Anda di halaman 1dari 23

Analisis kebijakan implementasi Program Pelayanan Terpadu (PANDU-

PTM) di FKTP UPTD. Puskesmas Pulau Pisang Tahun 2020

Laporan Praktek Kerja Lapangan

Oleh :
NOVA SUSILAWATI
NPM 196131007

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
TAHUN 2020
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Derasnya arus urbanisasi penduduk dari desa ke kota besar berdampak pada
tumbuhnya gaya hidup yang tidak sehat seperti diet tidak sehat, kurangnya
aktifitas fisik serta merokok yang pada gilirannya meningkatkan prevalensi
penyakit tidak menular(Permenkes No.5, 2019). Penyakit Tidak Menular yang
selanjutnya disingkat PTM adalah penyakit yang tidak bisa ditularkan dari orang
ke orang, yang perkembangannya berjalan perlahan dalam jangka waktu yang
panjang (kronis)(Permenkes NO. 71, 2015) dan mempunyai kesamaan dengan
penyakit kronik, penyakit non infeksi, penyakit degeneratif dan new
comminicable disease(Irwan, 2016).
Menurut World Health Organization (2018) PTM menjadi penyumbang
kematian tertinggi 71% dari semua penyebab kematian didunia dengan 17,9 juta
orang meninggal disebabkan cardiovaskular diseases (CVDs), diikuti oleh kanker
sebanyak 9.0 juta orang pertahun, penyakit pernafasan sebanyak 3,9 juta dan
diabetes melitus sebanyak 1,6 juta. Ke empat kelompok penyakit ini menjadi
penyumbang kematian terbanyak dengan prevalensi 80% kematian diniterjadi di
negara berpenghasilan menengah dan rendah dengan 73% kematian saat ini disebabkan
oleh penyakit tidak menular, 35% diantaranya karena penyakit jantung dan pembuluh
darah, 12% oleh penyakit kanker, 6% oleh penyakit pernapasan kronis, 6% karena
diabetes melitus, dan 15%disebabkan oleh PTM lainnya(Who, 2018)(P2ptm, 2019).
Setiap tahunnya sebanyak 40 juta orang meninggal akibat penyakit tidak menular dengan
15 jutanya meninggal pada rentang usia 30-70 tahun, hal ini berarti setiap dua detik
terjadi kematian dikarenakan penyakit tidak menular(Andriani, 2019), sedangkan 17 juta
kematian didunia disebabkan oleh PTM mayoritas berusia kurang dari 70 tahun(Who,
2018).
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar atau riskesdas 2018 oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Negera Indonesia mengalami peningkatan pada indikator-
indikator Penyakit Tidak Menular yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 meliputi;
peningkatan prevalensi penderita tekanan darah tinggi pada penduduk umur ≥18 tahun
dari 25,8% menjadi 34,1%, prevalensi obesitas penduduk umur ≥18 tahun 14,8% menjadi
21,8%, prevalensi merokok penduduk umur ≥18 tahun dari 7,2% menjadi 9,1%,
prevalensi kanker dari 1,4 per mil menjadi 1,8 per mil, prevalensi stroke pada penduuduk
umur ≥15 tahun meningkat dari 7 per mil menjadi 10,9 per mil, prevalensi penyakit ginjal
kronis umur ≥15 tahun meningkat dari 6,9% menjadi 33,5%, prevalensi konsumsi
buah/sayur pada penduduk umur umur ≥5 tahun meningkat dari 93,5% menjadi 95,6%.
(KEMENKES, 2020). Sementara itu prevalensi PTM di provinsi Lampung juga
cenderung meningkat antara lain: prevalensi diabetes mellitus pada tahun 2013 sebesar
0,7% meningkat menjadi 1,4%. begitu juga dengan prevalensi hipertensi yang diperoleh
melalui pengukuran sebesar 24,7%, yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan diobati
sebesar 7,4% pada tahun 2013 meningkat menjadi 7,95% dengan prevalensi hipertensi
berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan diobati sebesar 8,49%. Sama halnya
terjadi dengan prevalensi stroke terdiagnosis oleh tenaga kesehatan sebesar 3,7%
sedangkan terdiagnosis gejala sebesar 5,4% pada tahun 2013 dan meningkat pada tahun
2018 menjadi 8,3% yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan(Riskesdas, 2013, 2018).
Data ini menunjukan bahwa masih banyak masyarakat provinsi lampung yang belum
memeriksakan diri karena belum menyadari dirinya menderita PTM serta berpotensi
besar mendapatkan pelayanan kesehatan di FKTP dalam kondisi sudah mengalami
komplikasi.
Meningkatnya kasus penyakit tidak menular secara signifikan berdampak pada
bertambahnya beban masyarakat dan pemerintah, karena penanganannya membutuhkan
waktu yang tidak sebentar, biaya yang besar dan memerlukan teknologi tinggi
(Permenkes NO. 71, 2015). Hal ini Hal ini dapat terlihat daridata Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) tahun 2017,sebanyak 10.801.787 juta orang atau 5,7%
peserta JKN mendapat pelayananuntuk penyakit katastropik dan menghabiskan biaya
kesehatan sebesar 14,6triliun rupiah atau 21,8% dari seluruh biaya pelayanan kesehatan
dengankomposisi peringkat penyakit jantung sebesar 50,9% atau 7,4 triliun,
penyakitginjal kronik sebesar 17,7% atau 2,6 triliun rupiah(KEMENKES, 2020). Salah
satu bukti nyata peran pemerintah dalam menangani penyakit tidak menular yakni
penguatan pada deteksi dini, monitoring dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM melalui
kegiatan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) dengan membentuk Pos
Pembinaan Terpadu PTM (Posbindu PTM)dan program pelayanan terpadu penyakit tidak
menular (PANDU PTM) pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) (Permenkes
NO. 71, 2015). Kegiatan PANDU PTM adalah kegiatan penemuan dan penanganan kasus
PTM dan manajemen faktor risiko PTM di FKTP secara terpadu. Puskesmas berada di
garda terdepan dalam penyedian upaya pelayanan kesehatan masyarakat yang didalamnya
mencakup pengendalian Penyakit Tidak Menular(KEMENKES, 2019), melalui kegiatan
manajemen faktor resiko seperti; perilaku merokok, pengukuran bb dan tb, pengecekan
tekanan darah, pengecekan gula darah sewaktu dan kolestrol serta penanganan penyadang
PTM dan program rujuk balik (PRB)(P2ptm, 2019).Sampai dengan tahun 2019, terdapat
7.465 puskesmas atau 73,66% dari total 10.134 Puskesmas yang ada di Indonesia
melaksanakan PTM secara terpadu melalui program Puskesmas Pandu PTM. Terdapat 3
provinsi yang seluruh Puskesmasnya telah melaksanakan Pandu PTM, yaitu Sulawesi
Barat, Bali, dan DI Yogyakarta sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah
Papua sebesar 9,92% diikuti oleh Kalimantan Utara sebesar 27, 27%, kemudian Papua
Barat sebesar 37,11% dan provinsi Lampung berada pada posisi menengah dengan
persentase sebesar 92,26% dari 302 Puskesmas yang tersebar luas pada 15
kabupaten(KEMENKES, 2018, 2020).
UPTD. Puskesmas Pulau Pisang merupakan salah satu FKTP berstatus rawat jalan di
Kab. Pesisir Barat. Luas wilayah kerja Puskesmas Pulau Pisang ± 2250 Ha dengan 1621
Jiwa yang tersebar pada 6 desa(Puskesmas Pulau Pisang, 2018). Berdasarkan data laporan
bulanan terhitung januari s/d oktober 2020, didapatkan data bahwasanya terjadi
penurunan kunjungan kasus PTM di FKTP Puskesmas dari 538 kasus (360 kasus
hipertensi dan 178 kasus diabetes melitus pada tahun 2019 menjadi 211 kasus meliputi:
Hipertensi (135 kasus) serta diabetes (76 kasus). Di UPTD. Puskesmas Pulau Pisang
kasus PTM masih menduduki posisi 10 penyakit terbanyak pada 3 tahun terakhir. Oleh
sebab itu, dalam rangka mengoptimalkan pengendalian dan pencegahan penyakit tidak
menular di FKTP perlu adanya perhatian yang serius serta berkelanjutan terutama dalam
program PANDU-PTM. Maka dari itu, penulis melaksanakan kegiatan magang di UPTD.
Puskesmas Pulau Pisang untuk mengetahui gambaran implementasi program PANDU-
PTM melalui pendekatan sistem (system approach) dan memberikan alternatif
pemecahan masalah terkait pengendalian dan pencegahan penyakit tidak menularn
di FKTP.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian praktek kerja
lapangan (PKL) ini yaitu, belum diketahuinya pelaksanaan program Pelayanan Terpadu
(PANDU PTM) di UPTD. Puskesmas Pulau Pisang.

