Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA


SELATAN
4.2 PUSKESMAS KECAMATAN SETIABUDI
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Institur Sains dan Teknologi
Nasional di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan Periode
Oktober 2019, Mahasiswa diberi kesempatan untuk melaksanakan kegiatan di
Puskesmas Kecamatan Kota Administrasi Jakarta Selatan. Kami (Atri Depsa
dan Nadya Gustiana) berkesempatan melaksanakan PKPA di Puskesmas
Kecamatan Setiabudi pada tanggal 14 Oktober 2019 hingga 24 Oktober 2019.
4.2.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
1. Perencanaan
Sistem pengelolaan sediaan farmasi yang terdapat di puskesmas
kecamatan Setiabudi dimulai dari sistem perencanaan kebutuhan
obat dengan menggunakan metode pola kebutuhan/konsumsi,
metode pola penyakit dan LPLPO dengan memperhitungkan waktu
kekosongan obat, buffer stock, serta masa kadaluarsa masing-masing
obat. Obat- obat yang direncanakan untuk diadakan ini adalah obat-
obatan yang termasuk dalam Formularium Nasional puskesmas
(Fornas) maupun obat- obat non formularium puskesmas. Setiap
puskesmas kelurahan yang dibawahi puskesmas kecamatan
Setiabudi harus membuat dan mengirimkan LPLPO kepuskesmas
kecamatan Setiabudi setiap bulannya. Selanjutnya, dari Bagian
perencanaan menyusun rencana permintaan obat, dan bahan medis
habispakai dengan mengacu pada LPLPO tersebut dalam bentuk
Rencana Kebutuhan Obat (RKO) yang dibuat setiap tahunnya. Data
RKO yang telah disetujui oleh kepala puskesmas kemudian
dikirimkan ke Sukudinas Kesehatan melalui aplikasi e-monev lalu di
verifikasi oleh pihak Suku Dinas Kesehatan kemudian dilanjutkan
ke Dinas Kesehatan lalalu kemudian ke Kementrian Kesehatan.
Setelah di analisis dan di setujui oleh Kementrian Kesehatan, khusus
untuk obat-obatan yang termasuk dalam obat-obat
program,dilakukan pengadaan oleh pihak Kementrian Kesehatan,
lalu dikirimkan secara berjenjang (bottom-up) ke puskesmas.
Sedangkan untuk obat-obatan lain hanya sebatas pengajuan RKO
setelah RKO di setujui oleh pihak Kentrian Kesehatan, puskesmas
kecamata Setiabudi dapat melakukan pengadaan sendiri secara E-
Purchasing melalui E-catalog.
2. Permintaan
Permintaan obat dilakukan agar dapat mendukung berjalannya
pelayanan farmasi di puskesmas kecamatan Setiabudi dengan baik.
Permintaan obat ataupun alat kesehatan harus disertai dengan
Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
yang dibuat berdasarkan RKO yang dikirim ke Dinas Kesehatan.
Dari pelaporan itulah dapat diketahui jumlah kebutuhan obat yang
harus disiapkan setiap tahunnya. Permintaan juga dilaporkan secara
berjenjang ke Dinas Kesehatan. Bagian pengadaan bertugas
memproses pengadaan obat yang dibutuhkan di unit pelayanan
kesehatan puskesmas.
Sumber Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) digunakan untuk
pembelian barang/alat aset puskesmas dan untuk pembelian barang
operasional serta sebagai cadangan bila terjadi kurangnya obat dari
yang dianggarkan atau jika ada Kejadian Luar Biasa (KLB).
Pengadaan obat dilakukan dengan beberapa cara yaitu, pembelian
(e-purchasing, tender atau kontrak payung, dan pengadaan
langsung), dropping obat program dan hibah. Untuk pengadaan
secara e-purchasing dilakukan untuk obat-obat yang terdapat pada e-
catalog yang telah memiliki harga satuan standar untuk obat.
Sedangkan untuk obat yang tidak terdapat pada e-catalogue,
pengadaan dilakukan dengan pembelian kepada pemenang lelang
kontrak paying yang disetujui oleh Badan Pelayanan Pengadaan
Barang dan Jasa (BPPBJ) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Selain cara diatas terdapat pula pembelian langsung untuk obat-obat
tertentu yang pengadaannya tidak terdapat pada e-catalogue akan
tetapi melalui Pedagang Besar Farmasi. Pengadaan dilakukan
bertahap tiap tahunnya dengan menyerahkan Kerangka Acuan Kerja
(KAK). Terdapat beberapa obat program di Puskesmas Kecamatan
Setiabudi yaitu imunisasi, vaksin, TB, malaria, jiwa dan ARV. Obat
TB dan vaksin didapat melalui permintaan langsung kepada
Sudinkes setiap bulannya sedangkan untuk obat ARV permintaan
dilakukan melalui online ke web.
3. Penerimaan
Barang dari distributor/PBF diterima oleh bagian pengadaan barang
yang kemudian melakukan pemeriksaan dan pengecekan kesesuaian
antara barang yang datang dengan yang dipesan. Hal-hal yang perlu
dicek adalah jumlah, jenis, spesifikasi, tanggal kadaluarsa, serta
nomor batch. Jika telah sesuai faktur pembelian ditanda tangani oleh
petugas, penulisan tanggal penerimaan barang, dan stempel sebagai
alat bukti. Selanjutnya dilakukan serah terima dari tim pegadaan
barang kepada tim penyimpan barang yang kemudian diserahkan
kepada penanggung jawab obat, alat kesehatan dan bahan ,medis
habis pakai di puskesmas.
4. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan menyimpanan dan
memeliharaan dengan cara menempatkan obat-obatan, reagen,
alatkesehatan yang ada pada tempat yang dinilai aman dari
pencurian serta terhindar dari gangguan kerusakan fisik maupun
kimia yang dapat merusak mutu produk tersebut. Pada puskesmas
kecamatan Setiabudi, penyimpanan sediaan farmasi dan alat
kesehatan serta vaksin dilakukan digudang yang terpisah dengan
menggunakan sistem First Expired First Out (FEFO) dan First In
First Out (FIFO) serta diberi penandaan berupa stiker persegi
berbeda warna yaitu warna ungu untuk tahun 2020, warna merah
mudah untuk tahun 2021, warna biru untuk tahun 2022, orange
untuk tahun 2023, hijau untuk tahun 2024, untuk menunjukkan masa
kadaluarsa sehingga mudah untuk mengetahui mana obat-obat yang
memiliki masa kadaluarsa paling dekat, untuk obat yang berpotensi
membahayakan jika penggunaanya salah maka ditempelkan sticker
High Allert guna sebagai penanda dan pengingat.
Penyimpanan di gudang sediaan farmasi dilakukan dengan
menggolongkan obat berdasarkan abjad dan bentuk sediaan
sedangkan untuk gudang alat kesehatan tidak mengelompokkan
berdasarkan abjad. Terdapat kondisi penyimpanan khusus seperti
vaksin yang disimpan dalam lemari pendingin, narkotika dan
psikotropika di lemari dengan kunci ganda serta alat kesehatan yang
biayanya mahal disimpan dilemari terkunci juga terdapat pengatur
suhu ruangan untuk memastikas stabilitas penyimpanan obat di
gudang obat. Sedangkan pada kamar obat di puskesmas, juga
terdapat pengaturan suhu ruangan untuk memastikan stabilitas obat
dan bahan medis habis pakai yang disimpan mutunya tetap terjaga
baik. Sistem peyimpanan di kamar obat puskesmas kecamatan
dilakukan dengan menggolongkan obat sesuai bentuk sediaan
kemudian diurutkan secara alfabetis. Untuk obat ARV dan OAT
diletakkan dalam lemari tersendiri, terpisah dari lemari obat lainnya.
Untuk obat golongan narkotik dan psikotropika disimpan dalam
lemari obat dengan kunci ganda. Untuk obat-obatan yang memiliki
kemasan ataupun nama yang mirip ditempelkan sticker LASA (Look
Alike and Sound Alike) pada laci penyimpanan dan penempatannya
dipisahkan satu baris. Setiap penyimpanan juga disertakan dengan
kartu stok. Stok opname dilakukan setiap bulannya untuk
menghindari kehilangan dan kerusakan fisik.
5. Pendistribusian
Pendistribusian obat dari gudang obat kekamar obat serta poli terkait
baik ke puskesmas kecamatan itu sendiri ataupun puskesmas
kelurahan dilakukan oleh penanggung jawab gudang. Puskesmas
Kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Setiabudi, yang
meminta obat dan bahan medis habis pakai ke gudang farmasi di
Puskesmas Kecamatan harus menggunakan Surat Permintaan
Barang dan gudang akan mengeluarkan Surat Bukti Barang Keluar
(SBBK). Surat Bukti Barang Keluar dibuat 2 rangkap, surat yang
asli untuk petugas gudang dan satu lagi untuk petugas Puskesmas
Kelurahan yang meminta obat dan bahan medis habis pakai sehingga
dapat menyesuaikan barang yang datang.
Petugas gudang akan menyiapkan obat dan bahan medis habis pakai
yang dipesan oleh masing-masing Puskesmas Kelurahan. Namun
tidak semua barang yang dipesan akan diberikan, karena akan
disesuaikan dengan sisa stok yang ada di gudang farmasi. Setelah
barang disiapkan oleh petugas gudang, petugas dari masing-masing
Puskesmas Kelurahan akan datang langsung mengambil dan
memeriksa kesesuaian item dan jumlah obat dan bahan medis habis
pakai yang telah dipesan dan ada berita acara serah terima barang.
Pendistribusian Obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan
permintaan dari tiap puskesmas kelurahan di kecamatan Setiabudi,
di lakukan tiap bulan pada akhir bulan.
6. Pemusnahan dan Penarikan
Kegiatan pemusnahan obat kadaluwarsa di Puskesmas Kecamatan
Setiabudi dicatat dalam Berita Acara Pemusnahan (BAP) obat.
Secara teknis pemusnahan dilakukan dengan cara, unit farmasi
mengumpulkan sediaan obat dan bahan medis habis pakai yang telah
kadaluwarsa lalu di pisahkan dari kemasan primernya dan dalam
keadaan rusak, obat-obat tersebut diserahkan ke pihak kesehatan
lingkungan di sertai dengan penandatanganan berita acara
pemusnahan obat untuk kemudian diserahkan ke pihak ke tiga
(transporter) lalu dibawa ketempat pemusnahan (pembawa limbah)
untuk di musnahkan. Untuk obat-obatan psikotropika dan narkotika
yang kadaluwarsa, pemusnahan dilakukan dengan cara unit farmasi
mengajukan permohonan pemusnahan ke Suku Dinas Kesehatan
Jakarta Selatan sehingga dalam pemusnahannya menghadirkan
saksi dari pihak Suku Dinas Kesehatan. Pemusnahan Resep umum
akan dimusnahkan dalam jangka waktu 5 tahun, sedangkan untuk
resep obat narkotika dan psikotropika dimusnahkan dalam jangka
waktu 3 tahun.
7. Pengendalian
a. Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan dilakukan dengan mencatat setiap
penambahan dan pengeluaran barang di kartu stok. Stok opname
dilakukan setiap akhir bulan.
b. Pengendalian Penggunaan
Pengendalian penggunaan obat dilakukan dengan membuat
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
Form LPLPO ini dapat digunakan untuk melaporkan
penggunaan obat setiap bulannya dan dapat juga digunakan
untuk melakukan permintaan obat ke gudang farmasi di
Puskesmas Kecamatan. Selain itu juga selalu di lakukan edukasi
ke dokter berkaitan dengan penggunaan obat-obatan misalkan
obat-obatan yang jarang di resepkan atau obat-obatan yang
mendekati tahun kadaluarsa. Penggunaan obat narkotika dan
psikotropika secara khusus dilaporkan melalui Sistem Pelaporan
Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) yang dilaporkan paling
lambat tanggal 10 setiap bulan.
c. Penanganan Obat Rusak dan Kaduluarsa
Obat yang telah rusak dan kadaluarsa harus dibuang karena
dapat menjadi racun bagi tubuh bila obat-obatan tersebut
dikonsumsi. Tujuan penanganan obat rusak dan kadaluarsa ialah
untuk melindungi pasien dari efek samping penggunaan obat
rusak/kadaluwarsa. Penanganan obat rusak dan kadaluarsa tidak
dilakukan oleh Puskesmas Kecamatan Setiabudi sendiri, tetapi
menggunakan jasa dari pihak ketiga.
8. Pencatatan, Pelaporan dan Pengarsipan
Dokumen yang termasuk dalam bagian pencatatan dan pelaporan
yaitu laporan pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO),
kartu stok dan laporan penggunaan narkotika dan psikotropika.
Dokumen lainnya yaitu diantaranya berita acara pemusnahan obat
kadaluarsa dan rusak. Kartu stok diletakkan di dekat obat (di dalam
lemari apotek). Kolom yang diisi dalam kartu stok meliputi tanggal,
jumlah penambahan (sisa stok), jumlah pengeluaran, nama fasilitas
yang mengeluarkan, sisa persediaan, asal pabrik obat, no.batch, dan
kadaluarsa. Kartu stok dibuat untuk tiap obat. Untuk obat-obat Anti
Retro Viral terdapat pelaporan khusus yang disebut SIHA. Pelaporan
ini berguna untuk analisa penggunaan obat ARV dan pengendalian
persediaan. Untuk Pelaporannya dapat melalui program SIHA yang
dapat diakses melalui www.siha.depkes.go.id. Sedangkan untuk
Pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika menggunakan
SIPNAP yang dapat di akses melalui www.sipnap.kemkes.go.id
tidak lewat dari tanggal 10 setiap bulan. Stok opname dilakukan oleh
Apoteker dan TTK satu kali dalam sebulan atau pada akhir bulan.
Formulir LPLPO diisi dengan benar dengan keterlibatan Apoteker.
Untuk obat yang kadaluarsa dipisahkan dan dilaporkan dan disertai
berita acara pemusnahan obat.
9. Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan
Tujuan dilakukannnya pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat
yaitu untuk mengetahui pola peresepan obat sesuai dengan indikasi,
kesesuaian penggunaan obat dengan pedoman pengobatan, dan
upaya intervensi apa yang harus dilakukan jika terjadi
ketidakrasionalan. Salah satu manfaat yang dirasakan dalam hal
manajerial yaitu dalam perencanaan obat dapat digunakan sebagai
acuan untuk merencanakan obat dan memperkirakan kebutuhan obat
agar lebih efektif dan efisien. Pemantauan dan evaluasi terhadap
sediaan farmasi di puskesmas kecamatan Setiabudi di laporkan
kepada kepala puskesmas. Pelaksanaan pengelolaan sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai dievaluasi dan di monitoring
berdasarkan SPO (Standar Prosedur Operasional). Sedangkan
evaluasi dan monitoring kesesuaian sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai dilakukan berdasarkan fornas. Fornas dapat
dirubah apabila jika ada sediaan farmasi yang sudah tidak diperlukan
agar mengurangi beban obat yang akan ditanggung puskesmas.
4.2.2 Pelayanan Farmasi Klinik
1. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pengkajian resep dilakukan oleh apoteker atau Asisten Apoteker
sebelum melakukan penyiapan obat. Pengkajian resep dilakukan
dengan menyeleksi persyaratan administrasi, farmasetik, dan
persyaratan klinis. Namun, untuk persyaratan adminstrasi belum
terlaksanakan dengan baik dikarenakan keterbatasan waktu dengan
jumlah pasien yang sangat banyak.
Jika terjadi ketidaksesuaian pada persyaratan tersebut, maka
Apoteker atau Asisten Apoteker melakukan klarifikasi dengan cara
menghubungi langsung dokter yang meresepkan. Selanjutnya resep
dan etiket diurutkan sesuai nomor urut kemudian diambil atau
diserahkan pada petugas yang bertugas di bagian peracikan.
Resep kemudian disiapkan sesuai yang tertera dan yang telah
dianalisis. Setelah itu dilakukan penulisan etiket, etiket ditulis
lengkap berisi nama pasien, tanggal, aturan penggunaan obat,
kegunaan obat, tanggal kadaluarsa serta informasi khusus masing-
masing obat. Setiap obat yang telah selesai disiapkan dilengkapi
dengan etiket. Kemudian resep dan obat diurutkan sesuai nomor
antrian resep, nomor antrian resep dipanggil dan dilakukan
identifikasi pasien sesuai resep oleh bagian penyerahan obat. Obat
kemudian diberikan dan disertai dengan informasi cara dan aturan
penggunaanya.
Setelah obat diserahkan, resep kemudian diparaf oleh bagian
penyerahan obat dan pasien. Resep lalu disimpan.
2. Pemberian Informasi Obat
Kegiatan pelayanan informasi obat dilaksanakan ketika penyerahan
resep kepada pasien. Terkait penjelasan cara penggunaan obat, efek
samping dan, indikasi, kontraindikasi dan dosis obat sehingga
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat akan
penggunaan obat yang bijak sehingga masyarakat semakin mengerti
bagaimana cara menggunakan obat yang baik dan benar untuk
peningkatan kesehatan pasien. Dokumentasi dan pelaporan kegiatan
Pemberian informasi Obat masih dilakukan secara manual.
3. Konseling
Konseling di puskesmas kecamatan Setiabudi dilakukan oleh
seorang Apoteker, Konseling dilakukan untuk pasien yang baru
pertama kali meminum obat HIV, TBC ataupun obat-obat untuk
pasien kronis pada saat ini hanya berfokus pada pasie HIV.
Konseling pasien juga diadakan apabila ada permintaan langsung
dari dokter kepada apoteker untuk melaksanakan konseling bagi
pasien tertentu. Akan tetapi konseling yang dilakukan belum
maksimal karena keterbatasan tempat konseling dan waktu dan
hanya ditujukan untuk pasien dengan penyakit menahun yang perlu
kepatuhan meminum obat seperti TBC, HIV. Konseling yang
dilakukan didokumentasi guna mempertimbangkan pengobatan
pasien.
4. Ronde/Visite
Visite tidak dilakukan pada Puskesmas Kecamatan Setiabudi
dikarenakan tidak adanya Rawat Inap.
5. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Seperti halnya konseling MESO juga ditujukkan ditujukan untuk
pasien dengan penyakit menahun yang perlu kepatuhan meminum
obat seperti TBC, HIV, hipertensi dan diabetes. Monitoring Efek
Samping Obat tidak hanya dilakukan oleh Apoteker tetapi perlu
adanya kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya seperti dokter
dan perawat yang menangani pengobatan pasien. Temuan efek
samping obat didokumentasikan dalam formulir Monitoring Efek
Samping Obat untuk selanjutnya dilaporkan pada Badan MESO
secara Online melalui E-MESO BPOM.
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan terapi obat dilakukan pada pasien yang dikonselingkan.
Sudah terlaksana maksimal padapasien yang mengidap HIV dan TB.
Pemantauan dilakukan dengan melihat perkembangan kondisi
pasien, ada tidaknya kejadian efek samping selama penggunaan
obat, keberhasilan terapi, dan ketepatan terapi yang telah diberikan.
7. Evalusi Penggunaan Obat (EPO)
Evaluasi penggunaan obat ini terutama dilakukan pada penyakit
ISPA non pneumonia, diare non spesifik dan mialgia. Evaluasi
dilakukan dengan melakukan random sampling terhadap resep
pasien berpenyakit tersebut di atas dan melihat obat-obatan yang
diresepkan. Kegiatan ini dilakukan rutin setiap bulan dan hasilnya
dirangkum dalam formulir tertentu untuk evaluasi Penggunaan Obat
Rasional (POR). Indikator peresepan untuk POR terdiri dari:
a. Penggunaan antibiotika pada ISPA NonPneumonia maksimal
20%
b. Penggunaan antibiotika pada Diare Non Spesifik maksima l8%
c. Penggunaan injeksi pada Myalgia maksimal 1%

Anda mungkin juga menyukai