Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusis sebagai makhluq sosial yang penuh ketergantungan
dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib.
Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan
untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan
berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan
belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja
sama saling membantu mengkontruksu konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan
pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang,
siawa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab
hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen,
kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.
6. Problem Solving
Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara
penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan
pola, aturan, .atau algoritma). Sintaknya adalah: sajiakn permasalah yang memenuhi criteria di atas, siswa
berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau atuiran yang disajikan, siswa mengidentifkasi,
mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.
7. Problem Posing
Bentuk lain dari problem posing adaslah problem posing, yaitu pemecahan masalah dngan melalui elaborasi,
yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya
adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative,
menyusun soal-pertanyaan.
9. Probing-prompting
Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian petanyaan yang
sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan engetahuan sisap siswa
dan engalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa memngkonstruksiu
konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.
Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga
setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari prses pembelajaran,
setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi sausana tegang, namun
demikian bisa dibiasakan. Untuk mngurang kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan
disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga
suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus
dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi
12. SAVI
Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua
alat indar yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna
gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang
bermakna bahwa belajar haruslah dengan melaluui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi,
argumentasi, mengemukakan penndepat, dan mennaggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah
menggunakan indra mata melallui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunbakan
media dan alat peraga; dan Intellectualy yang bermakna bahawa belajar haruslah menggunakan kemampuan
berpikir (minds-on) nbelajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui
bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan
menerapkan.
19. Jigsaw
Model p[embeajaran ini termasuk pembelajaran koperatif dengan sintaks sepeerti berikut ini. Pengarahan,
iformasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian
sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahasa bagian tertentu,
tuiap kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi
kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok aasal, pelaksnaa tutorial pada kelompok asal oleh anggotan
kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
Model koperatif tipe GI dengan sintaks: Pengarahan, buat kelompok heterogen dengan orientasi tugas,
rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap kelompok menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas, misal
mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis dagangan dan
keuntungan di kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah), pengoalahn data penyajian data hasi
investigasi, presentasi, kuis individual, buat skor perkem\angan siswa, umumkan hasil kuis dan berikan
reward.
30. KUASAI
Pembelajaran akan efektif dengan melibatkan enam tahap berikut ini, Kerangka pikir untuk sukses, Uraikan
fakta sesuai dengan gaya belajar, Ambil pemaknaan (mengetahui-memahami-menggunakan-memaknai),
Sertakan ingatan dan hafalkan kata kunci serta koneksinya, Ajukan pengujian pemahaman, dan Introspeksi
melalui refleksi diri tentang gaya belajar.
37. Artikulasi
Artikulasi adlah mode pembelajaran dengan sintaks: penyampaian konpetensi, sajian materi, bentuk
kelompok berpasangan sebangku, salah satu siswa menyampaikan materi yang baru diterima kepada
pasangannya kemudian bergantian, presentasi di depan hasil diskusinya, guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan.
38. Debate
Debat adalah model pembalajaranb dengan sisntaks: siswa menjadi 2 kelompok kemudian duduk
berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian
presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya
begitu setrusnya secara bergantian, guru membimbing membuat kesimpulan dan menambahkannya biola
perlu.
44. Demostration
Pembelajaran ini khusu untuk materi yang memerlukan peragaan media atau eksperimen. Langkahnya
adalah: informasi kompetensi, sajian gambaran umum materi bahan ajar, membagi tugas pembahasan materi
untuk tiap kelompok, menunjuk siswa atau kelompok untuk mendemonstrasikan bagiannya, dikusi kelas,
penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
46. Scramble
Sintaknya adalah: buatlah kartu soal sesuai marteri bahan ajar, buat kartu jawaban dengan diacak nomornya,
sajikan materi, membagikan kartu soal pada kelompok dan kartu jawaban, siswa berkelompok mengerjakan
soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok.
53. LAPS-Heuristik
Heuristik adalah rangkaian pertanyaan yang bertisfat tuntunan dalam rangaka solusi masalah. LAPS ( Logan
Avenue Problem Solving) dengan kata Tanya apa masalahnya, adakah alternative, apakah bermanfaat,
apakah solusinya, dan bagaimana sebaiknya mengerjakannya. Sintaks: pemahaman masalah, rencana, solusi,
dan pengecekan.
54. Improve
Improve singkatan dari Introducing new concept, Metakognitive questioning, Practicing, Reviewing and
reducing difficulty, Obtaining mastery, Verivication, Enrichment. Sintaknya adalah sajian pertanyaan untuk
mengantarkan konsep, siswa latian dan bertanya, balikan-perbnaikan-pengayaan-interaksi.
