Anda di halaman 1dari 3

Identifikasi Isu-isu Global Competitiveness Index

Daya saing suatu negara merupakan sebuah bahan kajian yang menarik, baik dari aspek
ekonomi, politik, sosial maupun teknologi. Daya saing sebuah negara dianggap sebagai salah
satu sumber dari ketahanan suatu negara dalam menghadapi tantangan dalam membangun
peradaban bangsa. Sebab peradaban hanya dapat dibangun melalui kekuatan ekonomi, politik,
dan budaya yang unggul. Dengan daya saing tinggi, negara dapat menjaga pertumbuhan
ekonominya dan mulai membangun kehidupan negara yang teratur dan saat itu pembangunan
peradaban dimulai. Pembangunan peradaban tidak dapat dilakukan tanpa adanya kekuatan
eknomi. Dan kekuatan ekonomi tidak dapat ditegakkan tanpa adanya daya saing. Dengan
demikian, daya saing menjadi sangat penting selain untuk keberlanjutan perekonomian dan
peradaban suatu bangsa.

Sejarah menunjukkan bahwa negara-negara yang memiliki peradaban yang tinggi selalu
disokong oleh kekuatan ekonomi yang hebat. Kerajaan-kerajaan yang berada di sekitar Laut
Tengah dan Timur Tengah muncul karena kekuatan ekonomi dan kemudian militernya.
Terkadang dengan kekuatan militernya suatu negara menyerang negara lain untuk mengambil
alih kekuatan ekonominya. Sehingga negara tersebut menjadi semakin kuat baik secara ekonomi
dan militer. Dengan cara ini, daya saing suatu negara dalam berdagang tidaak saja didasarkan
atas unggulnya produksi mereka tetapi juga ancaman militer yang senantiasa menakutkan negara
lain. Namun demikian, perdagangan yang selalu membangun kekuatan ekonomi suatu negara
bukan kekuatan militernya. Oleh sebab itu, banyak negara tetap mengandalkan kekuatan
perdagangan untuk membangun ekonominya dan selalu menjaga daya saingnya agar selalu eksis
dalam perdagangan dunia.

Analisis Daya Saing

Analisis daya saing bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai posisi, performa
dan kapabilitas sebuah negara pada pasar ekspor, serta faktor yang berguna untuk mengukur
daya saing (Reis & Thomas, 2012). Pasar ekspor umumnya memiliki tingkat persaingan yang
tinggi sehingga negara yang berdaya saing tinggi pada ekspor umumnya juga lebih unggul pada
faktor domestiknya. Hal itu sejalan dengan hubungan timbal balik antara perdagangan dan
produktivitas.

Beberapa waktu yang lalu World Economic Forum (WEF) kembali mempublikasikan
laporan tahunan mengenai daya saing global, yaitu The Global Competitiveness Report 2016-
2017. Laporan ini dipublikasikan pada saat meningkatnya ketimpangan pendapatan,
meningkatnya ketegangan sosial politik, perasaan ketidakpastian tentang masa depan. Tingkat
pertumbuhan cenderung konstan rendah dengan jatuhnya harga komoditas sebagai dampak
perdangangan. Prospek pertumbuhan masa depan dibatasi oleh tren jangka panjang. Banyak
negara berjuang dengan tantangan ganda yaitu pelambatan pertumbuhan produktivitas dan
meningkatnya ketimpangan pendapatan, yang diiringi dengan semakin cepatnya proses penuaan
masyarakat (aging societies).

Laporan WEF tahun 2016 ini menghimpun data-data ekonomi dari 138 negara. Data-data
ekonomi tersebut diolah untuk menghasilkan peringkat daya-saing negara-negara. Daya saing
didefinisikan sebagai kondisi institusi, kebijakan, dan faktor-faktor yang menentukan tingkat
produktivitas ekonomi suatu negara. Produktivitas yang tinggi mencerminkan daya saing tinggi,
dan daya saing tinggi berpotensi memungkinkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan
selanjutnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat negara tersebut.

Terdapat banyak determinan pendorong produktivitas, yang oleh WEF dikelompokkan


kedalam 12 pilar daya saing, yaitu: (1) institusi, (2) infrastruktur, (3) makroekonomi, (4)
kesehatan dan pendidikan dasar, (5) pendidikan tinggi, (6) efisiensi pasar barang, (7) efisiensi
pasar kerja, (8) pasar keuangan, (9) kesiapan teknologi, (10) besaran pasar, (11) kecanggihan
bisnis, dan (12) inovasi. Selanjutnya ke 12 pilar tersebut dikelompokkan kedalam 3 kelompok
pilar, yaitu kelompok persyaratan dasar, kelompok penopang efisiensi, dan kelompok inovasi
dan kecanggihan bisnis. Gambar 1 menunjukkan lebih jelas mengenai pilar daya saing dan
kelompok pilar.

Perbandingan data Global Competitiveness Index periode 2012-2013 dengan 2016-2017

a. Data periode 2012-2013

Menurut data tersebut dapat diligat bahwa swiss menempati peringkat pertama, hal itu
tidak terlepas dari faktor fundamental ekonomi Swiss yang sangat kuat. Fundamental ekonomi
Swiss tersebut mencakup kesehatan masyarakat yang kuat, pendidikan dasar, dan lingkungan
makroekonomi yang relatif padat. Laporan tersebut juga menggambarkan ekonomi Swiss
memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi, dengan pasar tenaga kerja yang tergolong paling
berfungsi secara global. Singapura berada diurutan kedua karena Singapura merupakan Negara
dengan lapangan kerja paling efisien di dunia, tak heran jika tingkat persaingannya sangat ketat.
Selain itu yang dapat kita soroti yaitu kekuatan model manufaktur Jerman, bahwa Jerman
memiliki sekitar seperempat penduduk dari Amerika dan seperempat dari PDB AS (Produk
Domestik Bruto), mengekspor lebih dari Amerika Serikat. Hal tersebut yang menyebabkan
tingkat persaingan di Jerman lebih tinggi daripada Amerika Serikat.

b. Data periode 2016-2017

Berdasarkan data di atas Pada tahun 2016, menurut laporan WEF peringkat daya saing
dunia dalam urutan 10 teratas tetap didominasi oleh negara-negara Eropa. Switzerland adalah
negara paling kopetitif di dunia selama tiga tahun berturut-turut yang mencapai skor 5.81
meningkat lebih tinggi dari tahun 2012 yaitu 5.72. Disusul oleh Singapura, United States,
Netherlands, Germany, dll (lihat tabel diatas). Singapura dan Jepang adalah negara Asia yang
berhasil masuk pada posisi 10 teratas tahun ini, jika berdasarkan data periode 2012-2013, Jepang
mengalami peningkatan ke urutan 8 dari 10 pada tahun 2012. United States berada pada urutan
ke 3, Hong Kong SAR pada urutan 9 dan Finland pada urutan ke 10.

Switzerland (Swiss) berhasil mempertahankan posisinya di urutan pertama, seperti tahun-


tahun sebelumnya. Swiss dinilai memiliki kapasitas sempurna untuk inovasi dan budaya bisnis
yang canggih. Negara ini menduduki peringkat 4 untuk kecanggihan bisnis dan peringkat 2 untuk
kapasitas inovasi. Swiss juga memiliki institusi riset terbaik di dunia, dan kolaborasi kuat antara
sektor akademis dan bisnis. Hal ini dikombinasi dengan pengeluaran perusahaan yang tinggi
dalam sektor penelitian dan pengembangan (R&D) untuk memastikan semakin banyak penelitian
mendukung produk dan proses bernilai. Juga diperkuat perlindungan hak intelektual dan
dukungan pemerintah terhadap inovasi dan proses pengadaan barang. Lembaga publik di Swiss
juga dinilai paling efektif dan transparan di dunia (peringkat 5), atau lebih baik dibanding tahun
lalu. Struktur pemerintahan juga memastikan playing field yang sama, meningkatkan
kepercayaan bisnis, termasuk aturan hukum kuat, dan sektor publik akuntabel. Daya saing
negara ini juga ditopang oleh infrastruktur yang baik (peringkat 6), ketersediaan barang
(peringkat 4), pasar keuangan yang maju peringkat 8 dan lapangan kerja paling efisien di dunia
peringkat 2, sesudah Singapura. Ekonomi makro Swiss melemah tahun lalu, namun bangkit
kembali dan menjadi paling stabil di dunia (ranking 5) dimana saat ini banyak negara berjuang
dengan keadaan ini.

Anda mungkin juga menyukai