Oleh :
NOVA SUSILAWATI
NPM 196131007
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Derasnya arus urbanisasi penduduk dari desa ke kota besar berdampak pada
tumbuhnya gaya hidup yang tidak sehat seperti diet tidak sehat, kurangnya
aktifitas fisik serta merokok yang pada gilirannya meningkatkan prevalensi
penyakit tidak menular(Permenkes No.5, 2019). Penyakit Tidak Menular yang
selanjutnya disingkat PTM adalah penyakit yang tidak bisa ditularkan dari orang
ke orang, yang perkembangannya berjalan perlahan dalam jangka waktu yang
panjang (kronis)(Permenkes NO. 71, 2015) dan mempunyai kesamaan dengan
penyakit kronik, penyakit non infeksi, penyakit degeneratif dan new
comminicable disease(Irwan, 2016).
Menurut World Health Organization (2018) PTM menjadi penyumbang
kematian tertinggi 71% dari semua penyebab kematian didunia dengan 17,9 juta
orang meninggal disebabkan cardiovaskular diseases (CVDs), diikuti oleh kanker
sebanyak 9.0 juta orang pertahun, penyakit pernafasan sebanyak 3,9 juta dan
diabetes melitus sebanyak 1,6 juta. Ke empat kelompok penyakit ini menjadi
penyumbang kematian terbanyak dengan prevalensi 80% kematian diniterjadi di
negara berpenghasilan menengah dan rendah dengan 73% kematian saat ini disebabkan
oleh penyakit tidak menular, 35% diantaranya karena penyakit jantung dan pembuluh
darah, 12% oleh penyakit kanker, 6% oleh penyakit pernapasan kronis, 6% karena
diabetes melitus, dan 15%disebabkan oleh PTM lainnya(Who, 2018)(P2ptm, 2019).
Setiap tahunnya sebanyak 40 juta orang meninggal akibat penyakit tidak menular dengan
15 jutanya meninggal pada rentang usia 30-70 tahun, hal ini berarti setiap dua detik
terjadi kematian dikarenakan penyakit tidak menular(Andriani, 2019), sedangkan 17 juta
kematian didunia disebabkan oleh PTM mayoritas berusia kurang dari 70 tahun(Who,
2018).
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar atau riskesdas 2018 oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Negera Indonesia mengalami peningkatan pada indikator-
indikator Penyakit Tidak Menular yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 meliputi;
peningkatan prevalensi penderita tekanan darah tinggi pada penduduk umur ≥18 tahun
dari 25,8% menjadi 34,1%, prevalensi obesitas penduduk umur ≥18 tahun 14,8% menjadi
21,8%, prevalensi merokok penduduk umur ≥18 tahun dari 7,2% menjadi 9,1%,
prevalensi kanker dari 1,4 per mil menjadi 1,8 per mil, prevalensi stroke pada penduuduk
umur ≥15 tahun meningkat dari 7 per mil menjadi 10,9 per mil, prevalensi penyakit ginjal
kronis umur ≥15 tahun meningkat dari 6,9% menjadi 33,5%, prevalensi konsumsi
buah/sayur pada penduduk umur umur ≥5 tahun meningkat dari 93,5% menjadi 95,6%.
(KEMENKES, 2020). Sementara itu prevalensi PTM di provinsi Lampung juga
cenderung meningkat antara lain: prevalensi diabetes mellitus pada tahun 2013 sebesar
0,7% meningkat menjadi 1,4%. begitu juga dengan prevalensi hipertensi yang diperoleh
melalui pengukuran sebesar 24,7%, yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan diobati
sebesar 7,4% pada tahun 2013 meningkat menjadi 7,95% dengan prevalensi hipertensi
berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan diobati sebesar 8,49%. Sama halnya
terjadi dengan prevalensi stroke terdiagnosis oleh tenaga kesehatan sebesar 3,7%
sedangkan terdiagnosis gejala sebesar 5,4% pada tahun 2013 dan meningkat pada tahun
2018 menjadi 8,3% yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan(Riskesdas, 2013, 2018).
Data ini menunjukan bahwa masih banyak masyarakat provinsi lampung yang belum
memeriksakan diri karena belum menyadari dirinya menderita PTM serta berpotensi
besar mendapatkan pelayanan kesehatan di FKTP dalam kondisi sudah mengalami
komplikasi.
Meningkatnya kasus penyakit tidak menular secara signifikan berdampak pada
bertambahnya beban masyarakat dan pemerintah, karena penanganannya membutuhkan
waktu yang tidak sebentar, biaya yang besar dan memerlukan teknologi tinggi
(Permenkes NO. 71, 2015). Hal ini Hal ini dapat terlihat daridata Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) tahun 2017,sebanyak 10.801.787 juta orang atau 5,7%
peserta JKN mendapat pelayananuntuk penyakit katastropik dan menghabiskan biaya
kesehatan sebesar 14,6triliun rupiah atau 21,8% dari seluruh biaya pelayanan kesehatan
dengankomposisi peringkat penyakit jantung sebesar 50,9% atau 7,4 triliun,
penyakitginjal kronik sebesar 17,7% atau 2,6 triliun rupiah(KEMENKES, 2020). Salah
satu bukti nyata peran pemerintah dalam menangani penyakit tidak menular yakni
penguatan pada deteksi dini, monitoring dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM melalui
kegiatan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) dengan membentuk Pos
Pembinaan Terpadu PTM (Posbindu PTM)dan program pelayanan terpadu penyakit tidak
menular (PANDU PTM) pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) (Permenkes
NO. 71, 2015). Kegiatan PANDU PTM adalah kegiatan penemuan dan penanganan kasus
PTM dan manajemen faktor risiko PTM di FKTP secara terpadu. Puskesmas berada di
garda terdepan dalam penyedian upaya pelayanan kesehatan masyarakat yang didalamnya
mencakup pengendalian Penyakit Tidak Menular(KEMENKES, 2019), melalui kegiatan
manajemen faktor resiko seperti; perilaku merokok, pengukuran bb dan tb, pengecekan
tekanan darah, pengecekan gula darah sewaktu dan kolestrol serta penanganan penyadang
PTM dan program rujuk balik (PRB)(P2ptm, 2019).Sampai dengan tahun 2019, terdapat
7.465 puskesmas atau 73,66% dari total 10.134 Puskesmas yang ada di Indonesia
melaksanakan PTM secara terpadu melalui program Puskesmas Pandu PTM. Terdapat 3
provinsi yang seluruh Puskesmasnya telah melaksanakan Pandu PTM, yaitu Sulawesi
Barat, Bali, dan DI Yogyakarta sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah
Papua sebesar 9,92% diikuti oleh Kalimantan Utara sebesar 27, 27%, kemudian Papua
Barat sebesar 37,11% dan provinsi Lampung berada pada posisi menengah dengan
persentase sebesar 92,26% dari 302 Puskesmas yang tersebar luas pada 15
kabupaten(KEMENKES, 2018, 2020).
UPTD. Puskesmas Pulau Pisang merupakan salah satu FKTP berstatus rawat jalan di
Kab. Pesisir Barat. Luas wilayah kerja Puskesmas Pulau Pisang ± 2250 Ha dengan 1621
Jiwa yang tersebar pada 6 desa(Puskesmas Pulau Pisang, 2018). Berdasarkan data laporan
bulanan terhitung januari s/d oktober 2020, didapatkan data bahwasanya terjadi
penurunan kunjungan kasus PTM di FKTP Puskesmas dari 538 kasus (360 kasus
hipertensi dan 178 kasus diabetes melitus pada tahun 2019 menjadi 211 kasus meliputi:
Hipertensi (135 kasus) serta diabetes (76 kasus). Di UPTD. Puskesmas Pulau Pisang
kasus PTM masih menduduki posisi 10 penyakit terbanyak pada 3 tahun terakhir. Oleh
sebab itu, dalam rangka mengoptimalkan pengendalian dan pencegahan penyakit tidak
menular di FKTP perlu adanya perhatian yang serius serta berkelanjutan terutama dalam
program PANDU-PTM. Maka dari itu, penulis melaksanakan kegiatan magang di UPTD.
Puskesmas Pulau Pisang untuk mengetahui gambaran implementasi program PANDU-
PTM melalui pendekatan sistem (system approach) dan memberikan alternatif
pemecahan masalah terkait pengendalian dan pencegahan penyakit tidak menularn
di FKTP.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian praktek kerja
lapangan (PKL) ini yaitu, belum diketahuinya pelaksanaan program Pelayanan Terpadu
(PANDU PTM) di UPTD. Puskesmas Pulau Pisang.
C. Tujuan PKL
1. Tujuan Umum
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraiakan diatas, maka tujuan dari
praktek kerja lapangan (PKL) ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan PANDU
PTM dalam pengendalian dan pencegahan Penyakit Tidak Menular di UPTD.
Puskesmas Pulau Pisang.
2. Tujuan Khusus
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraiakan diatas, maka tujuan
khusus dari praktek kerja lapangan (PKL) ini, antara lain:
1) Untuk mengetahui gambaran ketersediaan sumber daya manusia (Man) dalam
implementasi PANDU-PTM di UPTD. Puskesmas Pulau Pisang.
2) Untuk mengetahui gambaran ketersediaan sarana dan prasarana (Material)
dalam implementasi PANDU-PTM di UPTD. Puskesmas Pulau Pisang.
3) Untuk mengetahui gambaran ketersediaan pendanaan (Money) dalam
implementasi PANDU-PTM di UPTD. Puskesmas Pulau Pisang.
4) Untuk mengetahui gambaran metode (Metodh) dalam implementasi PANDU-
PTM di UPTD. Puskesmas Pulau Pisang.
5) Untuk mengetahui gambaran machenery dalam implementasi PANDU PTM-
di UPTD. Puskesmas Pulau Pisang.
6) Untuk mengetahui gambaran market dalam impelementasi PANDU-PTM di
UPTD. Puskesmas Pulau Pisang.
D. Manfaat PKL
Hasil yang nanti akan dicapai pada praktek kerja lapangan (PKL) ini
diharapkan memberi manfaat sebagai berikut:
1. Institusi Praktek Kerja Lapangan (PKL)
Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu
sumber informasi mengenai situasi umum institusi tempat PKL.
Faktor risiko untuk timbulnya penyakit tidak menular yang bersifat kronis
belum ditemukan secara keseluruhan,, karena:
Faktor-faktor risiko yang telah diketahui ada kaitannya dengan penyakit tidak
menular yang bersifat kronis, antara lain:
a) Tembakau
b) Alkohol
c) Kolestrol
d) Hipertensi
e) Diet
f) Obesitas
g) Aktivitas
h) Stress
i) Pekerjaan
j) Lingkungan masyarakat sekitar
k) Life style
2) Tahap pelaksanaan
a) Dinas Kesehatan Provinsi
- Menyediakan peralatan mendukung penyelenggaraan PanduPTM
sesuai dengan dengan Permenkes 75 tahun 2014.
- Memastikan pelaksanaan di Kabupaten Kota sesuai standar.
b) Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Puskesmas
- Pengelola Program Kab/Kota dan Pengelola Program
Puskesmasmemastikan kegiatan tercatat di dalam Rekam Medis
dandilaporkan sesuai ketentuan.
- Pengelola Program Kab/Kota dan Pengelola Program
Puskesmasmemastikan rujukan FKRTL sesuai indikasi medis
danmenangani kasus rujuk balik sesuai standar.
A. RENCANA KEGIATAN
Adapun tahapan kegiatan Praktek Kerja Lapangan, antara lain:
1) Tahap persiapan
Merupakan suatu tahap awal kegiatan untuk mempersiapkan penyempurnaan
proposal PKL. Hal-hal yang dipersiapkan meliputi: penetapan judul, proposal,
surat perizinan, daftar data yang akan diambil, daftar pertanyaan, penyediaan
perlengkapan tambahan dan lain-lain yang dibutuhkan pada saat Praktek
Kerja Lapangan (PKL).
2) Tahap pengumpulan data
Merupakan tahap pengumpulan berbagai informasi atau data yang dibutuhkan
terdiri dari: sumber daya manusia, sarana prasarana, pendanaan, metode,
machinery dan market dalam implementasi PANDU PTM di UPTD.
Puskesmas Pulau Pisang. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan,
antara lain:
No. Unsur yang dilihat Sasaran Teknik Instrumen
Pengambilan
data
1. Man (Sumber Daya - Penanggung jawab Wawancara Panduan
Manusia) P2P terstruktur dan wawancara
- Data Kepegawaian studi terstruktur dan
Tujuan: dokumentasi lembar
Mengetahui dokumentasi
ketersediaan tenaga
pelaksana pelayanan
terpadu (PANDU-
PTM)
2. Material (Sarana - Penanggung jawab Wawancara dan Panduan
Prasarana) P2P observasi wawancara
terstruktur dan
Tujuan: lembar observasi
Mengetahui
ketersedian
perlengkapan
pelayanan terpadu
(PANDU_PTM)
meliputi; peralatan
medis dan obat-obatan
3. Money - Penanggung jawab Wawancara Panduan
P2P wawancara
Tujuan: terstruktur
Mengetahui
gambarana lokasi
pendanaan dalam
pelaksanaan
Pelayanan Teerpadu
(PANDU PTM)
4. Metode - Petugas Pelaksana Wawancara Panduan
- Penangung jawab Observasi wawancara
Mengetahui P2P terstruktu dan
gambaran: lembar observasi
a. Ketersediaan
pedoman
pelayanan PTM
di FKTP
b. Alur pelaksanaan
pelayanan PTM
di FKTP
c. Alur pelaksanaan
pelayanan PTM
rujukan
5. Machinery - Kepala Puskesmas Wawancara Panduan
P2P wawancara
Mengetahui gambaran terstruktur
ketersedian teknologi
dalam pelayanan PTM
di FKTP
6. Market - Masyarakat Angket Kuesioner dengan
diwilayah kerja menggunakan skala
Mengetahui gambaran UPTD. Puskesmas Guttman terdiri dari
kepuasan masyarakat Pulau Pisang 9 pernyatan
terkait pelayanan berjumlah 30 dengan kategori
terpadu (PANDU- responden yang penilaian Baik (5-
PTM) di FKTP terdiagnosa PTM 9) dan kategori
tidak baik (1-4)
B. LOKASI KEGIATAN
Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan di UPTD. Puskesmas Pulau
Pisang Kec. Pulau Pisang Kab. Pesisir Barat Prov. Lampung.
C. WAKTU KEGIATAN
Praktek kerja lapang (PKL) ini dilaksanakan pada tanggal 16 November s/d 07
Desember 2020. Adapun jadwal pelaksanaan Praktek Kerja Lapang terencana
seperti tabel 3.1 berikut ini:
Waktu Pelaksanaan
NO. Kegiatan Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
I II III IV V VI
1. Orientasi
diitempat PKL
2. Pengumpulan
data,
pengolahan
data dan
penyajian data
3. Analisa data
dan matrik
permasalahan
4. Menganalisis
alternatif
pemecahan
masalah
5. Membuat
rencana aksi
6. Penyusunan
draft laporan
7. Seminar hasil
PKL
8. Pengumpulan
laporan