Anda di halaman 1dari 5

Seminar Nasional Matematika dan Aplikasinya, 21 Oktober 2017

Surabaya, Universitas Airlangga

KAJIAN OPERATOR ACCRETIVE DAN SIFAT


KETERBATASAN PADA RUANG HILBERT
Susilo Hariyantoe1), Y.D Sumanto2), Solikhin3), Abdul Aziz
1
Departemen Matematika, Fakultas Sains dan Matematika, Universtas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang Semarang
1)
sus2_hariyanto@yahoo.co.id
2)
ydsumanto@gmail.com
3)
soli_erf@yahoo.com
4)
abdul_aziz01@yahoo.com

Abstract— Dalam artikel ini pertama-tama akan yang telah telah menerapakan kajian tentang
dibahas tentang suatu jenis operator linear yang operator linear terbatas maupun tertutup pada
dikonstruksikan pada ruang Hilbert. Jenis ini masalah Cauchy. Penelitian ini telah dilanjutkan
dikaitkan dengan sifat bagian riil dari hasil kali oleh penulis dan dipublikasikan pada tahun 2013.
dalam bentuk tertentu harus positif atau nol.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
Operator dengan sifat tertentu ini disebut operator
accretive. Selanjutnya artikel ini juga akan penulis bermaksud mengkaji jenis operator lain
membahas keterkaitan operator accretive yang yakni operator accretive. Harapannya setelah
belum tentu merupakan operator terbatas dengan membahas secara detail tentang operator accretive
suatu semigrup kontraksi. Akhirnya, dengan definisi ini, maka penulis pada kesempatan lain mampu
keterbatasan tegas accretive dan  -accretive mengakaitkan jenis operator ini dengan masalah
diperoleh suatu dalil-dalil yang dinyatakan dalam Cauchy abstrak dimana operator-operator yang
beberapa teorema yang merupakan inti dari terlibat merupakan operator accretive.
pembahasan materi dalam artikel ini.
II. DASAR TEORI
Keywords— Accretive, operator, semigrup operator. Sebelum menjabarkan mengenai operator
accretive dan sifat keterbatasannya, terlebih
I. PENDAHULUAN dahulu dibahas tentang operator self-adjoint.
Salah satu kajian pokok dalam bidang analisa Setelah itu akan dikaji kaitannya operator self
fungsional adalah teori operator. Operator adjoint dan sifat accretive. Oleh karena itu pada
merupakan suatu fungsi yang mengawankan dari bagian ini akan diberikan terlebih dahulu tentang
ruang vektor ke ruang vektor lain. Konsep ini operator self adjoin dan contohnya.
lebih khusus dibandingkan pengertian fungsi Definisi 2.1(Weidmann)
dalam kalkulus, yakni daerah asal maupun kawan Operator dikatakan Self-adjoint atau Hermitian
tidak sekedar merupakan himpunan akan tetapi dalam kasus ∗ =
berupa ruang vektor. Contoh 2.2
Ruang vektor merupakan suatu himpunan tak Untuk setiap ∈ ℂ[0,1] dan ∈ ( [0,1])
kosong yang dilengkapi dengan suatu operasi didefinisikan
penjumlahan dan pergandaan dengan fieldnya dan ( )( ) = ( ) ( )
memenuhi sifat-sifat tertentu. Sifat-sifat tertentu Jika ∈ ℂ[0,1] dengan ( )∗ = ̅
inilah yang menarik untuk dikaji ketika dua buah Dan Untuk setiap ∈ ℂ[0,1] bernilai real maka
ruang vektor direlasikan dengan suatu fungsi operator self-adjoint
(operator). Bukti:
Pada tahun 1989, Dai telah menyelesaikan Andaikan , ℎ ∈ [0,1] dan = ( )∗ ℎ yang
secara lengkap masalah Cauchy dalam bentuk
diperoleh dari ∈ ( [0,1])dengan ∈ ℂ[0,1]
operator matrik secara lengkap. Sedangkan dalam
kasus dimensi takhingga diantaranya telah maka 〈 , ℎ〉 = 〈 , ( )∗ ℎ〉
dibicarakan oleh Carrol dan Showalter (1976). =〈 , 〉
Tahun 1979, Favini dengan menggunakan karena = ( )∗ ℎ
tranformasi Laplace menyelesaikan masalah Berdasarkan definisi adjoint
Cauchy dalam ruang Banach. Selanjutnya
penyelesaian ini dilanjutkan oleh Favini dan ( )ℎ( ) = ( ) ( )ℎ( )
dipublikasikan dalam aritikel-artikelnya di tahun
1985, 1988, 1989 dan 1990. Di awal tahun 1996, =∫ ( ) ( )ℎ( )
Thaller memperkenalkan masalah Cauchy
nondegenerate. Penyelesaian masalah Cauchy
orde dua pada ruang Banach dipiblikasikan oleh =∫ ( ) ( )
Hernandez (2005). Demikian beberapa ilmuwan Persamaan ini benar jika ( ) = ( )ℎ( )

