Anda di halaman 1dari 14

Journal of Borneo Holistic Health, Volume 1 No.

1 Juni 2018 hal 113-126


P ISSN 2621-9530 e ISSN 2621-9514

PEMBERIAN NON-NUTRITIVE SUCKING (PACIFIER)


TERHADAP RESPON NYERI NEONATUS YANG DILAKUKAN
PEMASANGAN INFUS
Theresia Anita Pramesti ¹, I Gusti Ayu Ratna Padmasari ², Zainal Firdaus Wardhana³
1.Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI Bali
2.Rumah Sakit Prima Medika Denpasar
3.Institut Ilmu Kesehatan Medika Persada Bali
Email: loly.frutcy@gmail.com

Abstrak
Nyeri pada neonatus dapat mengakibatkan perilaku fisiologi dan respon metabolik yang negatif. Paparan
nyeri dapat merusak perkembangan otak bayi dan menimbulkan gangguan belajar serta perilaku di masa
anak-anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh non nutritive sucking (pacifier) terhadap
respon nyeri neonatus yang dilakukan pemasangan infus. Desain penelitian menggunakan static group
comparation pada 20 sampel yang diambil dengan consecutive sampling. Pengumpulan data
menggunakan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata respon nyeri pada kelompok
perlakuan 6,20 dan pada kelompok kontrol 11,40. Hasil Independent t-test didapatkan hasil p = 0,00 < α
(α = 0,05) yang berarti ada pengaruh pemberian non nutritive sucking (pacifier) terhadap respon nyeri
neonatus yang dilakukan pemasangan infus. Nyeri saat pemasangan infus dialihkan dengan efek analgetik
non nutritive sucking yang mengaktifkan jalur opioid oleh stimulasi mekanisme orotactile dan
mechanoreceptor sehingga nyeri teralihkan. Non nutritive sucking (pacifier) dapat menjadi salah satu
alternatif nonfarmakologi dalam meminimalisasi nyeri pada neonatus.

Kata kunci: neonatus, non nutritive sucking (pacifier), nyeri

Abstract

Applying Non-Nutritive Sucking (Pacifier) To The Neonatus Near Response Infused. Pain in the
neonate may result in physiological behavior and negative metabolic responses. Exposure to pain can
damage the baby's brain development and lead to learning disorders and behavior in childhood. This
study aims to determine the effect of nonnutritive sucking (pacifier) on neonatal pain responses conducted
by infusion. The study design use static group comparation in 20 samples taken with consecutive
sampling. Data collection use observation sheets. The results showed the average of pain response in the
treatment group of 6.20 and in the control group of 11.40. Independent t-test results obtained p = 0.00 <α
(α = 0,05) which means there is influence of nonnutritive sucking (pacifier) applying to neonate pain
response by infusion. The pain during infusion is diverted with a nonnutritive sucking analgesic effect
that activates the opioid pathway by stimulation orotactile and mechanoreceptor so the pain is distracted.
Nonnutritive sucking (pacifier) is able to be one of the nonpharmacological alternatives in minimizing
pain in neonates.

Keywords: neonates, non-nutritive sucking (pacifier), pain.


Pramesti, T.A, I Gusti Ayu Ratna Padmasari, I.G.A & Wardhana, Z.A, Pemberian Non-Nutritive
Sucking (Pacifier) Terhadap Respon Nyeri Neonatus Yang Dilakukan Pemasangan Infus

Pendahuluan kesakitan dan kematian neonatus


Masa neonatus merupakan masa merupakan sebuah fenomena yang
yang sangat rawan karena memerlukan bermakna, diperkirakan 2/3 kematian
penyesuaian fisiologik agar diluar dibawah usia 1 tahun terjadi pada 28
kandungan dapat hidup dengan sebaik- hari pertama. Data di seluruh dunia 2,6
baiknya. Keadaan yang menyebabkan juta bayi lahir meninggal pada tahun
neonatus harus menjalani hospitalisasi 2009 (UNICEF, 2012). Pada tahun
diantaranya karena lahir tidak segera 2010 dari 7200 kematian bayi 98% di
menangis (asfiksia), bayi berat badan antaranya terjadi di negara
lahir rendah (BBLR), air ketuban yang berpenghasilan rendah dan menengah
bercampur dengan mekonium serta sedangkan 2% terjadi di negara yang
kelainan bawaan (Badr LK, et al., berpenghasilan tinggi, seperempat
2012). Salah satu prosedur invasif yang sampai setengahnya terjadi dalam 24
sering dilakukan pada neonatus yang jam pertama kelahiran dan disebabkan
menjalani hospitalisasi adalah lahir terlalu dini dan kecil, infeksi, sesak
pemasangan infus. Komplikasi yang napas (WHO, 2013). Angka kesakitan
dapat terjadi dalam pemasangan infus anak di Indonesia berdasarkan Survei
serta pemberian cairan melalui infus Kesehatan Nasional (Susenas) tahun
adalah rasa perih atau nyeri (Badr LK, 2012 di daerah perkotaan menurut
et al., 2012). kelompok usia 0-4 tahun sebesar 25,8%,
Neonatus/bayi aterm jika usia 5-12 tahun sebanyak 14,91%, usia
dibandingkan dengan bayi kurang 13-15 tahun sekitar 9,1%, usia 16-21
bulan/preterm memiliki karakteristik tahun sebesar 8,13%. Belum
yang kompleks dalam hal merespon sempurnanya sistem organ neonatus
terhadap rangsangan nyeri, dimana bayi saat dilahirkan mengakibatkan neonatus
aterm lebih ekspresif serta memiliki membutuhan pengobatan dan perawatan
kemampuan berontak yang lebih kuat yang intensif agar dapat bertahan dan
dibandingkan dengan bayi melanjutkan kehidupannya. Neonatus
preterm/prematur. Keadaan tersebut sering terpapar dengan prosedur
membuat tenaga kesehatan memiliki tindakan invasif yang dapat
kesulitan dalam melakukan tindakan menyebabkan nyeri selama masa
invasif yang berujung terjadinya perawatan, salah satunya adalah
penusukan berulang. Tingginya angka pemasangan infus (vena line). Sulitnya

114
Pramesti, T.A, I Gusti Ayu Ratna Padmasari, I.G.A & Wardhana, Z.A, Pemberian Non-Nutritive
Sucking (Pacifier) Terhadap Respon Nyeri Neonatus Yang Dilakukan Pemasangan Infus

pemasangan infus pada neonatus oleh umum untuk terapi nyeri yaitu
karena ukuran vena yang masih kecil farmakologik dan non farmakologik
dan terbatasnya perawat profesional (Kyle & Carman, 2014). Upaya non
dalam hal pemasangan infus pada bayi farmakologik yang digunakan untuk
menyebabkan seringnya terjadi mengurangi nyeri diruang intensive bayi
penusukan berulang kali. Belum ada diantaranya pemberian non nutritive
angka yang pasti tentang prevalensi sucking (NNS), yaitu dengan
kegagalan pemasangan infus pada memberikan dot dari silikon (empeng)
neonatus di Indonesia. Ini disebabkan ke mulut bayi untuk merangsang
karena penelitian yang berkaitan dengan penghisapan tanpa pemberian ASI
terapi intravena dan publikasinya masih ataupun susu formula. Bagi neonatus
jarang (Widayati, et al., 2016). Melihat mulut merupakan instrumen primer
tingginya angka kesakitan neonatus untuk menerima rangsang dan
diperlukan adanya kemajuan di bidang kenikmatan, oleh karenanya intervensi
pelayanan kesehatan untuk untuk meminimalisir nyeri dilakukan
meningkatkan prospek dan daya tahan sesuai kebutuhan guna memperkuat
hidup bayi terutama yang sangat kurang perkembangan fisik, psikososial, dan
bulan melalui perawatan intensive. neurologis yang optimal. Sherwood
Dampak nyeri pada neonates (2009) menjelaskan bahwa nyeri
dapat bersifat jangka pendek dan jangka merupakan mekanisme proteksi untuk
panjang. Pemecahan cadangan lemak menimbulkan kesadaran akan kenyataan
dan karbohidrat, peningkatan morbiditas bahwa sedang atau akan terjadi
merupakan dampak jangka pendek kerusakan jaringan. Persepsi nyeri
sedangkan jangka panjangnya berupa berada pada area kortek (fungsi
penolakan terhadap kontak manusia, evaluatif kognitif) yang muncul akibat
keterlambatan perkembangan, gangguan stimulus menuju saraf spinotalamikus
neurobehavioral, gangguan belajar, dan talamiko kortikalis.
kinerja motorik buruk, defisit perhatian, Pemasangan infus dilakukan
tingkah laku adaptif buruk, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi atau
ketidakmampuan mengahadapi situasi obat melalui jalur parentral serta
baru, peningkatan respon stres mempertahankan keseimbangan cairan
hormonal dikehidupan dewasa kelak dan elektrolit. Prosedur yang diterapkan
(Wong, 2008). Terdapat dua metode di rumah sakit mewajibkan perawat

115
Pramesti, T.A, I Gusti Ayu Ratna Padmasari, I.G.A & Wardhana, Z.A, Pemberian Non-Nutritive
Sucking (Pacifier) Terhadap Respon Nyeri Neonatus Yang Dilakukan Pemasangan Infus

melakukan tindakan penusukan untuk dilakukan pemasangan infus sebanyak


pemasangan infus maksimal sebanyak 2 42 neonatus. Jumlah sampel yang
kali tusukan. Apabila melakukan digunakan dalam penelitian ini yaitu 20
penusukan lebih dari 2 kali perawat responden yang dipilih menggunakan
diwajibkan membuat kronologis teknik non probability sampling jenis
penyebab kegagalan. Data yang Consecutive sampling.
diperoleh dari bulan Oktober 2016 Penelitian ini menggunakan dua
sampai bulan Desember 2016 variabel yaitu variabel bebas dan
ditemukan 9 kasus kegagalan dalam variabel terikat. Variabel bebas dalam
pemasangan infus. Salah satu penyebab penelitian ini adalah pemberian non
kegagalan karena bayi yang terus nutritive sucking (pacifier) sedangkan
menangis dan meronta saat dipasang variabel terikatnya yaitu respon nyeri
infus. Dari latar belakang tersebutlah neonatus yang dipasang infus.
peneliti ingin melakukan penelitian Instrumen pengumpulan data yang
mengenai pengaruh pemberian non- digunakan yaitu PIPP (Premature Infant
nutritive sucking (pacifier) terhadap Pain Profile) terdiri dari indikator: usia
respon nyeri pada neonatus yang gestasi, tahapan perilaku, laju jantung,
dilakukan pemasangan infus. saturasi, kerutan dahi, mata tertutup
rapat, lipatan nasolabial mendalam.

