TUGAS AKHIR Kebudayaan Indonesia Baru Bener
TUGAS AKHIR Kebudayaan Indonesia Baru Bener
oleh
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
MEI 2019
I. Konsep Seni dan Hubungannya dengan Ideologi
[Culture is] the way of life of a particular people living together in one place. That
Culture is made visible in their arts, in their social system, in their habits and customs,
in their religion. – T.S Elliot dalam Elfira (2012:17)
Seni merupakan suatu hal yang memiliki banyak pengertian. Bahkan, semua
orang dapat membuat pengertiannya sendiri. Namun, semua pengertian tersebut
memiliki konsep utama yang tidak dapat dipisahkan, yaitu menyenangkan. Seni sebagai
alat untuk menyenangkan hati dan pengungkapan perasaan juga dapat digunakan
sebagai alat penyebaran ideologi.
Seni adalah sebuah karya yang timbul dari cipta karya masyarakat di suatu
wilayah dengan latar belakang budaya tertentu. Oleh karena itu, setiap daerah akan
memiliki kekhasan kesenian yang ada di wilayahnya. Artinya, suatu kesenian akan
selalu melekat dengan masyarakat yang ada di ruang lingkup kesenian tersebut.
Seni memiliki sifat yang indah dan berguna. Hal ini diungkapkan oleh Horatus
dalam bukunya Ars Poetica yang mengatakan bahwa sastra memiliki sifat dulce et utile
‘indah dan bermanfaat’ (Elfira, 2012: 21). Walaupun pernyataan ini ditujukan untuk
menjelaskan sifat puisi sebagai “seni bahasa”, penerapannya juga dapat dilakukan pada
seni lainnya.
Keroncong merupakan musik dengan alunan alat musik Eropa yang terdiri dari
dawai petik seperti gitar, ukulele, serta kendangan yang dilengkapi dengan alat musik
lainnya seperti biola, suling, dan cello (Parani dkk., 2017:113-114). Kalau kita lihat dari
peralatannya, musik ini dibawakan dengan nuansa campuran antara Barat dan Timur.
Musik ini berawal dari kedatangan bangsa Portugis ke Jawa, yaitu ke Betawi.
Mereka yang bercampur dengan orang sekitar menciptakan nuansa musik baru yang
dinamakan sebagai “keroncong”. Keroncong pada awalnya berkembang di Betawi dan
pada akhirnya menyebar ke wilayah lainnya di Nusantara.
Pada masa Revolusi Kemerdekaan, keroncong dijadikan salah satu alat untuk
menyebarkan ideologi nasionalisme. Tokoh yang mencetuskan keroncong perjuangan
adalah Rudi Pirngadi, seperti dalam Parani (2017:120). Banyak lagu-lagu keroncong
perjuangan yang terdengar di telinga kita sampai sekarang antara lain Tanah Airku,
Rayuan Pulai Kelapa, dan lain-lain.
Setelah masa perang berakhir, lagu keroncong hanya dijadikan hiburan semata.
Musik keroncong sering kali dipadukan dengan musik yang sedang menjadi tren pada
masanya. Ada beberapa di antaranya adalah keroncong pop dan keroncong rock.
Masa perjuangan kemerdekaan yang dimaksud di sini adalah sejak tahun 1942
hingga 1946. Berakhirnya masa penjajahan Belanda ke tangan Jepang, para pemuda
Indonesia tergerakkan hatinya untuk memperjuangkan kemerdekaannya. Banyak upaya-
upaya perjuangan yang dilakukan pada zaman Jepang.
Beliau menciptakan sebuah lagu yang bernada tenang. Lirik yang terdapat dalam
lagu tersebut juga menggambarkan keindahan. Nada dan lirik sangat menggambarkan
keadaan yang digambarkan oleh lagu tersebut. Lagu tersebut menggambarkan sebuah
negara beriklim tropis yang memiliki pesona alam yang indah. Berikut adalah liriknya:
Terakhir, sang pencipta lagu ingin menekankan bahwa bangsa lain sangat
menginginkan untuk tinggal di negara seperti Indonesia. Ini untuk menyadarkan bangsa
Indonesia bahwa negaranya adalah negara yang kaya raya. Oleh karena itu, pesan-pesan
tersebut dibuat untuk membangkitkan hati para pemuda Indonesia.