11
Seminar Nasional Matematika dan Aplikasinya, 21 Oktober 2017
Surabaya, Universitas Airlangga

Sehingga 4) Jika dan adalah self-adjoint, kemudian


( )= ( ) self-adjoint jika dan hanya jika =
= ℎ( ) ( ) Bukti:
= ℎ( ) ( ) 1) Diambil sebarang ∈ ℋ.
= ℎ( ) ( ) 〈( + )( ), 〉 = 〈 ( ) + ( ), 〉
Karena sifat unik dari adjoint maka dapat = 〈 ( ), 〉 + 〈 ( ), 〉
disimpulkan = 〈 , ∗ ( )〉 +
( )∗ ℎ( ) = ( ) 〈 , ∗ ( )〉 = 〈 , ( )〉 + 〈 , ( )〉
= ( )ℎ( ) = 〈 ∗ ( ), 〉 +
= ̅ ℎ( ) 〈 ∗ ( ), 〉 = 〈 ∗ ( ) + ∗ ( ), 〉
Karena ( )∗ ℎ( ) = ̅ ℎ( ) = 〈( + )∗ ( ), 〉

Maka ( )∗ = ̅ Jadi, + = ( + ) .
Kemudian akan dibuktikan bahwa memenuhi sifat 2) Diambil sebarang ∈ ℋ.
self-adjoint = ∗ 〈 , 〉 = 〈 , ( )∗ 〉 = 〈 , ∗ ∗ 〉
Untuk setiap ∈ ℂ[0,1] bernilai real, hal ini =〈 , 〉
= 〈 ∗ ∗ , 〉 = 〈( )∗ , 〉
berarti ̅ =
3) Diambil sebarang ∈ ℋ
Sehingga ( )∗ = ̅
Untuk sembarang operator komposite
= ∗
: ℋ → ℋ dan ∗ : ℋ → ℋ. Jika ∈ ℋ
Jadi terbukti bahwa adalah operator self- dan ‖ ‖ ≤ 1,
adjoint. 〈 ∗ ( ), 〉 ≤ ‖ ∗ ( )‖‖ ‖ ≤ ‖ ∗ ( )‖ ≤
Selanjutnya dari definisi dan contoh diatas, ‖ ∗ ‖ = ‖ ‖ , dan
maka di bawah ini diberikan beberapa teorema 〈 ∗ ( ), 〉 ≤ ‖ ∗ ( )‖‖ ‖ ≤ ‖ ∗ ( )‖
penting yang berlaku pada operator self adjoint ≤ ‖ ∗‖ = ‖ ‖
yang akan digunakan untuk membahas sifat-sifat
keterbatasan operator accretive. Karena = ∗ yang berarti self-adjoint, maka
Teorema 2.3 (Berberian) terbukti bahwa ∗ = ∗

