TINJAUAN UMUM
2.1.KEADAAN UMUM
Bujur Timur Dan – 129°30' Bujur Timur dan 0°30' Lintang Utara dan 2°00'
II-1
Untuk mencapai daerah tersebut, dari Makassar ke konawe dapat di tempuh
roda empat atau bus dariLabuhake Halmahera Selatan dengan jarak 185 kilometer
selama 3 jam, kemudian dari ibu kota kabupaten ke kota kecamatan yang berjarak
14 km ditempuh melalui darat dengan kendaraan roda empat selama 1 jam, dan
selama ± 1 jam.
II-2
Iklim sebagai unsur lingkungan yang dapat memberikan informasi
Curah hujan ini hamper merata di pulau bacan dan sekitarnya, pula
obi dan sekitarnya serta semenanjung Halmahera bagian selatan. Selain itu
musim utara pada bulan oktober-maret yang di selingi angina barat dan
dataran tinggi.
2.2.1 TOPOGRAFI
Selatan seluas 61,1 % tergolong lahan agak curam (derajad kemiringan 15-40%)
II-3
dan lahan curam ( derajad kemiringan >40%). Hanya 38.9 % saja tergolong datar
dan landau yang banyak terdapat di wilayah pesisir.Semakin ke dalam dan jauh
gunung berapi diantaranya adalah Gunung Buku Sibela (2.111 m), Gunung Buku
Uwatcain (1.200 m), Gunung Obi (1.611 m), Gunung Buku Karoang (1.127 m)
(1.357), Gunung Buku Amasing (1.030), Gunung Buku Bibinoi (875 m), Gunung
Tigalalu (422 m), Gunung Buku Suanggi, Gunung Buku Lansa dan Gunung Buku
Songa
II-4
Gambar 2.2 Peta Topografi PT. LA DALLE MINING, Tbk.
Mandala Halmahera Timur meliputi Lengan Timur Laut, Lengan Tenggara dan
beberapa pulau kecil di sebelah Timur Pulau Halmahera. Morfologi mendala ini
terdiri dari pegunungan berlereng terjal dan torehan sungai yang dalam, serta
merupakan cerminan batuan keras. Jenis batuan penyusun pegunungan ini adalah
Mandala Halmahera Barat bagian Utara dan lengan Selatan Halmahera. Morfologi
II-5
terdapat morfologi kasar yang merupakan cerminan batuan gunung api berumur
oligosen.
Mandala ini meliputi pulau-pulau kecil di sebelah barat pulau Halmahera. Deretan
pulau ini membentuk suatu busur kepulauan gunung api kuarter. Sebagian
II-6
Berdasarkan peta geologi lambar Pulau Obi, Maluku Utara yang diterbitkan oleh
pusat penelitian dan pengembangan Geologi Bandung (T. Apandi & D. Sudana),
daerah ini terdiri dari berbagai formasi geologi yang berbeda dalam gabungan
1. Formasi Kayasa : breksi dan lava. Breksi berkomponen basal dan andesit,
terpilah buruk, pejal. Lava basalan dan andesitan, kelabu, berongga, terkekarkan.
2. Formasi Anggai : batu gamping dan batu gamping pasiran, pejal. Fosil
3. Batuan Terobosan : stok dan retas diorit dan gabro. Diorite (Tmd); kelabu
kehijauan, terdiri dari : palgioklas, ortoklas, piroksen, klorit, kuarsa, bijih dan
sedikit zircon. Gabro (Tmg), kelabu berbintik hitam, terdiri atas plagioklas,
4. Formasi Bacan : breksi dan lava, bersisipan batu pasir tufan dan batu lempung;
kelabu kehijauan. Breksi berkomponen andesit, basalt dan sedikit rijang merah.
Sisipan batu pasir dan batu lempung; berlapis baik. Foraminifera menunjukan
umur Oligesen – Mieson bawah. Tebal lebih dari 1000 meter, tersingkap di Pulau
II-7
Obi Tengah dan Pulau Obilatu. Bagian atasnya menjemari dengan formasi fluk
berbutir halus sampai sedang, perarian sejajar. Konglomerat terdiri dari kepingan
batuan ultramafik, andesit dan batu gamping. Bagian bawah formasi fluk
Sebarannya terdapat di bagian tengah pulau Obi. Satuan ini tertindih tak selaras
Dua lajur besar yang membatasi kepulauan obi yaitu sesar Sorong-Sula Utara di
Selatan dan sesar Sorong Maluku di Utara (Hamilton, 1978). Sesar Normal,
lipatan dan kelurusan terdapat didaerah ini. Sesar normal umumnya merupakan
sentuhan tektonik antara batuan ultramafik dengan satuan batuan yang lebih
muda. Sesar berarah barat-timur, barat laut-tenggara dan timur laut-barat daya.
Danau karu dibarat pulau Obi diduga berupa terban yang dibatasi dua sesar yang
barat laut-tenggara dan barat daya- timur laut. Kegiatan tektonik diduga dimulai
pada sebelum jura ditandai dengan munculnya batuan ultra mafik dan malihan.
II-8
lagi penggelaman diikuti oleh pengendapan Formasi Fluk dan Formasi Bacan;
kemudian terjadi lagi pengangkatan disertai kegiatan gunung api, terobosan diorit
dan gabro, yang menghasilkan Formasi-formasi Woi, Obit dan Anggai. Fluktuasi
ini terus berlangsung sampai sekarang, yang ditunjukan oleh terbentuknya undak-
undak pantai dan pertumbuhan batu gamping terumbu disertai kegiatan gunung
api.
hasil residual concentration, dan digolongkan dalam jenis nikel laterit yang
terbentuk dari hasil pelapukan kimiawi pada batuan ultra basa peridotit.
Batuan peridotit sebagai batuan induk bijih nikel yang mengandung unsur
dimana Ni dari mineral ini merupakan subtitusi dari unsur Fe dan Mg,
kandungan unsur – unsur pada mineral ini sangat kecil. Menurut Bolt
terjadi pada kondisi curah hujan yang tinggi dan perbedaan suhu yang
berlangsung cepat dari pergantian siang dan malam, dimana suhu pada
II-9
menghasilkan lapisan tanah laterit yang kaya akan unsur besi (Fe), dan
silika yang mengandung unsur – unsur Ni, Co, Al, Mg, Mn, Dan Ca.
ini adalah pelapukan kimiawi yaitu sirkulasi air hujan yang kaya
induk peridotit yang mengandung nikel 0,2000%, yang diawali oleh proses
dengan inti batuan sisa yang keras, dan celah yang ada diisi oleh mineral –
atau garnierite.
fluktuase air tanah yang kaya Co2 akan bersentuhan zona saprolit yang
II-10
masih mengandung jejak – jejak batuan asal dan melarutkan mineral –
mineral yang tidak stabil seperti olivin atau serpentin dan piroksin, Mg, Si,
dan Ni juga akan larut terbawah sesuai dengan aliran air tanah dan akan
Unsur-unsur yang tertinggi seperti; Fe, Al, Mn, Cr, dan juga Ni dizona
dan lain – lain. Selain itu terdapat juga mineral – mineral ‘Spinelkhorom’
pelapukan dan suatu profil laterit nikel maka dibuat suatu model
karbonat akan mengalir lagi dan dapat terendap sebagai urat – urat dolomit
digunakan sebagai petunjuk akan batas dari zona pelapukan dengan batuan
II-11
Faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan endapan bijih nikel
endapan nikel laterit. Batuan asalnya adalah peridotit yang termasuk jenis
batuan ultra basa dengan kadar Ni sekitar 0,2 - 0,3%. Batuan asal ini
mengandung unsur – unsur Ca, Mg, Si, Fe, Co, Cr, Mn, dan Ni. Kemudian
endapan bijih nikel adalah rekahan (Joint) dan patahan (Fault). Adanya
batuan induk. Selain itu, rekahan dan patahan akan dapat pula berfungsi
bijih nikel adalah punggung bukit yang landai dengan kemiringan antara
10 – 300 dimana pada tempat ini pelapukan secara mekanis dan kimia
curam, air hujan yang jatuh kepermukaan lebih banyak mengalir dari pada
II-12
yang meresap kedalam tanah, sehingga yang terjadi adalah erosi intensif,
unsur – unsurnya ikut tererosi. Dan pada daerah ini, pelapukan kimia
seperti pada enadapan bijih nikel oksidasi. Pada daerah yang rata, pada
setiap musim hujan, hasil erosi dari bagian yang tinggi akan menutupi
bagian yang rendah, sehingga air hujan dan asam humus tidak mempunyai
berulang – ulang. Setiap musim hujan, hasil erosi yang baru akan
terbentuknya endapan bijih nikel pada daerah yang rata hanya terbentuk
mungkin ribuan atau jutaan tahun. Bila waktu pelapukan terlalu cepat
maka endapan bijih nikel yang terbentuk sangat tipis. Endapan bijih nikel
didaerah tanah Loji dan sekitarnya mempunyai profil tanah yang hampir
geologi lainnya.
II-13
mengandung CO2 memegang peranan paling penting di dalam proses
unsur dari batuan induk. Asam-asam humus ini erat kaitannya dengan
penetrasi air lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti jalur akar
hutan yang lebat pada lingkungan yang baik akan membentuk endapan
nikel yang lebih tebal dengan kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi
6. Waktu
mungkin ribuan atau jutaan tahun. Bila waktu pelapukan terlalu muda
maka terbentuk endapan yang tipis. Waktu yang cukup lama akan
nikel cukup tinggi. Banyak dari faktor tersebut yang saling berhubungan
II-14
ditentukan oleh keseimbangan kadar pelapukan kimia di dasar profil dan
air yang melalui profil, dan 2 – 3 kali lebih cepat dalam batuan ultrabasa
Darijanto, 1986).
batuan ultrabasa secara umum terdiri dari 4 (empat) lapisan, yaitu lapisan
tanah penutup atau top soil, lapisan limonit, lapisan saprolit, dan bedrock.
2. Lapisan Limonit
II-15
Merupakan lapisan berwarna coklat muda, ukuran butir
– 10 m. Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal, dan sempat hilang
karena erosi. Pada zone limonit hampir seluruh unsur yang mudah
3. Lapisan Saprolit
Silikon hanya sedikit yang hilang terlindi. Zona ini terdiri dari
II-16
Merupakan bagian terbawah dari profil nikel laterit,
batuan dasar dengan ukuran > 75 cm, dan secara umum sudah
II-17