IV. Kesimpulan
Seiring dengan waktu dan pergerakan politik, lagu keroncong menjadi sarana
untuk membangkitkan semangat pejuang. Para pejuang diperdengarkan lagu-lagu
keroncong yang bertemakan kebangsaan. Para pencipta lagu pun banyak membuat lagu-
lagu yang menceritakan tentang alasan seharusnya bangsa Indonesia merdeka dari
bangsa lain.
Monalisa. 1 September 2018. Sihir “Rayuan Pulau Kelapa” pada penutupan Asian
Games 1962. Antara News tersedia pada
https://asiangames.antaranews.com/berita/744164/sihir-rayuan-pulau-kelapa-pada-
penutupan-asian-games-1962.
Nugraha, Ikbal Eki, dkk. 2016. Lagu-lagu keroncong perjuangan 1942-1946. Factum.
5(2):221-235.
Parani, Julianti, dkk. 2017. Bunga Rampai Seni Pertunjukan Kebetawian. Jakarta: IKJ
Press.
ONDEL-ONDEL DARI ZAMAN KE ZAMAN DAN
KOMODIFIKASINYA
oleh
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
MEI 2019
I. Komodifikasi Seni
Ondel-ondel adalah sebuah kesenian berbentuk boneka besar yang berasal dari
Betawi. Boneka ondel-ondel dimainkan oleh dua orang yang memainkan satu boneka
lelaki dan satu boneka perempuan. Para pemain akan menari dengan tarian khas yang
berputar.
Ondel-ondel pada awalnya disebut sebagai “barongan”. Asal kata barongan ini
ada dua versi. Versi pertama adalah “barongan” merupakan istilah yang lumrah dipakai
di bahasa Sunda, Jawa, dan Bali untuk menyebut ‘monster’. Seperti kita ketahui, ada
juga barongan Sunda, barongan Jawa, dan barongan Bali. Versi kedua menurut Yahya
Andi Saputra dalam Ragam Seni Budaya Betawi (2012:140), kata “barongan” merasa
dari bahasa Betawi lama barengan yang berarti ‘bersama-sama’. Namun, saya
cenderung meyakini versi pertama, lebih masuk akal dan memang terdapat kesamaaan
antara barongan Betawi atau ondel-ondel dengan barongan lainnya, seperti barongan
Bali.
Pada awalnya, ondel-ondel digunakan dalam banyak upacara adat yang sudah
dijelaskan gunanya di atas. Hampir pada setiap perayaan apa pun diadakan penarian
ondel-ondel. Namun, guna ondel-ondel dalam upacara adat makin bergeser. Hal ini
disebabkan oleh beberapa alasan.
Alasan pertama tergesernya nilai guna asli ondel-ondel adalah masuknya nilai
Islam. Orang Betawi yang kuat akan Islamnya, sampai-sampai menyebut dirinya
sebagai ‘Suku Islam’, meninggalkan guna asli ondel-ondel tanpa menghilangkan ondel-
ondel tersebut. Hal ini karena dalam ajaran Islam, pengusiran kejahatan bukan
dilakukan dengan cara yang demikian. Orang Betawi yang kuat akan Islamnya akan
meninggalkan cara yang bertentangan dengan agama Islam. Namun, orang Betawi tidak
membuang ondel-ondelnya.
1
Gambar sebelah kiri diambil dari
Sementara gambar sebelah kanan dari Koleksi KITLV 78364 “Reuzenpoppen (barongan) van een Tjap-
Gomehoptocht tijdens jublieumfeesten te Batavia” (1923) dari laman
https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/901143?solr_nav%5Bid
%5D=1d3a1b021e6fd34be467&solr_nav%5Bpage%5D=0&solr_nav%5Boffset%5D=2.
DAFTAR PUSTAKA
Mudana, I Wayan dan Pande Ketut Ribek. 2017. Komodifikasi Seni Lukis Wayang
Kamasan Sebagai Produk Industri Kreatif Penunjang Pariwisata. Mudra. 32(1):68-80.