Misalkan T operator linear pada ℋ. Pernyataan - Untuk sembarang operator komposite ∗ +


berikut ini masing-masing adalah ekuivalen: : ℋ → ℋ dan + ∗ : ℋ → ℋ. Jika ∈ℋ
(a) adalah Self-adjoint dan ‖ ‖ ≤ 1,
(b) ( | ) = ( | ) untuk setiap , ∈ ℋ 〈 ∗ + ( ), 〉 ≤ ‖ ∗ + ( )‖‖ ‖
(c) ( | ) = ( | ) untuk setiap ∈ ℋ ≤ ‖ ∗ + ( )‖
(d) ( | ) real, untuk setiap ∈ ℋ ∗
≤ ‖ + ‖ = ‖ + ‖ = ‖2 ‖
Dan
Bukti: 〈 + ∗ ( ), 〉 ≤ ‖ + ∗ ( )‖‖ ‖

(a) Berarti (b) : ( | ) = ( | )Karena T self- ≤ ‖ + ∗ ( )‖
adjoint berakibat ≤ ‖ + ∗ ‖ = ‖ + ‖ = ‖2 ‖
( | ∗ )=( | ) Karena = ∗ yang berarti self-adjoint, maka
(b) Berarti (c) : Di misalkan = ∈ ℋ terbukti bahwa ∗ + = + ∗
sedemikian hingga( | ) = ( | ) 4) Diambil sebarang ∈ ℋ
maka( | ) = ( | ∗ )Karena T self-adjoint ⟹ 〈 ( ), 〉 = 〈 ( ), ∗ ( )〉 = 〈 , ∗ ∗ ( )〉
berakibat ( | ∗ ) = ( | ) = 〈 , ( )〉 = 〈( )∗ ( ), 〉
(c) Berarti (d) : untuk setiap ∈ ℋ adalah real = 〈 ( ), 〉
karena ( | )∗ = ( | ) ⇐ 〈 ( ), 〉 = 〈 ( ), ∗ ( )〉 = 〈 , ∗ ∗ ( )〉
Kemudian dari (c) ( | ) = ( | ) = 〈 , ( )〉 = 〈( )∗ ( ), 〉
(d) Berarti (a) : Dari (d) memerlihatkan bahwa
= 〈 ( ), 〉
( | ) = ( | )∗ kemudian karena ( | ) =
Jadi dari bukti kanan dan kiri terbukti bahwa
( | )∗ = ( | ) = ( ∗ | ) sehingga = dengan = ∗ adalah self adjoint.
= ∗ adalah self adjoint
Teorema 2.4(Berberian)
Jika T adalah operator, terdapat self adjoint
Teorema 2.3(Berberian) operator A dan B sedemikian hingga = + .
1) Jika dan adalah self-adjoint, maka Maka
+ = ( + )∗ 1
2) Jika adalah self adjoint, dan real, = ( + ∗)
2
adalah self-adjoint 1
3) Jika adalah sembarang operator, ∗ = = ( − ∗)
∗ 2
dan + ∗ = ∗ +

