrolit seperti nadi

biasanya normal,tekanan darah meningkat apabila

menderita hipertensi, dan pernafasan akan meningkat

karena adanyan penumpukan cairan di paru-paru.

4. Kepala :

1) Mata : Pada kasus gangguan keseimbangan cairan dan

elektrolit biasanya ditemukan pandangan mata

kabur, dan edema pada kantong mata.

2) Rambut : rambut rontok, tipis, dan kasar

3) Hidung : pernapasan cuping hidung

4) Mulut : ulserasi dan pendarahan, nafas berbau amonia,

muntah serta cegukan, peradangan gusi.

5) Leher : pembesaran vena jugularis

5. Kulit : turgor kulit jelek, dan terlihat bersisik.

6. Paru : Pada auskultasi ditemukan suara roncki

7. Abdomen : Inspeksi biasanya ditemukan distensi pada abdomen.

8. Ekstremitas : Ektremitas mengalami edema

9. Genitalia : Adanya infeksi atau tidak. (dian eka. 2018)


f. Pemeriksaan Diagnostik

1) Hitung darah lengkap, Hb menurun pada adanya anemia, Hb

biasanya kurang dari 7-8 gr.

2) Sel darah merah, menurun pada defesien eritropoetin seperti

azotemia.

3) GDA, Ph menurun, asidosis metabolic (kurang dari 7,2) terjadi

karena kehilangan kemampuan ginjal untuk mengekresi hydrogen

dan ammonia atau hasil akhir katabolisme protein, bikarbonat

menurun, PaCO2 menurun.

4) Kalium, peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai perpindahan

seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan.

5) Magnesium fosfat meningkat.

6) Kalsium menurun.

7) Protein (khusus albumin), kadar serum menurun dapat menunjukkan

kehilangan protein melalui urine, perpindahan cairan, penurunan

pemasukkan atau sintesa karena kurang asam amino esensial.

8) Osmolaritas serum : lebih besar dari 285 mOsm/kg, sering sama

dengan urine. (dian eka. 2018)


2. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Data Dasar

Data dasar ini meliputi data-data yang terkait dengan pasien yang

berisinama, jenis kelamin, tanggal lahir, agam, pendidikan, pekerjaan

dan diagnosa medis pasien.

b. Riwayat Keperawatan

Riwayat keperawatan pada masalah gangguan keseimbangan cairan

dan elektrolit yang perlu diperhatiak meliputi :

1) Asupan cairan dan makanan

2) Pengeluaran cairan melalui urin, fesem atau muntah

3) Penyakit atau cedera yang dapat menyebabkan gangguan

keseimbangan cairan dan eletrolit

4) Status kelebihan atau kehilangan cairan

5) Perubahan berat badan

c. Pengkajian psikososial

Pengkajian psikososial meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawa

untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan

perilaku pasien. Perawat mengumpulkan pemeriksaan awal pasien tentang

kapasitas fisik dan intelektual saat ini, yang menentukantingkatperlunya

psikososial, spiritual yang saksama.


d. Pemeriksaan Fisik

1) Berat badan

2) Tingkat kesadaran composmentis sampai coma

3) Tanda-tanda vital : Tanda-tanda vital pada pasien gangguan

keseimbangan cairan dan elektrolit seperti nadi biasanya normal,

tekanan darah meningkat apabila menderita hipertensi, dan

pernafasan akan meningkat karena adanyan penumpukan cairan

di paru-paru.

4) Kepala :

a) Mata : Pada kasus gangguan keseimbangan cairan dan

elektrolit biasanya ditemukan pandangan mata kabur, dan

edema pada kantong mata.

b) Rambut : rambut rontok, tipis, dan kasar

c) Hidung : pernapasan cuping hidung

d) Mulut : ulserasi dan pendarahan, nafas berbau amonia,

muntah serta cegukan, peradangan gusi.

e) Leher : pembesaran vena jugularis

5) Kulit : turgor kulit jelek, dan terlihat bersisik.

6) Paru : Pada auskultasi ditemukan suara roncki

7) Abdomen : Inspeksi biasanya ditemukan distensi pada abdomen.

