Anda di halaman 1dari 23

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Prinsip Dasar Ventilasi Tambang Bawah Tanah

Ventilasi tambang merupakan pengaturan aliran udara bersih dari

permukaan/luar tambang ke dalam tambang bawah tanah. Dalam pengaturannya

udara akan mengalir dari suhu rendah ke tinggi, dari tekanan tinggi ke rendah dan

udara akan lebih banyak mengalir pada jalur ventilasi dengan resistansi yang lebih

kecil dibandingkan dengan jalur dengan resistansi yang besar. Pada sistem

ventilasi tambang ini memiliki 3 fungsi secara umum yang sesuai dengan prinsip-

prinsip pada fluida dinamik, yaitu

a) Sebagai pengontrol kualitas udara (Quality Control) pada tambang bawah.

Hal ini dilakukan dengan cara mengatur konsentrasi gas-gas beracun di dalam

tambang. Maka dari itu, ketika tambang bawah tanah melakukan produksi,

konsentrasi dari gas-gas beracun dapat diatur konsentrasinya di dalam tambang

sehingga tidak membahayakan para penambang yang sedang bekerja.

b) Sebagai pengontrol kuantitas udara (Quantity Control). Kontrol kuantitas

udara yang dimaksud disini adalah pengaturan jumlah volume (debit) dan arah

aliran udara dari debit tersebut. Pengontrolan ini tidak hanya dilakukan pada

suplai udara bersih di lubang bukaan dan saluran pipa udara ventilasi, tetapi

kontrol ini juga dilakukan pada tempat pembuangan gas-gas beracun.

c) Sebagai pengatur temperatur dan kelembaban udara. Pengaturan yang

dilakukan adalah pengaturan pendinginan, pemanasan, kelembaban, dan

19
Kajian Jaringan Ventilasi Blok 2 Cikoneng di PT. Cibaliung Sumberdaya, Pandeglang, Banten
Ririn Yulianti
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2014, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
20

penghilangan kelembaban uadara. Pada tambang bawah tanah sering kali kondisi

temperatur udara tidak sesuai dengan temperatur optimal kerja, seperti udara yang

terlalu panas dan kelembaban udara yang tinggi. Maka dari itu, dengan adanya

pengaturan, kebutuhan udara pekerja dan alat yang berproduksi akan

mendapatkan kondisi udara yang optimal untuk bekerja.

3.2 Jaringan Sistem Ventilasi Tambang Bawah Tanah

Jaringan ventilasi tambang bawah tanah merupakan gabungan dari

beberapa jalur udara yang saling berhubungan antara satu sama lain dalam

rangkaian tertutup. Gabungan jalur udara ini sudah dikatakan kompleks. Hukum I

Kirchoff menyatakan bahwa jumlah aliran udara yang menuju titik percabangan

sama dengan jumlah aliran udara yang meninggalkan titik percabangan aliran.

Sistem ventilasi tambang bawah tanah dibedakan berdasarkan suplai udara dan

penggunaan fan nya bertujuan untuk memberikan jaminan kenyamanan bagi

pekerjanya.

3.2.1 Sistem Ventilasi Berdasarkan Asal Supplai Udara

Sistem ventilasi berdasarkan asal suplai udaranya dibagi menjadi 2 yaitu

Sistem ventilasi alamiah dan sistem ventilasi buatan. Sistem ventilasi alami ini

terbentuk secara alami seiring dengan terbentuknya bukaan/penggalian tunnel

pada tambang bawah tanah. Dengan adanya lubang bukaan, secara otomatis udara

akan mengalir melalui lubang bukaan tersebut. Sedangkan sistem ventilasi buatan

(artificial ini dibangkitkan dengan bantuan listrik. Sebagai alat suplai udaranya

Kajian Jaringan Ventilasi Blok 2 Cikoneng di PT. Cibaliung Sumberdaya, Pandeglang, Banten
Ririn Yulianti
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2014, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
21

digunakan fan. Fan pada sistem ini bertugas sebagai pengatur sirkulasi udara

sehingga setiap front kerja pada tambang tersebut akan tersuplai udara cukup.