12
Seminar Nasional Matematika dan Aplikasinya, 21 Oktober 2017
Surabaya, Universitas Airlangga

Bukti: = 〈( + ∗ ) , 〉 ≥ 0

Definisi A dan B oleh pernyataan sebelumnya, (bagian real ( + ) operator self adjoint non-
merupakan self adjoint, dan negatif)
= + , berlaku juga = + , dengan Sehingga karena + ∗ meruapan operator self-
C dan D self-adjoint. Maka = ∗ + ∗ = − adjoint non-negatif maka merupakan operator
oleh karena + ∗ = 2 dan + ∗ = 2 . accretive
Maka = dan = .
(⟸)
III. PEMBAHASAN Operator self-adjoint jika = ∗ sehingga karena
Diberikan ℋ ruang Hilbert dan ℒ(ℋ) suatu dari bentuk kartesian + = , oleh karena
himpunan operator-operator linear pada ℋ. bagian real nya + ∗ merupakan operator self-
Perhatikanlah definisi operator accretive berikut: adjoint non-negatif. Sehingga dapat dikatakan
Definisi 3.1 bahwa operator self-adjoint non negatif pada
Operator T ∈ℒ(ℋ) disebut operator accretive jika bagian realnya merupakan operator accretive.
〈 , 〉≥0 untuk setiap u∈ℋ. 〈 , 〉≥0∀ ∈ℋ
Contoh 3.2: Untuk sebuah operator accretive terbatas T, T
Diberikan operator nol ∶ℋ→ ℋdi ruang ℒ(ℋ) dikatakan terbatas jika dan hanya jika untuk setiap
kemudian didefinisikan dengan 〈θ , 〉 = θ untuk x ∈ D(T), terdapat bilangan positif M sedemikian
setiap ∈ℋ. Akan ditunjukkan bahwa operator hingga ‖ ‖ ≤ M, dengan mengingat ft( ) =
tersebut accretive dengan memenuhi 〈θ , 〉≥ 0 untuk t> 0, kita temukan ‖ ‖ ≤ 1. Dengan
Bukti: kata lain, kita peroleh kontruksi semigrup.
Sebelum membuktikan bahwa adalah accretive Kenyataannya, setiap pengerjaan setiap T adalah
akan dibuktikan terlebih dahulu bahwa adalah tidak terbatas.
operator linier yang berada di ℒ(ℋ). Contoh 3.4:
Untuk setiap , ∈ ℋ dengan ( ) = ( ), Diberikan operator nol ∶ℋ→ ℋ pada ruang
( ) = ( )dan skalar , maka ℒ(ℋ) kemudian didefinisikan dengan 〈θ , 〉 = θ
( + ) = ( + )= ( ) + ( ) untuk setiap ∈ℋ. Akan ditunjukkan bahwa
= ( ) + ( ) , dan operator tersebut accretive jika dan hanya jika
( ) = ( )= ( )= ( ). memenuhi kaidah adjoint.
Terbukti bahwa operator = adalah operator Bukti:
linier di ℒ(ℋ) Telah dibuktikan pada contoh sebelumnya bahwa
Kemudian akan dibuktikan bahwa = adalah merupakan operator linier pada ruang ℒ(ℋ).
operator accretive. Berdasarkan definisi operator Kemudian akan ditunjukkan bahwa operator nol
nol, memenuhi kaidah self-adjoint.
( )= ( )= untuk setiap ∈ (θ) = ℋ 〈θ , 〉 ≥ 0 ∀ ∈ ℋ ⟺ 〈θ , 〉 + 〈θ , 〉 ≥ 0
akan berlaku〈 ( ), 〉 = dengan ∈ ℋ, akan ∀ ∈ℋ
ditunjukkan bahwa operator adalah operator ⟺ 〈θ , 〉 + 〈 , θ∗ 〉 ≥ 0 ∀ ∈ ℋ
accretive di ℒ(ℋ). ⟺ 〈θ , 〉 + 〈 , θ 〉 ≥ 0 ∀ ∈ ℋ
Diambil sebarang ∈ ℋ, maka ⟺ 〈θ , 〉 + 〈θ∗ , 〉 ≥ θ∀ ∈ ℋ
〈 ( ), 〉= 〈θ( ), 〉 ≥ θ = 0, ∀ ∈ ℋ ⟺ 〈(θ + θ∗ ) , 〉 ≥ θ∀ ∈ ℋ
Terbukti. Terbukti, bahwa + * merupakan self-adjoint
Operator Accretive adalah operator self- non negatif.
Adjoint Non-negatif. Sebelum menjabarkan Definisi3.5 (Bounded strictly accretive)
mengenai hubungan operator accretive dan Sebuah operator ∈ ℒ(ℋ) dikatakan strictly
operator self-adjoint, terlebih dahulu akan accretive jika terdapat > 0 sedimikian hingga
dijelaskan mengenai operator self-adjoint. 〈 , 〉 ≥ ‖ ‖ untuk setiap ∈ ℋ.
Proposition 3.3
∈ ℒ(ℋ) adalah accretive jika dan hanya Contoh 3.6:
jika + ∗ adalah operator selfadjoint non Diberikan operator nol ∶ℋ→ ℋ di ruang ℒ(ℋ)
negatif. kemudian didefinisikan dengan 〈θ , 〉 = ̅ untuk
Bukti: setiap ∈ℋ . Akan ditunjukkan bahwa operator
Diambil sebarang ∈ ℒ(ℋ) tersebut strictly accretive dengan memenuhi
(⟹) 〈 , 〉≥ ‖ ‖ .
Dari definisi accretive diperoleh 〈 , 〉≥
0 ∀ ∈ ℋ. Karena 〈 , 〉 selalu bernilai Bukti:
positif maka, Dari contoh 1 telah dibuktikan bahwa adalah
〈 , 〉+ 〈 , 〉= 〈 , 〉+ 〈 , ∗ 〉 operator linier dan merupakan operator accretive.
Kemudian akan dibuktikan bahwa adalah
=〈 , 〉+ 〈 , 〉 operator accretive yang kuat.Diketahui bahwa
=〈 , 〉+ 〈 ∗ , 〉