8) Ekstremitas : Ektremitas mengalami edema

9) Genitalia : Adanya infeksi atau tidak. (dian eka. 2018)


2. Diagnosa Keperawatan

a. Kelebihan volume cairan

b. Kekurangan volume cairan

NO Dx Keperawatan NOC NIC


1 Kekurangan volume cairan NOC NIC

Definisi : penuruanan cairan  Fluid balance - Timbang

interstisal, dan/ intraseluker,  Hydration popok/pembalut jika

ini mengacu pada  Nutritional status : diperlukan

dehidrasi,kehilangan cairan food and fluid - Pertahnakna catatan

saat tanpa perubahan pada  Intake intake dan output

natrium yang akurat


Kriteria hasil
Batasan Karakteristik - Monitor status hidrasi
 Mempertahankan
 Perubahan status (kelembapan,
urine output sesuai
mental membrane mukosa,
dengan usia dan
 Penurunan tekanan BB, BJ urine nadi adekuat, tekanan

darah normal, HT darah ortostatik)

 Penurunan nadi Normal - Motinor vital sign

 Penurunan tugor kulit  Tekanan darah, - Monitor masukan

 Membrane mukosa nadi, suhu tubuh makanan/cairan

kering dalam batas - Kolaborasi pemberina

 Kulit kering normal cairan IV

 Peningkatan suhu  Tidak ada tanda - Monitor status nutrisi

tubuh dehidrasi - Berikan cairan IV

 Peningkatan frekuensi  Elesitas tugor kulit - Dorong masukan oral

nadi baik - Berikan penggantian

 Kelemahan nesogsrtrik output

- Dorong keluarga
Faktor yang berhubungan untuk membantu

 Kehilangan cairan pasien makan

aktif - Kokaborasi dengan

 Kegagalan mekanisme dokter

regulasi Hypvolemi

- Monitor status cairan

termasuk intake dan

output cairan

- Pelihara IV line

- Monitor tingkat Hb

dan Ht

- Monitor tanda vital

- Monitor respon

pasien terhadap

penambahan cairan

- Monitor BB

- Dorong passion untuk

menambah intake oral

- Pemberian IV

monitor adanya tanda

dan gejala kelebihan

volume cairan

- Monitor adanya tanda

dan gejala gagal

ginjal

No Dx Keperawatan NOC NIC


2 Kelebihan volume cairan NOC NIC
Defenisi : Peningkatan retensi  Electrolit and acid Fluid management

cairan isotonic base balance  Timbang

Batasana Karakteristik :  Fluid balance popok/pembalut jika

 Bunyi nafas  Hydration diperlukan

adventisius Kriteria hasil  Pertahankan catatan

 Gangguan elektrolit  Terbebas dari intake dan output

 Ansietas edema, efusi, yang akurat

 Azotemia anasarka  Pasang urin kateter

 Perubahan TD  Bunyi nafas bersih, jika diperlukan

 Perubahan status tidak ada  Monitor retensi Hb

mental dyspneu/orotpneu  Monitor status

 Perubahan pola  Terbebebas dari hemodinamik

pernapasan distensi vena  Monitor vital sign

 Penuruan Ht jugularis, reflex  Monitor indikasi

 Penurunan Hb hepatojugular (+) retensi/ kelebihan

 Memelihara cairan
 Dipsnea
tekanan vena  Kaji lokasi dan luas
 Edema
sentral edema
 Peningkatan vena
 Terbebas dari  Monitor masukan
sentral
kelelahan makanan/cairan
 Asupan melebihi
 Menjelaskan  Monitor status nutrisi
haluran
indicator kelebihan  Kolaborasi pemberian
 Distensi vena jugularis
cairan deuritik sesuai sesuai
 Oliguria
interuksi
 Ortopnea

 Efusi pleuara
FLUID MONITORING
 Perubahan tekanan
 Tentukan riwayat
arteri pulmonal
 Gelisah jumlah dan intake

 Bunyi jantung S3 cairan dan eleminasi

 Penambahan berat  Tentukan

badan dalam waktu kemungkinan faktor

yang singkat resiko dari ketidak

Faktor yang berhubungan seimbangan cairan

 Gangguan mekanisme  Monitor berat badan

regulasi  Monitor BP, HR, dan

 Kelnihan asupan RR

cairan  Catat seacara akurat

 Kelebihan asupan intake dan output

natrium  Monitor tanda dan

gejala dari oudema

Anda mungkin juga menyukai