Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

TYPOID

Disusun Oleh :
Cahaya Arina
116013

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO
SEMARANG
2019
BAB I
KONSEP DASAR

A. Definisi
Demam typhoid (enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,
gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran (FK, Unair 1996).
Penyakit typhus sangat cepat penularanya yaitu melalui kontak dengan seseorang
yang menderita penyakit typhus, kurangnya kebersihan pada minuman dan makanan,
susu dan tempat susu yang kurang kebersihannya menjadi tempat untuk pembiakan
bakteri salmonella, pembuangan kotoran yang tak memenuhi syarat dan kondisi saniter
yang tidak sehat menjadi faktor terbesar dalam penyebaran penyakit typhus.

B. Etiologi
Etiolog dari demam tifoid adalah termasuk dalam Salmonella typhi, termasuk
dalam genus Salmonella yang tergolong dalam famili Enterobacteriaceae. Salmonela
besifat bergerak, berbentuk batang, tidak membentuk spora, tidak berkapsul, gram (-).
Tahan terhadap berbagai bahan kimia, tahan beberapa hari / minggu pada suhu kamar,
bahan limbah, bahan makanan kering, bahan farmasi, dan tinja. Salmonela mati pada
suhu 54.4o C dalam 1 jam, atau 60o C dalam 15 menit. Salmonela mempunyai antigen O
(somatik), adalah komponen dinidng sel dari lipopolisakarida yang stabil pada panas,
dan antigen H (flagelum) adalah protein yang labil terhadap panas. Pada S. typhi, juga
pada S. Dublin dan S. hirschfeldii terdapat antigen Vi yaitu polisakarida kapsul.

C. PATOFISIOLOGI
Penularan salmonella thypii dapat ditularkan melalui berbagai cara
yang dikenal dengan 5F yaitu food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly (lalat), dan melalui feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat
menularkan kuman Salmonella thypii kepada orang lain. Kuman tersebut dapat
ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan di
konsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan
kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makan yang tercemar kuman Salmonella
thypii masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.
Kuman salmonella thyposa masuk ke saluran pencernaan, khususnya usus halus
bersama makanan, melalu pembuluh limfe. Kuman ini masuk atau menginvasi jaringan
lmfoid mensenterika. Disini akan terjadi nekrosis dan peradangan. Kemudian kuman
tersebut masuk ke peredaran darah menuju hati dan limpa. Kuman tersebut akan keluar
dari hati dan limpa, Kemudian kembali ke usus halus dan kuman mengeluarkan
endotoksin yang dapat menyebabkan reinfeksi di usus halus. Kuman akan berkembang
biak disini. Kuman salmonella thyposa dan endotoksin akan merangsang sintesis dan
pelepasan pirogen yang akhirnya beredar di darah dan mempengaruh pusat.

D. PATHWAY
Gaya Hidup/Kebiasaan

Pola makan tidak teratur banyak makan berlemak

Berkurangnya pemasukan makanan akumulasi timbunan lemak

Kosong pada lambung adanya tekanan pada otot diafraghma

Produksi asam meningkat jalan nafas terganggu

Terjadi asam lambung terjadi gangguan menelan

Memicu reflek muntah GG.menelan

Intake makanan tidak adekuat banyak cairan keluar

Asupan nutrisi tidakt erpenuhi kekurangan volume cairan

Penurunan BB
Anoreksia

Ketidak seimbangan nutrisi kurang


Dari kebutuhan tubuh

E. MANIFESTASI KLINIK
Masa tunas typhoid 10-14 hari

1. Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan
keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia, dan mual, batuk,
epitaksis, diare, dan perasaan tidak enak di perut
2. Minggu II
Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah kotor yang
khas (putih, kotor dipinggirnya), hepatomegaly, penurunan kesadaran.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan nutrisi antara lain
sebagai berikut :
1. kreatinin
2. hemoglobin
3. hematokrit
4. tes antigen kulit
5. kadar total limfosit
Pemeriksaan laboratorium akan menunjukkan peningkatan leukosit atau
leukositosis (20.000-25.000/mm). Laju endap darah meningkat dan terdapat gambaran
leukosit normokromik normositik. Selain itu, juga dapat ditemukan leukopenia dengan
limfositosis relative. Untuk memastikan diagnosis deman tifoid, pelu dilakukan
pemeriksaan bakteriologis dan pemeriksaan serologis.
Pemeriksaan bakteriologis dilakukan melalui biakan darah, feses, urine, sumsum
tulang ataupun duodenum. Pada pasien demam tifoid, biasanya dilakukan biakan darah
pada minggu pertama, sedangkan biakan feses dilakukan pada minggu kedua, dan
biakan urin dilakukkan pada minggu ketiga.
Pada pemeriksaan serologis, yang digunakan, yang digunakan yaitu tes Widal,
dengan dasar reaksi aglutinasi antigen Salmonela typhosa dan antibody pada serum
pasien. Tes widal dilakukan satu kali saja, maka pemeriksaan tersebut belum bias
dijadikan standar baku untuk menentukan diagnosis deman tifoid, setiap rumah sakit
mempunyai standar nilai Widal sendiri. Standar nilai untuk menentukan diagnosis
demam tifoid tercantum pada tabel dibawah ini.

G. PENATALAKSANAAN
Di Indonesia tersedia 2 jenis vaksin yaitu vaksin polisakarida suntikan dan oral.
1. Polisakarida suntikan adalah vaksin capsular Vi polysaccharide yaitu Typhim Vi
(Aventis Pasteur) diberikan pada usia >2 tahun ,ulangan dilakukan setiap 3 tahun.
2. Tifoid oral Ty21a yaitu VIvotiv (Bema) diberikan pada umur >6 tahun ,dikemas
dalam 3 dosis dengan interval selang sehari (hari 1,3,dan 5). Imunisasi ulangan
dilakukan setiap 3-5 tahun.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan terhadap status kebutuhan nutrisi dapat meliputi pengkajian
khusus masalah nutrisi dan fisik secara umum yang berhubungan dengan kebutuhan
nutrisi yang meliputi
1. riwayat makanan
Meliputi informasi atau keterangan tentang pola makanan, tipe makanan yang
dihindari ataupun diabaikan makanan yang lebih disukai. Yang dapat digunakan untuk
membantu merencanakan jenis makanan untuk sekarang. Dan rencana makanan untuk
masa selanjutnya.
2. kemampuan makanan
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam hal kemampuan makan, antara lain kemampuan
mengunyah, menelan, dan makan sendiri tanpa bantuan orang lain.
3. pengetahuan tentang nutrisi
Aspek lain yang sangat penting dalam pengkajian nutrisi adalah penentuan tingkat
pengetauan pasien mengenai kebutuhan nutrisi.
4. nafsu makan jumlah asupan
5. tingkat aktifitas
6. pengkonsumsian obat
7. penampilan fisik
8. pengukuran antropometrik
9. laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan nutrisi adalah pemeriksaan albumin serum, hb, glukosa, elektrolit.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi.
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan yang kurang.
3. Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan kurangnya asupan cairan dan
peningkatan suhu tubuh.

C. KRITERIA HASIL
 Nafsu makan meningkat
 Peningkatan masukan oral
 Peningkatan aktifitas
Intervensi keperawatan
a. mandiri :
 Timbang BB setiap hari
 Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
 Berikan kondisi yang relaks
 Berikan makan dalam porsi kecil namun sering
 Hindari makan yang terlalu manis
 Makan kapan saja bila dapat di toleransi
b. kolaborasi
 Konsulkan kebutuhan kalori harian yang realistis dan adekuat pada ahli gizi
 Berikan suplemen makanan
 Beri makanan tinggi kalori dan protein
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A.Aziz, 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : aplikasi konsep dan proses
keperawatan . Jakarta : Salemba Medika.
Korzier, Barbara .2010 .Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep, proses, dan praktik
Edisi 7 . Jakarta : EGC
Mubarak, Wahit Iqbal .2007 .Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : teori dan aplikasi
dalam praktik . Jakarta : EGC
Wartonah, Tarwoto .2006 . KDM dan Proses Keperawatan .Jakarta :SalembaMedika.

Anda mungkin juga menyukai