Anda di halaman 1dari 13

BAB III

TINJAUAN KHUSUS

3.1 SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA


SELATAN
3.1.1 Profil
Kantor Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan
berlokasi di Jl. Radio I No. 8, Rt.03/Rw.04, Kramat Pela Kebayoran
Baru Jakarta Selatan. Suku Dinas Kesehatan dibentuk pada tahun
2009 yang merupakan penggabungan dari 2 (dua) suku dinas, yaitu
Suku Dinas Kesehatan Masyarakat dan Suku Dinas Pelayanan
Kesehatan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibu
Kota Jakarta Nomor 10 Tahun 2008. Suku Dinas Kesehatan dalam
pelaksanaan peran dan fungsinya mempunyai struktur tertentu
sebagaimana diatur oleh Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 278
Tahun 2016. Dalam peraturan tersebut Suku Dinas Kesehatan terdiri
dari Sub bagian Tata Usaha (TU), Seksi Kesehatan Masyarakat, Seksi
Sumber Daya Kesehatan, Seksi Pelayanan Kesehatan dan Seksi
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit(P2P).
Suku Dinas Kesehatan yang dipimpin oleh Seorang Kepala Suku
Dinas. Kepala Suku Dinas Kesehatan DKI Jakarta secara teknis dan
administrasi berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas Kesehatan serta secara operasional berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota JakartaSelatan.
3.1.2 Visi dan Misi
1. Visi
Jakarta Selatan Kota Berbudaya Sehat yang warganya terlibat
dalam mewujudkan kesehatan bagi semua Tahun 2022.
Visi tersebut bermakna terwujudnya Jakarta Selatan:
a. Dihuni oleh penduduk yang memiliki kesadaran dan
kemandirian budaya hidup sehat

29
b. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan untuk seluruh
warga
c. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular serta Penyakit
Tidak Menular
d. Meningkatkan Kesehatan Masyarakat melalui Keluarga Sehat
e. Meningkatnya kualitas dan respon time pelayanan kesehatan
gawat darurat
f. Terwujudnya Sumber Daya Kesehatan sesuai standar
2. Misi
Misi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan:
a. Meningkatkan pelayanan kesehatan perorangan, kesehatan
masyarakat dan gawat darurat kesehatan dengan prinsip
pelayanan kesehatan prima danbermutu
b. Mencegah dan mengendalikan masalah gizi, penyakit menular,
penyakit tidak menular, dan penyakit-penyakit yang berbasis
lingkungan
c. Meningkatkan Keluarga Sehat dengan pemberdayaan
masyarakat, Promosi Kesehatan, Gizi seimbang, Kesehatan
Keluarga serta Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan
Olahraga
d. Menyelenggarakan manajemen administrasi sesuaistandar
e. Meningkatkan kualitas tenaga kesehatan sesuai standar
kompetensi
f. Meningkatkan kualitas Sarana Farmasi, Alat Kesehatan dan
IRTP
g. Menggalang kemitraan dengan berbagai sektor dan seluruh
potensi yang ada dimasyarakat

30
3.1.3 Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta
Selatan

3.1.4

3.2 PUSKESMAS KECAMATAN SETIA BUDI


3.2.1 Profil
Puskesmas Kecamatan Setiabudi merupakan salah satu dari 10
Puskesmas Kecamatan yang ada di Kota Administrasi Jakarta Selatan.
Puskemas Kecamatan Setiabudi terletak di Jl. Halimun No. 13 Jakarta
Selatan, DKI Jakarta. Puskesmas ini terdiri dari 4 (empat) lantai.
Dalam melaksanakan tujuan dan fungsinya, puskesmas Kec. Setiabudi
didukung oleh 6 unit puskesmas kelurahan yaitu:
a. Puskesmas Kelurahan Setiabudi
b. Puskesmas Kelurahan Karet Kuningan
c. Puskesmas Kelurahan Menteng Atas
d. Puskesmas Kelurahan Pasar Manggis
e. Puskesmas Kelurahan KuninganTimur
f. Puskesmas Kelurahan Karet
3.2.2 Visi dan Misi
A. Visi

31
Puskesmas Kecamatan Setiabudi teladan, bermartabat, dan
berbudaya sehat tahun 2022.
B. Misi
1. Mewujudkan pelayanan kesehatan yangparipurna
2. Menggerakkan masyarakat untuk berbudayasehat
3. Mengembangkan menejemen yangprofessional
4. Mengembangkan SDM yang yangberkualitas
5. Mengembangkan sistem informasi kesehatan yang tepatguna
3.2.3 Fasilitas Puskesmas Kecamatan Setiabudi
Puskesmas Setiabudi merupakan Puskesmas yang memiliki gedung
dengan empat lantai, dimana tiap lantai terdiri dari :
1. Lantai 1 :
- Pendaftaran I dan Kasir
- Pelayanan 24 Jam
- Ruang Persalinan
- Layanan PTM (Penyakit Tidak Menular)
- Layanan Lanjut Usia
- Farmasi
- Layanan Paru
- Pengobatan Tradisional
2. Lantai 2
- Pendaftaran II dan Kasir
- BPJS Center
- Radiologi
- Klinik KIA
- Klinik KB
- Klinik MTBS
- Layanan Umum
- Klinik Gizi
- Klinik Nifas
- Ruang Laktasi
3. Lantai 3

32
- Klinik Sanitasi
- Klinik Gigi dan Mulut
- Laboraturium
- Psikologi
- Layanan Jiwa dan Napza
- Layanan VCT/IMS
- Layanan PKPR
- Ruang Kepala Puskesmas
- Ruang Tata Usaha
- Ruang Kepegawaian
4. Lantai 4
- Ruang Kesehatan Masyarakat
- Ruang Pengadaan
- Ruang WMM
- Aula
- Musholla
3.2.4 Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Setiabudi
3.2.5 Pelayanan Kefarmasian di Puskeskmas Setiabudi
A. Pengelolaan Sedian Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
1. Perencanaan
a. Petugas Farmasi membuat Rencana Kebutuhan Obat
(RKO) berdasarkan metode konsumsi, epidemiologi dan
kombinasinya dengan menggunakan Laporan Pemakaian
dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dan stok opname
b. Petugas farmasi memberikan RKO kepada tim
perencanaan puskesmas kecamatan
2. Permintaan
a. Petugas farmasi mengajukan permintaan obat ke bagian
pengadaan dengan membuat Kerangka Acun Kerja (KAK)
dan Rencana Anggaran Biaya (RAB)

33
b. Petugas farmasi melakukan monitoring terhadap
permintaan yang sudah distujui oleh Kepala Puskesmas
Kecamatan.
3. Penerimaan
a. Panitia Penerima Hasil Pekerjaan Barang/Jasa menerima
perbekalan Farmasi dari piak distributor dengan
menyesuaikan perbekalan farmasi yang diterima dengan
DO (Delivery Order) pengiriman atau berita acara serah
terima obat.
b. Panitia Penerima Hasil Pekerjaan Barang/Jasa
menyerahkan perbekalan farmasi ke penyimpan barang.
c. Penyimpan barang menyerahkan perbekalan farmasi ke
petugas gudang.
d. Petugas Gudang menyusun obat atau bahan medis habis
pakai di lemari obat dengan mengelompokkan secara
alfabetis dengan system FEFO dan FIFO.
e. Petugas gudang mencatat jumlah, tanggal kadaluarsa dan
no. betch obat atau bahan medis habis pakai ke kartu stok.
4. Penyimpanan
a. Petugas farmasi menyimpan obat dalam wadah asli dari
pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi
dipindahkan pada wadah lain., maka harus dicegah
terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang
jelas pada wadah baru. Wadah sekurang- kurangnya
memuat nama obat dan tanggal kadaluars.
b. Petugas farmasi menyimpan obat pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan mutu dan stabilitasnya.
Suhu penyimpanan :
Suhu Sejuk : 15 – 25 ℃
Suhu Kamar : 25 – 20 ℃
Suhu Dingin : 2 – 8 ℃

34
c. Petugas farmasi menyimpan obat dengan memperhatikan
bentuk sediaan dan kelas terapi obat atau disusun secara
alfabetis.
d. Petugas farmasi melakukan pengeluaran obat memakai
system FEFO (First Expired Fisrt Out) dan FIFO (First In
First Out).
5. Pendistribusian
a. Petugas farmasi (penanggung jawab gudang membuat
surat bukti keluar barang/perbekalan farmasi berdasarkan
surat bukti permintaan barang/perbekalan farmasi untuk
setiap unit pelayanan yang ditanda tangani oleh
penanggung jawab gudang dan penanggung jawab unit
pelayanan.
b. Petugas farmasi mengambil barang/perbekalan farmasi
sesuai dengan surat bukti permintaan barang/perbekalan
farmasi dengan cara FIFO dan FEFO.
c. Petugas farmasi mencatat semua barang/perbekalan
farmasi yang dikeluarkan pada kartu stok pengeluaran
barang.
d. Petugas farmasi melakukan pendistribusian
barang/perbekalan farmasi kepada masing – masing unit
pelayanan sesuai dengan surat bukti permintaan
barang/perbekalan farmasi.
Jadwal permintaan barang/perbekalan farmasi untuk
puskesmas kecamatan dan kelurahan dan kelurahan
dijadwalkan setiap bulan dua kali :
1. Jadwal pendistribusian obat : minggu pertama dan
ketiga setiap bulannya.
2. Jadwal pendistribusian bahan medis habis pakai :
minggu kedua dan ketiga setiap bulannya.

35
e. Penanggung jawab unit pelayanan harus menandatangani
surat bukti permintaan barang/perbekalan farmasi yang
diminta.
6. Pengendalian
a. Petugas gudang menerima daftar permintaan
barang/perbekalan farmasi dari unit yang meminta
barang/perbekalan farmasi.
b. Petugas gudang menyiapkan permintaan
barang/perbekalan farmasi.
c. Petugas gudang mengisi kartu stok sebagai bukti
pengendalian barang/perbekalan farmasi.
7. Pencatatan dan Pelaporan
a. Petugas farmasi menghitung pengeluaran obat harian
b. Petugas farmasi memasukkan data pengeluaran obat harian
ke dalam computer.
c. Petugas farmasi membuat laporan penggunaan dan
permintaan obat per bulan (LPLPO).
8. Pemantauan dan Evaluasi
a. Petugas farmasi melihat hasil sisa stok pada LPLPO.
b. Petugas farmasi melakukan perencanaan atau permintaan
jika sisa stok tidak memenuhi.
c. Petugas farmasi melakukan evaluasi berdasarkan LPLPO
yang sudah dibuat.

36
B. Pelayanan Farmasi Klinik
1. Pengkajian dan Pelayanan Resep
- Alur Pelayanan Resep di Puskesmas Setiabudi

Pasien Ambil Nomor Antrian

Tulis Nomor Antriab Kmar


Pasien Obat Pada No Antrian Unit
Layanan

Memastikan Nomor Antrian


Petugas Farmasi Unit Farmasi Sudah Tertulis
pada Lembar Antrian Unit
Layanan Farmasi

Petugas Farmasi Sesuaikan dengan Resep


yang Keluar dari Printer
Thermal

Petugas Farmasi Skrining Resep

Petugas Farmasi Dispensing Obat

Penyerahan dan Pemberian


IInformasi Obat

- Skrining Resep
 Petugas farmasi melakukan pemeriksaan kelengkapan dan
keabsahan resep meliputi nama dokter, No. SIP, tanggal
resep, asal unit layanan resep, nama pasien dan umur
pasien/tanggal lahir.

37
 Petugas farmasi melakukan pemeriksaan kesesuaian
farmasetik meliputi bentuk sediaan, kekuatan sediaan, dosis,
jumlah obat, stabilitas, ketersediaan obat, aturan
penggunaaan obat, cara penggunaan obat dan
inkompatibilitas.
 Petugas farmasi mengkaji aspek klinis dengan cara
melakukan patient assessment kepada pasien yaitu adanya
alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, indikasi,
waktu penggunaan), kontraindikasi dan efek adktif.
 Petugas farmasi mengkomunikasikan ke dokter tentang
masalah resep apabila diperlukan.
2. Pemberian Informasi Obat
Pemberian informasi penggunaan obat
- Petugas farmasi melakukan pemeriksaan akhir sebelum
dilakukan penyerahan (kesesuaian antara obat dengan resep.
- Petugas farmasi memanggil pasien berdasarkan nomor urut
antrian kamar obat.
- Petugas farmasi memberikan informasi berdasarkan resep.
- Petugas farmasi menyampaikan hal – hal yang penting
kepada pasien mengenai :
 Jumlah, jenis dan kegunaan masing – masing obat
 Waktu penggunaan masing – masing obat
 Cara penggunaan masing – masing obat
 Efek samping obat
- Petugas farmasi mendokumentasikan form lembar
pemberian informasi pengguaan obat
3. Konseling
a. Petugas farmasi membuka komunikasi dengan
pasien/keluarga pasien.
b. Petugas farmasi menanyakan 3 pertanyaan kunci (Prime
Question) menyangkut obat yang dikaitkan oleh dokter
kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka.

38
- Untuk resep baru dengan prime question :
 Apa yang telah dokter katakana mengenai obat ini ?
 Bagaimana dokter menerangkan cara pemakaian
obat ?
 Apa hasil yang diharapkan dokter dari pengobatan
ini ?
- Untuk resep ulang :
 Apa gejala atau keluhan yang dirasakan pasien.
 Bagaimana cara pemakaian obat.
 Apakah ada keluhan selama menggunakan obat.
c. Petugas farmasi memperagakan dan menjelaskan mengenai
pemakaian obat tertentu, seperti inhaler, supposotoria, obat
tetes dll.
d. Petugas farmasi mengecek pemahaman pasien.
e. Petugas farmasi mengidentifikasi masalah pengobatan
yang ditemukan.
f. Petugas farmasi menyelesaikan masalah yang berhubungan
dengan cara penggunaan obat untuk pengoptimalan terapi.
g. Petugas farmasi melakukan pencatatan konseling yang
dilakukan pada formulir konseling.
4. Monitoring Efek Samping Obat
a. Pemberian Informasi Efek Samping Obat
- Petugas farmasi melakukan pemeriksaan akhir sebelum
dilakukan penyerahan (kesesuaian antara obat dengan
resep.
- Petugas farmasi memanggil pasien berdasarkan nomor
urut antrian kamar obat.
- Petugas farmasi memberikan informasi berdasarkan
resep.
- Petugas farmasi memberikan informasi efek samping
obat tertentu kepada pasien.

39
- Petugas farmasi menginformasikan kepada pasien
bahwa apabila tejadi efek samping obat segera kembali
ke dokter
b. Pelaporan Efek Samping Obat
- Tenaga medis menerima keluhan dari pasien mengenai
Efek Samping Obat (ESO).
- Tenaga medis menanyakan riwayat alergi sebelumnya
- Tenaga medis meminta obat yang diminum pasien dan
mencocokkan dengan catatan terapi dalam Rekam
Medis (RM)
- Tenaga medis memastikan keluhan yang dilaporkan
terjadi karena ESO
- Tenaga medis menentukan kemungkinan jenis obat
yang menjadi penyebab alergi
- Tenaga medis menulis dalam rekam medis tentang
alergi obat
- Tenaga medis memberi informasi kepada pasien
mengenai jenis obat yang menyebabkan alergi
- Tenaga medis mencatat kejadian ESO di buku
pelaporan ESO
- Petugas farmasi melaporkan efek samping obat secara
berkala kepada ketua tim Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien (PMKP)
5. Pemantauan Terapi Obat
Pemantauan terapi obat dilakukan agar pasien yang
dikonselingkan. Sudah terlaksana maksimal pada pasien.
Pemantauan dilakukan dengan melihat perkembangan kondisi
pasien, ada tidaknya kejadian efek samping selama
penggunaan obat, keberhasilan terapi, dan ketepatan terapi
yang telah diberikan.

40
6. Evaluasi Penggunaan Obat
Evaluasi penggunaan obat ini terutama dilakukan
padapenyakit ISPA non pneumonia, diare non spesifik, dan
mialgia. Evaluasi dilakukan dengan melakukan random
sampling terhadap reseppasien berpenyakit tersebut dan
melihat obat-obatan yang diresepkan. Kegiatan ini dilakukan
rutin setiap bulan dan hasilnya dirangkum dalam formulir
tertentu untuk evaluasi Penggunaan Obat Rasional (POR).
Indikator peresepan untuk POR terdiridari:
a. Penggunaan antibiotika pada ISPA Non Pneumonia
maksimal 20%
b. Penggunaan antibiotika pada Diare Non Spesifik
maksimal8%
c. Penggunaan injeksi pada Myalgia maksimal 1%

41

Anda mungkin juga menyukai