Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

“ DHF (DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER)”

Disusun Oleh :

Ulfa Nurul Afifah

(14201.10.18037)

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN PROBOLINGGO
TAHUN AKADEMIK 2020- 2021
A. Anatomi dan Fisiologi DHF

Menurut Hidayat (2017) anatomi darah manusia adalah sebagai


berikut :
a. Darah
Darah merupakan komponen esensial mahkluk hidup yang
beradadalam ruang vaskuler, karena peranannya sebagai media
komunikasi antar sel ke berbagai bagian tubuh dengan dunia luar
karena fungsinya membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan
dan karbon dioksida dari jaringan ke paru-paru untuk dikeluarkan,
membawa zat nutrein dari saluran cerna ke jaringan kemudian
menghantarkan sisa metabolisme melalui organ sekresi seperti
ginjal, menghantarkan hormon dan materi-materi pembekuan
darah.
b. Karakteristik darah
Karakteristik umum darah meliputi warna, viskositas, pH,
Volume dan kompisisinya; Warna, darah arteri berwarna merah
muda karena banyak oksigenyang berkaitan dengan hemoglobin
dalam sel darah merah. Viskositas, viskositas darah 3/4 lebih
tinggi dari pada viskositas air yaitu sekitar 1.048 sampai 1.066.
pH, pH darah bersifat alkaline dengan pH 7.35 sampai dengan
7.45 (netral 7.00). Volume, pada orang dewasa volume darah
sekitar 70 sampai 75 ml/kgBB, atau sekitar 4 sampai 5 liter
darah. Komposisi, darah tersusun atas dua komponen utama
yaitu plasma darah dan sel-sel darah.
c. Struktur sel darah
Sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter
sekitar7.5 mikron, tebal bagian tepi dan bagian tengahnya 1
mikron atau kurang. tersusun atas membran yang sangat tipis
sehingga sangat mudah terjadi diffusi oksigen, karbondioksida
dan sitoplasma, tetapi tidak mempunyai inti sel. Sel darah merah
matang mengandung 200-300 juta hemoglobin (terdiri hem
merupakan gabungan protoporfirin dengan besi dan globin
adalah bagian dari protein yang tersusun oleh 2 rantai alfa dan 2
rantai beta) dan enzim-enzim seperti G6PD (glucose 6 –
phosphate dehydogenase).
d. Haemoglobin
Hemoglobin adalah protein berpigmen merah yang terdapat
dalam sel darah merah. Normalnya dalam darah pada laki-laki
15,5g/dl dan pada wanita 14,0g/dl. Rata-rata konsentrasi
hemoglobin pada sel darah merah 32g/dl.
e. Sel darah putih
Pada keadaan normal jumlah sel darah putih atau leukosit
5000-10000 sel/mm3. Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu yang
bergranulosit dan yang agranulosit.
f. Trombosit
Trombosit merupakan sel tak berinti, berbentuk cakram dengan
diameter 2-5 um, berasal dari pertunasan sel raksasa berinti
banyak megakariosit yang terdapat dalam sumsum tulang. Pada
keadaan normal jumlah trombosit sekitar 150.000-300.000/mL
darah dan mempunyai masa hidup sekitar 1-2 minggu atau kira-
kira 8 hari. Trombosit tersusun atas substansi fospolifid yang
penting dalam pembekuan dan juga menjaga keutuhan pembuluh
darah serta memperbaiki pembuluh darah kecil yang rusak.
Trombosit diproduksi di sumsum tulang kemudian sekitar 80%
beredar disirkulasi darah hanya 20% yang disimpan dalam limpa
sebagai cadangan.

B. DEFINISI

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut


yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang
bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan
kematian.( Hockenberry, 2015).

Dengue Hemmorhagic Fever adalah penyakit yang disebabkan


oleh virus dengue melalui gigitan nyamuk, penyakit ini telah dengan
cepat menyebar di seluruh wilayah WHO dalam beberapa tahun
terakhir. Virus dengue ditularkan oleh nyamuk betina terutama dari
spesies Aedes aegypti dan, pada tingkat lebih rendah, A. albopictus.
Penyakit ini tersebar luas di seluruh daerah tropis, dengan variasi lokal
dalam risiko dipengaruhi oleh curah hujan, suhu dan urbanisasi yang
cepat tidak direncanakan (WHO, 2015).

