Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN KASUS

Wanita Usia 60 Tahun dengan Episode Depresif Sedang


dan Gejala Somatis
Aironi Irsyahma, Mukhlis Imanto
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
Abstrak
Episode depresif adalah diagnosis kejiwaan yang menggambarkan gangguan mood atau afektif dengan
abnormalitas pada suasana perasaan. Kelainan fundamental dari kelompok gangguan ini adalah adanya
perubahan suasana perasaan (mood) atau afek menuju ke arah depresi yang ditandai dengan kemurungan,
kelesuan, ketidakgairahan hidup, perasaan tidak berguna, dan putus asa. Seorang wanita usia 60 tahun datang
ke poliklinik jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung dengan keluhan utama sulit untuk memulai tidur dan sering
terbangun di malam hari secara tiba-tiba yang telah dialami sejak 3 bulan yang lalu. Pasien juga sering merasa
sakit kepala, pegal-pegal pada badan, cepat lelah pada saat melakukan pekerjaan rumah tangga, dan malas
untuk pergi ke luar rumah untuk mengikuti kegiatan sosial kemasyarakatan. Pada pemeriksaan fisik terhadap
pasien tidak didapatkan kelainan klinis sedangkan pada pemeriksaan psikiatris didapatkan kesadaran jernih,
mood hipotimia dengan afek yang sempit dan serasi. Pasien didiagnosis dengan aksis I: (F.32.11) episode
depresif sedang dengan gejala somatik, aksis II: tidak ada diagnosis, aksis III: tidak ada diagnosis, aksis IV:
masalah dengan keluarga, dan aksis V: Global Assestment of Functioning (GAF) score 50-41 (pada saat
sekarang). Pasien mendapatkan terapi psikofarmaka golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI)
Sertralin 1x25 mg dan Clobazam 2x5 mg yang dikombinasikan dengan psikoterapi suportif. Episode depresif
pada pasien ini disebabkan oleh anggota keluarga yang menetap di tempat yang berbeda dengan pasien. [J
Agromed Unila 2016. 3(1):7-12]

Kata kunci: afektif, episode depresif, mood, somatik, wanita

A 60 Years Old Woman with Moderate Depressive Episode


and Somatic Symptoms
Abstract
Depressive episode is a psychiatric diagnosis that describes the mood or affective disorders with abnormalities in
mood and feeling. The fundamental abnormality of this group disorders is the change in feeling (mood) or affect
towards depression which characterized with glooming, lethargy, lack of life energy, feeling worthless, and
hopeless. A Woman 60 years old came to polyclinic psychiatry of Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung with a
chief complaint of difficult to initiate sleep and often wake up suddenly in the middle of the night since three
months ago. She also often feel headache, sore on her body, feel tired quickly when doing housework and lazy
to go out of the house for social activities. Physical examination found no clinical abnormalities while psychiatric
examination found a clear awareness, mood hipotimia with harmonious narrow affect. Patient was diagnosed with
axis I: (F.32.11) moderate depressive episode with somatic symptoms, axis II: no diagnosis, axis III: no diagnosis,
axis IV: problems with family, axis V: Global Assestment of Fucntioning (GAF) score 50-41 (at present time).
Patient treated with pharmacotherapy group Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) sertraline 1x25 mg
and Clobazam 2x5 mg which combined with supportive psychotherapy. Depressive episode in this patient is
caused by family member that live in the different place than patient. [J Agromed Unila 2016. 3(1):7-12]

Keywords: affective, depressive episode, mood, somatic, woman

Korespondensi: Aironi Irsyahma | Jl. P. Legundi, Gg. Mawar 55 Bandar Lampung | HP. 081539925788
e-mail: aironiirsyahma@gmail.com

Pendahuluan suasana perasaan (mood) atau afek ke


Menurut Pedoman Penggolongan arah depresi.1
Diagnostik Gangguan Jiwa (PPDGJ-III), Menurut Maramis (2009)2 depresi
episode depresif merupakan diagnosis merupakan suatu gangguan perasaan
kejiwaan yang termasuk dalam kelompok yang memiliki ciri-ciri semangat berkurang,
diagnosis gangguan suasana perasaan rasa harga diri yang rendah, menyalahkan
(gangguan mood/afektif). Kelainan diri sendiri, gangguan tidur dan gangguan
fundamental dari kelompok gangguan ini makan. Depresi merupakan gangguan
adalah adanya perubahan mental yang serius yang ditandai dengan
perasaan sedih dan cemas.
Irsyahma dan Imanto | A 60 Years Old Woman with Moderate Depressive Episode and Somatic Symptoms

Pada pria gangguan depresi dapat juga tidak memiliki riwayat penyakit
terjadi dengan prevalensi sekitar 15% hipertensi, diabetes mellitus, trauma kepala
dalam seumur hidup dan pada perempuan sebelumnya, kejang saat kecil, asma
dapat mencapai 25% dimana sekitar 10% maupun alergi obat. Pasien tidak pernah
persen penderitanya mendapatkan mengkonsumsi rokok, narkoba, minuman
perawatan pada tingkat primer sementara keras dan sebagainya.
sisanya 15% dirawat di rumah sakit. Pada Pasien merupakan anak ketiga dari
anak sekolah didapatkan prevalensi enam saudara. Sejak lahir pasien tinggal
sebesar 2%, yang meningkat pada usia bersama orang tua dan lima saudaranya.
remaja menjadi sebesar 5%.1,3 Pasien memiliki hubungan yang baik
Gangguan depresi secara umum dengan orang tua, dan saudaranya. Kedua
akan menghilang dalam beberapa hari orang tua memberi perhatian yang sama
namun dapat juga berkelanjutan dan kepada setiap anaknya. Orang tua bekerja
mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Pada sebagai petani dan status ekonomi
saat ini, depresi telah menjadi suatu keluarga tergolong ekonomi kurang.
gangguan kejiwaan yang sangat Riwayat prenatal dan perinatal tidak
berpengaruh terhadap kehidupan, dan diketahui dengan pasti, menurut pasien dia
hampir selalu menghasilkan hendaya pada lahir normal, cukup bulan, berat badan lahir
fungsi interpersonal, sosial dan tidak tahu, dibantu dukun, langsung
pekerjaan.1,3 menangis, dan tidak ada kecacatan waktu
lahir. Pasien mendapat ASI selama dua
Kasus tahun dan tidak memiliki gangguan
Seorang wanita usia 60 tahun, pertumbuhan dan perkembangan. Pasien
datang ke poliklinik jiwa Rumah Sakit Jiwa menempuh SD dalam kurun waktu enam
Provinsi Lampung dengan keluhan sulit tahun, pasien bisa mengikuti pelajaran
tidur sejak 3 bulan yang lalu. Pada dengan baik, dan pasien dapat membaca,
anamnesis didapatkan pasien merasa sulit menulis, dan berhitung. Setelah tamat SD
untuk memulai tidur dan pada saat tidur pasien tidak melanjutkan ke SMP karena
pasien sering terbangun di malam hari alasan kedua orang tua tidak mampu untuk
secara tiba-tiba. Hal ini menyebabkan membiayai sekolahnya. Sejak saat itu
kualitas tidur pasien menjadi terganggu pasien bekerja membantu orang tua
dan pasien sering merasa sakit kepala dan sebagai petani. Semasa kecil pasien
pegal-pegal pada badan. termasuk anak yang pendiam
Pasien merasa menjadi lebih cepat dibandingkan anak seusianya, namun
lelah saat melakukan pekerjaan rumah pasien memiliki cukup banyak teman dan
tangga seperti mencuci piring dan berhubungan baik dengan teman-
menyapu lantai dan pasien juga merasa temannya tersebut.
malas pergi ke luar rumah untuk mengikuti Pasien menikah selama kurang lebih
kegiatan pengajian bersama kelompok 39 tahun dengan orang yang dia piliha.
pengajiannya. Oleh karena itu, pasien lebih Setelah menikah pasien bekerja dengan
banyak berada di rumah dan berdiam diri di membantu suami bertani dan mengurus
dalam kamar. pekerjaan rumah tangga. Kebutuhan
Menurut keluarga, pasien sering sehari-hari dipenuhi oleh suami dengan
terlihat melamun, dan menyendiri di dalam menjual beras dan sayuran hasil pertanian
kamar. Pada saat diajak bicara, pasien di pasar. Suami pasien meninggal 5 tahun
lebih banyak diam dan terlihat seperti yang lalu.
sedang memikirkan suatu hal. Menurut Pasien mempunyai tiga orang anak,
pasien, dia sering memikirkan anak dan anak pertama laki-laki berusia 43 tahun,
cucu-cucunya yang tinggal di luar kota, anak kedua perempuan berusia 41 tahun,
karena dia tidak dapat mengetahui dan anak ketiga perempuan berusia 37
bagaimana kondisi mereka, sementara dia tahun. Menurut anak ketiga pasien
tidak mempunyai cukup biaya untuk pergi memberikan perhatian yang sama kepada
mengunjungi anak dan cucunya tersebut. semua anaknya. Pasien mempunyai enam
Oleh karena itu pasien sering merasa sedih orang cucu, dari anak pertama dua orang
dan tidak berguna dengan keadaannya. cucu, laki-laki usia 19 tahun dan
Pasien tidak pernah mengalami perempuan usia 16 tahun, dari anak kedua
keluhan yang sama sebelumnya. Pasien dua orang cucu, yaitu perempuan usia 17

J Agromed Unila | Volume 3 | Nomor 1 | Februari 2016 | 8


Irsyahma dan Imanto | A 60 Years Old Woman with Moderate Depressive Episode and Somatic Symptoms

tahun dan perempuan usia 14 tahun, dari diagnosis, Aksis III: tidak ada diagnosis,
anak ketiga laki-laki usia 15 tahun, dan aksis IV: masalah dengan keluarga, aksis
perempuan usia 10 tahun. V: Global Assestment of Functioning (GAF)
Saat ini pasien tinggal satu rumah 50-41 (pada saat ini).
bersama dengan anak ketiga, menantu dan Pasien mendapatkan terapi dengan
dua orang cucunya. Sejak suaminya psikofarmaka golongan Selective Serotonin
meninggal, pasien hanya mengerjakan Reuptake Inhibitor (SSRI) Sertralin 1 x 25
pekerjaan rumah tangga, dan kebutuhan mg dan Clobazam 2x5 mg yang
sehari-hari dipenuhi oleh anak dan dikombinasi dengan psikoterapi suportif.
menantu yang bekerja sebagai pedagang
kebutuhan pokok di pasar. Pasien Pembahasan
beragama islam dan sering melaksanakan Menurut PPDGJ-III gangguan jiwa
ibadah shalat. pasien memiliki hubungan adalah adanya gejala klinis bermakna yang
yang baik dengan lingkungan tempat dapat berupa suatu sindrom atau pola
tinggalnya. Pasien mengikuti kegiatan perilaku atau pola psikologik yang
pengajian bersama kelompok pengajian di menimbulkan distress atau penderitaan
masjid dekat tempat tinggalnya, namun antara lain dapat berupa: rasa nyeri, rasa
sejak 3 bulan terakhir pasien jarang tidak nyaman, rasa tidak tenteram disfungsi
mengikuti kegiatan pengajian. organ tubuh, dan menimbulkan disability
Pada pemeriksaan fisik pasien atau keterbatasan dalam melakukan
didapatkan keadaan umum baik, tekanan aktivitas kehidupan sehari-hari.1 Pada
darah pasien 130/80 mmHg, frekuensi nadi pasien ditemukan adanya gangguan
78 x/m, frekuensi napas 18 x/m, suhu suasana perasaan (mood) yang
36,3oC. Status generalis dan status menimbulkan distress (penderitaan) dan
neurologis, serta hasil pemeriksaan disability (keterbatasan) di dalam pekerjaan
laboratorium pasien berada dalam batas dan kehidupan sosial pasien, sehingga
normal. dapat disimpulkan bahwa pasien ini
Pada pemeriksaan status mental, mengalami gangguan jiwa.
kesadaran pasien compos mentis, sikap Proses diagnosis gangguan jiwa
pasien selama wawancara kooperatif. berdasar PPDGJ-III ditegakkan secara
Selama wawancara pasien tenang. Kontak multiaksial dengan menggunakan lima
mata dengan pemeriksa baik. Pasien aksis yaitu aksis I adalah gangguan klinis
berbicara spontan, lancar, intonasi sedang, dan kondisi lain yang menjadi fokus
volume cukup, kualitas cukup, artikulasi perhatian klinis, aksis II adalah gangguan
jelas, kuantitas cukup. Mood pasien kepribadian dan retardasi mental, aksis III
hipotimia dengan afek sempit dan serasi. adalah kondisi medik umum, aksis IV
Bentuk pikir realistik, arus pikir koheren, adalah masalah pada psikososial dan
produktivitas baik, dengan kontinuitas baik, lingkungan, dan aksis V adalah penilaian
dan tidak didapatkan hendaya berbahasa. fungsi secara global.1
Pada isi pikir terdapat ide bersalah. PPDGJ-III mengelompokkan gejala
Penilaian fungsi kognitif menunjukkan depresi menjadi gejala utama dan gejala
kecerdasan sesuai dengan taraf lainnya. Gejala utama terdiri dari (1) afek
pendidikan, daya konsentrasi kurang, depresif, (2) kehilangan minat maupun
namun orientasi waktu, tempat dan orang anhedonia, dan (3) kehilangan energi yang
baik. Daya ingat jangka panjang, daya ditandai dengan cepat lelah. Gejala lainnya
ingat jangka menengah baik, jangka antara lain: (1) daya konsentrasi atau
pendek, dan jangka segera juga baik. perhatian berkurang, (2) harga diri maupun
Penilaian pasien dalam norma social dan kepercayaan diri yang berkurang, (3) rasa
uji daya nilai tidak terganggu. Pasien bersalah atau rasa tidak berguna, (4)
merasa dirinya sakit namun tidak pandangan yang suram serta pesimistis
mengetahui penyebabnya dan secara tentang masa depan, (5) gagasan atau
keseluruhan pernyataan pasien dapat perbuatan yang membahayakan diri atau
dipercaya. bunuh diri, (6) tidur terganggu, (7) nafsu
Diagnosis pasien dibuat secara makan berkurang. 1
multiaksial dengan diagnosis pada aksis I: Berdasarkan tingkatan, depresi dapat
episode depresif sedang dengan gejala dikeompokkan menjadi ringan, sedang,
somatik (F.32.11), aksis II: tidak ada dan berat sesuai dengan banyaknya dan

J Agromed Unila | Volume 3 | Nomor 1 | Februari 2016 | 9


Irsyahma dan Imanto | A 60 Years Old Woman with Moderate Depressive Episode and Somatic Symptoms

beratnya gejala serta dampaknya terhadap orang, serta daya ingat jangka panjang,
fungsi kehidupan seseorang. Untuk dapat menengah, pendek, dan segera baik
dikategorikan depresi sedang, sekurang- sehingga diagnosis (F.70) retardasi mental
kurangnya harus ada dua dari tiga gejala dapat disingkirkan dan diagnosis pada
utama depresi ditambah dengan tiga atau aksis II adalah tidak ada diagnosis.
empat dari gejala lainnya, dan telah Anamnesis dan pemeriksaan fisik
berlangsung minimum dua minggu yang dilakukan pada pasien juga tidak
lamanya serta menghadapi kesulitan yang menemukan adanya penyakit fisik,
nyata untuk meneruskan kegiatan sosial.1 sehingga diagnosis kondisi medis pada
Berdasarkan data yang diperoleh aksis III adalah tidak ada diagnosis.
melalui anamnesis terhadap pasien dan Pada anamnesis terhadap stresor
keluarga, serta pemeriksaan fisik dan psiko-sosial didapatkan bahwa pasien
rekam medik diketahui bahwa pasien tidak sering memikirkan anak dan cucunya yang
mempunyai riwayat demam tinggi, riwayat tinggal di luar kota karena tidak bisa
kejang sebelumnya, riwayat kelainan mengetahui bagaimana kondisi mereka,
organik, maupun riwayat pemakaian zat sementara pasien sendiri tidak mempunyai
psikoaktif sehingga diagnosis (F.0) biaya untuk mengunjungi anak dan
gangguan mental organik dan (F.1) cucunya tersebut. Hal ini kemudian
penggunaan zat psikoaktif dapat menyebabkan pasien sering merasa sedih,
disingkirkan. Pada pasien juga tidak tidak berguna, dan lebih sering melamun
didapatkan adaanya gangguan waham dan banyak menyendiri di dalam kamar,
maupun halusinasi sehingga diagnosis (F.2) sehingga diagnosis psikososial pada aksis
skizofrenia juga dapat disingkirkan. Pada IV adalah stresor masalah dengan
pasien didapatkan gangguan afektif yaitu keluarga.
mood hipotimia, afek sempit dengan Dengan menggunakan skala GAF,
kesesuaian yang serasi sehingga diagosis penilaian terhadap kemampuan pasien
(F.3) gangguan mood [afektif] dapat untuk berfungsi dalam kehidupannya pada
dimasukkan. Pada pasien didapatkan saat dilakukan wawancara psikiatri
keluhan berupa perasaan sedih, murung, disimpulkan mengalami gejala berat
menyendiri, merasa tidak berguna, mudah (serious) dan disabilitas berat sehingga
lelah dan malas bekerja, yang baru pada aksis V skor GAF adalah 50-41
pertama kali dirasakan pasien sejak 3 Depresi lebih sering terjadi pada
bulan lalu sehingga diagnosis untuk pasien perempuan dengan prevalensi hampir dua
ini adalah (F.32) episode depresif. Pada kali lipat lebih besar dibandingkan laki-laki.
pasien didapatkan dua gejala utama Hal ini mungkin disebabkan oleh
depresi yang terdiri dari, (1) kehilangan perbedaan hormon, perbedaan stressor
minat dan kegembiraan, (2) berkurangnya psikososial antara perempuan dan laki-laki,
energi yang menuju keadaan mudah lelah pengaruh melahirkan, serta model perilaku
dan menurunnya aktivitas, dan tiga gejala yang dipelajari tentang ketidakberdayaan.1
lainnya yang terdiri dari, (1) konsentrasi Depresi pada umumnya terjadi rata-rata
dan perhatian berkurang, (2) gagasan rasa pada usia sekitar 40 tahun-an namun juga
bersalah dan tidak berguna, (3) tidur dapat timbul pada masa anak atau lanjut
terganggu, disertai dengan gejala somatis usia, hal ini mungkin berhubungan dengan
berupa sakit kepala dan badan pegal-pegal, meningkatnya penyalahgunaan zat dan
sehingga diagnosis klinis pada Aksis I penggunaan alkohol.3
adalah (F.32.11) episode depresif sedang Ada banyak hal yang dapat
dengan gejala somatik. menyebabkan terjadinya gangguan depresi,
Pada anamnesis juga tidak setidaknya ada lima penyebab depresi
didapatkan adanya gangguan tumbuh yang terdiri dari faktor biologis berupa
kembang pada usia kanak-kanak dan abnormalitas metabolit amin biogenik
remaja dan pasien dapat menyelesaikan seperti 5-hidroksiindolasetat, (5-HIAA),
pendidikan SD dengan baik namun tidak asam homovanilat (HVA) dan 3-metoksi -4-
melanjutkan pendidikan dikarenakan hidroksifenilglikol (MHPG) di dalam darah,
masalah ekonomi. Pada penilaian fungsi urine dan cairan serebrospinalis. Faktor
kognitif, kecerdasan sesuai dengan taraf neurokimia yang berupa ikatan Glutamat
pendidikan pasien, daya konsentrasi dan Glisin pada reseptor N-Metil-D-
kurang, namun orientasi waktu, tempat dan Aspartat (NMDA) di daerah hipokampus

J Agromed Unila | Volume 3 | Nomor 1 | Februari 2016 | 10


Irsyahma dan Imanto | A 60 Years Old Woman with Moderate Depressive Episode and Somatic Symptoms

yang berlebihan pada saat mengalami sampai 15% diantaranya melakukan bunuh
stress kronis. Faktor genetik berupa pola diri. Beberapa pasien depresi terkadang
pewarisan genetik yang kompleks di dalam tidak menyadari ia mengalami depresi dan
keluarga. Faktor psikososial berupa tidak mengeluh tentang gangguan mood
peristiwa hidup yang penuh tekanan seperti meskipun mereka menarik diri dari
kehilangan orang tua sebelum usia 11 keluarga, teman dan aktivitas yang
tahun, kematian pasangan, PHK atau sebelumnya menarik bagi dirinya.1,3,4
keluar dari pekerjaan, dan faktor Pengobatan gangguan depresi
kepribadian sehingga orang-orang dengan dengan menggunakan antidepresan
gangguan kepribadian seperti obsesif merupakan terapi yang efektif dan dapat
kompulsif, histrionik dan borderline menurunkan risiko bunuh diri pada lansia.5
cenderung lebih berisiko untuk mengalami Semua antidepresan yang ada saat ini
depresi.3 membutuhkan 3 sampai 4 minggu untuk
Menurut terori psikodinamik, terdapat dapat memberikan pengaruh terapeutik
beberapa poin penting yang dapat yang bermakna, walaupun obat tersebut
menyebabkan suatu episode depresi yaitu dapat mulai menunjukkan pengaruhnya
gangguan hubungan ibu-anak selama fase lebih dini. oleh karena itu, antidepresan
oral (10-18 bulan pertama kehidupan), sebaiknya diberikan bersamaan dengan
kehilangan objek yang nyata atau khayalan, pemberian obat benzodiazepin selama 2
introyeksi atas pederitaan yang berkaitan minggu sebagai terapi simptomatis.6
dengan kehilangan objek, dan kehilangan Sertralin merupakan obat antidepresi
objek cinta yang dianggap sebagai yang termasuk golongan SSRI yang relatif
campuran antara cinta dan benci sehingga aman digunakan pada lansia karena obat
rasa marah diarahkan kedalam diri sendiri.4 ini memiliki efek kardiologik dan efek
Depresi adalah suatu fenomena yang samping lain yang minimal dibandingkan
terjadi ketika seseorang menyadari obat antidepresi golongan lainnya,
terdapat perbedaan antara ideal yang spektrum antidepresi obat ini cukup luas,
tinggi dengan ketidakmampuan untuk dengan gejala putus obat yang sangat
dapat mewujudkan hal tersebut. minimal, serta lethal dose yang tinggi
Sementara. Trias kognitif dari depresi (>6.000 mg) sehingga relatif lebih aman
mencakup tiga hal yaitu persepsi negatif untuk pasien geriartri yang berobat jalan.7
terhadap diri sendiri, persepsi negatif Kecuali terjadi efek samping,
terhadap lingkungan yakni kecenderungan antidepresan harus dinaikkan dosisnya
menganggap dunia bermusuhan dengan sampai kadar maksimum yang
dirinya, dan persepsi negatif tentang masa direkomendasikan atau dipertahankan
depan yakni bayangan penderitaan dan kadar tersebut setidaknya selama 4 atau 5
kegagalan.4 minggu sebelum percobaan obat dapat
Hampir semua pasien depresi (97%) dinggap tidak berhasil. Terapi antidepresan
mengeluh tentang penurunan energi harus dipertahankan setidaknya selama 6
sehingga mereka mengalami kesulitan bulan atau selama episode depresi
dalam menyelesaikan tugas, mengalami sebelumnya, bergantung mana yang lebih
hendaya dalam aktvitas dan pekerjaan dan lama.8,9
menurunnya motivasi untuk terlibat dalam Banyak penelitian menunjukkan
kegiatan baru. Sekitar 80% pasien bahwa kombinasi psikoterapi dan
mengeluhkan masalah tidur khususnya farmakoterapi adalah terapi yang paling
terjaga dini hari (terminal insomnia) dan efektif untuk gangguan depresi terutama
sering terbangun di malam hari karena depresi berat. Tiga jenis psikoterapi jangka
memikirkan masalah yang dihadapi. Pada pendek yang umum digunakan yaitu terapi
kebanyakan pasien dapat terjadi kognitif, terapi interpersonal, dan terapi
penurunan nafsu makan, penurunan berat perilaku. Namun secara keseluruhan,
badan serta mengalami tidur lebih lama terapi perilaku-kognitif merupakan
dari biasanya. Pasien juga mungkin psikoterapi yang paling efektif untuk
mengatakan perasaannya yang sedih, mengatasi depresi pada lansia, karena
tidak punya harapan, dicampakkan atau terapi ini merupakan psikoterapi terstruktur
tidak berharga dan biasanya terdapat yang mengenali bahwa cara kita berpikir
pikiran untuk melakukan bunuh diri pada (cognition) dan cara kita bertindak
sekitar dua per tiga pasien depresi dan 10

J Agromed Unila | Volume 3 | Nomor 1 | Februari 2016 | 11


Irsyahma dan Imanto | A 60 Years Old Woman with Moderate Depressive Episode and Somatic Symptoms

(behavioural) mempengaruhi cara kita Sadock’s concise textbook of clinical


merasakan.10 psychiatry. Edisi ke-3. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2008.
Simpulan 4. Ismail RI, Siste K. Gangguan depresi.
Pasien wanita 60 tahun dengan Dalam: Elvira SD, Hadisukanto G,
diagnosis (F.32.11) episode depresi editor. Buku ajar psikiatri. Jakarta:
sedang dengan gejala somatis diterapi Badan Penerbit FKUI; 2010.
secara rawat jalan dengan menggunakan 5. Maslim R. Panduan praktis
kombinasi Sertralin ditambah Clobazam penggunaan klinis obat psikotropik.
dan psikoterapi suportif. Pasien mendapat Edisi ke-3. Jakarta: Bagian Ilmu
sertralin 1x25 mg dan Clobazam 2x5 mg Kesehatan Jiwa Atmajaya; 2007
selama dua minggu, dan dianjurkan untuk
6. Barak Y, Olmer A. Antidepressants
kembali kontrol setelah 2 minggu kemudian
reduce risk of suicide among elderly
untuk penyesuaian dosis dan penilaian
depressed patients.
ulang status mental. Neuropsychopharmacology. 2006;
Secara keseluruhan prognosis pasien
31:178-81
adalah bonam karena keluarga
memberikan motivasi dan dukungan yang 7. Devanand DP. Sertraline treatment of
kuat untuk kesembuhan pasien yang elderly patients with depression and
ditunjukkan dengan adanya komitmen cognitive impair. Int J Geriatr
keluarga yang berbeda tempat tinggal Psychiatry. 2003; 18(2):123-30.
untuk lebih sering berkumpul bersama 8. Roose SP, Sackeim HA.
demi kesembuhan pasien. Antidepressant pharmacotherapy in
the treatment of depression in the very
Daftar Pustaka old: a randomized, placebo-controlled
1. Maslim R. Pedoman penggolongan trial. Am J Psychiatry. 2004; 161:2050-
dan diagnosis gangguan jiwa III di 9.
Indonesia. Edisi ke-3. Jakarta: 9. Wiese BS. Geriatric depression: The
Direktorat Kesehatan Jiwa use of antidepressants in the elderly.
Departemen Kesehatan RI; 2004. BCMJ. 2011; 53(7):341-7
2. Maramis WF, Maramis AA. Catatan 10. Areán PA, Cook BL. Psychotherapy
ilmu kedokteran jiwa. Edisi ke-2. and combined
Surabaya: Airlangga University Press; psychotherapy/pharmacotherapy for
2009. late life depression. Biol Psychiatry.
3. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & 2002; 52(3):293-303.

J Agromed Unila | Volume 3 | Nomor 1 | Februari 2016 | 12

Anda mungkin juga menyukai