55. Generatif
Basi gneratif adalah konstruksivisme dengan sintaks orintasi-motivasi, pengungkapan ide-konsep awal,
tantangan dan restruturisasi sajiankonsep, aplikasi, ranguman, evaluasi, dan refleksi
61. Superitem
Pembelajaran ini dengan cara memberikan tugas kepada siswa secara bertingkat-bertahap dari simpel ke
kompleks, berupa opemecahan masalah. Sintaksnya adalah ilustrasikan konsep konkret dan gunakan
analogi, berikan latihan soal bertingkat, berikan sal tes bentuk super item, yaitu mulai dari mengolah
informasi-koneksi informasi, integrasi, dan hipotesis.
62. Hibrid
Model hibrid adalah gabungan dari beberapa metode yang berkenaan dengan cara siswa mengadopsi konsep.
Sintaknya adalah pembelajaran ekspositori, koperatif-inkuiri-solusi-workshop, virtual workshop
menggunakan computer-internet.
63. Treffinger
Pembelajaran kreatif dengan basis kematangan dan pengetahuan siap. Sintaks: keterbukaan-urun ide-
penguatan, penggunaan ide kreatif-konflik internal-skill, proses rasa-pikir kreatif dalam pemecahan masalah
secara mandiri melalui pemanasan-minat-kuriositi-tanya, kelompok-kerjasama, kebebasan-terbuka, reward.
64. Kumon
Pembelajarn dengan mengaitkan antar konsep, ketrampilan, kerja individual, dan menjaga suasana nyaman-
menyenangkan. Sintaksnya adalah: sajian konsep, latihan, tiap siswa selesai tugas langsung diperiksa-
dinilai, jika keliru langsung dikembalikan untuk diperbaiki dan diperiksa lagi, lima kali salah guru
membimbing.
65. Quantum
Memandang pelaksanaan pembelajaran seperti permainan musik orkestra-simfoni. Guru harus menciptakan
suasana kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling menghargai. Prinsip quantum adalah
semua berbicara-bermakna, semua mempunyai tujuan, konsep harus dialami, tiap usaha siswa diberi reward.
Strategi quantum adalah tumbuhkan minat , alami-dengan dunia realitas siswa, namai-buat generalisasi
sampai konsep, demonstrasikan melalui presentasi-komunikasi, ulangi dengan Tanya jawab-latihan-
rangkuman, dan rayakan dengan reward dengan senyum-tawa-ramah-sejuk-nilai-harapan.
Jigsaw II dapat digunakan apabila materi yang akan dipelajari berbentuk narasi tertulis. Pembelajaran ini
sangat cocok untuk pelajaran ilmu social, literature, dan sebagian pelajaran ilmu pengetahuan alam, serta
pelajaran bidang laiannya yang tujuan utamanya adalah penguasaan konsep. Pengajaran (bahan baku) untuk
jigsaw II biasanya harus berupa BAB, Cerita, biografi atau materi-materi narasi lainnya.
Langkah-langkah :
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen 4-5 siswa untuk bekerja secara tim
Para siswa diberikan tugas untuk membaca beberapa BAB atau Unit dan diberikan Lembar Ahli
yang terdiri tas topic-topik yang berbeda yang harus menjadi focus perhatin masing-masing anggota
tim saat mereka membaca.
Setelah selesi membaca, setiap siswa dari tim yang berbeda yang memiliki focus topic yang sama
bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikan topic mereka sekitar 30 menit.
Setelah selesai, para ahli tersebut kembali kepada tim mereka dan secara bergantian mengajari teman
satu timnya mengenai topic mereka.
Para siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh topic dan skor kuis akan menjadi skor tim.
Jadwal kegiatan
Membaca, para siswa menerima topic ahli dan membaca materi yang diminta untuk menemukan
informasi
Diskusi kelompok ahli, para siswa dengan keahlian yang sama bertemu untuk mendiskusikannya
dalam kelompok ahli
Laporan tim, para siswa kembali kepada kelompok mereka masing-masing untuk mengajari topic-
topik merekan kepada teman satu tim.
Tes, para siswa mengerjakan kuis-kuis indovidu yang mencakup semua topic
Rekognisi tim, skor tim dihitung seperti dalam STAD
4. COOPERATIVE SCRIPT
Skrip kooperatif : metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan
mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari
Langkah-langkah :
Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan
seperti diatas.
Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru
5. MIND MAPPING
Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban
Langkah-langkah :
David dan Roger Johnson dari Universitas Minnesota mengembangkan model learning together dari
pembelajaran kooperatif. Metode yang mereka teliti meliputi siswa yang dibagi dalam kelompok yang terdiri
atas empat atau lima kelompok dengan latar belakang yang berbeda mengerjakan lembar tugas, dan
menerima pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok. David dan Roger Johnson (dalam
Slavin, 2008) menekankan pada empat unsur yakni :
Interaksi tatap muka : para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan empat
sampai lima orang,
Interdependensi positif : para siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan kelompok,
Tanggung jawab individual : para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka secara individual telah
menguasai materinya
Kemampuan-kemampuan interpersonal dan kelompok kecil : para siswa diajari mengenai sarana-
sarana yang efektif untuk bekerja sama dan mendiskusikan seberapa baik kelompok mereka bekerja
dalam mencapai tujuan mereka
Dalam hal ini penggunaan kelompok pembelajaran heterogen dan penekanan terhadap interdependensi
positif, serta tanggung jawab individual metode-metode Johnson ini sama dengan STAD. Akan tetapi,
mereka juga menyoroti perihal pembangunan kelompok dan menilai sendiri kinerja kelompok, dan
merekomendasikan penggunaan penilaian tim ketimbang pemberian sertifikat atau bentuk rekognisi lainnya.
Metode ini membagi siswa dalam kelompok heterogen dengan 4 – 5 anggota. Setiap kelompok ini menerima
satu lembar tugas, menerima pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok.
Terdapat empat tahap pelaksanaan teknik NHT yaitu “penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir
bersama, dan menjawab”.Rencana pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
Penomoran
Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi
nomor antara 1 sampai 5 sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan
jumlah siswa di dalam kelompok.
Mengajukan Pertanyaan
Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa.
Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang di pelajari,
dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan
tingkat kesulitan yang bervariasi pula.
Berpikir Bersama
Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban
pertanyaan dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui
jawaban dari masingmasing pertanyaan.
Pemberian Jawaban
Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor
sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random
memilih kelompok yang harus menjawab pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru
dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang
bernomor sama menanggapi jawaban tersebut.
Problem Based Learning merupakan cara untuk menyajikan permasalahan sebagai titik tolak diskusi
permasalahan, untuk kemudian dilakukan analisis dan di sintesis dalam kegiatan pemecahan masalah oleh
peserta didik. permasalahan dapat diberikan oleh pendidik, kemudian pendidik bersama peserta didik
bersama-sama untuk melakukan analisis dan memecahkan masalah tersebut.
Langkah-langkah :
Langkah-Langkah:
Problem Based Learning (PBL) akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan segala perangkat yang
diperlukan. Pemelajar pun harus harus sudah memahami prosesnya, dan telah membentuk
kelompokkelompok kecil. Umumnya, setiap kelompok menjalankan proses yang dikenal dengan proses
tujuh langkah:
Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah. Langkah
pertama ini dapat dikatakan tahap yang membuat setiap peserta berangkat dari cara memandang yang sama
atas istilah-istilah atau konsep yang ada dalam masalah.
Merumuskan masalah
Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa yang terjadi di antara
fenomena itu.
Menganalisis masalah
Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki anggota tentang masalah. Terjadi
diskusi yang membahas informasi faktual (yang tercantum pada masalah), dan juga informasi yang ada
dalam pikiran anggota. Brainstorming (curah gagasan) dilakukan dalam tahap ini.
Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain kemudian dikelompokkan; mana yang
paling menunjang, mana yang bertentangan, dan sebagainya. Analisis adalah upaya memilahmemilah
sesuatu menjadi bagian-bagian yang membentuknya.
Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok sudah tahu pengetahuan mana yang
masih kurang, dan mana yang masih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan dikaitkan dengan analisis
masalah yang dibuat
Mencari informasi tambahan dari sumber lain
Saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang tidak dimiliki, dan sudah punya tujuan pembelajaran. Kini
saatnya mereka harus mencari informasi tambahan itu, dan menemukan kemana hendak dicarinya.
Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin. Model
pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti.
Model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS, bahasa inggris,
teknik dan banyak subjek lainnya, dan pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi
Tipe STAD merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi
diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna untuk
mencapai prestasi yang maksimal. Pada proses pembelajarannya, belajar kooperatif tipe STAD melalui lima
tahapan yang meliputi :1) Tahap penyajian materi, 2) tahap kegiatan kelompok, 3) tahap tes individual, 4)
tahap perhitungan skor perkembangan individu, dan 5) tahap pemberian penghargaan kelompok
Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk
belajar.
Pembagian Kelompok
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang
memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik, gender/jenis kelamin, ras atau
etnik.
Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin
dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru member motivasi
siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Di dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media,
demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga
tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus
dilakukan serta cara-cara mengerjakannya.
Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi
kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama
tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan.
Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD.
Kuis (Evaluasi)
Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan
penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual
dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung
jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru menetapkan skor batas penguasaan
untuk setiap soal, misalnya 60, 75, 84, dan seterusnya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa.
Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang 0-100.
10. ARTIKULASI
Langkah-langkah :