C. ETIOLOGI
1. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini
termasuk ke dalam Arbovirus (Arthropodborn virus) group B,
tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1, 2, 3 dan 4
keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan
dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus
dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter
40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada
berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel-sel
mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun
sel-sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto,
2015).
2. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan
melalui vektor yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes
albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain
merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan salah
satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup
terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan
terhadap serotipe jenis yang lainnya
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus
merupakan vektor penularan virus dengue dari penderita
kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes
Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban)
sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut
berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak
pada genangan Air bersih yang terdapat bejana-bejana yang
terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang
terdapat di luar rumah di lubang-lubang pohon di dalam
potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami
lainnya (Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai
menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada
waktu pagi hari dan senja hari.
3. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama
kalinya maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik
tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk
terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus
dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan
terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus
dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua
kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang
mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia
telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui
plasenta.
D. KLASIFIKASI
Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever
(DHF) dibagi menjadi 4 tingkat yaitu :
1. Derajat I
Panas 2 – 7 hari , gejala umum tidak khas, uji taniquet
hasilnya positif.
2. Derajat II
Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala-gejala
pendarahan spontan seperti petekia, ekimosa, epimosa,
epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan gusi telinga
dan sebagainya.
3. Derajat III
Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran
darah seperti nadi lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan
nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah menurun (120 / 80
mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg.
4. Derajat IV
Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut
jantung > – 140 mmHg) anggota gerak teraba dingin,
berkeringat dan kulit tampak biru.
E. PATOFISIOLOGI
Secara umum, kelainan yang terjadi pada penyakit DBD akibat
adanya kebocoran plasma yang disebabkan oleh Virus dengue. Hal ini
disebabkan oleh Virus dengue yang dapat menyebabkan kerusakan
pada kapiler sehingga dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas
dinding pembuluh darah dan penurunan volume plasma. Akibatnya,
plasma akan keluar ke ekstravaskular (ruang interstisial dan rongga
serosa). Sedangkan pada intravaskular akan terjadi peningkatan
konsentrasi plasma (hematrokrit/HT meningkat, trombosit menurun,
dan leukosit menurun. Selain itu, akibat virus dengue menginfeksi
endotel dan menyebabkan gangguan fungsi dari endotel maka
pembuluh darah tidak berfungsi dengan baik dan mengakibatkan
kebocoran darah. Apabila kebocoran ini terjadi pada pembuluh darah
kulit akan tampak bercak-cak kemerahan pada kulit yang disebut
petekiae. Sedangkan bila terjadi kebocoran pada saluran pencernaan
akan menyebabkan perdarahanyang terus menerus (Soedarmo,
2015).
Virus dengue masuk kedalam tubuh inang kemudian mencapai
sel target yaitu makrofag. Sebelum mencapai sel target maka respon
imun non-spesifik dan spesifik tubuh akan berusaha menghalanginya.
Aktivitas komplemen pada infeksi virus dengue diketahui meningkat
seperti C3a dan C5a mediator-mediator ini menyebabkan terjadinya
kenaikan permeabilitas kapiler celah endotel melebar lagi. Akibat
kejadian ini maka terjadi ekstravasasi cairan dari intravaskuler ke
extravaskuler dan menyebabkan terjadinya tanda kebocoran plasma
seperti hemokonsentrasi, Hipoproteinemia, efusi pleura, asites,
penebalan dinding vesica fellea dan syok hipovolemik. Kenaikan
permeabilitas kapiler ini berimbas pada terjadinya hemokonsentrasi,
tekanan nadi menurun dan tanda syok lainnya merupakan salah satu
patofisiologi yang terjadi pada DBD (Soedarto, 2010).
F. PATHWAY
G. MANIFESTASI KLINIS
1) Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2