C. Tujuan PKL
1. Tujuan Umum
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraiakan diatas, maka tujuan dari
praktek kerja lapangan (PKL) ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan PANDU
PTM dalam pengendalian dan pencegahan Penyakit Tidak Menular di UPTD.
Puskesmas Pulau Pisang.

2. Tujuan Khusus
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraiakan diatas, maka tujuan
khusus dari praktek kerja lapangan (PKL) ini, antara lain:
1) Untuk mengetahui gambaran ketersediaan sumber daya manusia (Man) dalam
implementasi PANDU-PTM di UPTD. Puskesmas Pulau Pisang.
2) Untuk mengetahui gambaran ketersediaan sarana dan prasarana (Material)
dalam implementasi PANDU-PTM di UPTD. Puskesmas Pulau Pisang.
3) Untuk mengetahui gambaran ketersediaan pendanaan (Money) dalam
implementasi PANDU-PTM di UPTD. Puskesmas Pulau Pisang.
4) Untuk mengetahui gambaran metode (Metodh) dalam implementasi PANDU-
PTM di UPTD. Puskesmas Pulau Pisang.
5) Untuk mengetahui gambaran machenery dalam implementasi PANDU PTM-
di UPTD. Puskesmas Pulau Pisang.
6) Untuk mengetahui gambaran market dalam impelementasi PANDU-PTM di
UPTD. Puskesmas Pulau Pisang.

D. Manfaat PKL
Hasil yang nanti akan dicapai pada praktek kerja lapangan (PKL) ini
diharapkan memberi manfaat sebagai berikut:
1. Institusi Praktek Kerja Lapangan (PKL)
Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu
sumber informasi mengenai situasi umum institusi tempat PKL.

2. Jurusan Kesehatan Masyarakat


Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini ini diharapkan dapat menjadi
referensi informasi di tempat PKL yang berguna untuk meningkatkan kualitas
lulusan jurusan Kesmas terkhususnya peminatan manajemen pelayanan kesehatan
masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENYAKIT TIDAK MENULAR


1. Pengertian Penyakit Tidak Menular
Penyakit tidak menular (PTM) adaah penyakit yang dianggap tidak dapat
ditularkan atau disebarkan dari seseorang kepada orang lain, sehingga bukan
merupakan sebuah ancaman bagi orang lain. Kebanyakan PTM merupakan bagian
dari penyakit degeneratif dan mempunyai prevalensi tinggi pada orang yang
berusia lanjut. Penyakit tidak menular biasanya terjadi karena faktor keturunan
dan gaya hidup yang tidak sehat. Penjelasan lain mengenai penyakit tidak menular
adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya pelemahan oragan manusia itu
sendiri maupun juga penyakit yang termasuk kedalam penyakit degeneratif (faktor
usia). Istilah penyakit tidak menular mempunyai kesamaan dengan:
1) Penyakit kronik
Penyakit kronik dapat dipakai untuk PTM karena kelangsungan PTM
biasanya bersifat kronik/ menahun/lama. Namun ada pula PTM yang
kelangsungannya mendadak/ akut, misalnya keracunan.
2) Penyakit non-infeksi
Sebutan penyakit non-infeksi dipakai karena penyebab PTM biasanya bukan
oleh mikro-organisme. Namun tidak berarti tidak ada peranan mikro-
organisme dalam terjadinya PTM.
3) New communicable disease
Hal ini disebebkan PTM dianggap dapat menular; yaitu melalui gaya hidup
(Life Style). Gaya hidup dalam dunia modern dapat menular dengan caranya
sendiri. Gaya hidup didalamnya dapat menyangkut pola makan, kehidupan
seksual, dan komunikasi global. Contoh perubahan pola makan telah
mendorong perubahan peningkatan penyakit jantung yang berkaitan dengan
makan berlebih yang mengandung kolestrol tinggi .
2. Karakteristik Penyakit Tidak Menular
Penyakit tidak menular terjadi akibat interaksi antara agent (not living agent)
dengan host dalam hal ini manusia (faktor predisposisi, infeksi dan lain-lain) dan
lingkungan sekitar (source and vehicle of agent).
a. Agent
1) Agen dapat berupa (non living agent), yakni kimiawi, fisik, mekanik dan
psikis.
2) Agent penyakit tidak menular sangat bervariasi, mulai dari yang paling
sederhana sampai yang kompleks (mulai molekul sampai zat-zat yang
kompleks ikatannya).
3) Suatu penjelasan tentang penyakit tidak menular tidak akan lengkap
tanpa mengetahui spesifikasi dari agent tersebut.
4) Suatu agent tidak menular dapat menimbulkan tingkat keparahan yang
berbeda-beda (dinyatakan dalam skala pathogenitas). Pathogenitas agent
yaiitu kemampuan/ kapasitas agent penyakit untuk dapat menyebabkan
sakit pada host.
5) Karakteristik lain dari agent tidak menular yang perlu diperhatikan,
antara lain: kemampuan menginasi/ memasuki jaringan, kemampuan
merusak jariangan yaitu teversible dan irreversible dan kemampuan
menimbulkan reaksi hipersensitif.
b. Reservoir
1) Dapat didefinisikan sebagai organisme hidup, benda mati (tanah, udara,
air batu, dan lain-lain) dimana agent dapat hidup, berkembang biak dan
tumbuh dengan baik.
2) Pada umumnya untuk penyakit tidak menular, reservoir dari agent adalah
benda mati.
3) Pada penyakit tidak menular, orang yang terekspos/ terpapar dengan
agent tidak berpotensi sebagai sumber/ reservoir tidak ditularkan.
c. Patogenitas
1) Fase akumulasi pada jaringan. Apabila terpapar dalam waktu lama dan
terus-menerus.
2) Fase subklinis. Pada fase subklinis gejala/ sympton dan tanda/ sign belum
muncul. Telah terjadi kerusakan pada jaringan, tergantung pada: jaringan
yang terkena, kerusakan yang diakibatkannya (ringan, sedang dan berat),
sifat kerusakan (reversible dan irreversible/ kronis, mati dan cacat)
3) Fase klinis. Agent penyakit telah menimbulkan reaksi pada host dengan
menimbulkan manifestasi (gejala dan tanda).
d. Karakteristik penyakit tidak menular
1) Tidak ditularkan
2) Etiologi sering tidak jelas
3) Agent penyebab: non living agent
4) Durasi penyakit panjang (kronis)
5) Fase subklinis dan klinis panjang untuk penyakit kronis.
e. Rute dari keterpaparan
Melalui sistem pernafasa, sistem digestiva, sistem integumen/ kulit dan
sistem vaskuler.

3. Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular


Faktor penyebab dalam Penyakit Tidak Menular (PTM) dipakai istilah faktor
risiko (risk factor) untuk membedakan dengan istilah etiologi pada penyakit
menular atau diagnosis klinis. Macam-macam faktor risikp:
1) Menurut dapat-tidaknya risiko itu diubah:
a) Unchangeable risk factors
Faktor risiko yang tidak dapat diubah. Minsalnya: umur, genetik
b) Changeable risk factors
Faktor risiko yang dapat berubah. Minsalnya: kebiasaan merokok dan
olahraga
2) Menurut kestabilan peranan faktor risiko
a) Suspected risk factors (faktor risiko yang dicurigai)
Yaitu faktor risiko yang belum mendapat dukungan ilmiah/ penelitian,
dalam peranannya sebagai faktor yang berperan dalam kejadian suatu
penyakit. Misalnya: merokok menyebabkan terjadinya kanker leher
rahim.
b) Established risk factors (faktor risiko yang tealah ditegakkan)
Yaitu faktor risiko yang telah mendapat dukungan ilmiah/ penelitian,
dalam perananya sebagai faktor yang berperan dalam kejadian suatu
penyakit. Misalnya: rokok sebagai faktor risiko terjadinya kanker paru.
Perlunya dikembangkan konsep faktor risiko ini dalam epidemiologi PTM
berkaitan dengan beberapa alasan anatara lain: tidak jelasnya kausa PTM
terutama dalam hal ada tidaknya mikroorganisme dalam PTM,
menonjolnya penerapan konsep multikasual pada PTM, kemungkinan
adanya penambahan atau interaksi antar risiko dan perkembangan
metodologik telah memberi kemampuan untuk mengukur besarnya faktor
risiko.

Faktor risiko untuk timbulnya penyakit tidak menular yang bersifat kronis
belum ditemukan secara keseluruhan,, karena:

a) Untuk setiap penyakit, faktor risiko dapat berbeda-beda (merokok, hipertensi,


hiperkolesterolemia)
b) Satu faktor risiko dapat menyebabkan penyakit yang berbeda- beda,
minsalnya merokok, dapat menimbulkan kanker paru, penyakit jantung
koroner, kanker larynx.
c) Untuk kebanyaa=kan penyakit, faktor-faktor risiko yang telah diketahui
hanya dapat menerangan sebagaian kecil kejadian penyakit, tetapi etiologinya
secara pasti belum diketahui.

Faktor-faktor risiko yang telah diketahui ada kaitannya dengan penyakit tidak
menular yang bersifat kronis, antara lain:
a) Tembakau
b) Alkohol
c) Kolestrol
d) Hipertensi
e) Diet
f) Obesitas
g) Aktivitas
h) Stress
i) Pekerjaan
j) Lingkungan masyarakat sekitar
k) Life style

4. Upaya-Upaya Pencegahan Penyakit Tidak Menular


Prinsip upaya pencegahan lebih baik dari sebatas pengobatan. Terdapat 4
tingkatan pencegahan dalam epidemiologi penyakit tidak menular, yaitu:
1) Pencegahan primordial
Berupa upaya untuk memberikan kondisi pada masyarakat yang
memungkinkan penyakit tidak dapat berkembang karena tidak adanya peluag
dan dukungan dari kebiasaan, gaya hidup maupun konsisi lain yang
merupakan faktor risiko untuk munculnya suatu penyakit. Misalnya:
menciptakan prakondisi dimana msyarakat merasa bahwa merokok itu
merupakan suatu kebiasaan yang tidak baik dan masyarakat mampu bersikap
positif untuk tidak merokok.
2) Pencegahan tingkat pertama
a) Promosi kesehatan masyarakat: kampanye kesadran masyarakat, promosi
kesehatan pendidikan kesehatan masyarakat.
b) Pencegahan khusus: pencegahan keterpaparan, pemberian kemopreventif.
3) Pencegahan tingkat kedua
a) Diagnosis dini, misalnya dengan screening
b) Pengobatan, misalnya dengan kemotherapi atau pembedahan
4) Pencegahan tingkat ketiga adalah dengan cara rehabilitasi.

5. Jenis- Jenis Penyakit Tidak Menular


Penyakit tidak menular sering dialami oleh seseorang yang tidak menjaga pola
kesehatan tersebut. Dengan demikian orang yang mengalami sakit tidak menular
tidak disebabkan oleh bakteri, virus maupun juga kuman. Oleh karenanya jika
mengalami penyakit tidak menular maka tidak perlu takut dan canggung dalam
menanganinya, karena yang anda alami adalah tidak menular dan tidak
menyebabkan orang lain terinfeksi. Saat ini di Indonesia terdapat kurang lebih 30
jenis penyakit tidak menular yaitu:
1) Hipertensi
2) Diabetes
3) Ashma bronchiale
4) Osteoporosis
5) Depresi
6) Keracunanan makanan/minuman
7) Sariawan
8) Rematik
9) Stroke
10) Kanker
11) Maag
12) Asam Lambung
13) Tukak Lambung
14) Diabetes Mellitus
15) Obesitas
16) Glukoma
17) Gagal Ginjal
18) Alzheimer
19) Varises
20) Keloid
21) Usus buntu
22) Varikokel
23) Amandel
24) Ambien
25) Asam urat
26) Kolestrol
27) Migrain
28) Vertigo
29) Katarak
30) Penyakit Jiwa.
Berdasarkan jenis penyakit tidak menular diatas, maka terdapat beberapa jenis
penyakit tidak menular yang memiliki tingkat prevalensi tinggi dan pada
umumnya sering dialami oleh masyarakat, penyakit tersebut adalah penyakit gagal
jantung, ashma bronchiale, penyakit hipertensi, kanker serviks, diabetes mellitus,
gagal ginjal kronik, penyakit mata atau katarak, penyakit rematik, penyakit
obesitas da n penyakit jiwa(Irwan, 2016).

B. PROGRAM PELAYANAN TERPADU (PANDU PTM)


1. Pengertian Program Pelayanan Terpadu (PANDU PTM)
Kegiatan PANDU PTM adalah kegiatan penemuan dan penanganan kasus PTM
dan manajemen faktor risiko PTM di FKTP secara terpadu. Dengan kegiatan
manajemen faktor risiko, meliputi pemeriksaan perilaku merokok, obesitas,
pengukuran tekanan darah, gula darah sewaktu, kolestrol dan wanita usia 30-50
tahun atau wanita yang pernah berhubungan seksual serta penanganan
penyandang PTM dan program rujuk balik (PRB).

2. Tujuan Program Pelayanan Terpadu (PANDU PTM)


Pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dengan mengutamakan
aspek promotif dan preventif.

3. Ruang Lingkup Program Pelayanna Terpadu (PANDU PTM)


Adapun ruang lingkup program Pandu PTM di Puskesmas, antara lain:
1) Promosi kesehatan.
2) Deteksi dini faktor risiko PTM
3) Peningkatan peran serta masyarakat.
4) Penemuan kasus PTM
5) Penanganan kasus PTM
6) Pencatatan dan pelaporan PTM
7) Surveilans terpadu PTM.
8) Pemantauan dan penilaian kegiatan.
4. Dasar Hukum/ Pedoman Program Pelayanan Terpadu (PANDU
PTM)
Adapun dasar hukum atau pedoman dalam penyelenggaraan pandu ptm di
FKTP, antara lain:
1) Permenkes No.71 tahun 2013 tentang penanggulangan penyakit tidak
menular.
2) Permenkes No.75 tahun 2014 tentang puskesmas.
3) Peraturan Menteri Kesehatan No.29 tahun 2017 tentang perubahan peraturan
menteri kesehatan No.34 tahun 2015 tentang penanggulangan kanker
payudara dan kanker leher rahim.
4) KMK Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang panduan praktik klinis
bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama.
5) Peraturan konsil kedokteran Indonesia No. 11 tahun 2012 tetang standar
kompetensi dokter indonesia.
6) Pedoman pengendalian PTM terpadu.

5. Sasaran Program Pelayanan Terpadu (PANDU PTM)


Sasaran dalam PANDU PTM adalah setiap warga negara yang menyandang dan
memiliki faktor risiko PTM yang berkunjung ke FKTP.

6. Mekanisme Pelaksanaan Program Pelayanan Terpadu (PANDU


PTM)
1) Tahap persiapan
a) Dinas Kesehatan Provinsi
- Menetapkan sasaran menggunakan data angka kesakitan PTM, PRB,
temuan dan rujukan faktor risiko di Kabupaten/ Kota.
- Menyediakan peralatan mendukung penyelenggaraan Pandu PTM
sesuai dengan permenkes No. 75 tahun 2014.
b) Dinaas Kesehatan Kab/Kota dan Puskesmas
- Penetapan sasaran menggunakan data angka kesakitan PTM,PRB,
temuan dan rujukan faktor risiko di FKTP.
- Pengelola Program Kab/Kota dan Pengelola Program
Puskesmasmemastikan ketersedian alat kesehatan, bahan habis
pakaidan obat-obatan yang mendukung PANDU.
- Pengelola Program Kab/Kota dan Pengelola Program
Puskesmasmemastikan ketersedian pedoman PPK (Panduan Praktik
Klinik) 1 dan Pedomanpengendalian PTM terpadu sebagai acuan
bagi petugas di FKTP

2) Tahap pelaksanaan
a) Dinas Kesehatan Provinsi
- Menyediakan peralatan mendukung penyelenggaraan PanduPTM
sesuai dengan dengan Permenkes 75 tahun 2014.
- Memastikan pelaksanaan di Kabupaten Kota sesuai standar.
b) Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Puskesmas
- Pengelola Program Kab/Kota dan Pengelola Program
Puskesmasmemastikan kegiatan tercatat di dalam Rekam Medis
dandilaporkan sesuai ketentuan.
- Pengelola Program Kab/Kota dan Pengelola Program
Puskesmasmemastikan rujukan FKRTL sesuai indikasi medis
danmenangani kasus rujuk balik sesuai standar.

3) Tahap Pembinaan dan Monev


a) Dinas Kesehatan Provinsi yakni melakukan pembinaa, monitoring dan
evaluasi secara berjenjang dan berkala.
b) Dinas Kesehatan Kab/ Kota dan Puskesmas yakni pengelola Program
Kkab/ Kota melakukan pembinaa, monitoring dan evaluasi secara
berjenjang dan berkala.

