279 838 1 PB PDF
279 838 1 PB PDF
Eko Soebowo
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI
liquefaction hazards in the sediment from Pemahaman batas dan distribusi vertikal dan
Quaternary basin of South Bali. spasial sifat keteknikan bawah permukaan pada
endapan sedimen cekungan Kuarter daerah
Keywords: engineering geology, geological
Serangan-Tuban-Tanjung Benoa penting untuk
hazards, Quaternary, South Bali.
perencanaan masa depan wilayah pesisir dan
PENDAHULUAN upaya mitigasi dalam pengurangan risiko bahaya
geologi pada jalur kegempaan tinggi.
Daerah Serangan – Tuban – Tanjung Benoa, Bali
Selatan merupakan wilayah yang termasuk salah LOKASI PENELITIAN
satu kawasan pengembangan infrastruktur dan tata
Wilayah pesisir Serangan – Kuta – Tanjung
ruang wilayah pesisir (Perda Kota Denpasar no.27
Benoa, Bali Selatan dan sekitarnya terletak pada
tahun 2011). Daerah studi tersusun oleh endapan
koor dinat 11508’30” – 115015’30” Bujur Timur
aluvial berupa perselingan lempung, lanau, pasir
dan 08042’0” - 08048’0” Lintang Selatan, dengan
dan kerikil yang mengisi cekungan lembah
ketinggian antara +0,45 m sampai dengan +6,00 m
Serangan, Tuban, Tanjungbenoa berumur Kuarter
di atas permukaan laut (dpl). Wilayah pesisir ini
(Hadiwidjojo et al., 1998), dengan potensi
merupakan suatu paparan endapan dataran pantai,
kegempaan yang cukup tinggi (Daryono, 2011).
fluviatil, pematang pantai, laguna pesisir dan
Mempertimbangkan kondisi geologi berupa
alluvium, dicirikan oleh endapan dataran pantai
sedimen muda yang belum terkonsolidasi dan
Holosen yang berhadapan dengan Samudera
berada pada daerah rawan goncangan gempa maka
Hindia. Penyebaran endapan Kuarter di daerah ini
pengetahuan karakterisitik geologi teknik bawah
sempit mengikuti morfologi pantai. Geologi
permukaan penting untuk diketahui. Model
daerah Bali Selatan dan sekitarnya mulai dari tua
geologi teknik berupa karakteristik kondisi
ke muda disusun oleh endapan batugamping
geologi teknik bawah permukaan secara vertikal
terumbu, setempat napal, yang termasuk dalam
dan spasial dapat manjadi dasar perencanaan tapak
Formasi Selatan, di atasnya diendapkan hasil
maupun kajian dampak ancaman bahaya geologi
produk gunungapi Batur, yang terdiri dari tufa dan
(Royse et al., 2009; Valverde et al., 2014). Model
lahar, selanjutnya secara tidak selaras diatasnya
geologi teknik dapat digunakan untuk
diendapkan aluvium berupa pasir lepas, lanau,
mengidentifikasi permasalahan geologi teknik dan
pasir, kerikil (Gambar 1, Hadiwijoyo et al., 1998).
memperkirakan sifat material secara realistik
(Delgado et al., 2003). Endapan Kuarter ini dicirikan oleh perulangan
satuan pasir yang cukup dominan dengan ukuran
Ditinjau dari kondisi geologinya maka secara
butiran mulai halus hingga kasar diselingi dengan
keteknikan daerah ini berpotensi terkena dampak
lapisan lanau dan lempung dan sisipan kerakal-
bahaya likuifaksi akibat goncangan gempabumi
kerikil. Kedalaman endapan Kuarter di Bali
dan masalah penurunan/amblesan (settlement)
Selatan mencapai kurang lebih 20 meter
pada lempung lunak. Tulisan ini bertujuan untuk
(Soebowo et al., 2011). Sebaran kedalaman muka
menghasilkan model geologi teknik yang dapat
air tanah di daerah ini ini berkisar antara - 0,45 –
menjelaskan potensi bahaya geologi amblesan dan
3,5 m dan di beberapa lokasi lebih dalam dari –
likuifaksi pada sedimen cekungan Kuarter di Bali
3,5 meter. Pantai Bali Selatan merupakan wilayah
Selatan. Metode yang digunakan adalah analisis
dengan kerentanan bahaya gempabumi tinggi,
data bor teknik, data sifat fisik dan keteknikan
terletak + 100 - 150 km di sebelah utara zona
tanah, interpretasi data uji penetrasi konus (CPT),
subduksi aktif (McCaffrey dan Nabalek, 1987 ;
interpretasi lingkungan pengendapan Kuarter dan
Daryono, 2011). Sejarah kegempaan di daerah ini
penyusunan model geologi teknik. Interpretasi
telah mencatat peristiwa gempabumi besar seperti
stratigrafi dan estimasi sifat keteknikan dari data
pada tahun 1862 : MMI VII, tahun 1890: MMI
CPTu dilakukan menggunakan metode Robertson
VII, tahun 1917 : MMI VII, tahun 1938 : MMI
(1986). Gabungan data bor teknik dan CPTu
VII, tahun 1961 : MMI VII tahun 1976 : MMI
digunakan untuk rekonstruksi sekuen stratigrafi
VIII, tahun 1979 : MMI VII - VIII, tahun 1985 :
secara menerus, identifikasi fasies dan korelasi
6.2 SR, tahun 1987 : 5.7 SR, tahun 2004: 6.1 SR,
stratigrafi (Amorosi dan Marchi, 1999; Mio dan
6.2 SR, 5.5 SR selatan Bali dan terakhir 13
Giacheti, 2007; Styllas, 2013).
Oktober tahun 2011 dengan 6.8 SR (USGS dan
BMKG).
42
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.1, Juni 2016, 41 - 54
Gambar 1. Peta geologi dan lokasi bor teknik dan uji penetrasi konus di daerah Bali Selatan
(modifikasi dari Hadiwijoyo et al., 1998)
Dalam peta zonasi gempa yang dikeluarkan oleh Tabel 2. Interpretasi tingkat kepadatan dan sudut
Kementrian Pekerjaan Umum tahun 2010 daerah geser dalam tanah non kohesif dari data N-SPT
Bali Selatan masuk dalam kategori zona seismik (Meyerhoff, 1956).
3, 4, dan 5.
Tingkat Kepadatan Sudut N-SPT
METODE Kepadatan Relatif Geser
(%) Dalam ( o )
Investigasi geologi teknik meliputi pemboran Sangat lepas < 0,2 < 30 <4
teknik sebanyak 8 titik dan pengujian CPTu (Cone Lepas 0,2 – 0,4 30 – 35 4 - 10
penetration test with pore water measurement) Agak padat 0,4 – 0,6 35 – 40 10 - 30
sebanyak 35 titik telah dilakukan di daerah studi Padat 0,6 – 0,8 40 – 45 30 - 50
dengan sebaran lokasi pada Gambar 1. Data N- Sangat Padat > 0,8 > 45 > 50
SPT dari pemboran teknik yang telah dikoreksi
terhadap kedalaman dan energi penekanan
digunakan untuk menginterpretasi kondisi Pengujian CPTu menghasilkan stratifikasi lapisan
keteknikan bawah permukaan (Rogers, 2006): bawah permukaan dan sifat keteknikan secara
pada tanah kohesif untuk estimasi konsistensi dan kontinu. Parameter respon tanah yang diperoleh
kohesi (Tabel 1) dan pada tanah non kohesif untuk adalah profil kontinu tekanan konus (qc), tahanan
estimasi tingkat kepadatan dan sudut geser dalam gesek (fs), tekanan pori (u2). Nilai tahanan konus
(Tabel 2) (qc) mengindikasikan kepadatan dan konsistensi
tanah, sementara tahanan gesek (fs) dinyatakan
dalam parameter rasio friksi (FR) yang merupakan
Tabel 1. Interpretasi konsistensi dan kuat geser
indikator perubahan ukuran butir dan tekstur.
tak teralirkan tanah kohesif dari data N-SPT
Nilai rasio friksi (FR) didapatkan dari :
(Rogers, 2006).
Konsistensi Kohesi (kPa) N-SPT 𝑓𝑠⁄
Sangat lunak 12 <2 𝐹𝑅 (%) = 𝑞𝑐 × 100 (1)
Lunak 12-24 2-4 fs = tahanan gesek (MPa); qc = tahanan konus
Teguh 24-48 4-8 (MPa)
Kaku 48-96 8-15
Sangat kaku 96-192 15-30 Nilai tahanan konus (qc) dikoreksi terhadap
Keras 192 >30 tekanan pori, sehingga didapatkan nilai tahanan
konus terkoreksi (qt) sebagai:
43
Soebowo / Geologi Teknik Sedimen Kuarter dan Bahaya Amblesan, Likuifaksi di Serangan – Tuban – Tanjung Benoa, Bali.
𝑞
( 𝑐⁄𝑝𝑎 )
𝑞𝑐1 = 0.5
𝜎′
( 𝑣𝑜⁄𝑝𝑎)
44
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.1, Juni 2016, 41 - 54
Aplikasi beban pada lempung dengan nilai OCR ≤ Selanjutnya dilakukan korelasi antar penampang
1 menghasilkan amblesan (settlement) yang lebih yang dapat menggambarkan sifat keteknikan dan
besar dari lempung yang sudah terkonsolidasi interpolasi spasial variasi kedalaman dan
(OCR >1). Tipikal hasil interpretasi data CPTu ketebalan lapisan agar diperoleh gambaran
terlihat pada Gambar 3. karakateristik sifat keteknikan secara horisontal
dan spasial. Korelasi dan interpolasi tersebut
Analisis geologi teknik dilakukan dengan
menggambarkan zona kemampuan daya dukung
menyusun stratifikasi bawah permukaan dan sifat
tanah kohesif dan non kohesif yang dapat
keteknikan berdasarkan litologi, interpretasi nilai
menginformasikan potensi bahaya amblesan dan
N-SPT dan data CPTu, parameter densitas relatif
likuifaksi.
dan OCR dan hasil laboratorium.
Gambar 3. Hasil pengukuran CPTu – 03 di daerah Serangan – Tuban – Tanjung Benoa, Bali.
45
Soebowo / Geologi Teknik Sedimen Kuarter dan Bahaya Amblesan, Likuifaksi di Serangan – Tuban – Tanjung Benoa, Bali.
HASIL DAN PEMBAHASAN batas plastis 42,5 – 72, 38%, indeks plastis 32,45
– 102,26 %, dengan demikian satuan lempung-
Geologi Bawah Permukaan
lanau dapat diklasifikasikan sebagai lempung,
Kondisi bawah permukaan lintasan A - A’ di lanau dan tanah organik dengan plastisitas tinggi
bagian utara (Gambar 4) tersusun oleh lapisan (CH, MH, OH), serta lanau dan tanah organik
lempung - lanau yang cukup tebal mencapai plastisitas sedang (ML, OL). Sedangkan di bagian
kurang lebih 15 meter, dicirikan warna abu-abu selatan seperti di Kedonganan – Tanjung Benoa –
kehitaman, lunak, plastis, terkadang mengandung Serangan pada kedalaman 0 hingga – 20 meter
material organik berupa akar dan cangkang fosil. didominasi oleh lapisan lanau, pasir halus, pasir
Asosiasi fasies ini dicerminkan oleh nilai tahanan sedang. Nilai N-SPT antara 4 - < 10, nilai tahanan
konus (qt) < 2 MPa dan nilai rasio gesekan (FR) 4 konus qt < 10 MPa, nilai fraksi rasio < 1%,
- 5 %, ditafsirkan sebagai endapan laguna pesisir distribusi butiran material cenderung mengandung
(lagoon deposits). Juga terjadi perulangan berukuran pasir – lanau. Sebaran muka airtanah di
perlapisan lempung – lanau dengan pasir lepas daerah ini cenderung dangkal dengan kisaran
(unconsolidated) yang kadang mengandung kedalaman -1 hingga -3 meter.
pecahan cangkang. Asosiasi fasies ini dicirikan
Konsistensi dan Kepadatan Relatif Kaitannya
nilai tahanan konus (qt) 2 – 5 MPa dan nilai rasio
dengan Bahaya Geologi Bawah Permukaan
gesekan (FR) 1 - 2 %, ditafsirkan sebagai
pematang pantai (beach deposits). Permasalahan geologi teknik utama di daerah ini
yaitu keberadaan material sedimen berbutir halus,
Perkembangan sikuen fasies lempung – lanau,
kohesif, konsistensi sangat lunak hingga lunak dan
lempung dan pasir saling membaji di beberapa
material sedimen pasir – lanau dengan kepadatan
tempat dengan ketidakmenerusan. Di bagian
relatif sangat lepas – lepas. Berdasarkan kriteria
tengah penampang ini fasies lempung menebal
dan ciri litologi dari pemboran teknik dan pola
dengan membentuk cekungan hingga mencapai
kurva CPTu, menunjukkan bahwa pada sedimen
kedalaman – 20 meter. Kondisi bawah permukaan
Kuarter Cekungan Bali Selatan terjadi perulangan
lintasan B – A’ bagian selatan tersusun oleh
litofasies yang dipengaruhi oleh proses
lapisan lempung mulai kedalaman 5 hingga 18
pengangkatan dan penurunan akibat tektonik
meter, di bagian atas diendapkan pasir dan
disertai gelombang pasang surut, kondisi arus dan
setempat kerikil yang ditandai dengan nilai
geometri cekungan. Hal ini terlihat dari sikuen
tahanan konus (qt) yang tinggi > 10 MPa dan nilai
litofasies yang tidak menerus dan terlihat saling
FR kecil (0,4 - < 1%), menunjukkan
membaji di beberapa kedalaman mulai – 1 hingga
kecenderungan menghalus ke atas dan nilai-nilai
– 20 m, dimana penampang arah barat - timur
yang sangat kontras, ditafsirkan sebagai endapan
bagian utara daerah Pendungan – Sanur Barat –
fluviatil yang berupa saluran sungai (river channel
Serangan yang didominasi oleh material sedimen
deposits) (Boggs, 2006). Berdasarkan penampang
lempung dan lanau sangat lunak – lunak. Zona ini
yang diperoleh ini menunjukkan bahwa ketebalan
terbentuk oleh kondisi arus tenang, tekstur dan
endapan Kuarter di cekungan ini mencapai
butiran halus yang menggambarkan lingkungan
kedalaman kurang lebih 20 meter, selanjutnya di
pengendapan laguna pantai. Sedangkan
bagian bawah merupakan batuan dasar berupa
penampang arah barat - timur bagian selatan
batugamping yang masif.
Kedonganan – Tanjung Benoa – Serangan yang
Karakteristik geologi teknik pada sedimen didominasi endapan material lanau – pasir halus
cekungan Kuarter di daerah Serangan – Tuban – lepas - pasir, berukuran pasir halus – sedang dan
Tanjung Benoa, Bali Selatan dari hasil uji N-SPT, setempat campuran pecahan material kerang,
CPTu dan uji laboratorium terdapat pada Tabel 3. pengaruh arus gelombang pasang surut sehingga
Terlihat bahwa pada kedalaman mulai 0 hingga – garis pantai sering berpindah seiring berjalannya
20 meter di bagian utara seperti di Sanur Barat – waktu sebagai respon dari perubahan sea level
Pendungan – Serangan terdapat lapisan lempung, ataupun pasokan sedimen, tekstur butiran
lanau dan sedikit tanah organik, nilai N-SPT menghalus ke arah atas yang menggambarkan
antara 1 – 4, nilai tahanan konus qt < 5 MPa, nilai lingkungan pengendapan pematang pantai.
fraksi rasio 1 – 5 persen, nilai OCR rendah < 1 –
2. Pengujian Atterberg contoh lempung dan lanau
menghasilkan rentang batas cair l8,45 – 158,5%,
46
Gambar 4. Penampang geologi bawah permukaan di daerah Bandara – Pendungan – Sanur Barat – Serangan dan
Kedonganan – Tajungbenoa – Serangan, Bali Selatan.
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.1, Juni 2016, 41 - 54
47
Soebowo / Geologi Teknik Sedimen Kuarter dan Bahaya Amblesan, Likuifaksi di Serangan – Tuban – Tanjung Benoa, Bali.
Kedalaman Lokasi Lingkungan N-SPT Tahanan Konsistensi Kepadatan USCS Kuat Geser Bahaya
(m) Sedimen Konus, qt dan OCR Relatif Tak
Kuarter dan (Mpa) (%) teralirkan
Material FR (%) Su (kPa)
0,5 - 15 DH-01, 02, Laguna pesisir 1-2 <2 Sangat - ML, 0,5 - 8 Amblesan,
CPT 01, 02, Lempung, lanau 2-5 lunak MH, Likuifaksi
10 sedikit organik <1-2 OL
0 – 4, DH-01, 02, Dataran pantai 2-4 2–5 Lunak Sangat CH, 12 - 25 Amblesan,
12 – 20 03, 04, 05, 1-2 1-2 lepas OH Likuifaksi
06; CPT 17, Lanau, lempung .> 15
02, 28
0 - 15 DH-01, 02, Pematang pantai 4-8 5 – 10 Sangat SW- 25 - 50 Likuifaksi
CPT 01, 02, Lanau,pasir halus <1 lepas SM
10 - sedang .> 15
1,5 - 15 DH-01, 02, Endapan Saluran 8 - 15 8 – 10 Lepas SP-SW 50 - 100
04, 05, 06, /channel deposits <1 15 - 30
07, CPT pasir kasar,
1,3,6, 15, 18, kerikil, gravel
29
1,5 - 10 DH-01, 02, Penghalang 15 - 30 10 - 15 Padat SW-SP 100 - 200
05, 08, CPT pantai/beach 35
1,3,18,33, 34 barrier
Pasir halus- kasar
10 - 25 DH-01, 02, Laut dangkal 46 - . > .>15 Agak padat SP .> 200
03, 04, 05, Batugamping 50 60 - 85
06, 07, 08; Batupasir tuf
CPT 1,3,6, 8, masif
15, 18, 29,
Gambar 5 menyajikan penampang geologi teknik ketebalan 0,2 – 12 m. Sebaran endapan rentan
dan konsistensi material lempung lunak – sangat likuifaksi ini terdapat di daerah Kedonganan,
lunak dan sebaran ketebalan lempung lunak. Tanjung Benoa, Serangan, dan bagian selatan
Karakteristik dicirikan dengan nilai N-SPT 1 – 4, Pendungan merupakan bagian dari pematang
nilai qt < 0.4 MPa, nilai OCR ≤ 1 hingga 2, nilai pantai dan sebagian pada wilayah reklamasi di
kuat geser tak teralirkan (Su) pada lanau - Serangan.
lempung 0,5 - 25 kPa menunjukkan konsistensi
tanah lunak hingga sangat lunak (Das, 1997). KESIMPULAN
Gambar 6 memperlihatkan material lempung Hasil analisis geologi dan geologi teknik
sangat lunak – lunak terkonsentrasi di kedalaman menunjukkan bahwa sedimen Kuarter di daerah
– 0,5 hingga –20 meter membentuk pola cekungan Pendungan – Sanur Barat, Bali Selatan merupakan
yang tersebar di Pendungan – Sanur Barat – endapan laguna pantai yang dicirikan oleh
Serangan. Dengan demikian, pada zona ini, material lempung dengan ketebalan sekitar 20
material lempung memiliki daya dukung rendah meter, tingkat konsistensi lempung sangat lunak
dan berpotensi ambles. hingga lunak dengan nilai qt < 5 MPa dan nilai N-
Gambar 7 dan 8, memperlihatkan penampang SPT < 4 mengindikasikan rentan amblesan.
geologi teknik dan sebaran ketebalan material Daerah Kedonganan – Tanjungbenoa – Serangan
sedimen pasir sangat lepas – lepas, butiran halus – yang merupakan endapan pematang pantai berupa
lanau dengan muka airtanah yang dangkal –0,4 material pasir berukuran halus – sedang, tingkat
hingga -1 meter. Dalam kondisi dinamik akibat kepadatan sangat lepas hingga lepas dengan nilai
goncangan gempabumi, material lanau, pasir qt < 10 MPa dan nilai N-SPT < 10
sangat lepas – lepas dapat mengalami kenaikan mengindikasikan kerentanan likuifaksi apabila
tekanan pori transien secara cepat, sehingga terjadi goncangan gempabumi berskala cukup
kekuatan ikatan antar butir tanah pasiran besar. Dengan demikian di lokasi-lokasi tersebut
menghilang dan terjadi likuifaksi. Material rentan perlu mendapat perhatian dalam upaya
likuifaksi ini mempunyai kepadatan sangat lepas - pengurangan risiko bahaya amblesan dan
lepas, nilai N-SPT < 4 - 10, qt < 5 MPa dengan likuifaksi.
48
Gambar 5. Penampang geologi teknik dan sifat konsistensi bawah permukaan di Ngurahrai – Pendungan – Sanur Barat - Serangan, Bali
Selatan.
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.1, Juni 2016, 41 - 54
49
50
Gambar 6. Peta sebaran ketebalan lempung lunak dalam kaitannya dengan ancaman bahaya amblesan di Pendungan – Sanur Barat -
Serangan – Tanjung Benoa, Bali Selatan.
Soebowo / Geologi Teknik Sedimen Kuarter dan Bahaya Amblesan, Likuifaksi di Serangan – Tuban – Tanjung Benoa, Bali.
Gambar 7. Penampang geologi teknik dan kepadatan relatif bawah permukaan di Kedonganan – Tanjung Benoa - Serangan, Bali Selatan.
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.1, Juni 2016, 41 - 54
51
52
Gambar 8. Peta sebaran ketebalan pasir sangat lepas – lepas dalam kaitannya dengan ancaman bahaya likuifaksi di Kedonganan –
Tanjung Benoa - Serangan, Bali Selatan.
Soebowo / Geologi Teknik Sedimen Kuarter dan Bahaya Amblesan, Likuifaksi di Serangan – Tuban – Tanjung Benoa, Bali.
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.1, Juni 2016, 41 - 54
53
Soebowo / Geologi Teknik Sedimen Kuarter dan Bahaya Amblesan, Likuifaksi di Serangan – Tuban – Tanjung Benoa, Bali.
54