– 7 hari kemudian turun menuju suhu normal atau lebih
rendah.Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala-gejala
klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia.Nyeri punggung,
nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah
dapat menyetainya.( Hidayat, 2017).
2) Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari
demam dan umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji
tocniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat
fungsi vena, petekia dan purpura.(Soedarto, 1990).Perdarahan
ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian
atas hingga menyebabkan haematemesis.(Nelson,
1993).Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan
nyeri perut yang hebat.
3) Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah
teraba, meskipun pada anak yang kurang gizi hati juga sudah.
Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba
kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan
pada penderita.
4) Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak
sakitnya penderita, dimulai dengan tanda – tanda kegagalan
sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari
tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi
pada masa demam maka biasanya menunjukan prognosis
yang buruk.(Soedarto, 2018).
Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan
derajat penyakitnya, tanda dan gejala lain adalah :
 Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan
reaksi perabaan.
 Asites.
 Cairan dalam rongga pleura (kanan).
 Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor koma.
Gejala klinik lain yaitu nyeri epigastrium, muntah –
muntah, diare maupun obstipasi dan kejang – kejang.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hasil laboratorium
 Trombosit menurun <100.000/ μ (pada hari sakit ke 3 – 7
 Hematokrit meningkat 20% atau lebih
 Albumin cenderung menurun
 SGOT, SGPT sedikit meningkat
 Asidosis metabolik pada lab BGA (pc02 < 35 – 40 mmHg,
HCO3 menurun.
 Dengue blatIgM positif IgG positif pada hari ke 6.
 NS 1 positif
2. Foto rontgen
Pemeriksaan foto thorax RLD (Right Lateral Dext) : Efusi
Pleura
3. USG
Pada pemeriksaan USG biasanya ditemukan :
 Asites dan Efusi pleura
 Hepatomegali
G.   PENATALAKSAAN MEDIS
Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF)
menurut UPF IKA adalah :
1. Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan antipiretika
dan “surface cooling”. Antipiretik yang dapat diberikan ialah
golongan asetaminofen,asetosal tidak boleh diberikan pada :
-       Umur 6 – 12 bulan : 60 mg / kali, 4 kali sehari.
-       Umur 1 – 5 tahun : 50 – 100 mg, 4 sehari.
-       Umur 5 – 10 tahun : 100 – 200 mg, 4 kali sehari.
-       Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehari.
2.    Infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari
untuk anak dengan BB < 10 kg atau 50 ml / kg BB / hari untuk
anak dengan BB < 10 10 kg bersama – sama di berikan
minuman oralit, air bauh susu secukupnya.
3. Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan
minum sebanyak – banyaknya dan sesering mungkin.
4.  Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah
cairan infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan
cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan
sebagai berikut :
-       100 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 kg.
-       75 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26 – 30 kg.
-       60 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31 – 40 kg.
-       50 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41 – 50 kg.
5.    Obat-obatan lain :
-       Antibiotika apabila ada infeksi sekunder lain.
-       Antipiretik untuk anti panas.
-       Darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.
Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF)
menurut UPF IKA adalah :
1. Belum atau tanpa renjatan (Grade I dan II) :
Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan
antipiretika dan “surface cooling”. Antipiretik yang dapat
diberikan ialah golongan asetaminofen, asetosal tidak boleh
diberikan pada :
-       Umur 6 – 12 bulan : 60 mg / kaji, 4 kali sehari.
-       Umur 1 – 5 tahun : 50 – 100 mg, 4 sehari.
-       Umur 5 – 10 tahun : 100 – 200 mg, 4 kali sehari
-       Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehari
Terapi cairan :
1. Infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari
untuk anak dengan BB < 10 kg atau 50 ml / kg BB / hari untuk
anak dengan BB < 10 10 kg bersama – sama di berikan
minuman oralit, air bauh susu secukupnya
2.      Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi
disarankan minum sebanyak-banyaknya dan sesering
mungkin.
3.  Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya
jumlah cairan infus yang harus diberikan sesuai dengan
kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam yang
diestimasikan sebagai berikut :
-       100 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 kg.
-       75 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26 – 30 kg.
-       60 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31 – 40 kg.
-       50 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41 – 50 kg.
-       Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain,
antipiretik untuk anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari
perdarahan hebat.
2.    Dengan Renjatan (Grade III) :
1)   Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari
80 mmHg dan nadi teraba dengan frekuensi kurang dari
120/mnt dan akral hangat) lanjutkan dengan Ringer Laktat
10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan infus
tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan
kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi
cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu (24
jam dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi
renjatan). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jm
diperhitungkan sebagai berikut :
-  100 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 kg.
-   75 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26 – 30
kg.
-  60 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31 – 40 kg.
-  50 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41 – 50 kg.
2)      Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20
mL/Kg BB/1 jam keadaan tensi masih terukur kurang dari
80 mmHg dan andi cepat lemah, akral dingin maka
penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma
ekspander (dextran L atau yang lainnya) sebanyak 10 mL/
Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB
dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membai
dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan cairan selama 24
jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu
setelah dapat mengatasi renjatan.
3)      Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer
Laktat 10 mL/Kg BB/ 1 jam keadaan tensi menurun lagi,
tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat
lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus
memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L
atau lainnya) sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat
diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.
Bila pasien sudah masuh dalam tahap DSS (Dengue
Syok Syndrom) yaitu pada grade 3 atau 4 maka
penatalaksanaan yang terpentingadalah pengelolaan
cairan diantaranya adalah : Resusitasi volume pada DSS
adalah Pilihan cairan colume intra verkuler dan
kemampuan menyumpal vaskuler. Cepat
mempertahankan volume vaskuler, bertahan lama didalam
intra vaskuler sehingga cepat mengatasi syok.
Hal – hal yang perlu dipertahankan dalam tubuh / cairan
pada DSS :
 Kristaloid
·      R / C
·      NacL 0,9%
Tujuan : memperbaiki volume extra vaskuler
seperti pada diare akut dengan dehidrasi.
 Koloid
·      HES
·      Wida HES
·      Voluven
·      Fima HES, dll.
Efek yang menguntungkan :
-       Dapat meningkatkan ankotik plasma.
-       Dapat meningkatkan volume darah.
-       Dapat membatasi kebocoran vaskuler
 Kolaborasi Medis àPemberian terapi /oksigen.
 Transfusi komponen darah
·      Komponen yang biasa dipakai FFP : 15 cc /
kg BB.
·      Bila terdapat trombositopeni beratàTrombosit
konsentrit (Trombo < 30.000 / m3).
 Obat – Obatan (Kolaborasi Medis)
·      Pemberian Antibiotika
·      Pemberian obat antipiretik
·      Imunoglobolin intravena (Gamaras)
·      Bicnat bila asidosis metabolic
H. ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
a.    Identitas : Umur, Alamat (daerah endemis, lingkungan rumah /
sekolah ada yang terkena DB)
b.   Riwayat Kesehatan
1)   Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat
pengkajian) : panas, muntah, epistaksis, pendarahan gusi.
2)   Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita
pasien saat masuk rumah sakit) : kapan mulai panas?
3)   Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama
atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien)
4)   Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama
atau penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota
keluarga yang lain baik bersifat genetic atau tidak)
5)   Riwayat tumbuh kembang: adakah keterlambatan tumbuh
kembang?
6)   Riwayat imunisasi
c.       Pemeriksaan Fisik
1)      Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi
(berat badan, panjang badan, usia)
2)      Pemeriksaan per system
a)      System persepsi sensori :
-       Penglihatan : edema palpebra, air mata ada/tidak,
cekung/normal
-       Pengecapan : rasa haus meningkat/tidak, tidak
lembab/kering
b)      System persyarafan : kesadaran, menggigil, kejang,
pusing
c)      System pernafasan : epistaksis, dispneu, kusmaul,
sianosis, cuping hidung, odem pulmo, krakles
d)     System kardiovaskuler : takikardi, nadi lemah dan
cepat/tak teraba, kapilary refill lambat, akral
hangat/dingin, epistaksis, sianosis perifer, nyeri dada
e)      System gastrointestinal :
-       Mulut : membrane mukosa lembab/kering,
pendarahan gusi
-       Perut : turgor, kembung/meteorismus, distensi, nyeri,
asites, lingkar perut
-       Informasi tentang tinja : warna (merah, hitam),
volume, bau, konsistensi, darah, melena
f)       System integument : RL test (+)?, petekie, ekimosis,
kulit kering/lembab, pendarahan bekas tempat
injeksi?
g)      System perkemihan : bak 6 jam terakhir,
oliguria/anuria
Gejala klinis didapatkan :