7. Pelaksana Program Pelayanan Terpadu (PANDU PTM)


Yang melaksanakan kegiatan PANDU di FKTP adalah petugas kesehatan yakni
dokter, perawat dan bidan.
C. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
1. Pengertian Implementasi Kebijakan
Kebijakan adalah sebuah instrumen pemerintahan, bukan saja dalam
artigovernment yang hanya menyangkut aparatur negara, melainkan pula
governanceyang menyentuh pengelolaan sumber daya publik. Kebijakan pada
intinyamerupakan keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang
secaralangsung mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumber daya alam,
finansialdan manusia demi kepentingan publik yakni rakyat banyak,
penduduk,masyarakat, atau warga negara. Kebijakan merupakan hasil dari adanya
sinergi,kompromi atau bahkan kompetisi antara berbagai gagasan, teori, idiologi,
dankepentingan-kepentingan yang mewakili sistem politik suatu Negara(Suharno,
2013).Sebagian besar ahli memberipengertian kebijakan publik dalam kaitannya
dengan keputusan atau ketetapanpemerintah untuk melakukan suatu tindakan
yang di anggap akan membawadampak baik bagi kehidupan warganya. Seperti
kata Bridgman dan Davis,kebijakan publik pada umumnya mengandung
pengertian mengenai “WhateverGovernment’’ choose to do or not to do artinya,
kebijakan publik adalah ‘apa sajayang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau
tidak dilakukan.
Kebijakaan yang baik tidak memiliki arti apa-apa jika tidak dapat
diimplementasikan. Apabila sebuah kebijakan telah ditetapkan, maka
prosesperumusan perumusan kebijakan menginjak tahap implementasi.
Impelemnetasi adalah proses mentransformasikan suatu rencana ke dalam praktik.
Implementasi merupakan tahap realisasi tujuan-tujuan program. Dari sudut
pandang sistim, implementasi adalah proses bagaimana mentransformasikan input
(tujuan dan isi kebijakan) dalam bentuk rangkaian tindakan operasional guna
mewujudkan hasil yang diinginan oleh suatu kebijakan (Outputs dan Outcome).
Tahapan implementasi suatu kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan dan
sasaran direncanakan terlebih dahulu melalui formulasi kebijakan. Tahapan ini
hanya dapat dilakukan setelah undang-undang tentang suatu kebijakan
dikeluarakan dan dan yang disediakan untuk membiayai implementasi kebijakan
tersebut telah tersedia. Implementasi kebijakan dapat juga dikatakan sebagai siatu
proses kegiatan administratif yang dilakukan setelah kebijakan ditetapkan dan
disetujui. Kegiatan ini terletak diantara perumusan kebijakan dan evaluasi.
Berdasarkan pengertian tersebut, keberhasilan implementasi kebijakan dapat
didefenisikan sebagai perihal (keadaan)keberhasilan dari implementasi kebijakan.
Menurut berbagai penelitian dan kenyataan dilapangan, terdpaat beberapa
pelajaran yang bisa diambil dari kesuksesan sebuah kebijakan, antara lain:
1) Jika suatu kebijakan didisain tidak berdasarkan pada kerangka dan acuan teori
yang kuat dan jelas, maka implementasinya akan terganggu.
2) Antara kebijakan dan implementasi harus disusun suatu korelasi yang jelas
sehingga konsekwensi yang diinginkan juga jelas.
3) Implementasi suatu kebijakan akan gagal jika terlalu banyak lembaga yang
berperan.
4) Sosialisasi kebijakan kepada pelaksana kebijakan sangatlah penting karena
akan sangat mempengaruhi keberhasilan implementasi.
5) Evaluasi kebijakan secara terus-menerus (monitoring) terhadap suatu
kebijakan sangatlah krusial karena sebuah kebijakan akan berevolusi menjadi
baik dan efisien jika ada evalusia yang terus menerus dan berkesinambungan.
6) Untuk berhasil dengan baik, pembuat suatu kebijakan harus menaruh
perhatian yang sama terhadap implementasi dan perumusan kebijakan.
7) Kebijakan publik di Indonesia sebagaian besar perhatian ditunjukan pada
bagaiman akebijakan publik dibuat, bukan pada bagaimana implemntasi
kebijakan dikelola dan diawasi dengan baik.
Tahap inimelibatkan serangkaian kegiatan yang meliputi pemberitahuan kepada
publicmengenai pilihan kebijakan yang di ambil, instrument kebijakan yang
digunakan,staf yang akan melaksanakan program, pelayanan-pelayanan yang akan
diberikan(Suharno, 2013). Prinsipnya, implementasi kebijakan adalah cara atau
langkah yang dilaksanakan agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya.
Peter Deleon dan Linda Deleon menyatakan bahwa pendekatan-pendekatan dalam
implementasidalam kebijakan publik dapat di kelompok kan menjadi tiga
generasi. Yaitu:
1) Pada tahun 1970-an memahami implementasi kebijakan sebagaimasalah-
masalah yang terjadi antara kebijakan dan eksekusinya.
2) Pada tahun 1980-an adalah generasi yang mengembangkan
pendekatanimplementasi kebijakan yang bersifat dari atas ke bawah.
3) Pada tahun 1990-an memperkenalkan pemikiran bahwa variableprilaku dari
aktor pelaksana implementasi kebijakan yang lebihmenentukan keberhasilan
implementasi kebijakan(Dachi, 2017).

2. Parameter Keberhasilan Pelayanan


Jika ditinjau dari segi pelayanan, organisasi kesehatan sebagai lembaga yang
memberikan pelayanan kesehatan dapat diukur dari aspek pelayanan kesehatan
yang dihasilkan. Pengukuran keberhasilan pelayanan kesehatan dapat dilakukan
dengan berbagai macam parameter. Secara garis besar pengukuran keberhasilan
pelayanan kesehatan dapa dilakukan berdasarkan hasil dan proses.
a. Ukuran yang berorientasi hasil pelayanan meliputi; efektivitas, produktivitas,
efisiensi, kepuasan dan keadilan.
b. Ukuran yang berorientasi proses, meliputi: responsivitas, responsibilitas,
akuntabilitas, keadaptasian, kelangsungan hidup, keterbukaan/ transparansi,
empati.
Pengukuran keberhasilan pelayanan kesehatan dapat dilihat dari dimensi
pandangan pengguna jasa pelayanan kesehatan terhadap kualitas pelayanan,
diantaranya:
1) Perwujudan fisik (tangible): “appearance of physical facilities, equipment,
personnel, and communication materials.”
2) Reliabilitas (reliability): “ability ti perform the promised service dependently
and accurately”
3) Responsivitas (responsiveness): “willingness to help customers and provide
prompt the service”.
4) Kompetensi (competence): “possession of the required skills and knowledge
to perform the service”.
5) Kesopanan (courtesy): “politeness, respect, consideration, and friendliness of
contact personnel”.
6) Kredibilitas (credibility): “trustworthyness, believability, honesty of the
service provider”.
7) Keamanan (Security): “freedom from danger, risk or doubt”.
8) Akses (Acsess): “approachability and ease of contact”.
9) Pengertian (understanding the customer): “making the effort to know
customers and their needs”.
Berdasarkan dimensi-dimensi keberhasilan, dapat juga dikatakan bahwa
implementasi kebijakan kesehatan adalah salah satu tahap dari prose kebijakan
kesehatan yang dipetakan dari dimensi-dimensi dari keberhasilan implementasi
kebijakan, yaitu efektivitas, efisiensi, responsivitas, responsibilitas,
keterbukaan/transparansi, keadaptasian, kelangsungan hidup, kompetensi dan
akses (Dachi, 2017).

3. Pendekatan dalam Implementasi Kebijakan


Mengukur implementasi kebijakan dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan.
Salah satunya adalah penedekatan sistem (system approach). Konsep sistem
merupakan suatu konsep yang umum atau universal. Bahkan konsep sistem sangat
luas sekali penggunaanya sehingga timbul berbagai pendapat dalam
mendefinisikannya. Sistem adalah kumpulan dari objek-objek seperti orang,
resource, konsep, dan prosedur yang ditunjukan untuk melakukan fungsi tertentu
atau memenuhi suatu tujuan. Berikut ini digambarkan bagaimana sistem
ligkungannya dalam suatu kesatuan yang utuh.

Gambar 2.1.1. Bentuk sistem dan lingkungannya


Dari gambar tersebut dapat diterangkan bahwa sesungguhnya sistem terdiri dari:
input, proses, dan output yang kemudian berada dalam sebuah lingkungan tempat
ketiganya berada. Untuk menjelaskan lagi maka keterangan masing-masingnya
adalah sebagai berikut:
1. Input adalah semua elemen yang masuk ke sistem.
Menurut Koontz dan Donnelss membedakan masukan (input) menjadi empat
macam yakni manusia (man), modal (capital), manajerial (managerial) dan
teknologi (teknologi). Pembagian lain yang banyak dikenal dimasyarakat
ialah yang disebut sebagai 4 M yakni manusia (man), uang (money), sarana
(material), dan metoda (method) untuk organisasi yang tidak mencari
keuntungan, serta 6 M yakni manusia (man), uang (money), sarana (material),
metoda (method), pasar (market) serta mesin (machinery) untuk organisasi
yang mencari keuntungan (azwar, 2010).
2. Proses adalah proses transformasi elemen-elemen dari input menjadi output.
3. Output adalah produk jadi atau hasil dari suatu proses di sistem.
4. Feedback adalah aliran informasi dari komponen output ke pengambilan
keputusan yang memperhitungkan output/ kinerja sistem. Dari informasi ini,
pengambil keputusan, yang bertindak sebagai pengontrol, bisa memutuskan
untuk memodifikasi input, atau proses, atau malah keduanya.
5. Environment adalah terdiri dari berbagai elemen yang terletak diluar input,
proses ataupun output. Namun dapat mempengaruhi kinerja dan tujuan
sistem. Bila suatu elemen memiliki hubungan dengan tujuan sistem serta
pengambil keputusan secara signifikan tak mungkin memanipulasi elemen
ini, maka elemen tersebut harus dimasukkan sebagai bagaian dari
envionment. Contoh: Sosial, politik, hukum, aspek, fisik dan ekonomi.
6. Boundary/ batas adalah pemisah anatara suatu sistem dengan lingkungannya.
Sistem ada didalam boundary, dimana environmentnya ada diluarnya. Bisa
secara fisik, misal: sistem adalah sebuah departemen di Gedung A; atau non
fisik, misal:suatu sistem dibatasi oleh waktu tertentu(Arif, 2017).
Adapun pendekatan pengukuran sistem dapat dilakukan dengan 3 cara, antara
lain:
1. Pendekatan sasaran yakni berorientasi output, sejauh mana sistem berhasil
mencapai nilai output yang telah ditentukan berdasarkan sasaran sistem.
2. Pendekatan sumber yakni pengukuran melalui keberhasilan sistem dalam
mendapatkan berbagai input atau sumber yang dibutuhkan dari
lingkungannya.
3. Pendekatan proses yakni meninjau kegiatan internal sistem dan mengukur
sistem melalui berbagai indikator internal seperti efisiensi dan pengaturan
transpormasi.
Gambar yang menunjukan hubungan pendekatan pengukuran sistem dapat dilihat
digambar berikut ini:

Gambar 2.1.2 Pendekatan Pengukuran Sistem (Arif, 2017)


BAB III
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

A. RENCANA KEGIATAN
Adapun tahapan kegiatan Praktek Kerja Lapangan, antara lain:
1) Tahap persiapan
Merupakan suatu tahap awal kegiatan untuk mempersiapkan penyempurnaan
proposal PKL. Hal-hal yang dipersiapkan meliputi: penetapan judul, proposal,
surat perizinan, daftar data yang akan diambil, daftar pertanyaan, penyediaan
perlengkapan tambahan dan lain-lain yang dibutuhkan pada saat Praktek
Kerja Lapangan (PKL).
2) Tahap pengumpulan data
Merupakan tahap pengumpulan berbagai informasi atau data yang dibutuhkan
terdiri dari: sumber daya manusia, sarana prasarana, pendanaan, metode,
machinery dan market dalam implementasi PANDU PTM di UPTD.
Puskesmas Pulau Pisang. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan,
antara lain:
No. Unsur yang dilihat Sasaran Teknik Instrumen
Pengambilan
data
1. Man (Sumber Daya - Penanggung jawab Wawancara Panduan
Manusia) P2P terstruktur dan wawancara
- Data Kepegawaian studi terstruktur dan
Tujuan: dokumentasi lembar
Mengetahui dokumentasi
ketersediaan tenaga
pelaksana pelayanan
terpadu (PANDU-
PTM)
2. Material (Sarana - Penanggung jawab Wawancara dan Panduan
Prasarana) P2P observasi wawancara
terstruktur dan
Tujuan: lembar observasi
Mengetahui
ketersedian
perlengkapan
pelayanan terpadu
(PANDU_PTM)
meliputi; peralatan
medis dan obat-obatan
3. Money - Penanggung jawab Wawancara Panduan
P2P wawancara
Tujuan: terstruktur
Mengetahui
gambarana lokasi
pendanaan dalam
pelaksanaan
Pelayanan Teerpadu
(PANDU PTM)
4. Metode - Petugas Pelaksana Wawancara Panduan
- Penangung jawab Observasi wawancara
Mengetahui P2P terstruktu dan
gambaran: lembar observasi
a. Ketersediaan
pedoman
pelayanan PTM
di FKTP
b. Alur pelaksanaan
pelayanan PTM
di FKTP
c. Alur pelaksanaan
pelayanan PTM
rujukan
5. Machinery - Kepala Puskesmas Wawancara Panduan
P2P wawancara
Mengetahui gambaran terstruktur
ketersedian teknologi
dalam pelayanan PTM
di FKTP
6. Market - Masyarakat Angket Kuesioner dengan
diwilayah kerja menggunakan skala
Mengetahui gambaran UPTD. Puskesmas Guttman terdiri dari
kepuasan masyarakat Pulau Pisang 9 pernyatan
terkait pelayanan berjumlah 30 dengan kategori
terpadu (PANDU- responden yang penilaian Baik (5-
PTM) di FKTP terdiagnosa PTM 9) dan kategori
tidak baik (1-4)

3) Tahap pengolahan data


Pada tahap ini data yang diperoleh dirumuskan dalam bentuk tulisan dan
kesimpulan.

B. LOKASI KEGIATAN
Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan di UPTD. Puskesmas Pulau
Pisang Kec. Pulau Pisang Kab. Pesisir Barat Prov. Lampung.
C. WAKTU KEGIATAN
Praktek kerja lapang (PKL) ini dilaksanakan pada tanggal 16 November s/d 07
Desember 2020. Adapun jadwal pelaksanaan Praktek Kerja Lapang terencana
seperti tabel 3.1 berikut ini:

Waktu Pelaksanaan
NO. Kegiatan Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
I II III IV V VI
1. Orientasi
diitempat PKL
2. Pengumpulan
data,
pengolahan
data dan
penyajian data
3. Analisa data
dan matrik
permasalahan
4. Menganalisis
alternatif
pemecahan
masalah
5. Membuat
rencana aksi
6. Penyusunan
draft laporan
7. Seminar hasil
PKL
8. Pengumpulan
laporan

Tabel 3.1. Jadwal kegiatan Praktek Kerja Lapangan

Anda mungkin juga menyukai