PENDAHULUAN
Latar Belakang
seminimal mungkin. Karena setiap kelebihan berat yang tidak perlu akan berakibat
terhambatnya fungsi atau kerja mesin serta memperbanyak biaya produksi. Supaya
tertentu harus diuji. Penguji yang lainnya untuk menyelidiki kesalahan, perlakuan atau
kelemahan dalam konstruksi untuk mecapai maksud ini harus dilakukan serangkaian
Praktikum Metalurgi Fisik adalah ilmu praktik yang mengenalkan beberapa alat
pengujian bahan dan mempelajari cara pengoperasian alat pengujian bahan serta beberapa
teori yang harus dilakukan. Alat yang digunakan untuk praktikum pengujian bahan ini
adalah alat Uji Tarik, Uji Impack, Uji Kekerasaan dan Uji Metalografi.
Peraturan keselamatan kerja adalah salah satu permasalahan dari cabang ilmu yang
kesejahteraan. Dengan demikian kita ikut menggalakkan adanya K-3 yang mencakup:
3. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.
melakukan praktikum.
6. Bila terjadi kecelakaan yang berkaitan dengan bahan kimia, laporkan segera
9. Jagalah kebersihan meja praktikum, apa bila meja praktikum basah segera
10. Pastikan kran air dan gas selalu dalam keadaan tertutup pada sebelum dan
sesudah praktikum.
11. Jangan memakai baju longgar, jangan menghentikan mesin yang sedang
diinginkan.
12. Jangan membuka alat pengaman/ penutup atau membersihkan mesin yang
sedang bekerja, dan jangan lupa memberikan minyak pelumas pada mesin
14. Jangan menyimpan benda tajam di saku, lepas cincin dan kalung.
15. Sebelum memulai pengerjaan benda kerja teliti lagi dengan cermat bagian-
bagian yang berputar, baut-baut pengikat benda kerja agar betul-betul aman.
mekanik dari bahan sehingga dapat dibedakan jenis dari bahan dan klasifikasinya. Untuk
menguji kekuatan material dapat dilakukan dengan beberapa uji yang merusak seperti uji
tarik, uji tekan, uji kekerasan, uji impak, uji punter, uji bending, uji leleh dan uji
metalografi.
MODUL II
PENGUJIAN TARIK
Tujuan Pengujian
a. Dapat mengoperasikan alat uji tarik sesuai dengan prosedur yang ada.
yang ada.
d. Dapat membuat dan menjelaskan grafik tegangan dan regangan dari hasil yang
didapat.
Notasi
Teori
sifat – sifat mekanis dari suatu material seperti tegangan maksimal, tegangan luluh dan
tegangan. Dalam pelaksanaan prakikum pengujian bahan dipilih uji tarik (tensile test). Uji
Deformasi bahan disebabkan oleh beban tarik statik adalah dasar dari pengujian-
pengujian dan studi mengenai kekuatan bahan, hal ini disebabkan beberapa alasan:
1) Mudah dilakukan.
tarik yang uniform pada penampang. Evaluasi di bagian yang aman masih
mungkin.
Gambar 2.1 menunjukkan keadaan apabila beban yang diberikan kepada batang uji.
Deformasi tak berubah pada pembebanan. Daerah tegangan yang tidak meninggalkan
Hubungan antara tegangan (Stress) dan Regangan (Strain) pada beban tarik
ditentukan sebagai berikut. Apabila beban P, luas penampang A dan tegangan σ maka:
P
P=σ A atau σ = ...............................................................................................
A
(2.1)
Dan dinyatakan dalam satuan N/m 2, Mpa atau Kgf/mm2 . Regangan dinyatakan
sebagai berikut:
δ l l l−l 0
ε= = ..........................................................................................................
l0 l0
(2.2)
Dengan δl adalah deformasi dan l0 panjang mula, maka ε dinyatakan dalam m/m
atau mm/mm bilangan tak berdimensi atau sering dinyatakan dalam persen. Deformasi
didaerah elastik menunjukkan sifat proposional atau sebanding lurus dengan tegangan.
Hubungan lurus ini disebut modulus elastik dan dalam hal deformasi tarik disebut
σ
E= ........................................................................................................................
ε
(2.3)
pula deformasi penyusutan melintang. Kalau regangan ini εr, perbandingannya dengan εl
εr
v= ....................................................................................................................
εl
(2.4)
Dalam alat yang kita punya pengukur beban secara langsung tidak ada, maka
Data P(press) didapat dari pengukuran uji tarik. P(press) ini perlu dikalikan dengan
luas penampang torak hidrolik untuk mendapatkan P(beban), yang dalam alat ini diameter
π d2
P(beban) =P( press) x ..................................................................................... (2.5)
4
tegangan dan regangan sebagai contohnya dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 2.2 Grafik Tegangan – Regangan Material
Alat Pengujian
Beberapa komponen yang dipakai dalam mengukur alat uji tarik adalah :
Alat ini digunakan untuk mengukur tekanan yang dapat dikonversikan menjadi
tegangan.
2. Penggaris
Alat digunakan untuk mengukur pertambahan yang dapat terjadi saar terjadi
2.Pastikan alat uji tarik bekerja dengan benar (Running not speciment).
6.Hidupkan motor listrik hingga spesimen tidak bergerak lagi kemudian matikan
motor listrik.
PENGUJIAN IMPACK
Tujuan Pengujian
a. Dapat mengoperasikan alat uji tarik sesuai dengan prosedur yang ada.
b. Dapat menghitung energi terserap dan harga impack dari data spesimen yang
diambil.
dilakukan.
Notasi
k
H = Ketinggian E = Energi Potensial
p
Β = Sudut Ayun Dalam m = Massa
G = Gravitasi α = Sudut Ayun Luar
Teori
Tujuan utama pengujian impact ialah untuk mengukur kegetasan bahan atau juga
keliatan bahan terhadap beban tiba-tiba dengan cara mengukur perubahan energi
potensial sebuah palu godam yang dijatuhkan pada ketinggian tertentu. Perbedaan tinggi
ayunan palu godam merupakan ukuran energi yang diserap oleh benda uji. Besar energi
yang diserap tergantung pada keuletan bahan uji. Bahan yang ulet menunjukkan nilai
impact yang besar. Benda uji disiapkan secara khusus, ukuran dan bentuknya ditentukan
sesuai standart. Jenis pengujian impact yang dikenal ada dua macam, yaitu dengan
jumlah energi mekanik konstan, terdapat pada Gambar 6. Prinsip pengukuran uji impact
palu godam dilepas dengan ketinggian H1 dari pusat benda uji yang bersudut α dan
setelah menabrak benda uji palu mengayun sampai ketinggian H 2 dari pusat benda uji
yang bersudut β. Pada kondisi ini besar tenaga kinetik EK 1 dan EK2 = 0 kecepatan V1 dan
V2 = 0 yaitu berada pada kondisi berhenti. Besarnya tenaga potensial EP 1 = mgH1 dan
tenaga potensial EP2 = mgH2. Jadi tenaga yang diserap benda uji atau tenaga untuk
Ketangguhan bahan (Vp) merupakan hasil bagi tenaga untuk mematahkan benda uji
W
K= …………………………………………………………………………
A0
(3.1)
Dimana :
(3.2)
h1 = R dengan syarat α = 90°
atau juga keuletan bahan terhadap beban tiba-tiba dengan cara mengukur perubahan
energi potensial sebuah palu godam yang dijatuhkan pada ketinggian tertentu, perbedaan
tinggi ayunan palu godam merupakan ukuran energi yang di serap oleh benda uji, besar
energi yang di serap tergantung pada keuletan bahan uji, bahan yang ulet menunjukkan
nilai ketangguhan (impact) yang besar. Suatu bahan yang diperkirakan ulet ternyata dapat
mengalami patah getas. Patah getas ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
adanya takikan (nocth), kecepatan pembebanan yang tinggi yang menyebabkan kecepatan
regangan yang tinggi pula dengan suhu yang rendah. sehingga suatu bahan yang akan
Khususnya untuk mengetahui temperatur transisi antara ulet dan getas, sifat
2.Kalau potongannya kita sambungkan lagi ternyata keretakan atau kepatahan itu
tidak diikuti dengan deformasi bahan, tipe ini mempunyai pukulan takik yang
rendah.
3.Patahan liat atau patahan perubahan bentuk, patah ini mempunyai permukaan
yang tidak rata dan tampak seperti bludru, buram dan berserat, tipe ini
4.Patahan campuran ialah patahan yang sebagian getas sebagian liat, patahan ini
Pada uji impak terjadi proses penyerapan energi yang besar ketika beban
menumbuk spesimen, energi yang diserap material ini dapat dihitung dengan
menggunakan prinsip perbedaan energi potensial, tapi kalau dimesin ujinya sudah
menunjukkan energi yang dapat diserap oleh material, berati tidak perlu menghitung
manual. Proses penyerapan energi ini akan diubah menjadi berbagai respon material,
yaitu Deformasi plastis, Efek Hysteresis dan Efek Inersia. Ada dua pengujian impact,
yaitu : Uji impack Charpy dan Uji impack Izod. Perbedaan charpy dengan izod adalah
peletakan spesimen. Pengujian dengan menggunkan charpy lebih akurat karena pada
izod, pemegang spesimen juga turut menyerap energi, sehingga energi yang terukur
bukanlah energi yang mampu di serap material seutuhnya. Faktor yang mempengaruhi
daerah yang lancip sehingga material lebih mudah patah. Selain itu notch
juga akan menimbulkan triaxial stress. Triaxial stress ini sangat berbahaya
mengalami kegagalan.
2.Temperature, pada suhu tinggi material akan getas karena pengaruh vibrasi
3.Strain rate. Jika pembebanan diberikan pada strain rate yang biasa-biasa saja,
kemudian patah. Namun pada uji impack, strain rate yang diberikan sangat
bergerak ke batas butir. Kemudian, dari hasil percobaan akan didapatkan energi
dan suhu. Dari data tersebut, kita akan buat diagram harga impack terhadap
suhu. Energi akan berbanding lurus dengan harga impact. Kemudian kita akan
mendapakan suhu transisi. Suhu transisi adalah range suhu dimana sifat
Temperatur transisi ini bergantung pada berbagai hal, salah satunya aspek
metalurgi material, yaitu kadar karbon. Material dengan kadar karbon yang tinggi akan
semakin getas, dan harga impactnya kecil, sehingga temperatur transisinya lebih besar,
temperatur transisi akan mempengaruhi ketahanan material terhadap perubahan suhu. Jika
temperatur transisinya kecil maka material tersebut tidak tahan terhadap perubahan
suhu.Alat Pengujian
Pelaksanaa Pengujian
Langkah Pengujian :
2. Letakkan spesimen pada tempat pengujian sesuai dengan aturan uji charpy.
4. Setelah itu untuk menghentikan ayunan sisa gaya dari bandul dengan menarik
tuas rem.
MODUL IV
PENGUJIAN KEKERASAAN
Tujuan Pengujian
a. Dapat mengoperasikan alat uji kekerasaan sesuai dengan prosedur yang ada.
Notasi
Teori
seberapa keras bahan yang diukur. Cara mengujinya dengan identasi penumbuk baik
Uji kekerasan yang banyak digunakan adalah metode yang dilakukan J.A. Brinell
pada tahun 1900. Uji kekerasan Brinell berupa pembentukan lekukan pada permukaan
logam dengan memakai bola baja. Adapun pengukuran kekerasan brinell dapat diukur
dengan persamaan :
P
BHN= ........................................................................ (4.1)
(π . D/2)¿ ¿
Dengan
permukaan piramid yang saling berhadapan adalah 136 o. Sudut ini dipilih kare na nilai
tersebut mendekati sebagian besar nilai perbandingan yang diinginkan antara diameter
lekukan dan diameter bola penumbuk pada uji kekerasan brinell. Karena penumbuknya
berbentuk piramid maka pengujian ini sering dinamakan uji kekersan piramida intan
(θ /2¿) P
VHN =2 P sin 2
= ¿................................................................................
L πDt
.... (4.2)
Dengan
Alat Pengujian
Keterangan :
Gambar 4.2 Alat Pengujian Kekerasan Portable HLN – 11 A
Pelaksanaan Pengujian
4. Pada control panel, arahkan pengambilan data seperti pada tanda berikut ↓.
5. Arahkan probe pada bahan uji sesuai dengan arah pada nomor 4.
6. Tekan probe pada titik yang akan diambil pada permukaan (5 Titik).
7. Lalu lepaskan tombol (tekan) pada probe sehingga ujung bola probe
8. Setelah semua data diperoleh, lalu tekan AVG tombol untuk diperoleh rata –
rata pengukuran.
PENGUJIAN METALOGRAFI
Tujuan Pengujian
Teori
Cara kerja dari mikroskop optik adalah dari cahaya lampu yang dibiaskan oleh
lensa condenser, setelah melewati lensa kondenser sinar mengenai spesimen dan
diteruskan oleh lensa objektif. Lensa objektif ini merupakan bagian yang paling penting
dari mikroskop karena dari lensa ini dapat diketahui perbesaran yang dilakukan
mikroskop. Sinar yang diteruskan oleh lensa objektif ditangkap oleh lensa okuler dan
diteruskan pada mata atau kamera. Pada mikroskop ini mempunyai batasan perbesaran
Alat Pengujian
Gambar 5.2 Mikroskop Untuk Pengujian Metalografi
Pelaksanaan Pengujian
3. Nyalakan mikroskop.
6. Matikan mikroskop.
MODUL
PENGUJIAN BENDING
Tujuan Pengujian
Dalam pengujian ini mempunyai beberapa tujuan antara lain:
ada.
Notasi
Teori
Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian
kekuatan lengkung (bending) pada suatu bahan atau material. Pada umumnya alat
uji bending memiliki beberapa bagian utama, seperti: rangka, alat tekan, point
bending dan alat ukur. Rangka berfungsi sebagai penahan gaya balik yang terjadi
pada saat melakukan uji bending. Rangka harus memiliki kekuatan lebih besar
dari kekuatan alat tekan, agar tidak terjadi kerusakan pada rangka pada saat
melakukan pengujian. Alat tekan berfungsi sebagai alat yang memberikan gaya
tekan pada benda uji pada saat melakukan pengujian. Alat penekan harus
memiliki kekuatan lebih besar dari benda yang akan di uji (ditekan). Point
bending berfungsi sebagai tumpuan benda uji dan juga sebagai penerus gaya tekan
yang dikeluarkan oleh alat tekan. Panjang pendek tumpuan point bending
berpengaruh terhadap hasil pengujian. Alat ukur adalah suatu alat yang yang
menunjukan besarnya kekuatan tekan yang terjadi pada benda uji.
Uji bending adalah suatu proses pengujian material dengan cara di tekan
untuk mendapatkan hasil berupa data tentang kekuatan lengkung (bending) suatu
material yang di uji. Proses pengujian bending memiliki 2 macam pengujian, yaitu
threepoint bending dan fourpoint bending.
a) Threepoint Bending
Threepoint bending adalah cara pengujian yang menggunakan 2 tumpuan
dan 1 penekan.
Tekukan
Tekukan pada sebuah material yang harus diperhatikan terlebih dahulu
adalah jenis bahan. Bahan harus bersifat elastik, karena bahan akan mengalami
perubahan bentuk jalur yang disebabkan oleh adanya kekuatan dari luar. Bahan
akan menerima kekuatan tekan dan tarik. Jika beban tidak mempunyai sifat
elastik, maka plat akan patah atau putus pada waktu penekanan terjadi.