Metode Rentang skor 0-21, setelah dijumlahkan


maka skor minimum adalah 0 dan skor
Jenis penelitian yang digunakan
maksimum adalah 21. Internal
peneliti pada penelitian ini yaitu pra
consistency menggunakan alpha
eksperiment. Desain yang digunakan
cronbach 0,75-0,59, standarisasi system
adalah static group comparation.
alpha untuk 6 item 0,71.
Rancangan ini merupakan rancangan
Teknik analisa data yang
pra eksperimental dengan menambah
digunakan dalam penelitian ini adalah
kelompok kontrol. Tempat penelitian ini
analisa univariat dan bivariat. Analisis
adalah RS Prima Medika Denpasar.
univariat digunakan untuk
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal
menggambarkan distribusi frekuensi
15 Mei -15 Juni 2017. Populasi yang
karakteristik responden Pada penelitian
digunakan dalam penelitian ini adalah
ini variabel univariat yaitu karakteristik
neonatus yang dirawat di ruang NICU
responden yang terdiri dari usia gestasi,
RS Prima Medika Denpasar yang

116
Pramesti, T.A, I Gusti Ayu Ratna Padmasari, I.G.A & Wardhana, Z.A, Pemberian Non-Nutritive
Sucking (Pacifier) Terhadap Respon Nyeri Neonatus Yang Dilakukan Pemasangan Infus

tahapan perilaku, laju jantung, saturasi Berdasarkan tabel 2 karakteristik


oksigen, mata tertutup rapat, kerutan responden berdasarkan tahapan perilaku
dahi dan lipatan nasolabial mendalam. pada kelompok perlakuan nilai minimall
Distribusi frekuensi variabel terikat yang diperoleh yaitu 0 yang artinya
respon nyeri neonatus, nilai mean, neonatus menunjukkan perilaku
standard deviasi, nilai maksimum, dan tenang/tertidur, mata tertutup, dan tidak
minimum. berdasarkan uji shapiro-wilk ada gerakan wajah saat pemasangan
didapatkan hasil bahwa data infus. Nilai minimum kelompok kontrol
berdistribusi normal, sehingga adalah 2 yaitu aktif/terbangun, mata
pengolahan data menggunakan uji tertutup, ada gerakan wajah.
Independent t-test.
Tabel 3 Karakteristik Responden
Hasil Berdasarkan Kerutan Dahi
Hasil penelitian dipaparkan dalam Kelompok N Mean SD max min
bentuk tabel yang menyajikan data Perlakuan 10 0,70 0,483 1 0
Kontrol 10 1,70 0,483 2 1
karakteristik responden, variable
penelitian, dan analisa data.
Berdasarkan tabel 3 karaktristik

Tabel 1 Karakteristik Responden responden berdasarkan kerutan dahi


Berdasarkan Usia Gestasi pada kelompok perlakuan nilai
Kelompok N Mean SD maksimum adalah 1 yang berarti
(Dalam minggu)
Perlakuan 10 37.70 0.823 neonatus menunjukkan kerutan dahi
Kontrol 10 37,80 1,033
minimal, pada kelompok kontrol
didapatkan nilai maksimal adalah 2
Pada tabel 1 dapat dilihat
yang berarti kerutan dahi sedang
karakteristik responden berdasarkan
usia gestasi pada kelompok perlakuan Tabel 4 Karakteristik Responden
Berdasarkan Saturasi Oksigen
dan kelompok kontrol memiliki usia
aterm atau cukup bulan yaitu 37-40 Kelompok N Mean SD Max Min
(%)
minggu Perlakuan 10 89,50 4,950 97 82
Kontrol 10 83,10 5,896 90 74
Tabel 2 Karakteristik Responden
Berdasarkan Tahapan Perilaku
Berdasarkan respon nyeri
Kelompok N Mean SD max min
neonatus berdasarkan saturasi oksigen
Perlakuan 10 1,60 0,843 3 0
Kontrol 10 2,60 0,516 3 2 didapatkan nilai maksimum pada

117
Pramesti, T.A, I Gusti Ayu Ratna Padmasari, I.G.A & Wardhana, Z.A, Pemberian Non-Nutritive
Sucking (Pacifier) Terhadap Respon Nyeri Neonatus Yang Dilakukan Pemasangan Infus

kelompok perlakuan adalah 97% dan Berdasarkan tabel 7 karakteristik


nilai maksimum pada kelompok kontrol responden berdasarkan lipatan
adalah 90% nasolabial mendalam pada kelompok
perlakuan memiliki nilai maximum 1
Tabel 5 Karakteristik Responden
Berdasarkan Laju Jantung yang artinya lipatan nasolabial
mendalam minimal dan pada kelompok
Kelompok N Mean SD Max Min
(x/mnt) kontrol nilai maximum 2 yang berarti
Kontrol 10 148,40 10,189 160 130
lipatan nasolabial mendalam sedang.
Perlakuan 10 135,70 7,243 149 125

Berdasarkan tabel 5 karakteristik Tabel 8 Gambaran Nyeri Pada


responden berdasarkan laju jantung Kelompok Perlakuan

maximum pada kelompok kontrol Kelompok N Mean SD Max Min


Perlakuan 10 6,20 1,3978 9 4
adalah 160 x/menit dan pada kelompok
perlakuan nilai maximum adalah 149 Berdasarkan tabel 8, gambaran
x/menit nyeri neonatus pada kelompok
perlakuan memiliki nilai maximum 9
Tabel 6 Karakteristik Responden
yaitu kategori nyeri sedang.
Berdasarkan Mata Tertutup
Rapat

Kelompok N Mean SD Max Min Tabel 9 Gambaran Nyeri Pada


Kontrol 10 1,70 0,675 3 1 Kelompok Kontrol
Perlakuan 10 1,00 0,471 2 0
Kelompok N Mean SD Max Min
Kontrol 10 11,40 1,35 13 9
Berdasarkan tabel 6 karakteristik
Berdasarkan karakteristik
responden berdasarkan mata tertutup
responden berdasarkan gambaran nyeri
rapat pada kelompok kontrol memiliki
neonatus pada kelompok kontrol
nilai maximum 3 yang artinya mata
memiliki nilai maximum 13 yaitu nyeri
tertutup maksimal nilai maksimum pada
berat.
kelompok perlakuan adalah 2 yang
Tabel 10 Analisis Perbedaan Respon
berarti mata tertutup sedang Nyeri Yang Dilakukan
Pemasangan Infus Pada
Tabel 7 Karakteristik Responden Kelompok Kontrol Dan
Berdasarkan Lipatan Perlakuan
Nasolabial Mendalam
Kelompok N Mean SD Independent
t test
Kelompok N Mean SD Max Min Perlakuan 10 6.20 1,398
Kontrol 10 1,50 0,527 2 1
Perlakuan 10 0,70 0,483 1 0 P = 0,000
Kontrol 10 11,40 1.35

118
Pramesti, T.A, I Gusti Ayu Ratna Padmasari, I.G.A & Wardhana, Z.A, Pemberian Non-Nutritive
Sucking (Pacifier) Terhadap Respon Nyeri Neonatus Yang Dilakukan Pemasangan Infus

memiliki usia gestasi aterm/cukup


Berdasarkan tabel 10 hasil uji
bulan. Devi (2012) menyatakan dimana
independent t-test didapatkan nilai p
usia gestasi sangat berpengaruh
value 0,000 (p < α) sehingga dapat
terhadap respon nyeri, nyeri pada
disimpulkan ada pengaruh pemberian
neonatus ditunjukkan melalui ekspresi,
non nutritive sucking (pacifier) terhadap
gerakan badan dan status fisiologis.
respon nyeri neonatus saat dilakukan
Menurut Wong (2008), karena
pemasangan infus.
perkembangan bahasa neonatus yang
sangat terbatas maka pengalaman nyeri
Pembahasan
neonatus dapat dinilai melalui
Gambaran Nyeri Responden Pada perubahan perilaku seperti ekspresi
Kelompok Kontrol
Tabel 7 menunjukkan bahwa wajah, gerak tubuh, menangis dan
gambaran nyeri pada kelompok kontrol istirahat, neonatus memiliki luas
dengan rata-rata 11,40 ± 1,3, rentang permukaan tubuh yang lebih besar dari
nyeri pada kelompok kontrol nilai dewasa sehingga kepadatan nosiseptor
tertinggi yaitu 13 dan nilai terendah 9. nyeri lebih besar dan sekresi endorphine
Hockenberry (2009) mengklasifikasikan kurang sehingga neonatus lebih rentan
nyeri dimana nilai nyeri 0 menunjukkan terhadap nyeri.
tidak nyeri, 1-6 menunjukkan nyeri Kyle & Carman (2014)
minimal/ringan, nilai antara 7-12 menyatakan bayi baru lahir yang
menunjukkan nyeri sedang dan nilai dirawat di NICU yang terpapar oleh
lebih dari 12 menunjukkan nyeri hebat. teknologi tinggi terkait dengan
Nilai tertinggi untuk bayi kurang bulan prosedur-prosedur untuk
yaitu 21 dan untuk cukup bulan yaitu menyelamatkan kehidupan, umumnya
18. Komponen afektif nyeri adalah akan mengalami sensitifitas yang tinggi
emosi yang tidak menyenangkan terhadap kerusakan jaringan dan terjadi
berhubungan dengan sensasi yang penurunan ambang nyeri. Hal ini
dinamakan distres nyeri, kecemasan dan berhubungan dengan respon
ketidaknyamanan (Wong, 2008) biobehavioral terhadap rasa nyeri.
Pada tabel 1 berdasarkan usia Menurut Kyle & Carman (2014)
gestasi neonatus pada kelompok kontrol menjelaskan neonatus yang mengalami
memiliki rata-rata 37,80 ±1,033, semua prosedur yang menyakitkan selama
responden dalam kelompok kontrol perawatan akan meningkatkan tingkat

119
Pramesti, T.A, I Gusti Ayu Ratna Padmasari, I.G.A & Wardhana, Z.A, Pemberian Non-Nutritive
Sucking (Pacifier) Terhadap Respon Nyeri Neonatus Yang Dilakukan Pemasangan Infus

stres yang dapat diukur melalui kortikol dilepaskan termasuk epineprin,


saliva dan lebih stabil secara fisiologis, norepineprin, glucagon, cortisol,
dapat dilihat dari penurunan rata-rata aldosteron, thyroid stimulating hormon
denyut jantung dan stsbilitas saturasi (TSH), dan hormon peertumbuhan.
O2. Laju jantung pada kelompok Hormon-hormon ini akan
kontrol mengalami peningkatan yang mempengaruhi berbagai sistem di tubuh
signifikan dari sebelum dilakukan yang bermanifestasi pada peningkatan
pemasangan infus Tabel 5 menunjukkan denyut jantung, tekanan darah, curah
laju jantung maksimal pada kelompok jantung, gangguan motilitas saluran
kontrol adalah 160 x/menit (tinggi) dan cerna, serta gangguan sistem imun,
nilai rata-rata 148,40, dan berdasarkan semua faktor ini akan menyebabkan
tabel 4 saturasi oksigen maksimal pada gangguan penyembuhan dan
kelompok kontrol adalah 90 dan nilai meningkatkan faktor infeksi, akhirnya
minimum 74 dengan nilai rata-rata morbiditas dan lama perawatan akan
83,10. Pada kelompok kontrol terjadi bertambah.
penurunan saturasi oksigen yang Nyeri pada bayi yang tidak segera
signifikan. Penurunan saturasi oksigen diobati dan berlangsung dalam waktu
terjadi 5-10% dari saturasi awal lama dapat berpengaruh pada perilaku
(sebelum pemasangan infus). Pada pada saat dewasa nantinya.
kelompok kontrol juga terjadi Kusumaningsih (2016) menjelaskan
penusukan lebih dari satu kali, hal ini dalam penelitiannya nyeri pada
dapat mengakibatkan meningkatnya neonatus dapat mengakibatkan perilaku
angka kesakitan atau morbiditas pada fisiologis dan respon metabolik yang
neonatus. Potter (2010) menyatakan negatif. Beberapa tanda dan gejala nyeri
kerusakan dan iskemia jaringan akan pada bayi/neonates antara lain menangis
menyebabkan pelepasan lokal dari lebih keras, lebih tinggi melengking dan
prostaglandin, serotonin, bradikinin, dapat berlangsung lebih lama dari
norepineprin, dan substansi pain. biasanya dan terjadinya perubahan
Substsnsi ini menstimulasi respon dari tanda-tanda vital seperti peningkatan
nociceptor perifer terhadap stimulus detak jantung, tingkat pernafasan,
nyeri. Hasil akhir dari sensasi nyeri ini jumlah oksigen dalam darah, serta
adalah respon sistemik berupa fight and perubahan ekspresi wajah bayi dan
flight. Hormon terhadap stres akan perilaku. Perubahan fisiologis yang

120
Pramesti, T.A, I Gusti Ayu Ratna Padmasari, I.G.A & Wardhana, Z.A, Pemberian Non-Nutritive
Sucking (Pacifier) Terhadap Respon Nyeri Neonatus Yang Dilakukan Pemasangan Infus

ekstrim bisa menjadi faktor yang nyeri. Non nutritive sucking mempunyai
berpengaruh terhadap kejadian hipoksia, efek analgetik non farmakologis sebagai
hiperkarbi, yang berakibat dapat intervensi pereda rasa sakit. Reflek
merusak perkembangan otak bayi dan hisap yang terjadi mengakibatkan
berkontribusi terhadap gangguan belajar stimulasi sensoris yang mengurangi
dan perilaku di masa kanak-kanak. tanggapan neonatus terhadap nyeri.
Gambaran Nyeri Responden Pada Kozier (2010) menyatakan pada
Kelompok Kontrol neonatus, tipe nosiseptor perifer telah
Berdasarkan tabel 6 rerata nyeri sama dengan dewasa sehingga desentis
neonatus saat dilakukan pemasangan nosiseptor neonatus persatuan luas kulit
infus pada kelompok perlakuan adalah lebih tinggi dibandingkan dewaasa.
6,20 ± 1,398. Berdasarkan hasil rata- Mielinisasi yang belum sempurna baik
rata respon nyeri yang diperoleh pada pada saraf A delta dan C perifer
kelompok perlakuan, rata-rata maupun saraf spinalis diteruskan ke
responden mengalami nyeri ringan. korda spinalis yang dapat menyebabkan
Neonatus yang menggunakan non spasme otot sehingga timbul withdrawal
nutrititive sucking memiliki respon reflex. Sensitisasi sentral dapat terjadi
nyeri ringan sampai sedang. Dari data pada korda spinalis. Stimulasi reseptor
yang diperoleh dapat dilihat pada tabel N-Methyl D-Aspartate (NMDA) akan
8 skor tertinggi respon nyeri neonatus meningkatkan eksitabilitas neuron di
pada kelompok perlakuan adalah 9 sekitarnya (wind-up phenomena). Hal
(nyeri sedang) dan skor terendah pada ini menyebabkan bayi mengalami
kelompok perlakuan adalah 4 (nyeri penurunan ambang nyeri (hiperalgesia)
ringan). Non nutritive sucking adalah dan peningkatan respon nyeri jaringan
salah satu strategi untuk mengurangi sekitar (alodynia). Hasil penelitian ini
respon nyeri pada neonatus, pernyataan didukung oleh penelitian Devi (2012)
ini sesuai dengan pendapat Kyle & yang menyatakan penggunaan
Carman (2014) yang menyatakan upaya kombinasi pemberian non nutritive
nonfarmakologi yang digunakan untuk sucking dan sukrosa terhadap respon
mengurangi nyeri salah satunya non nyeri neonatus setelah dilakukan
nutritive sucking yang merupakan pemasangan infus, didapatkan p =0,000
instrumen untuk meminimalisasi nyeri. yang menunjukkan bahwa terdapat
Semakin tinggi skor maka semakin perbedaan respon nyeri yang signifikan

121
Pramesti, T.A, I Gusti Ayu Ratna Padmasari, I.G.A & Wardhana, Z.A, Pemberian Non-Nutritive
Sucking (Pacifier) Terhadap Respon Nyeri Neonatus Yang Dilakukan Pemasangan Infus

pada bayi setelah pemasangan infus pada tabel 5 rata-rata laju jantung pada
antara kelompok intervensi dan kelompok perlakuan adalah 135,70 dan
kelompok kontrol. Arwismasari (2015) nilai maksimum untuk laju jantung 149
yang meneliti aplikasi tindakan (sedang). Pada tabel 3 rata-rata
pemberian kombinasi non nutritive terjadinya penusukan berulang pada
sucking dan sukrosa terhadap respon kelompok perlakuan adalah 1,30
nyeri pemasangan infus didapatkan penusukan lebih dari sekali disebabkan
hasil pada 7 dari 10 responden pada oleh beberapa faktor, saat penelitian
kelompok kontrol yang tidak diberikan berlangsung terdapat faktor penyulit
non nutritive sucking dan glukosa sehingga tidak dapat dilakukan
didapatkan skala nyeri berat, sedangkan penusukan hanya sekali. Salah satunya
pada kelompok intervensi didapatkan 5 dikarenakan tenaga kesehatan yang
dari 10 responden memiliki skala nyeri melakukan pemasangan infus memiliki
sedang. keahlian dan jam terbang yang tidak
Pemberian non nutritive sucking sama. Selain itu pemasangan infus tidak
(pacifier) saat pemasangan infus hanya dilakukan di radiant warmer
memiliki skala nyeri ringan sampai tetapi juga dilakukan di incubator.
sedang. Faktor yang mempengaruhi Tempat untuk dilakukannya
nyeri salah satunya usia gestasi dan usia pemasangan infus juga mempengaruhi
neonatus. Pada tabel 1 rata-rata usia respon nyeri, hal ini disebabkan karena
gestasi pada kelompok perlakuan adalah posisi yang kurang nyaman akan
37,70 dimana usia gestasi juga menyebabkan neonatus untuk menangis
mempengaruhi respon neonatus sehingga mengaburkan hasil penelitian
terhadap nyeri, semakin matur gestasi apakah bayi menangis karena posisi
neonatus semakin jelas pula respon yang tidak nyaman atau karena nyeri
nyeri yang ditampilkan. Non nutritive penusukan infus.
sucking (pacifier) selain berfungsi Analisis Perbedaan Respon Nyeri
memberikan kenyamanan selama Pada Kelompok Perlakuan Dengan
menjalani prosedur medis juga Kelompok Yang Kontrol
membantu bayi agar lebih cepat untuk Berdasarkan tabel 8 hasil analisis
tidur dibuktikan dengan laju jantung respon nyeri kelompok perlakuan lebih
yang relatif stabil saat dilakukan rendah dibandingkan dengan kelompok
pemasangan infus. Hal ini dapat dilihat kontrol, ini dapat dibuktikan dengan

122
Pramesti, T.A, I Gusti Ayu Ratna Padmasari, I.G.A & Wardhana, Z.A, Pemberian Non-Nutritive
Sucking (Pacifier) Terhadap Respon Nyeri Neonatus Yang Dilakukan Pemasangan Infus

nilai rerata kelompok kontrol lebih diperkuat oleh penelitian yang


tinggi yaitu 11,40 dibandingkan dilakukan Arwismasari (2015) yang
kelompok perlakuan dengan nilai rerata menyatakan kombinasi penggunaan
6,20. Hasil analisis statistik sukrosa dan non nutritive sucking dapat
menggunakan uji independent t test menurunkan skala nyeri saat dilakukan
didapatkan p = 0,000 dimana p < 0,005 pemasangan infus dapat dilihat dari
menunjukkan terdapat perbedaan respon respon nyeri pada kelompok perlakuan
nyeri pada kelompok kontrol dengan yang memiliki nilai lebih rendah dari
kelompok perlakuan. Hal tersebut juga kelompok kontrol. Lowyer (2014)
menunjukkan bahwa ada pengaruh dalam Arwismasari (2015) menyatakan
pemberian non nutritive sucking bahwa kombinasi pemberian non
terhadap respon nyeri neonatus yang nutritive sucking dan sukrosa dapat
dilakukan pemasangan infus. memberikan sifat seperti analgesik.
Berdasarkan respon hart rate (HR) Pada kelompok perlakuan lebih
maksimal saat pemasangan infus pada sedikit dilakukan penusukan berulang
kelompok perlakuan menunjukkan nilai hal ini disebabkan karena bayi lebih
rata-rata 135,70 dan pada kelompok tenang saat pemasangan infus,
kontrol 148,40 sedangkan untuk respon pernyataan ini sesuai dengan pendapat
saturasi oksigen menunjukkan nilai rata- Devi (2012) non nutritive sucking
rata pada kelompok perlakuan 89,50 (pacifier) bekerja dengan cara
dan pada kelompok kontrol 83,10 yang mengeluarkan opioid endogen yang
berarti ada perbedaan respon HR dan berada di saraf decenden. Teori
saturasi oksigen yang signifikan saat pengalihan perhatian menurut Melzack
pemasangan infus dengan menggunakan Wall (1965) dalam Kosim (2007)
non nutritive sucking. Hal ini sesuai menyatakan bahwa impuls nyeri dapat
dengan pernyataan Lubis (2006) dalam diatur atau dihambat oleh mekanisme
Devi (2012) bahwa perubahan fisiologis pertahanan di sepanjang sistem saraf
yang menunjukkan respon nyeri pada pusat.
bayi ditunjukkan dengan perubahan Teori ini menyatakan bahwa
warna kulit, telapak tangan berkeringat, impuls nyeri dihantarkan saat sebuah
stres dan peningkatan frekuensi jantung, pertahanan dibuka dan impuls dihambat
tekanan darah, respirasi, dan tekanan saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya
intra kranial. Pernyataan ini juga penutupan pertahanan tersebut

123
Pramesti, T.A, I Gusti Ayu Ratna Padmasari, I.G.A & Wardhana, Z.A, Pemberian Non-Nutritive
Sucking (Pacifier) Terhadap Respon Nyeri Neonatus Yang Dilakukan Pemasangan Infus

merupakan dasar teori menghilangkan perlakuan dan kelompok kontrol tidak


nyeri. Mekanoreseptor, neuron beta-A hanya dipengaruhi oleh usia gestasi dan
yang lebih tebal, yang lebih cepat usia neonatus tetapi juga dipengaruhi
melepaskan neurotransmiter oleh cara perawat melakukan stuing saat
penghambat. Apabila masukan yang pemasangan infus dan jumlah
dominan berasal dari serabut beta-A, penusukan yang dilakukan. Berdasarkan
maka akan menutup mekanisme hasil penelitian yang telah dilakukan
pertahanan. Diyakini pemberian pacifier didapatkan bahwa non nutritive sucking
merupakan mekanisme penutupan. Alur (pacifier) efektif untuk meminimalisasi
saraf desenden melepaskan opiat nyeri dibuktikan dengan respon nyeri
endogen, seperti endofin dan dinorfin, dari kelompok perlakuan antara ringan
suatu pembunuh nyeri alami yang sampai sedang. Berdasarkan
berasal dari tubuh (Perry dan Potter, pengamatan peneliti pada kelompok
2008). perlakuan tidak semuanya dilakukan
Hasil penelitian ini sesuai dengan penusukan berulang, hanya ada 2
penelitian yang dilakukan oleh responden yang dilakukan penusukan
Kristinawati (2013) dalam penelitiannya lebih dari sekali. Nyeri yang dirasakan
yang berjudul pemberian sukrosa dan neonatus pun berbeda antara neonatus
non nutritive sucking terhadap respon yang hanya dilakukan penusukan hanya
nyeri dan lama tangis neonatus pada sekali dengan yang dilakukan
prosedur invasif, didapatkan perbedaan penusukan lebih dari sekali. Hal
yang signifikan, pada kelompok tersebut menjadi suatu tantangan bagi
perlakuan (yang diberikan sukrosa 24%) tenaga kesehatan khususnya perawat di
respon nyerinya lebih rendah dan lama ruang NICU agar lebih memperhatikan
tangisnya lebih singkat dibandingkan respon nyeri pada neonatus untuk
kelompok kontrol. Hasil yang diperoleh meminimalkan angka kesakitan dan
dari penelitian Kristiawati P value 0,635 angka morbiditas
(p < 0,05) dimana sukrosa oral 24 %
efektif dalam menurunkan respon nyeri
Kesimpulan
dan lama tangis pada neonatus yang
Rata-rata gambaran nyeri
dilakukan tindakan invasif.
neonatus saat dilakukan pemasangan
Perbedaan respon nyeri dan skala
infus pada kelompok perlakuan adalah
nyeri neonatus pada kelompok
6,20 dengan standar deviasi 1,398. Nilai

124
Pramesti, T.A, I Gusti Ayu Ratna Padmasari, I.G.A & Wardhana, Z.A, Pemberian Non-Nutritive
Sucking (Pacifier) Terhadap Respon Nyeri Neonatus Yang Dilakukan Pemasangan Infus

tertinggi skor nyeri neonatus pada saat Pengambilan Darah Vena.


Jurnal Keperawatan Indonesia,
kelompok perlakuan adalah 9 (nyeri
19(2).
sedang) dan skor nyeri terendah adalah Badr, L.K., Abdallah, B., Hawari, M.,
Saadieh, S., Kassar, M., Nakad,
4 (nyeri ringan). Rata-rata gambaran
P., & Breidi, J. (2010).
nyeri pada kelompok kontrol dengan Determinants of premature infant
pain responsses to heel sticks.
rerata 11,40 dengan standar deviasi
Pediatric Nursing, 36 (3), 129–
1,35, rentang nyeri pada kelompok 136. Diperoleh dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pub
kontrol nilai tertinggi yaitu skor 13
med/20687304
(nyeri berat) dan nilai terendah skor 9 Devi, S. K., (2012). Efektivitas
Pemberian Kombinasi Non
(nyeri sedang). Hasil analisis respon
Nutritive Sucking (NNS) dan
nyeri kelompok perlakuan lebih rendah Sukrosa TerhadapRespon Nyeri
Neonatus Setelah Dilakukan
dibandingkan dengan kelompok kontrol,
Tindakan Pemasangan Infus.
ini dapat dibuktikan dengan nilai rerata Diperoleh dari
https://www.lib.ui.ac.id
kelompok kontrol lebih tinggi
Dewi, R. S., (2014). Efektifitas
dibandingkan kelompok perlakuan. Sukrosa Oral Terhadap Respon
Neri Akut Pada Neonatus yang
Berdasarkan uji statistic independent t-
Dilakukan Tindakan Pemasangan
test didapatkan nilai p values = 0,000 (p Infus. Diperoleh dari
http://www.e-
< 0,005) dimana H0 ditolak dan Ha
jurnal.com/2016/11/efektifitas-
diterima yang berarti ada pengaruh sukrosa-oral-terhadap.html
Hockenberry, M. & Wilson, D.,
pemberian non nutritive sucking
(2009). Wong Essentials of
(pacifier) terhadap respon nyeri Pediatric Nursing. 8 th ed.
St.Louis: Elsevier.
neonatus yang dilakukan pemasangan
Kosim, M. S. et al., (2007). Buku Ajar
infus Neonatologi. Jakarta: Sagung
Seto.
Referensi Kozier, B. S., (2010). Buku Ajar
Foundamental Keperawatan
Arwismasari, A. (2015). Aplikasi
Konsep, Proses & Praktik. 7 ed.
Tindakan Pemberian Kombinasi
Jakarta: EGC.
Non Nutritive Sucking dan
Kusumaningsih, F. S., (2016).
Sukrosa Terhadap Respon Nyeri
Pemberian Air Susu Ibu Pada
pemasangan infus pada Asuhan
Neonatus Untuk Mengurangi
Keperawatan By. A Dengan Berat
Nyeri Akibat Pengambilan
Badan Lahir Rendah (BBLR).
Sampel Darah. Diperoleh dari
Diperoleh dari
Jurnal Keperawatan, Januari-
http://www.digilib.stikeskusumah
April, 1(Coping Ners), pp. 9-17.
usada.ac.id
Kyle, T. & Carman, S., (2014). Buku
Astuti, D. D., Yeni Rustina & Fajar
Ajar Keperawatan Pediatri. vol. 2
Tri Waluyanti. (2016). "Empeng"
ed. Jakarta: t.p.
Efektif Menurunkan Nyeri Bayi

125
Pramesti, T.A, I Gusti Ayu Ratna Padmasari, I.G.A & Wardhana, Z.A, Pemberian Non-Nutritive
Sucking (Pacifier) Terhadap Respon Nyeri Neonatus Yang Dilakukan Pemasangan Infus

M. Rudolph, A., I. E. Hoffman, J. &


D. Rudolph, C., (2006). Buku
Ayat Pediatri. volume I ed. 20 ed.
Jakarta, E6C: s.n.
Potter, P. A. & Perry, A. G., (2010).
Fundamental Keperawatan. 7 ed.
Jakarta: Salemba Medika.
Potter & Perry, (2006). Fundamental
Keperawatan. 7 ed. Jakarta:
Salemba Medika.
Sherwood, L., (2009). Fisiologi
Manusia dari Sel ke Sistem. 8 ed.
Jakarta: EGC.
Susenas. (2012). Profil Kesehatan
Indonesia. Diperoleh dari
https://www.depkes.go.id
Tarwoto, W. d., (2006). Kebutuhan
Dasar manusia Dan Proses
Keperawatan. 3 ed. Jakarta:
Salemba Medika.
UNICEF, (2012). Penurunan angka
kematian ibu dan anak. [Online]
Diperoleh dari
https://www.unicef.org
Widayati, K., D.P.,Putu Yuli Kurniati
& G.A Trisna Windiani, (2016).
Faktor Risiko Sepsis Neonatorum
di Ruang Perinatologi Rumah
Sakit Umum Sanglah Denpasar,
1(1), pp. 85-92. (Laporan hasil
penelitian tidak dipublikasikan).
Wong, D. L., (2008). Keperawatan
Pediatrik. 6 ed. St. Louis: Mosby
Elseiver.

126

Anda mungkin juga menyukai