3.2.2 Sistem Ventilasi Berdasarkan Penggunaaan Fan

Penggunaan fan dalam sistem ventilasi tambang, dibagi menjadi 4 yaitu:

a. Forcing System (Sistem Hembus)

Sistem hembus akan memberikan hembusan udara bertekanan positif ke front

kerja dengan aliran udara yang bertekanan lebih besar dibanding udara di

atmosfer. Udara ini dialirkan melalui pipa saluran ventilasi yang menghubungkan

fan dengan front kerja sebagaimana terlihat pada gambar. Dalam sistem ini,

dihembuskan udara bersih ke front. Sistem forcing ini dapat digambarklan seperti

Gambar 3.1 dibawah ini.

Sumber : www.google.com
Gambar 3.1
Forcing System Ventilation

b. Exhausting System (Sistem Hisap)

Sistem exhausting akan memberikan hembusan udara yang berkebalikan

dengan forcing system, yaitu bertekanan negatif ke front kerja. Tekanan negatif ini

adalah tekanan yang dihasilkan oleh proses penghisapan udara. Pada exhausting

Kajian Jaringan Ventilasi Blok 2 Cikoneng di PT. Cibaliung Sumberdaya, Pandeglang, Banten
Ririn Yulianti
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2014, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
22

system, fan diletakkan dekat dengan front kerja, sehingga dapat memudahkan

kerjanya dalam menghisap udara dari front kerja tersebut. Udara yang dihisap

adalah udara kotor atau gas yang tak diinginkan. Sistem hisap ini digambarkan

pada Gambar 3.2 dibawah ini.

Sumber : www.google.com
Gambar 3.2
Exhausting System Ventilation

c. Overlap System

Sumber : www.google.com
Gambar 3.3
Overlap System Ventilation

Sistem ini merupakan gabungan dari sistem exhausting dan forcing (Gambar

3.3). Sistem ini menggunakan 2 fan yang memiliki tugas berbeda satu sama lain.

Ada fan yang bertugas menyuplai udara ke front (intake fan), ada fan yang

Kajian Jaringan Ventilasi Blok 2 Cikoneng di PT. Cibaliung Sumberdaya, Pandeglang, Banten
Ririn Yulianti
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2014, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
23

bertugas untuk menghisap udara dari front (exhausting fan). Tetapi exhaust fan

dipasang lebih mundur (lebih jauh) dari front penambangan. Sedangkan duct akhir

dari intake fan dipasang lebih dekat dengan front penambangan. Hal ini untuk

mencegah agar udara yang disuplai langsung dihisap oleh exhaust fan sehingga

udara akan memiliki waktu untuk bersirkulasi pada front penambangan.

3.3 Pengendalian Ventilasi Tambang

3.3.1 Pengendalian Kualitas Udara

Parameter pengaturan kualitas udara pada tambang bawah tanah di

perhitungkan pada keberadaan konsentarsi gas pengotor, suhu udara (temperatur)

dan kelembaban udara.

3.3.1.1 Gas

Kualitas udara segar normal yang dialirkan pada ventilasi tambang terdiri

dari: Nitrogen, Oksigen, Karbondioksida, Argon, dan Gas-gas lain seperti Tabel

3.1 dibawah ini.

Tabel 3.1
Komposisi Udara Segar
Persen Volume Persen Berat
Unsur
% %
Nitrogen (N2 ) 78.09 75.53
Oksigen (O2 ) 20.95 23.14
Karbondioksida (CO2 ) 0.03 0.046
Argon (Ar) 0.93 1.284
Sumber : www.google.com

Kajian Jaringan Ventilasi Blok 2 Cikoneng di PT. Cibaliung Sumberdaya, Pandeglang, Banten
Ririn Yulianti
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2014, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
24

Apabila kualitas kebutuhan udara normal di dalam tambang bawah tanah

tidak dapat terpenuhi maka akan timbul gejala-gejala penyakit para pekerja akibat

kekurangan asupan kualitas udara bersih (Oksigen) di dalam tambang bawah

tanah.

Mesin-mesin yang digunakan dalam tambang merupakan salah satu

sumber dari gas pengotor. Demikian juga proses peledakan yang diterapkan dalam

tambang untuk pemberaian dapat merupakan sumber gas pengotor. Udara segar

yang dialirkan kedalam tambang bawah tanah akan mengalami beberapa proses

seperti penekanan atau pengembangan, pemanasan atau pendinginan, pelembaban

atau pengawalembaban. Oleh karena itu maka volume, tekanan, kandungan

energi panas (temperatur) dan kandungan airnya (kelembaban) juga akan

mengalami perubahan yang mempengaruhi kualitas udara tambang. Gas-gas yang

dapat mempengaruhi kualitas udara tambang, diantaranya seperti:

a. Karbon Monoksida (CO)

Tabel 3.2
Pengaruh Konsentrasi CO

Konsentrasi CO (%) Pengaruh pada Manusia

0.02 Sedikit sakit kepala


0.04 - 0.05 Terasa sakit dan telinga bunyi
0.08 - 0.10 Hilang Kesadaran
0.15 - 0.20 Pingsan
> 0.4 Fatal
Sumber : www.google.com

CO merupakan gas yang tidak berwarna dan sangat beracun. Gas ini banyak

dihasilkan pada saat terjadi kebakaran pada tambang bawah tanah dan

menyebabkan tingkat kematian yang tinggi. Gas CO dihasilkan dari hasil

Kajian Jaringan Ventilasi Blok 2 Cikoneng di PT. Cibaliung Sumberdaya, Pandeglang, Banten
Ririn Yulianti
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2014, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
25

pembakaran, operasi motor bakar, dan proses peledakan. Pengaruh konsentrasi

CO dapat dilihat pada Tabel 3.2.

b. Hidrogen Sulfida (H2S)

H2S merupakan gas yang tidak berwarna, beracun dan berbau seperti telur

busuk. Gas ini dapat menyebabkan gangguan pernapasan. Gas ini biasanya

muncul pada selokan, air yang tergenang (kubangan). Berikut ini Tabel 3.3

menunjukkan pengaruh konsentrasi H2S.

Tabel 3.3
Pengaruh Konsentrasi H2S

Konsentrasi H2 S (%) Pengaruh pada Negatif

0.0001 NAB Maksimum


0.005 Fatal
4 ˗ 44 Meledak
Sumber : www.google.com

c. Oksigen (O₂)

Oksigen adalah hal pokok untuk kehidupan. Hal berbahaya menghirup udara

yang kandungan oksigennya rendah disebut Oxigen Deficient Atmosphere. Untuk

daerah berbahaya yang tertutup, Oksigen tidak boleh kurang dari 19,5% atau lebih

dari 23% (the accupational Health and Safety Regulation USA 1996). Sifat-sifat

Oksigen tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan oksigen bukan gas yang

dapat meledak tetapi membantu pembakaran, pada konsentrasi 21% dapat

mempercepat pembakaran.

Penyebab potensial berkurangnya oksigen adalah termasuk digantikan oleh

gas lain selain udara dan pemakaian oksigen dalam pembakaran pada mesin bakar

Kajian Jaringan Ventilasi Blok 2 Cikoneng di PT. Cibaliung Sumberdaya, Pandeglang, Banten
Ririn Yulianti
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2014, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
26

di dalam tambang, proses oksidasi biologi akan menyebabkan berkurangnya

oksigen dengan terbentuknya gas CO2. Pada kasus peledakan dan kebakaran

memungkinkan timbulnya gas-gas beracun dan berbahaya sebelum lingkungan

menjadi bahaya karena kekurangan oksigen.

Di dalam tambang bawah tanah pengendalian gas berbahaya harus

dilakukan agar tercipta kenyamanan dalam bekerja dan tidak menimbulkan hal-hal

yang tidak diinginkan bagi para pekerja. Berikut ini cara pengendalian gas

tambang menurut Hartman L. Howard, yaitu :

a) Pencegahan (Preventation)

Dalam pencegahan agar gas tambang yang berbahaya tidak timbul di dalam

terowongan maka cara yang harus dilakukan diantaranya dengan melakukan

prosedur peledakan dengan baik dan benar, perawatan motor bakar dengan baik,

dan pencegahan terhadap letusan api.

b) Pemindahan (Removal)

Pemindahan gas tambang berbahaya dengan dilakukannya dengan penyaliran

(drainage) gas tambang yang berbahaya dan bantuan ventilasi isap lokal.

c) Penyerapan (Absorption)

Penyerapan gas tambang yang berbahaya dapat dilakukan dengan cara

penyerapan reaksi kimia dengan gas dan pelarutan dengan percikan air.

d) Penyekatan (Isolation)

Penyekatan ini dapat dilakukan dengan melakukan penyekatatan daerah

penghasil gas dan mengatur waktu peledakan pada saat pergantian shift atau off

shift.

Kajian Jaringan Ventilasi Blok 2 Cikoneng di PT. Cibaliung Sumberdaya, Pandeglang, Banten
Ririn Yulianti
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2014, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
27

e) Pelarutan

Gas tambang yang berbahaya dapat dilakukan dengan melakukan pelarutan

dengan menggunakan ventilasi lokal dan dengan aliran udara utama.

3.3.1.2 Temperatur Udara

Ventilasi digunakan untuk memenuhi kenyamanan kerja di tambang

bawah tanah yang kelanjutannya dapat meningkatkan efisiensi dan produksi.

Temperatur mencapai tingkat tertentu, seseorang akan kehilangan efisiensinya,

dan bila temperaturnya naik lagi maka dia akan mengalami gangguan fisiologi.

Tubuh manusia memiliki keterbatasan dalam menerima panas sebelum sistem

metabolismenya berhenti. Panas udara dapat mempengaruhi manusia dalam

menurunkan efisiensi, mampu menimbulkan kecerobohan dan kecelakaan, dan

menyebabkan sakit dan kematian. Panasnya temperatur udara di dalam tambang

bawah tanah di pengaruhi beberapa faktor, yaitu :

a) Faktor geothermal

Faktor gradien geothermal merupakan panas didalam bumi yang

diakomodasi oleh adanya material panas dengan kedalaman beberapa ribu

kilometer di bawah permukaan yang menyebabkan terjadinya aliran panas dari

sumber tersebut hingga ke permukaan. Semakin ke bawah, temperatur bawah

permukaan bumi semakin meningkat atau semakin panas.

b) Faktor suhu di permukaan

Faktor suhu di permukaan dapat menjadi sumber panas apabila terjadinya

roses pemanasan permukaan suatu benda langit (terutama planet atau satelit) yang

Kajian Jaringan Ventilasi Blok 2 Cikoneng di PT. Cibaliung Sumberdaya, Pandeglang, Banten
Ririn Yulianti
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2014, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
28

mengakibatkan terjadinya efek rumah kaca. Ini disebabkan karena naiknya

konsentrasi CO2 di atmosfer.

c) Mesin

Mesin mekanik yang digunakan di tambang bawah tanah menghasilkan

panas. Besarnya panas yang dikeluarkan oleh mesin mekanik ke udara tambang

bawah tanah tergantung dari besarnya daya pada mesin yang dipakai.

d) Panas peledakan

Panas yang ditimbulkan hasil peledakan dapat dikatakan dengan panas yang

dalam waktu singkat, namun panas ini dapat mengakibatkan panas yang

berkepanjangan apabila ventilasnya tidak bekerja dengan baik. Hasil ledakan

batuan yang tidak terangkut keluar dapat mengakibatkan banyaknya genangan air

(lumpur) sehingga dapat mngakibatkan meningkatnya uap air udara.

e) Faktor Autocompresion

Faktor alam ini yang dapat mempengaruhi ruang kerja menjadi panas. Faktor

autocompresion adalah faktor dimana naiknya temperatur setiap 1 km turun dari

muka bumi akan naik sebesar 1˚C.

f) Air tanah

Banyaknya air tanah yang mengenangi pada tambang bawah tanah akan

berpengaruh pada kelembaban udara. Kelembaban udara yang tinggi akan

menyebabkan udara menjadi panas.

Kajian Jaringan Ventilasi Blok 2 Cikoneng di PT. Cibaliung Sumberdaya, Pandeglang, Banten
Ririn Yulianti
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2014, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
29

3.3.1.3 Kelembaban Udara

Udara di dalam ventilasi tambang selalu mengandung uap air dan tidak

pernah ada udara benar-benar kering. Oleh karena itu akan selalu ada istilah

kelembaban udara. Kelembaban udara adalah jumlah kandungan uap air yang ada

di udara tambang bawah tanah. Kelembaban udara ini mempengaruhi tingkat

efektivitas pekerja. Tingginya kelembaban dipengaruhi oleh temperatur udara.

Semakin tinggi temperatur udara di suatu lokasi maka akan semakin tinggi pula

kelembaban udaranya. Bekerja pada lingkungan yang terlalu panas dan lembab,

dapat menurunkan kemampuan fisik tubuh dan dapat menyebabkan keletihan

yang datang terlalu dini. Sedangkan pada lingkungan yang terlalu dingin, dapat

menyebabkan hilangnya fleksibilitas terhadap alat-alat motoric tubuh yang

disebabkan oleh timbulnya kekakuan fisik tubuh. Kedua kondisi ini dapat

mengurangi produktivitas kerja bahkan potensial menyebabkan kecelakaan kerja.

3.3.1.4 Temperatur Efektif

Temperatur efektif didefinisikan sebagai temperatur dari udara jenuh

dalam keadaan diam atau mendekati diam (≤ 0.1 m/det). Jadi, konsep temperatur

efektif ini adalah kombinasi dari temperatur udara, kelembaban udara dan

kecepatan udara yang dapat menimbulkan kondisi termal pada suatu lokasi.

Cara menggunakan grafik temperatur efektif yang pertama adalah

mengukur temperatur basah (Tw), temperatur kering (Td) dan kecepatan aliran

udara (V), tempatkan Tw pada skala vertikal sebelah kanan Wet-Bulb

Kajian Jaringan Ventilasi Blok 2 Cikoneng di PT. Cibaliung Sumberdaya, Pandeglang, Banten
Ririn Yulianti
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2014, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
30

Temperature pada diagram Temperatur Efektif, tempatkan Td pada skala vertikal

sebelah kiri Dry-Bulb Temperature pada diagram Temperature Efektif, hubungkan

kedua titik Tw dan Td dengan sebuah garis lurus, pilih kurva kecepatan angin

yang telah diukur, tandai titik persinggungan antara garis dengan kurva dan baca

hasil persinggungan tersebut sebagai temperatur efektif (angka temperatur efektif

dapat dilihat pada kurva atas). Gambar 3.4 ini merupakan contoh penentuan

temperatur efektif menggunakan diagram Temperatur Efektif.

Diketahui
Td = 80 0F
Tw = 70 0F
V = 80 fpm
Maka,
TE = 72 0F

Sumber : www.google.com
Gambar 3.4
Grafik Temperatur Efektif

Kajian Jaringan Ventilasi Blok 2 Cikoneng di PT. Cibaliung Sumberdaya, Pandeglang, Banten
Ririn Yulianti
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2014, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
31

3.3.1.5 Efisiensi Kerja

Persentase efisiensi kerja ditentukan oleh hasil temperatur efektif pada

lokasi penelitian. Besarnya temperatur yang didapatkan dari grafik temperatur

efektif dapat digunakan untuk menilai efisiensi kerja dari para pekerja tambang

bawah tanah. Gambar 3.5 dibawah ini menunjukkan grafik efisiensi kerja.

Diketahui
TE = 72 0F
Maka,
Eff kerja = 99%

Sumber : www.google.com
Gambar 3.5
Grafik Efisiensi Kerja

3.3.2 Pengendalian Kuantitas Udara

Pengendalian kuantitas udara berkaitan dengan perpindahan udara, arah

aliran, dan pengaturan jumlah udara bersih. Kuantitas udara dipengaruhi oleh

kecepatan aliran udara, luas area, dan tekanan fan, dan tahanan aliran udara.

