Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2020/21.1 (2020.2)

Nama Mahasiswa : Maimunatus Sakdiya


Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 837411341
Tanggal Lahir : 11 November 1990
Kode/Nama Mata Kuliah : MKDK4002 / perkembangan peserta didik
Kode/Nama Program Studi : 118 / PGSD-S1
Kode/Nama UPBJJ : 71 / UT Surabaya
Hari/Tanggal UAS THE : Selasa / 8 Desember 2020

Tanda Tangan Peserta ujian

Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
Surat Pernyataan
Mahasiswa
Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama Mahasiswa : Maimunatus Sakdiya
NIM : 837411341
Kode/Nama Mata Kuliah : MKDK4002 / Perkembangan peserta didik
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Program Studi : PGSD
UPBJJ-UT : UT Surabaya
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE
pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam
pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya
sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik
dengan tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE
melalui media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan
peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari
terdapat pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung
sanksi akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.

Pamekasan, 8 Desember 2020


Yang Membuat Pernyataan

Maimunatus Sakdiya
NASKAH UAS-THE TAKE
UJIAN AKHIR SEMESTER- HOME EXAM
UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2020/21.1

Perkembangan Peserta Didik


MKDK4002

JAWABAN
1. Tahap pertama, hambatan moralitas juga disebut (heteronomous morality), bercirikan kekakuan, penyesuaian
yang sederhana. Para remaja melihat sesuatu seperti hitam dan putih tidak kelabu, jadi cukup tegas karena
mereka egosentrik. Mereka berpendapat bahwa peraturan tidak dapat berubah, sehinga prilaku seseorang
dapat betul atau salah. Sekalipun demikian anak-anak juga sering kali tidak menurut/taat pada perturan,
mereka curiga satu sama lain
Tahap kedua, moralitas kerja sama juga disebut (autonomous morality) bercirikan moral yang fleksibel
(kenyal). Anak-anak yang telah matang banyak bergaul dengan teman sebaya maupun dengan orang dewasa,
mereka kurang bersifat egosentrik. Mereka berpendapat luas sering kali bertentangan dengan yang terdapat di
rumah. Mereka berpendapat bahwa tidak ada sesuatu yang dapat di ubah. Karena peraturan di buat oleh orang
maka peraturan itu juga itu dapat di ubah oleh orang lain serta kebutuhan. Mereka selalu mencari sesuatu di
belakang tindakan, dan apabila terjadi pelanggaran hukuman harus di terapkan dengan tepat. Mereka dapat
merumuskan kodeh moralitasnya sendiri.
2. Tahapan dalam penerapan metode Lovaas adalah
1 Perintah
2 Respon
3 Oergaan sebagai bantuan
4 Mengurangi peragaan
5 Menggunkan imbalan
Tahapan dalam penerapan metode Lovaas dpat dikaji lebih lanjut sebagai berikut:
a. Perintah
Perintah diberikan secara singka, jelas, konsisten, diberikan hanya sekali, tidak di ulang-ulang,.
Perintah singkat, berupa satu kata missal lihat, masukkan, ikut, buka dan tunjuk. Perintah
konsisten tidak berubah-ubah dan harus sama antara yang digunakan dis sekolah dan di rumah
b. Respon
Anak akan merespon perintah dengan benar, setengah benar, salah, atau tidak ada respon sama
sekali. Tunggu beberapa saat bila respon betul atau setengah betul pada perintah pertama atau
kedua, beri imbalan
c. Respon sebagai bantuan
Anak Autis mengalami kesulitan dalam menerima perintah secara penuh, oleh karenanya itu perlu
bantuan dalam melakukan keterampilan atau perintah atau perilakuyang diinginkan
d. Mengurangi peragaan
Penggunaan peragaan sebagai salah satu bantuan merupakan salah satu cara untuk merespon
yang benar. Namun cara ini biasanya menjadi ketergantungan pada anak
e. Menggunakan imbalan
Imbalan digunakan sebagai hadiah bagi siswa yang merespon positif atau benar dari perintah
guru. Biasanya imbalan itu berupa aktivitas positif seperti pemberian makanan yang disukai siswa
Pendapat lain dikemukakan oleh Handojo (2009) Yang menyebutkan bahwa ada
beberapa teknik dalam persiapan sebelum melaksanakan pembelajaran/terapi dengan metode
ABA/Lovaas, yaitu dalam terapi harus memperhatikan ruangan terapi dan persiapan anak.
Penggunaaan ruanga terapi dan persiapan anak dapat dijelaskan sebagai berikut:
 Ruang terapi
Ruang yang digunakan dalam terapi harus ruangan hkusus bebas distraksi (one-on-one).
Ruangan yang digunakan tidakalh terlalu luas berkisar 1,5 x 1,5 m² sampai dengan 2 x2 m²
karena jika terlalu luas maka anak akan lebih leluasa untuk bergerak dan susah untuk di
control. Rungan ini memerlukan 3 kursi untuk2 terapis dan 1 kursi untuk duduk anak
berhadapan. Membutuhkan lemari belajar, rak, untuk alat atau bahan perlengkapan
Ruang terapi sebaiknya dibuat kedap suara, sehingga suara dari luar tidak mendistraksi anak.
Sebaiknya suara terapis tidak mengganggu suasana ruangan terapi. Dalam ruangan juga harus
memiliki penerangan yang cukup, aventilasi dan suhu ruangan yang nyaman.sebaiknya
hindari hiasan dinding yang mencolok. Idealnya ruangan juga terdapat alat bantu pengamat
ini dapat digunakan sebagai perekam kejadian yang nantinya dapat digunakan terapis dalam
mengamati ulang bagaimana anak dapat digunakan sebagai bahan pelengkap
 Persiapan anak
Untuk mendapatkan keberhasilan terapi, maka perlu diperhatikan kemampuan awal anak.
Dalam hal ini perlu diperhatikan terkait kepatuhan dan kontak mata pada anak. Kepatuhan
dan kontak mata merupakan pintu masuk dalam metode ABA. Kepatuhan akan bentuk ketika
anak diperlakukan dengan motivasi, imbalan, kasih saying yang hangat
Apabila kepatuhan tidak terbentuk secara spontan maka kepatuhan dapat diajarkan melalui
Discret Trial Training. Sedangkan untuk melatih kontak matamenurut Handojo (2009;7) dapat
“dilatihkan dengan cara memberikan instruksi “lihat” setelah anak duduk patuh dikursinya,
nantikan kintak mata dari anak. Bila mata anak tertuju pada mata terapis (walaupun hanya
sebentar) berikan imbalan. Bila tidak berhasil dalam menginstruksikan “lihat” sambil
melakukan prompt yaitu memegang kepala anak dengan kedua belah tangan. Tempelkan
telapak tangan di pipi kanan dan pipi kiri agak arah ke telinga, arahkan pandangan anak ke
mata terapis. Bila berhasil segera berikan imbalan. Bila berhasil segera berikan imbalan. Bila
cara ini tidak berhasil lakukan dengan cara mengarahkan makanan atau benda tersebut 5 cm
di depan mata terapis kemudian instruksikan, laukan minimal 3 kali dan bila berhasil berikan
imbalan segera. Tahap berikutnya berikan instruksi “lihat” tanpa menggerakkan tangan dan
bila berhasil berikan imbalan. Untuk memperlama kontak mata maka tunda terlebih dahulu
pemberian imbalan sampai pada detik ke 5.
3. a. Ibu Lince seharusnya memperlakukan kedua anakanya dengan cara yang tidak sama, hal ini
disebabkan karena usia mereka adalah usia yang sangat berbeda. Kebutuhan kedua anak Ibu Lince
penangannya bebeda karena Anak yang pertama usia 16 tahun, dia sudah masuk pada fase remaja,
sedangakan anak ke dua dari Ibu Lince masih usia 9 tahun yang masih masuk katogori anak-anak,
maka kebutuhan keduanya sangatlah berbeda
b. -Memberikan rsa aman kepada anak, dengan memberitahukan kepada anaka secara tegas apa
yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan, dapat membantu anak untuk menghindari rasa
bersalah atau malu karena karena telah berbuat salah. Hal ini dapat terjadi karena disiplin
memungkinkan anak untuk hidup sesuai standart yang telah disepakati dan mendapat persetujuan
oleh oleh kelompok sosialnya
-Berusaha belajar bersikap sesuai denga cara yang akan mendatangkan pujian yang ditafsirkan
sebagai tanda penerimaan dirinya. Hal ini penting bagi anak agar tumbuh dan berkembang secara
positif
-Mendorong anak mencapai apa yang di harapkan dari dirinya, jika disiplin tersebut sesuai
dengan perkembangan dirinya
-Membantu anak mengembangkan hati nuraninya dan mengasah intuisi dalam dirinya,
sehingga dia dapat mengambil keputusan secara bertanggung jawab dan juga dapat
mengendalikan tingkahlakunya
4. Konsultasi kolaboratif
Konsultasi kolaboratif (collaborative consultation) adalah saling tukar informasi antara professional
dari semua disiplin yang terkait untuk memperoleh keputusan legal dan intruksional yang
berhubungan dengan siswa yang membutuhkan layanan pendidikan khusus. Yang dimaksud dengan
professional dalam hal ini adlah guru PLB, guru kelas atau guru bidang studi, konselor, psikolog, dan
atau ahli-ahli lain yang terkait. Beberapa ahli telah mengembangkan model konsultasi kolaboratif
untuk melakukan tindakan pencegahan dan rehabilitasi siswa yang membutuhkan layanan
pendidikan khusus dikelas regular. Berdasarkan model yang mereka buat guru PLB dan guru regular
bersama anggota tim lainnya akan melakukan diskusi untuk menentukan sifat dan ukuran-ukuran
yang dipergunakan untuk menentukan masalah siswa, memilih dan merekomendasikan tindakan,
merencanakan dan mengimplementasikan program pembelajran, dan melakukan evaluasi hasil
intervensi serta melakukan perencanaan ulang jika diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai