Soal:
1. Pendidikan pada hakikatnya memiliki 2 tujuan utama yakni membantu orang menjadi
pintar dan lebih baik, dimana ”baik” tersebut mengacu pada nilai-nilai moral yang
memiliki kebaikan yang obyektif.
a. Jelaskan apa yang dimaksud nilai obyektif berdasarkan proses terbentuknya?
b. Apa yang dimaksud pendidikan karakter?
2. Pendidikan karakter memiliki beberapa dasar keilmuan diantaranya yaitu sosiologi dan
psikologi.
a. Apa yang membedakan pandangan sosiologi dan psikologi terhadap pendidikan
karakter, dan bagaimana bentuk/cara pendidikan karakter pada pandangan sosiologi
maupun psikologi?
b. Dalam kacamata psikologi manusia memiliki potensi menerima dan mengembangkan,
jelaskan proses yang terjadi antara potensi manusia dalam menerima hingga
mengembangkan nilai terhadap lingkungan sebagai sumber nilai.
3. Pendidikan karakter merupakan desain pendidikan yang terencana mulai dari sumber nilai,
tempat implementasi dan pengembangan nilai, hingga membentuk karakter siswa. Desain
pendidikan tersebut marupakan Grand Design pendidikan karakter dalam skala macro
maupun micro.
a. Jabarkan secara singkat dan jelas desain strategi makro pendidikan karakter!
4. Tujuan utama pendidikan karakter adalah mengiternalisasikan nilai pada peserta didik
sehingga peserta didik tersebut mengakui dan menerima nilai moral sebagai nilai diri
(kepribadian).
a. Bagaimana proses/ tahapan menanamkan nilai sehingga nilai tersebut terinternalisasi
pada diri siswa?
b. Apa saja cara pewarisan (transmisi) nilai dan cara pengembangan (konstruksi) nilai!
5. Revolusi Industri 4.0 merupakan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang
pesat serta berdampak pada bidang pendidikan bahkan sudah menggeser peran guru
sebagai sumber ilmu. Perkembangan teknologi tersebut pasti akan terus berlanjut dan
semakin memberi kemudahan untuk manusia.
a. Apakah nantinya guru secara keseluruhan akan tergantikan oleh teknologi? Jelaskan
jawabanmu!
Nama : Yuliana Pujiastutik
NPM : 2086206019
Kelas : PGSD 1 - A
1. A. Objektif berarti dalam memberikan penilaian itu harus melihat dari fakta dan
data di lapangan tanpa ada intervensi dari pihak manapun, serta tanpa ada politik
kepentingan didalamnya.
3. 8,5-14 tahun
Pada fase ini, menurut Bronfenbrenner anak berada pada fase peer-oriented morality.
Anak-anak bertindak cenderung sesuai dengan teman sebaya atau peer group-nya.
Pada fase ini anak telah mengerti golden rules atau moral baik atau buruk. Pada fase
ini, internalisasi dapat dilakukan dengan:
- Memberikan training pada anak agar memiliki keahlian tertentu (kesenian, olahraga,
dll)
- Memelihara hubungan & komunikasi yg baik
- Membantu membangun konsep diri positif
- Diskusi
- Menyeimbangkan, antara memberi anak kebebasan dan mengontrol mereka.
4. 16-19 tahun
Pada fase ini menurut Bronfenbrenner, anak berada pada fase collective-oriented
morality, artinya anak merasa memiliki tanggung jawab untuk menjaga keutuhan
kelompoknya. Menurut Kohlberg, fase ini disebut law & order stage / social contract
stage. Anak akan patuh pada peraturan yang ada, karena ia memahami bahwa
kesetiaan pada peraturan-peraturan yang ada adalah kewajibannya, agar ketertiban dan
ketentraman masyarakat terjaga. Proses internalisai nilai pada remaja usia ini antara
lain:
- Mengajarkan untuk memegang teguh prinsip-prinsip moral dan HAM
- Mengajak anak berdiskusi mengenai prinsip menghargai orang lain dan kewajiban
sebagai anggota sistem social.
- Masalah moral yang terjadi dalam masyarakat dan bentuk kontribusi yang bisa
dilakukan untuk system sosialnya.
- Berikan pengalaman nyata partisipasi dalam komunitas, misal organisasi pramuka,
ekstrakurikuler, dsb.
- Target di masa depan, agar anak memiliki motivasi yang kuat untuk bekerja keras
mencapai tujuannya.