Kajian Jaringan Ventilasi Blok 2 Cikoneng di PT. Cibaliung Sumberdaya, Pandeglang, Banten
Ririn Yulianti
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2014, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
32

3.3.2.1 Kecepatan Aliran Udara

Kecepatan aliran udara diketahui guna memantau distribusi udara yang

mengalir agar terciptanya kondisi kerja yang nyaman, aman serta dapat

menunjang produktifitas pada tambang bawah tanah. Oleh karena itu pengukuran

kuantitas udara perlu dipantau agar selalu mencukupi.

3.3.2.2 Luas Area Aliran Udara

Luas area aliran udara mempengaruhi besarnya aliran udara. Semakin besar area

aliran udara semakin kecil aliran udara yang mengalir, dan sebaliknya semakin

besar aliran udara yang mengalir maka semakin kecil area aliran udara tersebut.

3.3.2.3 Volume Aliran Udara

Volume aliran udara yang mengalir didapatkan dari hasil perkalian antara

kecepatan aliran udara yang mengalir dengan luas area aliran udara tersebut.

Volume aliran udara dapat dirumuskan dengan persamaan Darcy’s Law pada

persamaan 3.1 dibawah ini.

(3.1)

Keterangan :

V = Kecepatan aliran udara ( m/s )

A = Luas area aliran udara ( m2 )

Kajian Jaringan Ventilasi Blok 2 Cikoneng di PT. Cibaliung Sumberdaya, Pandeglang, Banten
Ririn Yulianti
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2014, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
33

3.3.2.4 Tekanan Fan

Penurunan tekanan fan disepanjang aliran udara dapat digunakan untuk

menentukan besarnya efisiensi fan dengan menggunakan kurva karakteristik fan.

Tekanan fan meliputi :

a) Tekanan total

Juga disebut dengan tekanan stagnasi, yaitu jumlah dari tekanan statik dan

tekanan.

b) Tekanan statis

Tekanan pada sebuah titik di dalam aliran (udara) yang disebabkan oleh

densitas (udara) dan derajat kompresinya. Tekanan statik tidak bergantung dari

laju gerakan udara. Tekanan statis digunakan dalam penentuan kurva

karekateristik fan.

c) Tekanan velocity

Tekanan pada sebuah titik di dalam aliran (udara) yang disebabkan oleh

densitas (udara) dan laju gerakannya. Tekanan udara ini digunakan untuk

mendapatkan penurunan volume udara (kehilangan energi) yang mengalir di

sepanjang saluran pipa udara hingga front kerja kita dapat menghitung tekanan di

setiap titik dengan melakukan yang pertama menghitung berat jenis udara

(Persamaan 3.2), dilanjutkan perhitungan dengan Persamaan 3.3 dibawah ini.

Setelah didapatkan kecepatan aliran udara dilakukan perhitungan dengan

persamaaan 3.1 diatas.

( ) (3.2)

Kajian Jaringan Ventilasi Blok 2 Cikoneng di PT. Cibaliung Sumberdaya, Pandeglang, Banten
Ririn Yulianti
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2014, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
34

Keterangan:

y = Berat jenis gas

t 0C = Suhu udara atau gas pada lokasi tersebut

( )
( ⁄ ) (3.3)

Dimana:

Cp = Konstanta tabung pitot, 0,85 (atau) yang diberikan oleh pabrik

pembuatnya

p = Perbedaan tekanan rata-rata yang diukur oleh tabung pitot manometer

(tekanan kecepatan) dengan mengambil pengukuran pada sejumlah titik

pada seluruh bagian melintang saluran (mmWC)

y = Berat jenis udara atau gas pada kondisi pengujian

3.3.2.5 Tahanan Aliran Udara Tambang (Airway Resistance)

Aliran udara yang mengalir didalam sistem ventilasi tambang bawah tanah

merupakan aliran udara yang sangat komplek, dimana aliran udara dipengaruhi

oleh bentuk dan kekasaran permukaan yang heterogen sehingga terjadi kehilangan

tekanan akibat friction dan shock yang kompleks. Tahanan aliran udara tambang

dari pada rumus Atkinson yang dituliskan sebagai berikut .

( ) (3.4)

Kajian Jaringan Ventilasi Blok 2 Cikoneng di PT. Cibaliung Sumberdaya, Pandeglang, Banten
Ririn Yulianti
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2014, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
35

Keterangan :

R = Resistensi (Ns²/m8)

L = Panjang jalur udara (m)

Leq = Length Equivalent, merupakan representasi dari shock loss pembesaran /

pengecilan luas dan sebagainya, yang dipresentasikan sebagai losses pada

panjang jalur udara lurus, Tabel 3.4 (m)

k = Faktor gesekan Atkinson, Tabel 3.5 (kg/m3)

per = Perimeter / keliling (m)

A = Luas jalur udara (m2)

Jika tahanan aliran udara R1, dengan tahanan jenis R2 saling dihubungkan

secara seri seperti Gambar 3.1 dibawah ini.

Sumber : www.google.com
Gambar 3.6
Saluran Udara yang Berhubungan secara Seri

Saluran yang di hubungkan secara seri ini, ditengahnya sama sekali tidak

ada cabang, baik memisah maupun menggabung. Apabila yang dihubungkan

secara seri, dimana tahanan jenis masing-masing adalah R1, R2, R3, dst dan

tahanan jenis keseluruhannya adalah R, maka

(3.5)

Kajian Jaringan Ventilasi Blok 2 Cikoneng di PT. Cibaliung Sumberdaya, Pandeglang, Banten
Ririn Yulianti
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2014, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
36

Jika 2 buah tahanan jenis masing-masing R1 dan R2 saling berhubungan

secara paralel seperti pada Gambar 3.2 dibawah ini.

Sumber : www.google.com
Gambar 3.7
Saluran Udara yang Berhubungan secara Paralel

Tahanan jenis R1, R2, R3, ....., dihubungkan secara paralel, R, maka dapat

dirumuskan sebagai berikut.

(3.6)
√ √ √ √

Jika saluran udara diatur secara parallel dan jumlah udara yang mengalir

ke setiap cabangnya ditentukan, maka diterapkan percabangan terkendali

(controlled splitting). Pengendalian tersebut umumnya dilakukan dengan cara

membuat tahanan buatan pada salah satu cabang. Cabang yang tidak diberi

tahanan buatan disebut free split. Tahanan buatan merupakan shock loss yang

timbul oleh alat yang disebut regulator. Dengan cara ini jumlah aliran udara ke

pemuka kerja atau tempat-tempat lainnya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.

Penempatan regulator harus ditentukan terlebih dahulu dengan menghitung

shock loss atau hambatan resistensi yang ditimbulkan untuk setiap cabang.

Kajian Jaringan Ventilasi Blok 2 Cikoneng di PT. Cibaliung Sumberdaya, Pandeglang, Banten
Ririn Yulianti
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2014, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
37

Cabang dengan head loss atau resistensi tertinggi disebut free split. Menurut

hukum Kirchoff II, pada saluran udara paralel head loss sama. Dengan demikian

besarnya shock loss pada setiap cabang sama dengan selisih antara head loss pada

free split dengan head loss cabang yang bersangkutan.

Tabel 3.4
Nilai Equivalent Length dan Type Jalur Udara

(Sumber : McPherson, 1993)

Untuk ukuran penampang regulator pertama-tama dengan menghitung

kecepatan aliran udara pada persamaan 3.1, dilanjutkan dengan perhitungan head

velocity dengan menggunakan rumus persamaan 3.7 dibawah ini.

(3.7)

Kajian Jaringan Ventilasi Blok 2 Cikoneng di PT. Cibaliung Sumberdaya, Pandeglang, Banten
Ririn Yulianti
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2014, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
38

Keterangan :

Hv = Velocity head

V = Kecepatan udara pada lokasi yang akan dipasang regulator (m/s)

g = Gravitasi udara (9.8 m/s2)

Untuk mendapatkan faktor kehilangan akibat shock loss dapat dihitung

berdasarkan persamaan 3.10.

(3.8)


(3.9)
( )

Keterangan :

Hx = Shock loss / resistensi (Ns2/m8)

X = Faktor kehilangan akibat shock loss

Maka, besarnya penampang regulator dapat dihitung pada persamaan rumus 3.10

berikut ini.

(3.10)

Keterangan :

A = Luas penampang sebelum dipasang regulator (m2)

Ar = Luas penampang regulator (m2)

Kajian Jaringan Ventilasi Blok 2 Cikoneng di PT. Cibaliung Sumberdaya, Pandeglang, Banten
Ririn Yulianti
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2014, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
39

Tabel 3.5
Faktor Gesekan

( Sumber : LAPI ITB, McPherson 1993 )

Kajian Jaringan Ventilasi Blok 2 Cikoneng di PT. Cibaliung Sumberdaya, Pandeglang, Banten
Ririn Yulianti
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2014, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
40

3.4 Kualitas dan Kuantitas Udara berdasarkan Keselamatan Kerja dan

Kesehatan Kerja serta Lingkungan

Berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.

555.K/26/M.PE/1995, parameter kuantitas udara yang diperlukan di tambang

bawah tanah adalah volume/debit dari udara (Q) yang mencukupi dengan melalui

titik tertentu pada saluran udara atau pipa tiap detik. Perhitungan kuantitas udara

dipemuka kerja :

a. Berdasarkan kebutuhan udara minimal pernafasan para pekerja dipermukaan

kerja yaitu dengan mengalikan dengan manshift di masing-masing permuka

kerja dan kuantitas kebutuhan minimum udara yang dibutuhkan (0.01

m3/dtk/orang)

b. Berdasarkan jumlah aliran udara yang mengalir di front kerja Didefinisikan

sebagai hasil perkalian antara besar kecepatan rata-rata aliran udara (V)

dengan luas penampang dari saluran udara atau pipa (A).

Bagian Kedelapan Ventilasi Pasal 369 Mengenai Ketentuan Umum Ayat (1)

pada Tambang Bawah Tanah: Kepala Teknik Tambang harus menjamin

tersedianya aliran udara bersih yang cukup untuk semua tempat kerja dengan

ketentuan volume oksigennya tidak kurang dari 19.5 % dan volume karbon

dioksidanya tidak lebih dari 0.5 %.

c. Bagian Kedelapan Ventilasi Pasal 369 Mengenai Ketentuan Umum Ayat (3)

Volume udara bersih yang dialirkan dalam sistem ventilasi harus :

Diperhitungkan berdasarkan jumlah pekerja terbanyak pada suatu lokasi kerja

dengan ketentuan untuk setiap orang tidak kurang dari 2 meter kubik per

Kajian Jaringan Ventilasi Blok 2 Cikoneng di PT. Cibaliung Sumberdaya, Pandeglang, Banten
Ririn Yulianti
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2014, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194
41

menit (0.03 m3/s) selama pekerjaan berlangsung dan Ditambah sebanyak 3

meter kubik per menit (0.05 m3/s) untuk setiap tenaga kuda, apabila mesin

diesel dioperasikan yang dioperasikan.

d. Bagian Kedelapan Pasal 370 Mengenai Standar Ventilasi Butir ke :

1) Temperatur udara di dalam tambang bawah tanah harus dipertahankan antara

18 0C sampai dengan 24 0C dengan kelembaban relatif maksimum 85%.

2) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, kondisi

ventilasi ditempat kerja harus:

Untuk rata-rata 8 jam, karbon monoksida (CO) volumenya tidak lebih dari

0.005 % (50 ppm) dan hidrogen sulfida (H2S) volumenya tidak lebih dari

0.001 % (10 ppm). Dalam tenggang waktu 15 menit, CO tidak boleh lebih

dari 0.04 % (400 ppm)

6) Kecepatan udara ventilasi yang dialirkan ke tempat kerja harus sekurang-

kurangnya 7 meter per menit (0.12 m/s) dan dapat dinaikan sesuai dengan

kebutuhan pekerjaan dan setelah peledakan kecepatan.Jalan udara harus

mempunyai ukuran yang memadai sesuai dengan jumlah udara yang

dialirkan.

Kajian Jaringan Ventilasi Blok 2 Cikoneng di PT. Cibaliung Sumberdaya, Pandeglang, Banten
Ririn Yulianti
Artikel ini di-digitalisasi oleh Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2014, telp. 5663232 ext. 8112, 8113, 8114, 8151, 8194

Anda mungkin juga menyukai