 Derajat I : Demam disertai gejala


konstitusional yang tidak khas, manifestasi
perdarahan hanya berupa uji torniquet positif dan
atau mudah memar, trombositopeni dan
hemokonsentrasi.
 Derajat II : Manifestasi klinik pada derajat
derajat I disertai perdarahan spontan dibawah kulit
seperti ptekhie, hematoma dan perdarahan dari
tempat lain.
 Derajat III : Manifestasi klinik pada penderita
derajat II ditambah dengan terdapat kegagalan
sistem sirkulasi, nadi cepat dan lemah atau
hipotensi, disertai kulit dingin dan sembab atau
gelisah.
 Derajat IV : Manifestasi klinik pada penderita
derajat III ditambah dengan renjatan yang berat
ditandai tekanan darah tidak terukur dan nadi tidak
teraba.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermi b/d proses infeksi virus dengue (viremia)


2. Kekurangan volume cairan b/d perpindahan cairan dari
intravaskuler ke ekstravaskuler
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
intake in adekuat
4. Resiko syok hipovolemik b/d permeabilitas membran meningkat
5. Resiko cedera (perdarahan) b/d trombisitopenia
III. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1.    Hipertermi berhubungan dengan Proses Infeksi Virus
Dengue (Viremia)
 Tujuan : Suhu tubuh normal kembali setelah
mendapatkan tindakan perawatan.
 Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 – 37 °c, membran
mukosa basah, nadi dalam batas normal (80 – 100
x/mnt), Nyeri otot hilang.
 Intervensi :
a. Berikan kompres (air biasa / kran).
b. Berikan / anjurkan pasien untuk banyak minum 1500 –
2000 cc/hari (sesuai toleransi).
c.  Anjurkan keluarga agar mengenakan pakaian yang
tipis dan mudah menyerap keringat pada klien.
d.   Observasi intake dan output, tanda vital (suhu, nadi,
tekanan darah) tiap 3 jam sekali atau lebih sering.
e.    Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan
pemberian obat antipiretik sesuai program.
2.    Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan
Perpindahan Cairan Dari Intravaskuler Ke Ekstravaskuler
 Tujuan : Tidak terjadi devisit voume cairan / Tidak terjadi
syok hipovolemik.
 Kriteria : Input dan output seimbang, Vital sign dalam
batas normal (TD 100/70 mmHg, N: 80 – 120 x/mnt),
Tidak ada tanda presyok, Akral hangat, Capilarry refill < 3
detik, Pulsasi kuat.
 Intervensi :
a. Observasi vital sign tiap 3 jam / lebih sering. 
b. Observasi capillary Refill.
c. Observasi intake dan output. Catat jumlah, warna,
konsentrasi, BJ urine. 
d. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari (sesuai
toleransi). 
e.Kolaborasi : Pemberian cairan intravena, plasma atau
darah. 
3.    Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
berhubungan dengan Intake In Adekuat
 Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi.
 Kriteria : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi, tidak terjadi
penurunan berat badan, Nafsu makan meningkat, porsi
makanan yang disajikan mampu dihabiskan klien, mual
dan muntah berkurang.
 Intervensi :
a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. 
b.Observasi dan catat masukan makanan pasien.
 Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas
kekurangan konsumsi makanan.
c. Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan). 
d. Berikan / Anjurkan pada klien untuk makanan sedikit
namun sering dan atau makan diantara waktu makan. 
e. Berikan dan Bantu oral hygiene. 
f. Hindari makanan yang merangsang (pedas / asam) dan
mengandung gas. 
g. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang penting
nutrisi/ makanan bagi proses penyembuhan.
h.    Sajikan makanan dalam keadaan hangat.
i.      Anjurkan pada klien untuk menarik nafas dalam jika
mual.
j.      Kolaborasi dalam pemberian diet lunak dan rendah
serat.
k.    Observasi porsi makan klien, berat badan dan keluhan
klien.
4.    Resiko Syok Hipovolemik berhubungan dengan
Permeabilitas Membran Meningkat
 Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik.
 Kriteria : Tanda Vital dalam batas normal.
 Intervensi :
a.Monitor keadaan umum pasien. 
b.Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih. 
c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda
perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi perdarahan.
d.Kolaborasi : Pemberian cairan intravena.
 Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi
kehilangan cairan tubuh secara hebat.
e.Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombo. .
5.      Resiko Cedera (Perdarahan) berhubungan dengan
Trombisitopenia
 Tujuan : Tidak terjadi perdarahan selama dalam masa
perawatan.
 Kriteria : TD 100/60 mmHg, N: 80 – 100 x/menit reguler,
pulsasi kuat, tidak ada perdarahan spontan (gusi, hidung,
hematemesis dan melena), trombosit dalam batas normal
(150.000/uL).
 Intervensi :
a. Anjurkan pada klien untuk banyak istirahat tirah
baring (bedrest). 
b. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga
tentang bahaya yang dapat timbul akibat dari adanya
perdarahan, dan anjurkan untuk segera melaporkan
jika ada tanda perdarahan seperti di gusi,
hidung(epistaksis), berak darah (melena), atau
muntah darah (hematemesis). 
c. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi
yang lunak, pelihara kebersihan mulut, berikan
tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah dan
Observasi tanda-tanda perdarahan serta tanda vital
(tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan).
d. Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium secara
berkala (darah lengkap).
e. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang
disertai tanda klinis. 
f.   Monitor trombosit setiap hari.
g.  Kolaborasi dalam pemberian transfusi (trombosit
concentrate).
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Azis Alimul.2017. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 2. Salemba


Medika : Jakarta
Hockenberry, Wilson.2015. Wong’s Nursing Care Of Infants And Children Eighth
Edition. Mosby Elsevter : Canada.

Mansjoer, Arif & Suprohaita. 2018. Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas
Kedokteran UI : Media Aescullapius : Jakarta.

Soedarmo SSP,dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Ikatan Dokter Anak
Indonesia : Jakarta.

Soedarto, 2010. Pedoman Diagnosis dan Terapi. F.K. Universitas Airlangga


:Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai