Anda di halaman 1dari 36

MODUL I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam perancangan konstruksi mesin harus diupayakan menggunakan bahan

seminimal mungkin. Karena setiap kelebihan berat yang tidak perlu akan berakibat

terhambatnya fungsi atau kerja mesin serta memperbanyak biaya produksi. Supaya

berbagai tuntutan terhadap efisiensi bahan seperti mengoperasikannya pada kondisi

tertentu harus diuji. Penguji yang lainnya untuk menyelidiki kesalahan, perlakuan atau

kelemahan dalam konstruksi untuk mecapai maksud ini harus dilakukan serangkaian

pengujian sesuai dengan metode yang ada.

Praktikum Metalurgi Fisik adalah ilmu praktik yang mengenalkan beberapa alat

pengujian bahan dan mempelajari cara pengoperasian alat pengujian bahan serta beberapa

teori yang harus dilakukan. Alat yang digunakan untuk praktikum pengujian bahan ini

adalah alat Uji Tarik, Uji Impack, Uji Kekerasaan dan Uji Metalografi.

Peraturan Keselamatan Kerja

Peraturan keselamatan kerja adalah salah satu permasalahan dari cabang ilmu yang

disebut HYPERKES dengan memahami permasalahan ini berarti pencegahan terjadi

kecelakaan, menimbulkan rasa aman dalam bekerja dan akhirnya menikmati

kesejahteraan. Dengan demikian kita ikut menggalakkan adanya K-3 yang mencakup:

1. Gunakan peralatan kerja seperti kacamata pengaman untuk melindungi mata,

jas laboratorium/ wearpack untuk melindungi pakaian, sepatu tertutup untuk

melindungi kaki, dan sarung tangan untuk melindungi tangan.

2. Dilarang menggunakan sarung tangan untuk alat yang berputar.

3. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.

4. Wanita/ pria berambut panjang harus diikat.


5. Biasakanlah mencuci tangan dengan sabun dan air bersih terutama setelah

melakukan praktikum.

6. Bila terjadi kecelakaan yang berkaitan dengan bahan kimia, laporkan segera

pada asisten atau pemimpin praktikum. Segera pergi ke dokter utnuk

mendapatkan pertolongan secepatnya.

7. Rencanakan percobaan yang akan dilakukan sebelum memulai praktikum.

8. Dilarang makan, minum dan merokok saat praktikum.

9. Jagalah kebersihan meja praktikum, apa bila meja praktikum basah segera

keringkan dengan lap.

10. Pastikan kran air dan gas selalu dalam keadaan tertutup pada sebelum dan

sesudah praktikum.

11. Jangan memakai baju longgar, jangan menghentikan mesin yang sedang

bergerak dengan tangan sehingga mengakibatkan kecelakaan yang tidak

diinginkan.

12. Jangan membuka alat pengaman/ penutup atau membersihkan mesin yang

sedang bekerja, dan jangan lupa memberikan minyak pelumas pada mesin

yang sedng bekerja.

13. Matikan mesin pada hubungan listriknya, jika akan meninggalkannya.

14. Jangan menyimpan benda tajam di saku, lepas cincin dan kalung.

15. Sebelum memulai pengerjaan benda kerja teliti lagi dengan cermat bagian-

bagian yang berputar, baut-baut pengikat benda kerja agar betul-betul aman.

16. Jangan meletakkan alat/bahan diatas mesin bergerak.

17. Bersihkan peralatan praktikum dan laboratorium.

18. Kekuatan Material


Material atau bahan mempunyai kekuatan (Strength), kekuatan disini adalah sifat

mekanik dari bahan sehingga dapat dibedakan jenis dari bahan dan klasifikasinya. Untuk

menguji kekuatan material dapat dilakukan dengan beberapa uji yang merusak seperti uji

tarik, uji tekan, uji kekerasan, uji impak, uji punter, uji bending, uji leleh dan uji

metalografi.
MODUL II

PENGUJIAN TARIK

Tujuan Pengujian

Dalam pengujian ini mempunyai beberapa tujuan antara lain :

a. Dapat mengoperasikan alat uji tarik sesuai dengan prosedur yang ada.

b. Dapat menghitung P (beban), luas penampang, tegangan, regangan, modulus

young dan perbandingan poisson dari data spesimen yang diambil.

c. Dapat menganalisis perbedaan patahan yang terbentuk dari setiap spesimen

yang ada.

d. Dapat membuat dan menjelaskan grafik tegangan dan regangan dari hasil yang

didapat.

Notasi

P = Tekanan E = Modulus Young


A = Luas Penampang σ = Tegangan
V = Perbanding Poisson ε = Regangan
ll = Panjang Akhir D = Diameter
lo = Panjang Awal

Teori

Pengujian tarik merupakan pengujian yang sering digunakan untuk menentukan

sifat – sifat mekanis dari suatu material seperti tegangan maksimal, tegangan luluh dan

tegangan. Dalam pelaksanaan prakikum pengujian bahan dipilih uji tarik (tensile test). Uji

tarik menghasilkan deformasi yang diakibatkan oleh beban tarik.

Deformasi bahan disebabkan oleh beban tarik statik adalah dasar dari pengujian-

pengujian dan studi mengenai kekuatan bahan, hal ini disebabkan beberapa alasan:

1) Mudah dilakukan.

2) Menghasikan regangan uniform pada penampang.


3) Kebanyakan bahan mempunyai kelemahan untuk menerima beban tegangan

tarik yang uniform pada penampang. Evaluasi di bagian yang aman masih

mungkin.

Gambar 2.1 Deformasi disebabkan oleh beban tarik

Gambar 2.1 menunjukkan keadaan apabila beban yang diberikan kepada batang uji.

Deformasi tak berubah pada pembebanan. Daerah tegangan yang tidak meninggalkan

deformasi apabila beban dihilangkan disebut daerah elastik.

Hubungan antara tegangan (Stress) dan Regangan (Strain) pada beban tarik

ditentukan sebagai berikut. Apabila beban P, luas penampang A dan tegangan σ maka:

P
P=σ A atau σ = ...............................................................................................
A

(2.1)

Dan dinyatakan dalam satuan N/m 2, Mpa atau Kgf/mm2 . Regangan dinyatakan

sebagai berikut:

δ l l l−l 0
ε= = ..........................................................................................................
l0 l0

(2.2)
Dengan δl adalah deformasi dan l0 panjang mula, maka ε dinyatakan dalam m/m

atau mm/mm bilangan tak berdimensi atau sering dinyatakan dalam persen. Deformasi

didaerah elastik menunjukkan sifat proposional atau sebanding lurus dengan tegangan.

Hubungan lurus ini disebut modulus elastik dan dalam hal deformasi tarik disebut

modulus elastik memanjang atau Modulus Young yang dinyatakan dengan E.

σ
E= ........................................................................................................................
ε

(2.3)

Satuan sama dengan tegangan.

Seperti ditunjukkan pada gambar 1. apabila deformasi terjadi memanjang, terjadi

pula deformasi penyusutan melintang. Kalau regangan ini εr, perbandingannya dengan εl

disebut perbandingan poisson, dinyatakan dengan v,

εr
v= ....................................................................................................................
εl

(2.4)

Dalam alat yang kita punya pengukur beban secara langsung tidak ada, maka

perlu adanya konversi yang dilakukan. Cara melakukan sebagai berikut:

Data P(press) didapat dari pengukuran uji tarik. P(press) ini perlu dikalikan dengan

luas penampang torak hidrolik untuk mendapatkan P(beban), yang dalam alat ini diameter

torak hidrolik adalah 5,3 cm, sehingga P(beban) adalah:

π d2
P(beban) =P( press) x ..................................................................................... (2.5)
4

Dengan d adalah diameter torak hidrolik.

Grafik Hubungan Tegangan Regangan

Pada praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat membuat grafik hubungan

tegangan dan regangan sebagai contohnya dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 2.2 Grafik Tegangan – Regangan Material

Alat Pengujian

Alat uji tarik dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 2.3 Alat Pengujian Tarik Satu Sisi

Beberapa komponen yang dipakai dalam mengukur alat uji tarik adalah :

1. Pressure Gauge (Pengukur Tekanan)


Gambar 2.4 Pressure Gauge

Alat ini digunakan untuk mengukur tekanan yang dapat dikonversikan menjadi

tegangan.

2. Penggaris

Gambar 2.5 Penggaris

Alat digunakan untuk mengukur pertambahan yang dapat terjadi saar terjadi

penarikan yang dapat dikonversikan menjadi regangan.


Pelaksanaan Pengujian

Langkah Pengujian Tarik :

1.Pasang Steker pada Stopkontak.

2.Pastikan alat uji tarik bekerja dengan benar (Running not speciment).

3.Kembalikan Alat Uji Tarik seperti semula.

4.Pasang spesimen pada alat uji tarik.

5.Kencangkan baut pelepas tekanan oli.

6.Hidupkan motor listrik hingga spesimen tidak bergerak lagi kemudian matikan

motor listrik.

7.Pastikan ada yang melihat Pressure Gauge, Pengukur perpanjangan, mengukur

diameter dengan jangka sorong, memberikan aba-aba saat mencatat

(memegang stopwatch) dan mencatat data. (Butuh lima Orang).

8.Hidupkan motor listrik.

9.Data dicatat tiap 3 (Tiga) detik sampai spesimen patah.

10. Matikan motor listrk.

11. Ambil Spesimen yang patah.

12. Kendorkan Baut pelepas tekanan oli.

13. Kembalikan Alat Uji Tarik seperti semula.

14. Cabut steker dari stop kontak.


MODUL III

PENGUJIAN IMPACK

Tujuan Pengujian

Dalam pengujian ini mempunyai beberapa tujuan antar lain :

a. Dapat mengoperasikan alat uji tarik sesuai dengan prosedur yang ada.

b. Dapat menghitung energi terserap dan harga impack dari data spesimen yang

diambil.

c. Dapat menganalisa perbedaan patahan yang terbentuk dari percobaan yang

dilakukan.

Notasi

K = Harga Impack G = Massa Pemukul


W = Energi Terserap A0 = Penampang Spesimen
R = Panjang Pemukul E = Energi Kinetik

k
H = Ketinggian E = Energi Potensial

p
Β = Sudut Ayun Dalam m = Massa
G = Gravitasi α = Sudut Ayun Luar

Teori

Tujuan utama pengujian impact ialah untuk mengukur kegetasan bahan atau juga

keliatan bahan terhadap beban tiba-tiba dengan cara mengukur perubahan energi

potensial sebuah palu godam yang dijatuhkan pada ketinggian tertentu. Perbedaan tinggi

ayunan palu godam merupakan ukuran energi yang diserap oleh benda uji. Besar energi

yang diserap tergantung pada keuletan bahan uji. Bahan yang ulet menunjukkan nilai

impact yang besar. Benda uji disiapkan secara khusus, ukuran dan bentuknya ditentukan

sesuai standart. Jenis pengujian impact yang dikenal ada dua macam, yaitu dengan

metode Izod dan Charpy.


Uji impack berdasarkan prinsip hukum kekekalan energi yang menyatakan

jumlah energi mekanik konstan, terdapat pada Gambar 6. Prinsip pengukuran uji impact

palu godam dilepas dengan ketinggian H1 dari pusat benda uji yang bersudut α dan

setelah menabrak benda uji palu mengayun sampai ketinggian H 2 dari pusat benda uji

yang bersudut β. Pada kondisi ini besar tenaga kinetik EK 1 dan EK2 = 0 kecepatan V1 dan

V2 = 0 yaitu berada pada kondisi berhenti. Besarnya tenaga potensial EP 1 = mgH1 dan

tenaga potensial EP2 = mgH2. Jadi tenaga yang diserap benda uji atau tenaga untuk

mematahkan benda uji yaitu, W = EP1 – EP2 → W = GR (cos β - cos α) = kg.m.

Ketangguhan bahan (Vp) merupakan hasil bagi tenaga untuk mematahkan benda uji

(Joule) dengan luas penampang patah benda uji (m).

W
K= …………………………………………………………………………
A0

(3.1)

Gambar 3.1 Prinsip pengukuran uji impack

Dimana :

W = Energi Terserap (J) β = Sudut Ayun Dalam (o)


K = Harga Impack (J/mm2) A0 = Penampang Spesimen (mm)
R = Panjang Pemukul (m) G = Massa Pemukul (Kg)
Dengan

W =mg h1−mg ( h1−h2 . cos β ) ……………………………………………

(3.2)
h1 = R dengan syarat α = 90°

Maksud utama pengujian ketangguhan ialah untuk mengukur kegetasan bahan

atau juga keuletan bahan terhadap beban tiba-tiba dengan cara mengukur perubahan

energi potensial sebuah palu godam yang dijatuhkan pada ketinggian tertentu, perbedaan

tinggi ayunan palu godam merupakan ukuran energi yang di serap oleh benda uji, besar

energi yang di serap tergantung pada keuletan bahan uji, bahan yang ulet menunjukkan

nilai ketangguhan (impact) yang besar. Suatu bahan yang diperkirakan ulet ternyata dapat

mengalami patah getas. Patah getas ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :

adanya takikan (nocth), kecepatan pembebanan yang tinggi yang menyebabkan kecepatan

regangan yang tinggi pula dengan suhu yang rendah. sehingga suatu bahan yang akan

beroperasi pada suhu yang sangat rendah.

Khususnya untuk mengetahui temperatur transisi antara ulet dan getas, sifat

peretakan dapat terjadi dalam tiga bentuk :

1.Keretakan getas ( keretakan bersuara) adalah rata dan mempunyai permukaan.

2.Kalau potongannya kita sambungkan lagi ternyata keretakan atau kepatahan itu

tidak diikuti dengan deformasi bahan, tipe ini mempunyai pukulan takik yang

rendah.

3.Patahan liat atau patahan perubahan bentuk, patah ini mempunyai permukaan

yang tidak rata dan tampak seperti bludru, buram dan berserat, tipe ini

mempunyai pukulan yang tinggi.

4.Patahan campuran ialah patahan yang sebagian getas sebagian liat, patahan ini

terjadi paling banyak.

Pada uji impak terjadi proses penyerapan energi yang besar ketika beban

menumbuk spesimen, energi yang diserap material ini dapat dihitung dengan

menggunakan prinsip perbedaan energi potensial, tapi kalau dimesin ujinya sudah

menunjukkan energi yang dapat diserap oleh material, berati tidak perlu menghitung

manual. Proses penyerapan energi ini akan diubah menjadi berbagai respon material,
yaitu Deformasi plastis, Efek Hysteresis dan Efek Inersia. Ada dua pengujian impact,

yaitu : Uji impack Charpy dan Uji impack Izod. Perbedaan charpy dengan izod adalah

peletakan spesimen. Pengujian dengan menggunkan charpy lebih akurat karena pada

izod, pemegang spesimen juga turut menyerap energi, sehingga energi yang terukur

bukanlah energi yang mampu di serap material seutuhnya. Faktor yang mempengaruhi

kegagalan material pada pengujian impack adalah

1.Notch, pada material akan menyebabkan terjadinya konsentrasi tegangan pada

daerah yang lancip sehingga material lebih mudah patah. Selain itu notch

juga akan menimbulkan triaxial stress. Triaxial stress ini sangat berbahaya

karena tidak akan terjadi deformasi plastis dan menyebabkan material

menjadi getas. Sehingga tidak ada tanda-tanda bahwa material akan

mengalami kegagalan.

2.Temperature, pada suhu tinggi material akan getas karena pengaruh vibrasi

elektronnya yang semakin rendah, begitupun sebaliknya.

3.Strain rate. Jika pembebanan diberikan pada strain rate yang biasa-biasa saja,

maka material akan sempat mengalami deformasi plastis, karena pergerakan

atomnya ( dislokasi ). Dislokasi akan bergerak menuju ke batas butir lalu

kemudian patah. Namun pada uji impack, strain rate yang diberikan sangat

tinggi sehingga dislokasi tidak sempat bergerak, apalagi terjadi deformasi

plastis, sehingga material akan mengalami patah transgranular, patahnya

ditengah-tengah atom, bukan di batas butir. Karena dislokasi tidak sempat

bergerak ke batas butir. Kemudian, dari hasil percobaan akan didapatkan energi

dan suhu. Dari data tersebut, kita akan buat diagram harga impack terhadap

suhu. Energi akan berbanding lurus dengan harga impact. Kemudian kita akan

mendapakan suhu transisi. Suhu transisi adalah range suhu dimana sifat

material dapat berubah dari getas ke ulet jika material dipanaskan.


Gambar 3.2 Diagram harga impack terhadap temperatur

Temperatur transisi ini bergantung pada berbagai hal, salah satunya aspek

metalurgi material, yaitu kadar karbon. Material dengan kadar karbon yang tinggi akan

semakin getas, dan harga impactnya kecil, sehingga temperatur transisinya lebih besar,

temperatur transisi akan mempengaruhi ketahanan material terhadap perubahan suhu. Jika

temperatur transisinya kecil maka material tersebut tidak tahan terhadap perubahan

suhu.Alat Pengujian

Gambar 3.3 Alat Pengujian Impack

Pelaksanaa Pengujian
Langkah Pengujian :

1. Beban diangkat sampai mendatar/ horizontal dengan memutar tuas

(sebelumnya grendel tuas dikuncikan pada pemukul/ beban).

2. Letakkan spesimen pada tempat pengujian sesuai dengan aturan uji charpy.

3. Lepaskan grendel pengunci lengan bandul, maka pemukul akan begerak

mengayun menghantam spesimen,

4. Setelah itu untuk menghentikan ayunan sisa gaya dari bandul dengan menarik

tuas rem.

5. Selanjutnya mencatat hasilnya dengan melihat jarum skala indikator.

MODUL IV
PENGUJIAN KEKERASAAN

Tujuan Pengujian

Dalam pengujian ini mempunyai beberapa tujuan antara lain :

a. Dapat mengoperasikan alat uji kekerasaan sesuai dengan prosedur yang ada.

b. Dapat membaca nilai kekerasan material yang terdapat di indicator.

Notasi

BHN = Brinell Hardness Number d = Diameter Lekukan


P = Beban Yang Diterapkan t = Kedalaman Jejak
VHN = Vikers Hardness Number L = Panjang Diagonal Rata – Rata
Θ = Sudut Antara Permukaan

Intan Yang Berlawanan

Teori

Uji kekerasan merupakan uji mekanik yang dilakukan untuk menentukan

seberapa keras bahan yang diukur. Cara mengujinya dengan identasi penumbuk baik

berupa bola ataupun piramida sehingga menghasilkan sebuah lekukan.

Uji kekerasan yang banyak digunakan adalah metode yang dilakukan J.A. Brinell

pada tahun 1900. Uji kekerasan Brinell berupa pembentukan lekukan pada permukaan

logam dengan memakai bola baja. Adapun pengukuran kekerasan brinell dapat diukur

dengan persamaan :

P
BHN= ........................................................................ (4.1)
(π . D/2)¿ ¿

Dengan

P = Beban Yang Diterapkan (Kg)


D = Diameter Bola (mm)
D = Diameter Lekukan (mm)
t = Kedalaman Jejak (mm)
Satuan dari BHN (Brinell Hardness Namber) adalah kilogram per milimeter

kuadrat. Akan tetapi BHN tidak memenuhi konsep fisika.


Kekerasan lain yang digunakan adalah vikers menggunakan penumbuk piramida

intan yang dasarnya berbentuk bujursangkar. Besarnya sudat antara permukaan-

permukaan piramid yang saling berhadapan adalah 136 o. Sudut ini dipilih kare na nilai

tersebut mendekati sebagian besar nilai perbandingan yang diinginkan antara diameter

lekukan dan diameter bola penumbuk pada uji kekerasan brinell. Karena penumbuknya

berbentuk piramid maka pengujian ini sering dinamakan uji kekersan piramida intan

(DPH). Atau kekerasan vikers (VHN). Cara mengukurnya sebagai berikut:

(θ /2¿) P
VHN =2 P sin 2
= ¿................................................................................
L πDt

.... (4.2)

Dengan

P = Beban Yang Diterapkan (Kg)


L = Panjang Diagonal Rata - Rata (mm)
θ = Sudut Antara Permukaan Intan Yang Berlawanan = 136°

Alat Pengujian

Alat yang digunakan untuk mengukur kekerasaan sebagai berikut :

Gambar 4.1 Alat Uji Kekerasan Manual

Keterangan :
Gambar 4.2 Alat Pengujian Kekerasan Portable HLN – 11 A

Pelaksanaan Pengujian

Langkah – langkah pengujian untuk uji kekerasan portable adalah :

1. Hidupkan Alat Hardness Tester.

2. Sambungkan Probe ke Alat.

3. Pada control panel, arahkan satuan menuju HB untuk Brinell Test.

4. Pada control panel, arahkan pengambilan data seperti pada tanda berikut ↓.

5. Arahkan probe pada bahan uji sesuai dengan arah pada nomor 4.

6. Tekan probe pada titik yang akan diambil pada permukaan (5 Titik).

7. Lalu lepaskan tombol (tekan) pada probe sehingga ujung bola probe

menghantam permukaan bahan.

8. Setelah semua data diperoleh, lalu tekan AVG tombol untuk diperoleh rata –

rata pengukuran.

9. Cetak hasil pengukuran.

10. Matikan alat ukur.


MODUL V

PENGUJIAN METALOGRAFI

Tujuan Pengujian

Dalam pengujain ini mempunyai beberapa tujuan antara lain :

a. Dapat mengoperasikan mikroskop sesuai dengan prosedur yang ada.

b. Dapat menjelaskan struktur molekul dari spesimen percobaan

Teori

Mikroskop optik mempunyai bagian – bagian seperti bagan di bawah ini :


Gambar 5.1 Skema Mikroskop Optik (Sumber Sibilia, J.P)

Cara kerja dari mikroskop optik adalah dari cahaya lampu yang dibiaskan oleh

lensa condenser, setelah melewati lensa kondenser sinar mengenai spesimen dan

diteruskan oleh lensa objektif. Lensa objektif ini merupakan bagian yang paling penting

dari mikroskop karena dari lensa ini dapat diketahui perbesaran yang dilakukan

mikroskop. Sinar yang diteruskan oleh lensa objektif ditangkap oleh lensa okuler dan

diteruskan pada mata atau kamera. Pada mikroskop ini mempunyai batasan perbesaran

yaitu dari 400 X sampai 1400 X.

Alat Pengujian
Gambar 5.2 Mikroskop Untuk Pengujian Metalografi

Gambar 5.3 BANGWEIER Portable USB Digital Mikroskop 50X ~ 1000X

Pelaksanaan Pengujian

Langkah – langkah pengujian metalografi adalah sebagai berikut :

1. Ratakan spesimen sampai mengkilat menggunakan amplas dan autosol.

2. Letakan spesimen pada mikroskop.

3. Nyalakan mikroskop.

4. Perbesar dan foto spesimen hasil setiap pembesaran.

5. Analisa bagaimana hasil setiap pembesaran.

6. Matikan mikroskop.

MODUL
PENGUJIAN BENDING

Tujuan Pengujian
Dalam pengujian ini mempunyai beberapa tujuan antara lain:

a. Dapat mengoperasikan alat uji bending sesuai dengan prosedur yang

ada.

b. Dapat menghitung luas penampang piston dongkrak, beban tekan yang

terjadi, flexural stregth, kecepatan penekanan, dan panjang akhir dari

data spesimen yang diambil.

c. Dapat membuat dan menjelaskan grafik perbandingan dari hasil yang

pengujian yang didapat didapat.

Notasi

Tegangan Atau Gaya


σ = P = Tekanan Dongkrak (Kg/cm2)
Persatuan (MPa)
Luas Penampang Piston L Panjang Ujung Spesimen
A = =
Dongkrak (cm2) a Hingga Titik Pusat (mm)
L Panjang Ujung Spesimen
S = Flexural Strength (Kg/cm2) =
b Hingga Titik Pusat (mm)
L
P = Beban Tekan Dongkrak (Kg) = Panjang Tekukan (mm)
p
Panjang Ujung Spesimen
L = Jarak Point (cm) L1 =
Hingga Ujung Tekukan (mm)
Panjang Ujung Spesimen
b = Lebar Benda Uji (cm) L2 =
Hingga Ujung Tekukan (mm)
h = Ketebalan Benda Uji (cm) L = Panjang Spesimen (mm)
Jari-Jari Dari Titik Pusat Ke
D = Diameter Piston (cm) Rn =
Sumbu Radius (mm)
Jarak Antara Jari-Jari Dalam Jari-Jari Dari Busur Dalam
x = Rd =
Rd (mm) (mm)

Teori

Alat Uji Bending

Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian
kekuatan lengkung (bending) pada suatu bahan atau material. Pada umumnya alat
uji bending memiliki beberapa bagian utama, seperti: rangka, alat tekan, point
bending dan alat ukur. Rangka berfungsi sebagai penahan gaya balik yang terjadi
pada saat melakukan uji bending. Rangka harus memiliki kekuatan lebih besar
dari kekuatan alat tekan, agar tidak terjadi kerusakan pada rangka pada saat
melakukan pengujian. Alat tekan berfungsi sebagai alat yang memberikan gaya
tekan pada benda uji pada saat melakukan pengujian. Alat penekan harus
memiliki kekuatan lebih besar dari benda yang akan di uji (ditekan). Point
bending berfungsi sebagai tumpuan benda uji dan juga sebagai penerus gaya tekan
yang dikeluarkan oleh alat tekan. Panjang pendek tumpuan point bending
berpengaruh terhadap hasil pengujian. Alat ukur adalah suatu alat yang yang
menunjukan besarnya kekuatan tekan yang terjadi pada benda uji.
Uji bending adalah suatu proses pengujian material dengan cara di tekan
untuk mendapatkan hasil berupa data tentang kekuatan lengkung (bending) suatu
material yang di uji. Proses pengujian bending memiliki 2 macam pengujian, yaitu
threepoint bending dan fourpoint bending.

Sebelum melakukan pengujian atau perhitungan terlebih dahulu harus


mencari nilai luas penampang piston dongkrak dengan menggunakan rumus.
π
A= ∙ D2 .......................................................................................... (6.1)
4
........................................................................................................................
Dimana:
A = Luas penampang piston dongkrak (cm2)
D = Diameter piston (cm)
Kemudian mencari nilai beban tekan dongkrak. Beban tekan dongkrak
pada spesimen benda uji dapat dicari menggunakan data dari besar tekanan
dongkrak yang ditunjukan pada pressure geuge, perhitungannya menggunakan
rumus.
M = P ×A...................................................................................... (6.2)
........................................................................................................................
Dimana:
M = Beban tekan dongkrak (kg)
P = Tekanan dongkrak (kg/cm2)
A = Luas penampang piston dongkrak (cm2)

a) Threepoint Bending
Threepoint bending adalah cara pengujian yang menggunakan 2 tumpuan
dan 1 penekan.

Gambar 6.1 Threepoint bending


Perhitungan yang digunakan :
3 ML
S= ............................................................................... (6.3)
2 b h2
........................................................................................................................
Keterangan rumus:
S = Flexural strength (MPa)
M = Beban tekan dongkrak (kg)
L = Jarak point (cm)
b = lebar benda uji (cm)
h = Ketebalan benda uji (cm)
b) Fourpoint Bending
Fourpoint bending adalah cara pengujian yang menggunakan 2 tumpuan
dan 2 penekan.

Gambar 6.2 Fourpoint bending

Perhitungan yang digunakan :


3 ML
S= ..............................................................................................(6.4)
4 b h2
.............................................................................................................
Keterangan:
S = flexural strength (MPa)
M = Beban tekan dongkrak (kg)
L = Jarak point (cm)
b = lebar benda uji (cm)
h = Ketebalan benda uji (cm)
Kecepatan Penekanan
s
v= ....................................................................................................(6.5)
t
Keterangan:
v = Kecepatan penekanan (cm/detik)
s = Jarak (cm)
t = Waktu (detik)

Tekukan
Tekukan pada sebuah material yang harus diperhatikan terlebih dahulu
adalah jenis bahan. Bahan harus bersifat elastik, karena bahan akan mengalami
perubahan bentuk jalur yang disebabkan oleh adanya kekuatan dari luar. Bahan
akan menerima kekuatan tekan dan tarik. Jika beban tidak mempunyai sifat
elastik, maka plat akan patah atau putus pada waktu penekanan terjadi.
Proses penekukan plat dapat dilakukan dengan mempertimbangkan sisi
bagian plat yang akan dibentuk. Penekukan ini harus diperhatikan sebelumnya,
sebab apabila penekukan ini tidak menurut prosedurnya maka akan menjadi salah
langkah, salah langkah ini sangat ditentukan oleh sisi dari plat yang di bengkokan
dan kemampuan alat uji bending tersebut. Tujuan proses pembengkokan pada plat
ini untuk memberikan kekakuan pada bentangan plat.
Tabel 6.1 Nilai koefisien dari bermacam-macam bahan

Bahan C Rd

St. 37/St. 50 0,5 0,5 ×h


Tembaga 0,25 0,25×h
Kuningan 0,35 0,35 × h
Perunggu 1,2 1,2 × h
Aluminium 0,7 0,7× h
Sumber: A APrasetyo (2011)

Table 6.2 Nilai X


Α X
0 - 30° s/2
30° - 120° s/3
120° - 180° s/4
Sumber: A A Prasetyo (2011)

Gambar 6.3 Ilustrasi bending plat

Rd = 0,7 ×h
s
X =
3
Rn = Rd + X
La = L1 – (Rd + h)
Lb = L2 – (Rd + h)
Lc = L3 – (Rd + h)
Rn . π . a °
Lp =
180 °
L = La + Lb + Lp

Keterangan:
Rd = jari-jari dari busur dalam (mm2)
X = jarak antara jari-jari dalam Rd dan sumbu netral x (mm)
Rn = jari-jari dari titik pusat ke sumbu radius (mm)
Lp = panjang penekukan (mm)
L = panjang akhir spesimen (mm)
h = tebal bahan (mm)
α = sudut lengkung ( ° )

Alat Pengujian

Alat uji bending TMU16-20 dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 6.4 Alat uji bending menggunakan tumpuan threepoint bending


Gambar 6.5 Alat uji bending menggunakan tumpuan fourpoint bending

Beberapa komponen yang dipakai dalam mengukur alat uji bending adalah :

1. Pressure gauge (Pengukur Tekanan)

Gambar 6.6 Pressure gauge

2. Penggaris

Gambar 6.7 Penggaris


Pelaksanaan Pengujian

Langkah Pengujian Bending :

1. Mengawali dengan berdoa dan menggunakan alat pelindung diri (APD)

untuk keselamatan sebelum melakukan pengujian.

2. Siapkan spesimen yang akan dipakai untuk pengujian bending.

3. Pasang tumpuan atas yang akan digunakan yaitu tumpuan jenis

threepoint bending atau fourpoint bending.

4. Letakan spesimen yang akan diuji pada dudukan dengan posisi yang

sesimetris mungkin.

5. Gerakan dongkrak keatas secara manual sampai spesimen menempel

dengan point bending, dan pressure gauge tetap menunjukan angka 0.

6. Setelah itu perhatikan angka yang ditunjukan pada penggaris yang ada,

dan anggap itu sebagai titik 0.

7. Siapkan stopwatch dan mulai gerakan dongkrak dengan cara

menggerakan lengan pada dongkrak, usahakan pada saat gerak keluar

piston dapat keluar secara kontinyu.

8. Lakukan pengamatan secara seksama terhadap alat ukur dan spesimen

uji.

9. Hentikan gerakan dongkrak dan stopwatch saat pressure gauge sudah

tidak mengalami kenaikan lagi.

10. Catat data yang dibutuhkan setelah melakukan pengujian, seperti;

tekanan pada pressure gauge, jarak yang ditunjukan penggaris, dan

waktu penekanan.
Tabel Pengambilan Data Threepoint Bending

Dimensi
Tekanan Jarak Waktu
No (p x l x t)
(kg/cm2) (cm) (detik)
(cm)
1
2
3
4
5

Tabel Pengambilan Data Fourpoint Bending

Dimensi
Tekanan Jarak Waktu
No (p x l x t)
(kg/cm2) (cm) (detik)
(cm)
1
2
3
4
5
Tabel Perhitungan Threepoint Bending

Rata-rata
Kecepata
Luas Beban Kecepata
Flexur n Beban
Penampan Tekan Flexur n
N al Penekana Tekan
g Piston Dongkra al Penekana
o stregth n Dongkra
Dongkrak k stregth n
(MPa) (cm/detik k
(cm2) (kg) (MPa) (cm/detik
) (kg)
)
1
2
3
4
5

L Lp La Lb

Tabel Perhitungan Fourpoint Bending

Luas Rata-rata
Beban
Penampang Flexural Beban
Tekan Flexural Kecepatan
No Piston stregth Tekan
Dongkrak stregth Penekanan
Dongkrak (MPa) Dongkrak
(kg) (MPa) (cm/detik)
(cm2) (kg)
1
2
3
4
5

L Lp1 Lp2 La Lb Lc
FORMAT LAPORAN

COVER

LEMBAR ASISTEN

LEMBER PENGESAHAN

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

MODUL I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

PERATURAN KESELAMATAN KERJA

KEKUATAN MATERIAL

MODUL II PENGUJIAN TARIK

TUJUAN

NOTASI

TEORI

GRAFIK HUBUNGAN TEGANGAN REGANGAN

TEORI (TAMBAHAN)

ALAT PENGUJIAN

ALAT BANTU & KESELAMATAN PENGUJIAN

SPESIMEN PENGUJIAN

PELAKSANAAN PENGUJIAN

PERHITUNGAN

GRAFIK

ANALISA

KESIMPULAN & SARAN

PENGAMBILAN DATA

GAMBAR DIMENSI SPESIMEN

LAMPIRAN

MODUL III PENGUJIAN IMPACK

TUJUAN
NOTASI

TEORI

TEORI (TAMBAHAN)

ALAT PENGUJIAN

ALAT BANTU & KESELAMATAN PENGUJIAN

SPESIMEN PENGUJIAN

PELAKSANAAN PENGUJIAN

PERHITUNGAN

ANALISA

KESIMPULAN & SARAN

PENGAMBILAN DATA

GAMBAR DIMENSI SPESIMEN

LAMPIRAN

MODUL IV PENGUJIAN KEKERASAN

TUJUAN

NOTASI

TEORI

TEORI (TAMBAHAN)

ALAT PENGUJIAN

ALAT BANTU & KESELAMATAN PENGUJIAN

SPESIMEN PENGUJIAN

PERHITUNGAN

ANALISA

KESIMPULAN & SARAN

GAMBAR DIMENSI SPESIMEN


LAMPIRAN

MODUL V PENGUJIAN METALOGRAFI

TUJUAN

TEORI

TEORI (TAMBAHAN)

ALAT PENGUJIAN

ALAT BANTU & KESELAMATAN PENGUJIAN

SPESIMEN PENGUJIAN

PELAKSANAAN PENGUJIAN

ANALISA

KESIMPULAN & SARAN

GAMBAR DIMENSI SPESIMEN

LAMPIRAN

MODUL VI PENGUJIAN BENDING

TUJUAN

TEORI

TEORI (TAMBAHAN)

ALAT PENGUJIAN

ALAT BANTU & KESELAMATAN PENGUJIAN

SPESIMEN PENGUJIAN

PELAKSANAAN PENGUJIAN

ANALISA

KESIMPULAN & SARAN


GAMBAR DIMENSI SPESIMEN

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai