Anda di halaman 1dari 8

I.

PEMERIKSAAN NERVUS OLFAKTORIUS (N I)

Nervus olfaktorius tersusun atas sel-sel nervus olfaktorius yang terdapat pada
mukosa rongga hidung bagian atas. Serabut saraf yang keluar dari badan sel saraf ini
membentuk 20 berkas serabut saraf pada setiap sisi rongga hidung. Serabut-serabut ini
menembus lamina kribriformis ossis ethmoidalis dan serabut-serabut sarafnya bersinaps di
neuron-neuron bulbus olfaktorius. Terdapat dua jenis sel yang menyusun bulbus
olfaktorius yaitu sel mitral dan sel berjambul (tufted cells). Serabut-serabut saraf yang
keluar dari kedua jenis sel tersebut membentuk berkas saraf yang disebut traktus
olfaktorius.

Gambar 1. Epitel olfaktorius

Sensasi bau timbul akibat hantaran impuls oleh serabut-serabut saraf yang keluar
dari badan sel mitral ke korteks lobus piriformis dan amigdala, sedangkan sel berjambul
menghantarkan impuls olfaktorik ke hipotalamus untuk membangkitkan reflek olfaktorik-
kinetik, yaitu timbulnya salivasi akibat mencium bau tertentu.
Gambar 2. Skema Nervus Olfaktorius
Syarat Pemeriksaan nervus Olfaktorius (N I):
- Pasien harus sadar, jalan nafas bebas, atrofi (-), GCS (456).
- Bahan yang digunakan tidak iritatif seperti formalin, amoniak, merica, alcohol, atau cuka).
- Bahan tidak menimbulkan sensai isis (contoh:menthol) bisa salah persepsi
- Bahan harus dikenal (tembakau, kopi, the, vanili, sabun, jeruk.
- Diutamakan kemampuan membau daripada identifikasi bau.

Prosedur pemeriksaan nervus Olfaktorius (N I)


- Memberitahukan kepada penderita bahwa daya penciumannya akan diperiksa.
- Melakukan pemeriksaan untuk memastikan tidak ada sumbatan/polip/ingus/kelainan
lainnya pada rongga hidung.
- Meminta penderita untuk menutup salah satu lubang hidung.
- Meminta penderita untuk mencium bau-bauan tertentu (misalnya: ekstrak kopi,
ekstrak jeruk, vanili, atau tembakau) melalui lubang hidung yang terbuka.
- Meminta penderita menyebutkan jenis bau yang diciumnya.
- Pemeriksaan yang sama dilakukan juga untuk lubang hidung kontralateral.

Gambar 3. Pemeriksaan N I
Interpretasi Hasil Pemeriksaan :
- Terciumnya bau-bauan secara tepat menandakan fungsi nervus olfaktorius kedua sisi
adalah baik.

- Hilangnya kemampuan mengenali bau-bauan (anosmia) yang bersifat unilateral tanpa


ditemukan adanya kelainan pada rongga hidung merupakan salah satu tanda yang
mendukung adanya neoplasma pada lobus frontalis cerebrum.
- Anosmia yang bersifat bilateral tanpa ditemukan adanya kelainan pada rongga hidung
merupakan salah satu tanda yang mendukung adanya meningioma pada cekungan
olfaktorius pada cerebrum. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat dari trauma ataupun
pada meningitis. Pada orang tua dapat terjadi gangguan fungsi indra penciuman ini
dapat terjadi tanpa sebab yang jelas. Gangguan ini dapat berupa penurunan daya
pencium (hiposmia). Bentuk gangguan lainnya dapat berupa kesalahan dalam
mengenali bau yang dicium, misalnya minyak kayu putih tercium sebagai bawang
goreng, hal ini disebut parosmia.
- Selain keadaan di atas dapat juga terjadi peningkatan kepekaan penciuman yang
disebut hiperosmia, keadaan ini dapat terjadiakibat trauma kapitis, tetapi kebanyakan
hiperosmia terkait dengan kondisi psikiatrik yang disebut konversi histeri. Sensasi bau
yang muncul tanpa adanya sumber bau disebut halusinasi olfaktorik. Hal ini dapat
muncul sebagai aura pada epilepsi maupun pada kondisi psikosis yang terkait dengan
lesi organik pada unkus.
Gangguan yang terjadi pada kelainan nervus Olfaktorius (N I):
Anosmia, Hiposmia, Hiperosmia, Disosmia, Parosmia, kakosmia, Halusinasi penciuman,
Trauma (fraktur lamina cribosa), Olfactory grove meningioma
II. PEMERIKSAAN NERVUS OPTIKUS (N II)
Nervus optikus tersusun atas serabut-serabut axon saraf yang berasal dari sel-sel
ganglionik di retina. Axon saraf yang berasal dari sel-sel saraf tersebut bersinaps dengan
serabut-serabut dendrit sel-sel saraf pada area corpus geniculatum lateralis, pulvinar dan
collilus superior membentuk pusat visual primer.
Axon saraf yang berasal dari sel-sel saraf pada corpus geniculatum lateralis,
pulvinar dan collilus superior membawa impuls ke pusat visual di korteks yang terletak
pada cuneus. Perjalanan serabut saraf yang membentuk nervus optikus dapat dilihat pada
skema berikut ini.

Gambar 4. Skema Nervus Optikus

Fungsi nervus optikus dapat di periksa dengan beberapa teknik pemeriksaan. Pada
bagian latihan akan dibatasi pada pemeriksaan visus dan lapangan pandang (visual field)
sedangkan funduskopi akan dilatihkan pada topik Ophtalmologi.
PEMERIKSAAN DAYA PENGLIHATAN (VISUS).
Pemeriksaan visus pada bagian neurologi pada umumnya tidak dikerjakan
menggunakan kartu Snellen tetapi dengan melihat kemampuan penderita dalam mengenali
jumlah jari-jari, gerakan tangan dan sinar lampu.

Prosedur pemeriksaan daya penglihatan (visus) :


1. Memberitahukan kepada penderita bahwa akan diperiksa daya penglihatannya.
2. Memastikan bahwa penderita tidak mempunyai kelainan pada mata misalnya, katarak,
jaringan parut atau kekeruhan pada kornea, peradangan pada mata (iritis, uveitis),
glaukoma, korpus alienum.
3. Pemeriksa berada pada jarak 1- 6 meter dari penderita.
4. Meminta penderita untuk menutup mata sebelah kiri untuk memeriksa mata sebelah
kanan.
5. Meminta penderita untuk menyebutkan jumlah jari pemeriksa yang diperlihatkan
kepadanya.
6. Jika penderita tidak dapat menyebutkan jumlah jari dengan benar, maka pemeriksa
menggunakan lambaian tangan dan meminta penderita menentukan arah gerakan
tangan pemeriksa.
7. Jika penderita tidak dapat menentukan arah lambaian tangan, maka pemeriksa
menggunakan cahaya lampu senter dan meminta penderita untuk menunjuk asal
cahaya yang disorotkan ke arahnya.
8. Menentukan visus penderita.
9. Melakukan prosedur yang sama untuk mata sebelah kiri.

PEMERIKSAAN LAPANGAN PANDANG.


Pemeriksaan lapangan pandang bertujuan memeriksa batas-batas penglihatan bagian
perifer. Pemeriksaan ini dapat dikerjakan dengan 3 teknik, yaitu:
1. Test konfrontasi dengan tangan
2. Test dengan kampimeter
3. Test dengan perimeter.
Dalam latihan pemeriksaan nervus cranialis ini jenis test pertama yang akan dilatihkan,
sedangkan test kedua dan ketiga akan dilatihkan pada topik ophtalmologi.

Prosedur pemeriksaan lapangan pandang (test konfrontasi dengan tangan)


1. Meminta penderita duduk berhadapan dengan pemeriksa pada jarak 1 meter.
2. Meminta penderita menutup mata kirinya dengan tangan untuk memeriksa mata
kanan.
3. Meminta penderita melihat hidung pemeriksa
4. Pemeriksa menggerakkan jari tangannya dari samping kanan ke kiri dan dari atas ke
bawah.
5. Meminta penderita untuk mengatakan bila masih melihat jari-jari tersebut.
6. Menentukan hasil pemeriksaan.
7. Mengulangi prosedur pemeriksaan untuk mata sebelah kiri dengan menutup mata
sebelah kanan.

Gambar 5. Test konfrontasi

Jenis-jenis kelainan lapangan pandang (visual field defect) :


- Total blindness : tidak mampu melihat secara total.
- Hemianopsia : tidak mampu melihat sebagian lapangan pandang (temporal; nasal;
bitemporal; binasal)
- Homonymous hemianopsia
- Homonymous quadrantanopsia
Pemeriksaan warna:
- Menggunakan buku ischihara atau kumpulan benar wool, kemudian pasien disuruh
mencari benang wool yang berwarna sama dengan yang ditunjuk pemeriksa.
Pemeriksaan Funduskopi:
- Melakukan penilaian terhadap papil, pembuluh darah, dan retina, dengan menggunakan
oftalmoskopi direct ataupun indirect.
- Caranya: (oftalmoskop direct) mata yang diperiksa pada pasien menggunakan mata yang
sama oleh pemeriksa, kemudian pasien diminta lihat jauh kedepan, dan pemeriksa
melakukan fiksasi menggunakan jari tengah kemudian perlahan maju mengarahkan cahaya
oftalmoskop ke dalam pupil kemudian menilai, papil, pembuluh darah, dan retina.

Diagnosis gangguan NERVUS OPTIKUS (N II):


Kelainan pada nervus optikus dapat menyebabkan gangguan penglihatan seperti gangguan visus
dan gangguan lapangan pandang, buta warna, Optic Neuritis, Pituitary tumor, Ischemic optic
neuropathy, Optic Nerve Glioma, Leber disease.

Anda mungkin juga menyukai