13
Seminar Nasional Matematika dan Aplikasinya, 21 Oktober 2017
Surabaya, Universitas Airlangga

operator nol dan 〈θ , 〉 = ̅ dengan ∈ ℋ, Pilih ( ) ≡ 1, = , kita peroleh.


akan ditunjukkan bahwa operator adalah 1
operator accretive yang kuat.
‖ ‖ = ( ∗+ ) ( − )
2
Diambil sebarang ∈ ℋ dari yang diketahui Dengan aplikasi dari Cauchy-Schawrtz,
bahwa operator adalah operator accretive, maka |〈 ( ) , 〉| ≤
〈θ , 〉 ≥ 0, kemudian akan dikatakan kuat jika 1
terdapat > 0 sedemikian hingga 〈θ , 〉 ≥ | ( )| ( ∗ + ) ( − ) ( ∗
2
‖ ‖ untuk ∈ ℋ. Maka, karena ‖ ‖ ≥ >
0, sehingga benar bahwa 〈θ , 〉 ≥ ‖ ‖ . + )( − )
Teorema 3.7 1 ∗
Dimisalkan bahwa T adalah operator strictly ≤ sup| ( )| ( + ) ( − )
2 ∈
accretive terbatas, dan diberikan > . Jika ∗
( + ) ( − )
( ), maka
1 ∗
‖ ( )‖ ≤ sup| ( )| ≤ sup | ( )| ≤ sup| ( )| ( + ) ( − )
2 ∈
Bukti: ( ∗
+ ) ( − )
Diberikan ∈ Ψ( ). Kita dapat mengambil
| ( )| ∗
= − karena > dan maka = sup ∈ ∫ ( + ) ( −
( )= ∫ ( )| | −1 2 12
12 −∞∞( ∗+ )12 − −1 2 12
= ∫ ( )( − )

1 ∗
= ( )[( − ) +( + ) ] = sup ∈ | ( )| ‖ ‖‖ ‖
2
= sup | ( )| ‖ ‖‖ ‖
= ∫ ( )[ +( ∗ ] Sehingga teorema terbukti.
( ) )
( ∗ ) ( )
= ∫ ( )[ ] DAFTAR PUSTAKA
( )( ∗ )
( ∗ ) Berberian, S.K., 1994, A First Course in Real Analysis,
= ∫ ( )[ ]
( )( ∗ ) Springer-Verlag, Berlin-Heidelberg-New York.
Carroll, R.W & Showalter,R.E. (1976). Singular and
1 ∗ ∗ Degenerate Cauchy Problems. Math. Sci.
= ( )( + ) ( + )( − )
2 Engrg., Vol. 127. New York-San Fransisco-
London; Academic Press.
Sekarang, terdapat ∈ Ψ( ) sedemikian Dai, L. (1989), Singular Control Systems, Lecture Notes
hingga ⟶ seragam di himpunan bagianyang in Control and Inform, Sci., Vol.118. Berlin-
kompak dari . Heidelberg-New York; Springer-Verlag.
Favini, A. (1979). Laplace Tranform Method for a Class
( )= ∫ ( )| | of Degenerate Evolution Problems. Rend. Mat.
= ( )( − ) Appl. (2) 12.

Favini, A. (1980). Controllability Condition of Linear
1 degenerate Evolution Systems. Appl. Math.
( )[( − ) ∗
= +( + ) ] Optim.
2 Favini, A. (1981). Abstract Potential Operator and
Spectral Method for a Class of Degenerate
1 ∗ ∗
Evolution Problems. J. Differential Equations,
= ( + ) ( + )( − ) 39.
2
Favini, A.(1985). Degenerate and Singular Evolution
Jadi, ( ) ⟶ ( ). Equations in Banach Space. Math. Ann., 273.
Oleh karena( ∗ + ) ( ∗ + )( − ) dapat Favini, A., Plazzi, P. (1988). On Some Abstract
di pecah menyesuaikan bentuk inner-product, Degenerate Problems of Parabolic Type-1 the
maka Linear Case. Nonlinear Analysis, 12.
1 Favini, A., Plazzi, P. (1989). On Some Abstract
( )= ( )( ∗ + ) ( ∗ Degenerate Problems of Parabolic Type-2
2 theNonlinear Case. Nonlinear Analysis, 13.
+ )( − ) Favini, A., Plazzi, P. (1990). On Some Abstract
menyebabkan Degenerate Problems of Parabolic Type-3
1 Applications to Linear and Nonlinear
〈 ( ) , 〉= 〈 ( )( ∗ + ) ( Problems. Osaka J. Math. 27.
2 Favini, A., Yagi, A. (1992). Space and Time Regularity

− ) ,( + ) ( for Degenerate Evolution Equations. J. Math.
− ) 〉 Soc. Japan, 44.
Untuk semua , ∈ℋ

14
Seminar Nasional Matematika dan Aplikasinya, 21 Oktober 2017
Surabaya, Universitas Airlangga

Hariyanto, S., Aryati, L., dan Widodo, (2013), Thaller, B. & Thaller, S. (1996a). Factorization of
Generalized Nonhomogeneous Abstract Degenerate Cauchy Problems : The Linear
Degenerate Cauchy Problem, Applied Case. Operator Theory Journal, 121-146.
Mathematical Sciences, Vol.7, No. 49, Hikari Thaller, B. & Thaller, S. (1996b). Approximation of
Ltd. 2441-2453. Degenerate Cauchy Problems, SFB F0003
Hernandez M. (2005). Existence Result For Second- ”Optimierung und Kontrolle” 76, University of
Order Abstract Cauchy Problem With Graz.
NonLocal Conditions. Electronic Journal of Weidman, J. (1980). Linear Operators in Hilbert
Differential Equations, Vol 2005. Spaces, Berlin-Heidelberg- New York:
Kappel, F. & Schappacher, W. (2000). Strongly Springer-Verlag.
Continuous Semigroups, An Introduction. Zeidler, E. (1990). Nonlinear Functional Analysis and
Pazy, A. (1983). Semigroups of Linear Operators and Its Applications II/A. Berlin-Heidelberg- New
Applications to Partial Differential Equations, York: Springer-Verlag,
New York: Springer-Verlag. Weidman, J. (1980). Linear Operators in Hilbert
Thaller, B. (1992). The Dirac Eqution, Text and Spaces, Berlin-Heidelberg- New York:
Monographs in Physics, Heidelberg-New Springer-Verlag.
York: Springer Verlag.

15

Anda mungkin juga menyukai