DPMPTSP adalah Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang mana
berfungsi sebagai penghubung utama antara dunia usaha dan pemerintah. DPMPTSP diberi
mandat untuk mendorong investasi langsung, baik dari dalam negeri maupun luar negeri,
melalui penciptaan iklim investasi yang kondusif. Setelah DPMPTSP terbentuk pada akhir
Tahun 2016 fungsinya bertambah sebagai penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu
sesuai Permendagri 100 Tahun 2016, maka target perangkat daerah ini tidak hanya untuk
meningkatkan jumlah investasi yang lebih besar dari dalam maupun luar negeri, namun juga
meningkatkan pelayanan perizinan dan nonperizinan yang prima sebagaimana yang tertuang
dalam Keputusan Menpan Nomor 81 Tahun 1993, antara lain : sederhana, jelas, aman,
transparan, effisien, ekonomis, adil dan tepat waktu. Tujuan dibentuknya PTSP adalah untuk
mempermudah proses perizinan dalam mendirikan suatu usaha yang selama ini dikeluhkan
para pelaku bisnis.
Fungsi Perangkat Daerah urusan Bidang Penanaman Modal sebagaimana yang tertuang pada
Permendagri 100 tahun 2016 adalah perencanaan penanaman modal, pengembangan iklim
penanaman modal, promosi penanaman modal, perizinan penanaman modal, pengendalian
dan pelaksanaan penanaman modal serta pengolahan data dan informasi penanaman modal.
Lembaga ini tidak semata bertindak sebagai advokat yang proaktif di bidang investasi, namun
juga sebagai fasilitator antara pemerintah dan investor. Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu mempunyai tugas membantu bupati di dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah di bidang pelayanan perizinan terpadu dan pelayanan penanaman
modal. Analisis Sistem dan Prosedur Pengelolaan Aset/Barang Milik Daerah, sesuai dengan
Permendagri Nomor 17 Tahun 2007, pengelolaan barang daerah merupakan rangkaian
kegiatan dan tindakan terhadap barang daerah yang meliputi :
3. Pelaporan, merupakan proses penyusunan laporan barang semester dan setiap tahun setelah
dilakukan inventarisasi dan pencatatan. Pengguna menyampaikan laporan pengguna barang
semesteran, tahunan, dan 5 (lima) tahunan kepada Kepala Daerah melalui pengelola.
Sementara Pembantu Pengelola menghimpun seluruh laporan pengguna barang semesteran,
tahunan dan 5 (lima) tahunan dari masing-masing SKPD,
jumlah maupun nilai serta dibuat rekapitulasinya. Rekapitulasi tersebut digunakan sebagai
bahan penyusunan neraca daerah. Hasil sensus barang daerah dari masing-masing
pengguna/kuasa pengguna, direkap kedalam buku inventaris dan disampaikan kepada
pengelola, selanjutnya pembantu pengelola merekap buku inventaris tersebut menjadi buku
induk inventaris.
Buku induk inventaris merupakan saldo awal pada daftar mutasi barang tahun berikutnya.
Selanjutnya untuk tahun-tahun berikutnya pengguna/kuasa pengguna dan pengelola hanya
membuat Daftar Mutasi Barang (bertambah dan/atau berkurang) dalam bentuk rekapitulasi
barang (bertambah dan/atau berkurang) dalam bentuk rekapitulasi barang milik daerah.
Analisis Terhadap Penatausahaan Aset Tetap :
Penatausahaan sudah sesuai dengan ketentuan/peraturan yang berlaku dimana Dinas
Penanaman Modal dan PTSP Daerah Kota Pematangsiantar telah melakukan pencatatan dan
pendaftaran barang sesuai dengan Kartu Inventaris Barang (KIB).
Pengamanan dan pemeliharan sudah sesuai dengan ketentuan/peraturan yang berlaku dimana
Dinas Penanaman Modal dan PTSP Daerah Pematang Siantar telah melakukan pengamanan
secara administrasi dan fisik serta melakukan beberapa bentuk pemeliharaan yang
disesuaikan dengan jenis barang.
7) Penghapusan
Dalam penghapusan barang milik daerah di Dinas Penanaman Modal dan PTSP melakukan
identifikasi barang yang perlu dihapus oleh karena suatu alasan untuk dihapuskan. Setelah
melakukan identifikasi, selanjutnya adalah melakukan pengusulan kepada kepala daerah
melalui pengelola untuk aset daerah yang tidak layak dan harus dihapuskan didasarkan pada
pertimbangan yang ada dan setelah disetujui kemudian diterbitkan surat keputusan kepada
Dinas Penanaman Modal dan PTSP menindaklanjuti penghapusan barang milik daerah dan
melakukan pencatatan atas aset yang telah dihapuskan.
a. Kualitas SDM yang menangani aset dalam hal ini penyimpan barang dan pengurus barang
masih rendah. Mayoritas tidak memiliki keterampilan khusus dan sertifikat pengelolaan
barang milik daerah. Yang memiliki keterampilan khusus dan berkompeten hanya pengurus
barang dan operator di Bidang Aset saja. Selain itu, jumlah dan kualitas SDM tidak
sebanding dengan banyaknya BMD yang ditangani sehingga manajemen aset tetap tidak
optimal.
b. Penyampaian laporan aset dilakukan secara berjenjang oleh pengurus barang baik
semesteran maupun tahunan mengalami kendala dalam keterlambatan penyampaian
laporan kepada Bidang Aset. Selain itu data yang disampaikan belum lengkap, masih ada
kolom-kolom yang tidak terisi dengan spesifikasi aset yang dicatat.
a. Kualitas SDM yang mengelola aset terus dikembangkan melalui sosialisasi pengelolaan
barang milik daerah yang dilaksanakan oleh Bidang Aset DPPKA. Bidang Aset dapat
melakukan sosialisasi tepat waktu sebelum laporan inventaris aset dibuat. Pengguna Barang,
Pengurus barang, penyimpan barang maupun operator mengikuti Diklat/Pelatihan/Bimbingan
Teknis tentang Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang juga dilaksakan oleh
Kementrian Keuangan maupun Lembaga Diklat terkait. Bidang Aset juga melakukan
koordinasi dan konsultasi dengan pengurus Barang yang mengalami kesulitan melakukan
pengelolaan aset.
b. Pengurus barang sering kali terlambat menyampaikan laporan inventaris barang baik
semesteran maupun tahunan kepada Bidang Aset. Kondisi tersebut membuat Bidang Aset
kesulitan merekapitulasi aset. Untuk itu, Bidang Aset terus melakukan koordinasi dengan
SKPD yang terlambat menyampaikan laporan melalui surat susulan penyampaian laporan
aset. Bidang Aset melakukan tinjauan langsung ke lapangan sekaligus mencatat aset ke dalam
KIB. Hal tersebut dilakukan agar aset yang dicatat sesuai dengan kondisi sebenarnya dan
demi kelancaran penyusunan Buku Inventaris.