Anda di halaman 1dari 9

Nama : Kurniatri Ayu Anggira

NIM : 201925007

UAS : Dasar-Dasar Metalurgi Proses

Dosen : Hastho santoso S.T., M.T

Hari ujian : Senin, 18 Januari 2021

1. Proses hydrometalurgi : Secara garis besar, proses hidrometalurgi terdiri dari tiga
tahapan yaitu,
a. Leaching (pengikisan logam dari batuan dengan bantuan reduktan organic),
Leaching adalah proses pelarutan selektif dimana hanya logam-logam tertentu
yang dapat larut. Pemilihan metode pelindian tergantung pada kandungan logam
berharga dalam bijih dan karakteristik bijih khususnya mudah tidaknya bijih dilindi
oleh reagen kimia tertentu. Secara hidrometalurgi terdapat beberapa jenis
leaching, yaitu : Leaching in Place (In-situ Leaching), Heap Leaching, Vat
Leaching/Percolation Leaching, Agitation Leaching, dan Autoclaving.
b. Pemekatan larutan hasil leaching dan pemurniannya, Larutan hasil leaching
tersebut kemudian dipekatkan dan dimurnikan. Ada tiga proses pemurnian yang
umum digunakan yaitu evaporasi, ekstraksi pelarut dan presipitasi (pengendapan).
Di antara ketiganya, presipitasi adalah yang paling mudah dilakukan, juga lebih
cepat.
c. Recovery yaitu pengambilan logam dari larutan hasil leaching.
2. Prinsip elektrometalurgy ekstraksi adalah suatu elektrolisa dimana penggunaan
tenaga listrik untuk mengendapkan suatu metal atau logam pada salah satu
elektrodanya. Proses elektrometalurgi terdiri atas lima macam yaitu:
a. Suatu elektrolisa di dalam larutan air, terbagi atas : Elektrowinning yang
merupakan tahap pemerolehan kembali suatu logam dari larutannya dengan
menggunakan arus listrik yang diberikan dari luar. Logam yang dihasilkan murni,
maka pengendapan dengan cara ini lebih disukai. Elektrorefining, untuk
mengekstraksi logam-logam sehingga diperoleh logam dengan tingkat kemurnian
yang tinggi dan yan terakhir adalah Elektrodissolution
b. Elektrolisa di dalam larutan garam. Biasanya digunakan untuk mengekstraksi
logam-logam yang sangat reaktif, seperti Al dan Mg.
c. Elektrolisa di dalam larutan zat organik.
d. Elektroplating dan Anodisasi.
e. Korosi logam dan teknik penanggulangannya.
3. Proses Bayer:
a. Reaksi dengan natrium hidroksida
Proses Bayer ditujukan untuk memurnikan alminium oksida. Bauksit yang telah
hancur direaksikan dengan NaOH dengan kepekatan sedang pada suhu 140-240°
C dengan tekanan sekitar 35 atm. Suhu tinggi diperlukan untuk menjaga air dalam
NaOH di atas 100°. Dengan NaOH pekat panas, aluminium oksida bereaksi menjadi
tetrahidroksoaluminat.
Al2O3 + 2 NaOH + 3 H2O → 2 NaAl(OH)4
b. Penggumpalan aluminium hidroksida
Natrium tetrahidroksoaluminat didinginkan, dan disebar dengan aluminium
hidroksida yang dihasilkan sebelumnya. Hal ini akan menyebabkan aluminium
hidroksida akan menggumpal.
NaAl(OH)4 → Al(OH)3 + NaOH
c. Pembentukan aluminium oksida murni
Aluminium oksida (alumina) dibuat dengan memanaskan aluminium hidroksida
pada suhu sekitar 1100-1200° C.
2 Al(OH)3 → Al2O3 + 3 H2O
Aluminium oksida dielektrolisis dalam kriolit (Na3AlF6) yang telah dilelehkan
d. Proses Elektrolisis
Secara sederhana, sel elektrolisis dapat disingkat menjadi seperti diagram berikut:
ekstraksi aluminium
Sel elektrolisis berjalan pada voltase rendah, yaitu sekitar 5-6 volt, tetapi pada arus
tinggi yaitu pada 100000 A. Efek yang ditimbulkan adalah sel suhu menjadi sangat
panas yaitu sekitar 1000° C
Reaksi elektroda yang terjadi selama proses elektrolisis aluminium oksida
merupakan reaksi redoks. Secara singkat, reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut:
Reduksi : Al3+ + 3 e- → Al
Oksidasi : 2 O2- → O2 + 4 e-
4. Tahapan Kegiatan Pertambangan
a. Penyelidikan Umum (Prospeksi)
Prospeksi merupakan kegiatan penyelidikan, pencarian, atau penemuan endapan
mineral berharga yang bertujuan untuk menemukan keberadaan atau indikasi
adanya bahan galian yang memberikan harapan untuk diselidiki lebih lanjut. 2.
Eksplorasi
b. Eksplorasi merupakan kegiatan yang dilakukan setelah prospeksi atau setelah
endapan suatu bahan galian ditemukan yang bertujuan untuk mendapatkan
kepastian tentang endapan bahan galian yang meliputi bentuk, ukuran, letak
kedudukan, kualitas (kadar) endapan bahan galian serta karakteristik fisik dari
endapan bahan galian tersebut.
Metode eksplorasi
Setelah diketahui terdapat bahan galian di suatu daerah dalam kegiatan prospeksi,
maka dilakukanlah eksplorasi dengan metode atau cara antara Iain sebagai
berikut:
1) Untuk mengetahui penyebaran secara lateral dan vertikal dapat dilakukan
dengan cara membuat parit uji, sumur uji, pembuatan adit dam pemboran inti.
2) Untuk mengetahui kualitas bahan galian, diambil contoh bahan galian yang
berasal dari litik percontohan dan dianalisis di laboratorium.
3) Pada beberapa jenis bahan galian juga dapat dilakukan beberapa penyelidikan
geofisik seperti seismic, SP, IP dan resistivity.

Setelah titik percontohan yang dibuat dianggap cukup memadai untuk


mengetahui penyebaran lateral dan vertikal bahan galian, maka dibuat peta
penyebaran cadangan bahan galian dan dilakukan perhitungan cadangan bahan
galian. Selain dari itu, kadang-kadang diperlukan analisis contoh batuan yang
berada di lapisan atas atau bawah bahan galian untuk mengetahui sifat-sifat fisik
dan keteknikannya.

Tahapan Eksplorasi
Tahapan eksplorasi secara umum ada dua, yaitu eksplorasi awal atau pendahuluan
dan eksplorasi detil‘ Penjelasan tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut,
1) Tahap Eksplorasi Pendahuluan
Dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini tingkat ketelitian yang diperlukan
masih kecil sehingga peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi pendahuluan
juga berskala kecil 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000. Adapun langkah-langkah yang
dilakukan pada tahap ini adalah:
- Studi Literatur. Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi eksplorasi
dilakukan studi terhadap data dan peta yang sudah ada (dari survei-survei
terdahulu), catatan-catatan lama, laporan-laporan temuan d||,, lalu dipilih
daerah yang akan di survei. Setelah pemilihan lokasi, ditentukan langkah
berikutnya yaitu; studi faktor geologi regional dan provinsi metalografi dari
peta geologi regional. Hal ini penting dilakukan untuk memilih daerah
eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan
tergantung pada proses geologi yang pernah terjadi, dan tanda-tandanya
dapat dilihat di lapangan.
- Survei dan Pemetaan. Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah
eksplorasi sudah tersedia, make survei dan pemetaan singkapan (outcrop)
atau gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai (peta topografi skala
1:50.000 atau 1 : 25.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu dilakukan
pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta
geologi, maka hal ini sangat menguntungkan, karena survei bisa langsung
ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan yang dicari (singkapan),
melengkapi peta geologi dan mengambil contoh dari singkapan-singkapan
yang penting.
2) Tahap Eksplorasi Detail. Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling
dengan jarak yang lebih dekat (rapat), yaitu dengan memperbanyak sumur uji
atau lubang bor untuk mendapatkan data yang lebih teliti mengenai
penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran
kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak.
3) Studi Kelayakan. Merupakan tahapan akhir dari rentetan penyelidikan awal
yang dilakukan sebelumnya sebagai penemu apakah kegiatan penambangan
endapan bahan galian tersebut layak dilakukan atau tidak. Dasar
pertimbangan yang digunakan meliputi pertimbangan teknis dan ekonomis
dengan teknologi yang ada pada saat ini, dan dengan memperhatikan
keselamatan kerja serta kelestarian lingkungan hidup. Bila tidak atau belum
layak maka data tersebut diarsipkan.
c. Perencanaan Tambang
Perencanaan tambang akan dilakukan apabila sudah ditemukan cadangan bahan
galian yang sudah layak untuk ditambang, dengan tingkat cadangan terukur.
d. Persiapan/Konstruksi (Development)
Persiapan/konstruksi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan
fasilitas penambangan sebelum operasi penambangan dilakukan. Pekerjaan
tersebut seperti pembuatan akses jalan tambang, pelabuhan, perkantoran,
bengkel, mes karyawan, fasilitas komunikasi dan pembangkit listrik untuk
keperluan kegiatan penambangan, serta fasilitas pengolahan bahan galian.
e. Penambangan(Eksploitasi)
Penambangan bahan galian dibagi alas tiga bagian yaitu tambang terbuka,
tambang bawah tanah dan tambang bawah air. Tambang terbuka dikelompokkan
atas quarry strip mine, open cut, tambang alluvial, dan tambang semprot.
Tambang bawah tanah dikelompokkan atas room and pillar, longwall, caving, open
stope, supported stope, dan shrinkage. Sistem penambangan dengan
menggunakan kapal keruk dapat dikelompokkan menjadi tambang bawah air,
walaupun relatif dangkal.
f. Pengolahan/Metalurgi
Bahan galian yang sudah selesai ditambang pada umumnya harus diolah terlebih
dahulu di tempat pengolahan. Hal ini disebabkan antar lain oleh tercampurnya
pengotor bersama bahan galian, perlunya spesifikasi tertentu untuk dipasarkan
serta kalau tidak diolah maka harga jualnya relatif lebih rendah jika dibandingkan
dengan yang sudah diolah. Selain itu, bahan galian perlu diolah agar dapat
mengurangi volume dan ongkos angkut, meningkatkan nilai tambah bahan galian,
dan untuk mereduksi senyawa kimia yang tidak dikehendaki pabrik peleburan.
g. Pemasaran
Jika bahan galian sudah selesai diolah maka dipasarkan ke tempat konsumen.
Biasanya, antara perusahaan pertambangan dan konsumen terjalin ikatan jual beli
kontrak jangka panjang, dan penjualan sesaat.
h. Reklamasi
Merupakan kegiatan untuk merehabilitasi kembali lingkungan yang rusak akibat
penambangan. Reklamasi dilakukan dengan cara penanaman kembali atau
penghijauan suatu kawasan. Reklamasi perlu dilakukan karena Penambangan
dapat mengubah lingkungan fisik, kimia dan biologi seperti bentuk lahan dan
kondisi tanah, kualitas dan aliran air, debu, getaran, pola vegetasi dan habitat
fauna, dan sebagainya. Perubahan ini harus dikelola untuk menghindari dampak
lingkungan yang merugikan seperti erosi, sedimentasi, drainase yang buruk,
masuknya gulma / hama / penyakit tanaman, pencemaran air permukaan / air
tanah oleh bahan beracun dan lain-lain. Reklamasi terdiri dari dua kegiatan yaitu;
pemulihan lahan bekas tambang untuk memperbaiki lahan yang terganggu
ekologinya, dan mempersiapkan lahan bekas tambang yang sudah diperbaiki
ekologinya untuk pemanfaatan lebih lanjut.
5. Prinsip dan mekanisme dari:
a. Froth floatation : pemisahan satu mineral atau lebih dengan mineral lainnya
melalui pengapungan. Media pemisahannya adalah air dan gelembung udara.
Operasi pemisahannya memanfaatkan sifat fisika dan kimia permukaan mineral
yang akan dipisah. Ketika mineral-mineral bijih berada dalam air, maka
permukaan-permukaan mineral tersebut akan merespon air sesuai dnegan sifat
kimia-fisikanya.
b. Rotary kiln : pada proses ini diperlukan udara sebagai sumber oksigen yang akan
mengkonversi batubara menjadi gas reactor CO melalui pembakar parsial.dari
pembakaran ini diperoleh panas yang dibutuhkan untuk reaksi reduksi. Sponge
besi dapat dipisahkan dari char dan kapur bakar dengan menggunakan magnetic
separator. Sedangkan arang dipisah dengan menggunakan metode gravitasi.
c. Leaching : prinsip kerja dari proses leaching adalah pelarut akan melarutkan
sebagian padatan sehingga bahan terlarut yang diinginkan diperoleh, setelah itu
dilakukan proses pemisahan larutan yang terbentuk dari padatan sisa.
d. Destilasi : prinsip dasar destilasi adalah pemisahan suatu campuran dengan
pemanasan, dimana yang memiliki titik didih paling rendah, akan menguap lebih
dulu dan terpisah dari campurannya. Mekanisme nya, suatu campuran dipanaskan
pada suhu tertentu, kemudian diberi tampungan untuk menampung zat yang akan
menguap lebih daluhu.
6. Smelting adalah proses pelelehan dan pemisahan material menjadi dua atau lebih
lapisan larutan yang tak saling campur. Smelting terbagi beberapa jenis, yaitu :
a. Reduksi smelting
b. Oksidasi smelting
c. Netral smelting
d. Sementasi smelting
e. Sulfida smelting
f. Presipitasi smelting
g. Flash smelting (peleburan semprot)
h. Ekstraksi timbal dan seng secara simultan.
Reaksi pada smelting :
SnO2 + CO  SnO + CO2
SnO + CO  Sn + CO2
7. Proses pembuatan baja :
a. Proses Konvertor
Konvertor yang digunakan dalam proses ini dibuat dari sambungan paku keling
ataupun las. Di dalamnya, tersemat batu khusus yang bisa menahan panasnya api
saat proses pembentukan baja berlangsung. Tahapan pembuatan baja
menggunakan teknik ini dimulai dengan pemanasan bahan baku, kemudian
konvertor dimiringkan agar bahan baku yang dimasukkan tak lebih dari 1/8 volume
konvertor. Setelah itu, konvertor kembali ditegakkan. Saat proses pengolahan
berlangsung, tekanan udara berada pada kisaran 1,5 sampai 2 atm dan
dihembuskan ke area kompresor. Baru setelah 20 menit hingga 25 menit,
konvertor dijungkirbalikkan agar baja olahan bisa keluar dan dimanfaatkan sesuai
kebutuhan.
b. Pengolahan Menggunakan Dapur Listrik
Tahap awal pembuatan baja adalah pemurnian. Terdapat dua opsi pemurnian,
dasar dan lanjutan. Pada proses pemurnian lanjutan, diperlukan dapur listrik.
Tujuannya adalah untuk mengontrol temperatur saat peleburan maupun
memperkecil unsur-unsur campuran yang ada pada baja. Pemurnian
menggunakan dapur listrik dapat menghasilkan baja berkualitas tinggi. Biasanya,
dapur listrik yang digunakan berjenis busur listrik. Penggunaan dapur listrik
berfungsi untuk mempercepat proses pemanasan baja. Temperatur pada dapur
listrik dapat dengan mudah diatur. Dengan begitu, produsen dapat menghindari
intervensi dari kotoran yang bisa merusak kualitas bahan baja.
c. Proses Siemens Martin
Nama proses pembuatan baja ini merujuk pada perintisnya, yakni Siemens dan
Martin. Mereka mengolah baja dengan cara memanfaatkan suhu tinggi yang ada
pada tungku kerja. Kapasitas tungkunya sendiri mampu memuat bahan baku
seberat 30 ton hingga 50 ton. Proses peleburan baja baru terjadi ketika suhunya
mencapai 3.000 derajat Celsius. Alhasil, besi tua dan besi bekas pun dapat
dimasukkan dan diolah menjadi baja berkualitas. Biasanya, jenis besi yang dilebur
menjadi baja itu berasal dari besi kelabu dan besi putih.
d. Proses BOF
BOF atau Basic Oxygen Furnace adalah proses pembuatan baja yang
memanfaatkan oksigen murni dan panas. Oksigen ditiupkan ke areal besi kasar
sehingga bisa membakar habis kotoran yang tersisa. Dapur pengolahan baja pada
proses BOF biasanya berdiameter 5 meter dan berkapasitas 35 ton hingga 200 ton.
Durasi pembuatan baja dengan proses ini memakan waktu sekitar 50 menit. Selain
itu, biaya operasional untuk peralatan maupun pengerjaannya juga jauh lebih
murah ketimbang proses lain.
e. Proses Dapur Kupola
Proses peleburan besi kasar kelabu ataupun besi bekas menjadi baja berkualitas
terjadi dalam dapur kupola. Bentuk dapur kupola menyerupai kubah yang
dioperasikan secara berpasangan. Proses dalam dapur kupola dimulai dengan cara
memanaskan area kubah agar terhindar dari uap air, sedangkan proses
pemanasan besi hingga menjadi baja kurang lebih memakan waktu selama 15 jam
lamanya. Bagian kokas pada area dapur yang sudah menyala kemudian ditip
menggunakan blower. Setelah kokas terbakar, besi bekas dan kepingan baja
dimasukkan ke dalamnya. Setelah kurang lebih lima belas menit, baja telah
menjadi cair dan dapat dikeluarkan untuk dibentuk sesuai kebutuhan.
f. Proses Bassemer
Proses pembuatan baja menggunakan teknik ini hampir mirip dengan BOF. Hanya
saja, proses bassemer tidak memakai oksigen murni melainkan uap air. Teknik
bassemer merupakan teknik yang paling umum diterapkan, baik dalam industri
menengah maupun industri dengan skala besar.

Anda mungkin juga menyukai