Proses penekukan plat dapat dilakukan dengan mempertimbangkan sisi
bagian plat yang akan dibentuk. Penekukan ini harus diperhatikan sebelumnya,
sebab apabila penekukan ini tidak menurut prosedurnya maka akan menjadi salah
langkah, salah langkah ini sangat ditentukan oleh sisi dari plat yang di bengkokan
dan kemampuan alat uji bending tersebut. Tujuan proses pembengkokan pada plat
ini untuk memberikan kekakuan pada bentangan plat.
Tabel 6.1 Nilai koefisien dari bermacam-macam bahan
Bahan C Rd
Rd = 0,7 ×h
s
X =
3
Rn = Rd + X
La = L1 – (Rd + h)
Lb = L2 – (Rd + h)
Lc = L3 – (Rd + h)
Rn . π . a °
Lp =
180 °
L = La + Lb + Lp
Keterangan:
Rd = jari-jari dari busur dalam (mm2)
X = jarak antara jari-jari dalam Rd dan sumbu netral x (mm)
Rn = jari-jari dari titik pusat ke sumbu radius (mm)
Lp = panjang penekukan (mm)
L = panjang akhir spesimen (mm)
h = tebal bahan (mm)
α = sudut lengkung ( ° )
Alat Pengujian
Alat uji bending TMU16-20 dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Beberapa komponen yang dipakai dalam mengukur alat uji bending adalah :
2. Penggaris
4. Letakan spesimen yang akan diuji pada dudukan dengan posisi yang
sesimetris mungkin.
6. Setelah itu perhatikan angka yang ditunjukan pada penggaris yang ada,
uji.
waktu penekanan.
Tabel Pengambilan Data Threepoint Bending
Dimensi
Tekanan Jarak Waktu
No (p x l x t)
(kg/cm2) (cm) (detik)
(cm)
1
2
3
4
5
Dimensi
Tekanan Jarak Waktu
No (p x l x t)
(kg/cm2) (cm) (detik)
(cm)
1
2
3
4
5
Tabel Perhitungan Threepoint Bending
Rata-rata
Kecepata
Luas Beban Kecepata
Flexur n Beban
Penampan Tekan Flexur n
N al Penekana Tekan
g Piston Dongkra al Penekana
o stregth n Dongkra
Dongkrak k stregth n
(MPa) (cm/detik k
(cm2) (kg) (MPa) (cm/detik
) (kg)
)
1
2
3
4
5
L Lp La Lb
Luas Rata-rata
Beban
Penampang Flexural Beban
Tekan Flexural Kecepatan
No Piston stregth Tekan
Dongkrak stregth Penekanan
Dongkrak (MPa) Dongkrak
(kg) (MPa) (cm/detik)
(cm2) (kg)
1
2
3
4
5
L Lp1 Lp2 La Lb Lc
FORMAT LAPORAN
COVER
LEMBAR ASISTEN
LEMBER PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
MODUL I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
KEKUATAN MATERIAL
TUJUAN
NOTASI
TEORI
TEORI (TAMBAHAN)
ALAT PENGUJIAN
SPESIMEN PENGUJIAN
PELAKSANAAN PENGUJIAN
PERHITUNGAN
GRAFIK
ANALISA
PENGAMBILAN DATA
LAMPIRAN
TUJUAN
NOTASI
TEORI
TEORI (TAMBAHAN)
ALAT PENGUJIAN
SPESIMEN PENGUJIAN
PELAKSANAAN PENGUJIAN
PERHITUNGAN
ANALISA
PENGAMBILAN DATA
LAMPIRAN
TUJUAN
NOTASI
TEORI
TEORI (TAMBAHAN)
ALAT PENGUJIAN
SPESIMEN PENGUJIAN
PERHITUNGAN
ANALISA
TUJUAN
TEORI
TEORI (TAMBAHAN)
ALAT PENGUJIAN
SPESIMEN PENGUJIAN
PELAKSANAAN PENGUJIAN
ANALISA
LAMPIRAN
TUJUAN
TEORI
TEORI (TAMBAHAN)
ALAT PENGUJIAN
SPESIMEN PENGUJIAN
PELAKSANAAN PENGUJIAN
ANALISA
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA