Anda di halaman 1dari 6

ANALISA JURNAL

PENGELOLAAN PENYAKIT GRAVES PADA KEHAMILAN

Disusun Oleh Kelompok 2:

1. Citra Ayuning Prihatin


2. Debby Loria Manuputty
3. Friska Friscilia Maollo
4. Hutri Extasa Lagiaduai
5. Nur Fahyina Istiqomah
6. Pusfita Nurhidayah
7. Siti Marfuah
8. Siti Nur Khusnul Khotimah
9. Teguh Arif Santoso

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2020
ANALISA JURNAL

No Resume jurnal
1 Nama Peneliti Laurentius A. Pramono, Nanang Soebijanto
2 Judul Penelitian Pengelolaan Penyakit Graves pada Kehamilan
3 Tempat dan Waktu 1. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Penelitian Universitas Indonesia/ RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta,
Indonesia
2. Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUP Fatmawati, Jakarta,
Indonesia, 2016
4 Tujuan Penelitian Kasus ini diharapkan dapat menjadi awal yang baik untuk
mempelajari penanganan hipertiroidisme (khususnya penyakit
Graves) pada kehamilan.
5 Tinjauan Pustaka 1. Disfungsi tiroid cukup sering ditemukan pada kehamilan.1
Prevalensi terjadinya hipertiroidisme pada kehamilan di
Amerika Serikat adalah 0,1-0,4% dengan etiologi yang
tersering adalah penyakit Graves.1 Secara global,
hipertiroidisme terjadi pada 0,05- 3% dari seluruh
kehamilan.2 Penyakit Graves termasuk dalam kelompok
penyakit autoimun yang angka kejadiannya berkisar 1-2 per
1000 kehamilan.1 Hingga kini belum ada data nasional
mengenai gangguan tiroid pada kehamilan.
2. Selama kehamilan, terjadi perubahan fisiologis kelenjar
tiroid. Perubahan fisiologis yang penting adalah
peningkatan kadar TBG (thyroxine binding globulin)
hingga pertengahan masa kehamilan. Peningkatan TBG
meningkatkan kadar tiroksin total (T4 total) padahal kadar
hormon bebas (T4 bebas/free T4) tetap. Oleh karena itu,
untuk mengetahui status tiroid pasien selama kehamilan
diperlukan pemeriksaan T4 bebas, sedangkan pemeriksaan
T4 total tidak dianjurkan. Sementara itu, kadar TSH
cenderung turun pada trimester pertama kehamilan karena
adanya peningkatan kadar β-HCG (human chorionic
gonadotropin) yang mempunyai struktur molekul mirip
dengan TSH. β-HCG juga menstimulasi kelenjar tiroid
untuk mensekresikan T4 bebas dan menyebabkan gejala
hipertiroidisme. Kondisi tersebut dinamakan gestational
transient thyrotoxicosis (GTT). Pengelolaan penyakit
Graves pada kehamilan membutuhkan pemantauan klinis
dan laboratorium yang cermat dengan harapan dapat
menghindari komplikasi hipertiroid yang tidak diobati bagi
ibu dan janin. Di sisi lain, penggunaan antitiroid yang
berlebihan dapat berdampak hipotiroid pada janin.
3. Kasus berikut ini adalah kasus penyakit Graves pada
kehamilan. Penyakit Graves didiagnosis sebelum
kehamilan anak pertama dengan gejala struma difus dan
klinis toksik disertai oftalmopati kedua mata. Pasien
memiliki riwayat pengobatan buruk, tidak terkontrol, dan
tidak teratur mengonsumsi obat antitiroid.
6 Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dengan desain
penelitian study case dan melalui pendekatan prospektif
7 Pembahasan Hipertiroidisme pada kehamilan paling sering disebabkan
oleh penyakit Graves. Selain penyakit Graves, penyakit lain
penyebab terjadinya hipertiroidisme pada kehamilan adalah
gestational transient hyperthyroidism, goiter toksik
multinoduler, adenoma soliter toksik, tiroiditis subakut, dan
struma ovarium. Penyakit Graves dapat mengalami eksaserbasi
saat kehamilan trimester pertama dan post-partum. Dengan
pengobatan dan pemantauan yang tepat, kondisi ibu dan janin
dapat terkendali. Bila pengelolaan tidak tepat, risikonya adalah
gagal jantung maternal, lahir prematur, dan kematian janin
(abortus).
Membedakan penyakit Graves dengan kehamilan normal
sering tidak mudah. Gejala klinis tirotoksikosis pada kehamilan
sering tumpang tindih dengan kehamilan normal, dapat
ditemukan adanya palpitasi, tidak tahan udara panas, dan kulit
lebih hangat. Gejala yang sangat khas adalah struma,
oftalmopati, palpitasi, dan penurunan berat badan meskipun
makan banyak. Pada pemeriksaan fisik ditemukan oftalmopati,
struma difus, tremor, dan kulit lembap.1,5 Tes diagnostik
hipertiroidisme pada kehamilan adalah fT4 dan TSH. Pada
hipertiroidisme kehamilan, khususnya penyakit Graves, kadar
fT4 meningkat, disertai kadar TSH yang rendah. Namun pada
kehamilan normal sekalipun, dapat juga ditemukan kadar TSH
yang rendah pada trimester pertama kehamilan. Pemeriksaan
anti-TPO dan antrimikrosomal antibodi (AMA) sangat penting
bagi penyakit tiroid autoimun. Pada penyakit Graves
ditemukan adanya peningkatan kadar antiTPO dan AMA.5
Efek fisiologis HCG yang menyebabkan penurunan kadar TSH
dan peningkatan TBG sangat penting untuk dipertimbangkan.
Konsentrasi TSH pada akhir trimester I kehamilan dapat
mencapai kadar 0,03. Dengan demikian, kadar TSH yang
rendah saja tidak cukup untuk mendiagnosis hipertiroidisme
pada kehamilan. Konsentrasi TBG yang tinggi akan menggeser
keseimbangan hormon tiroid bebas dan total, sehingga selama
kehamilan pemeriksaan total T4 tidak disarankan, lebih
dianjurkan pemeriksaan kadar fT4.5 Terdapat dua antibodi
tiroid yang meningkat pada penyakit Graves, yaitu thyroid
antimicrosomal antibodies (thyroid peroxidase antibodies, anti-
TPO) dan thyroid stimulating hormone receptor antibodies
(TRAb). Dua TRAb yang dapat diperiksa adalah TSI
(thyroidstimulating immunoglobulin) dan TBII (thyroid
binding inhibitory immunoglobulin).
Semua pemeriksaan autoimun ini meningkat pada
penyakit Graves dan tidak meningkat pada gestasional
thyrotoxicosis (dapat membedakan penyakit Graves dengan
gestasional thyrotoxicosis). Evaluasi laboratorium dilakukan
dalam interval waktu 3-4 minggu.5 Pemeriksaan TRAb
direkomendasikan pada ibu hamil dengan riwayat penyakit
Graves, terdapat riwayat pengobatan dengan iodium
sebelumnya, operasi sebelum kehamilan, dan anak-anak yang
didiagnosis penyakit Graves. Konsentrasi TRAb tinggi
sebelum persalinan mengindikasikan adanya disfungsi tiroid
pada janin.
Secara ringkas, uji fungsi tiroid pada kehamilan dimulai
dengan pemeriksaan TSH, dilanjutkan dengan fT4. Dari dua
pemeriksaan di atas, diagnosis dapat diarahkan pada
hipotiroidisme subklinis, hipotiroidisme primer,
hipertiroidisme subklinis, hipertiroidisme, dan T3-toksikosis.
8 Hasil penelitian Pada perempuan dengan penyakit Graves yang sudah mendapat
terapi ablasi tiroid, kadar TSI-nya masih tetap tinggi meskipun
secara klinis pasien sudah eutiroid. Selama kehamilan, TSI
dapat melewati plasenta dan terikat dengan reseptor TSH tiroid
janin. Kondisi ini dapat merangsang kelenjar tiroid janin dan
menyebabkan hipertiroidisme yang ditandai dengan
pertumbuhan janin terhambat dan takikardia janin.
Hipertiroidisme janin diterapi dengan pemberian obat anti-
tiroid pada ibu hamil. Setelah dilahirkan, jarang terjadi
hipertirodisme pada neonatus. Kadar TSI yang tinggi pada
kehamilan trimester III dapat menjadi prediktor bagi
hipertiroidisme pada janin dan neonatus. Kondisi ini
diharapkan menjadi perhatian bagi dokter penyakit dalam,
kebidanan-kandungan, dan pediatri yang merawat ibu dan bayi.

KESIMPULAN

Pada jurnal diatas didapatkan hasil penelitian bahwa berbagai perubahan fisiologis
tiroid pada ibu hamil harus dipahami untuk menentukan suatu kondisi termasuk fisiologis
atau patologis. Pemantauan klinis serta laboratorium (fT4 dan TSH) yang baik serta dosis
obat anti-tiroid yang tepat akan menghasilkan keluaran klinis yang baik bagi ibu, janin,
dan kehamilannya. Hipertiroidisme janin diterapi dengan pemberian obat anti-tiroid pada
ibu hamil. Setelah dilahirkan, jarang terjadi hipertirodisme pada neonatus. Kadar TSI yang
tinggi pada kehamilan trimester III dapat menjadi prediktor bagi hipertiroidisme pada janin
dan neonatus. Kondisi ini diharapkan menjadi perhatian bagi dokter penyakit dalam,
kebidanan-kandungan, dan pediatri yang merawat ibu dan bayi. Sehingga pengelolaan
hipertiroidisme pada kehamilan menuntut kerjasama yang baik antara dokter spesialis
penyakit dalam dan kebidanan kandungan.
DAFTAR PUSTAKA

Laurentius A. Pramono, Nanang Soebijanto. 2016. Pengelolaan Penyakit Graves pada


Kehamilan, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia / RS Cipto Mangunkusumo, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUP
Fatmawati, Jakarta, Indonesia : CDK-241/ vol. 43 no. 6 th. 2016

Anda mungkin juga menyukai