Anda di halaman 1dari 6

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik pasien yang dilakukan pemeriksaan biopsi aspirasi

jarum halus pada massa regio leher

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa yang dilakukan pemeriksaan

sitologi biospi aspirasi jarum halus paling banyak ditemukan berjenis kelamin

perempuan yaitu 293 orang (63,1%). Hasil ini sama dengan penelitian Rani A

tentang karakteristik klinik dan sitopatologi biopsi aspirasi jarum halus pada

massa regio coli di laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran

Universitas Andalas pada tahun 2016 yang paling banyak ditemukan yaitu

perempuan yaitu 170 kasus (62,5%) karena pada saat pendataan perempuan lebih

banyak dibandingkan laki laki. Selain itu, perempuan biasanya lebih peduli

penampilan dan menyadari terhadap kesehatan nya dibandingkan laki – laki,

sehingga kasus yang ditemukan lebih banyak perempuan dibandingkan laki –

laki.6

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa yang dilakukan pemeriksaan

sitologi biopsi aspirasi jarum halus paling banyak adalah kelompok umur 46 – 60

tahun sebanyak 128 kasus (27,6%) dan paling sedikit ditemukan pada kelompok

umur >60 tahun sebanyak 51 orang (11,0%). Hasil ini berbeda dengan penelitian

Shekhar H dkk tentang sitologi aspirasi jarum halus di kepala dan leher pada

tahun 2014 di India yang paling banyak ditemukan yaitu kelompok umur 31 – 45

tahun yaitu 62 kasus (31%) tetapi jumlah frekuensi dan persentase setiap

kelompok umur tidak jauh berbeda karena massa pada leher merupakan salah satu

48
49

gejala yang sangat umum sehingga dapat mempengaruhi semua kelompok umur

mulai dari anak usia dini hingga dewasa.20

5.2 Diagnosis klinis pemeriksaan sitologi biopsi aspirasi jarum halus pada

massa regio leher

Massa pada leher merupakan temuan klinis yang paling sering tetapi

insiden belum diketahui dengan pasti. Tumor merupakan suatu penyakit yang

timbul akibat pertumbuhan sel jaringan tubuh yang tidak normal. Menurut

data WHO tahun 2013, insidens tumor meningkat dari 12,7 juta kasus tahun

2008 menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012. Sedangkan angka kematian 8,8 juta

pada tahun 2015. Tumor menjadi penyebab kematian nomor 2 di dunia

sebesar 13% setelah kardiovaskular. Diperkirakan sekitar 533.100 kasus per

tahun kejadian tumor kepala dan leher terjadi secara global.21

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diagnosis klinis yang dilakukan

pemeriksaan biopsi aspirasi jarum halus paling banyak ditemukan pada kelenjar

tiroid adalah tumor tiroid sebanyak 64 orang (13,8%), kelenjar getah bening

adalah limfadenopati sebanyak 127 orang (27,3%), kelenjar liur adalah tumor

parotis susp. ganas sebanyak 26 orang (5,6%), jaringan lunak adalah tumor

jaringan lunak sebanyak 5 orang (1,1%), dan lain lain adalah benjolan dileher

sebanyak 24 orang (5,1%) dan tidak ada diagnosis diagnosis klinis sebanyak 66

orang (14,2%)

Tumor kelenjar getah bening ditemukan paling banyak karena dari hasil

pendataan catatan dokter klinis yang menentukan diagnosis awal sehingga

meminta untuk dilakukan pemeriksaan biopsi aspirasi jarum halus untuk


50

menentukan diagnosis pasti dari kasus tersebut. Kelenjar getah bening merupakan

organ terpenting dari sistem kekebalan tubuh yang merupakan pintu masuk untuk

berbagai infeksi dan kontak seperti mulut, tenggorokan, hidung, mata, telinga, dan

sistem pernapasan yang memiliki aspek klinis yang dapat menimbulkan gejala

klinis sehingga terjadi pembesaran pada kelenjar kelenjar getah bening. Kelainan

pada kelenjar liur dan tiroid merupakan kelainan primer dari organ itu sendiri

sedangkan kelainan pada kelenjar getah bening selain kelainan primer kelenjar

getah bening juga menjadi reaktif terhadap kelainan atau penyakit dari organ

sekitarnya

5.3 Asal organ pemeriksaan sitologi biopsi aspirasi jarum halus pada

massa regio leher.

Massa pada leher dapat berasal dari kelenjar tiroid, kelenjar getah bening,

kelenjar liur dan jaringan lunak yang terdiri dari pembuluh darah, otot dan

jaringan. Penyebab terjadinya massa pada leher karena kongenital, infeksi,

inflamasi, neoplasia atau metatasis.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa asal organ yang dilakukan

pemeriksaan biopsi aspirasi jarum halus yang paling banyak ditemukan pada

massa regio leher adalah kelenjar getah bening sebanyak 291 orang (62,7%) dan

yang paling sedikit adalah jaringan lunak sebanyak 2 orang (0,4%).

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Rani A tentang karakteristik

klinik dan sitopatologi biopsi aspirasi jarum halus pada massa regio coli di

laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas pada

tahun 2016 paling banyak juga berasal dari kelenjar getah bening.6
51

Hasil penelitian ini juga sama dengan penelitian Hazmil MM dkk di

Rumah Sakit Ampang Malaysia pada tahun 2013, menunjukkan dari 47 kasus

FNAB massa regio colli didapatkan 20 kasus (43%) berasal dari kelenjar getah

bening, 12 kasus (26%) dari kelenjar saliva, 10 kasus (21%) tidak dapat

ditentukan asalnya, dan 5 kasus (10%) berasal dari kelenjar tiroid.22

Insidensi massa pada leher yang paling banyak ditemukan berasal dari

organ kelenjar getah bening karena fungsi utama sebagai penyaring (filtrasi)

dari berbagai mikroorganisme asing dan partikel-partikel akibat hasil dari

degradasi sel-sel atau metabolisme. Ketika terjadi inflamasi karena virus dan

bakteri maka kepala dan leher akan membesar, teraba dan dapat menimbulkan

gejala pada pasien sehingga meminta untuk dilakukan biopsi aspirasi jarum halus.

5.4 Gambaran sitologi pemeriksaan biopsi aspirasi jarum halus pada

massa regio berdasarkan asal organ dan diagnosis klinis

Sitologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang morfologi sel – sel

individual atau sel yang berasal dari jaringan. Tujuan pemeriksaan sitologi adalah

untuk melihat perubahan morfologi abnornal pada sel dan jaringan. Pemeriksaan

Sitologi biopsi aspirasi jarum halus merupakan pemeriksaan yang sangat penting

karena dapat melihat perubahan sel karena proses peradangan atau infeksi

sehingga prosedur diagnostik yang sangat akurat, dengan sensitivitas lebih

dari 80 % serta spesifisitas lebih dari 90%.8

Pemeriksaan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada gambaran

sitologi pemeriksaan biopsi aspirasi jarum halus pada massa regio leher

berdasarkan asal organ yang paling banyak pada kelenjar tiroid adalah benign
52

sebanyak 103 orang (22,2%). Hasil ini sama dengan penelitian oleh Ceyhan U dkk

tentang biopsi aspirasi jarum halus pada kelenjar tiroid tahun 2015 dari 1096

kasus yang dilakukan penelitian yang paling banyak ditemukan adalah benign

sebanyak 789 kasus (72%) karena pada saat pasien merasakan gejala pada

kelenjar tiroid sehingga meminta dilakukan pemeriksaan sitologi biopsi aspirasi

jarum halus dan dilakukan tatalaksana selanjutnya.23

Pada kelenjar getah bening adalah limfadenitis tuberkulosa sebanyak 125

orang (26,9). Hasil ini sama dengan penelitian Bhattari N dan Kushwah A tentang

sitologi aspirasi jarum halus lesi kistik kepala dan leher pada tahun 2018 di

Universitas Tribuvan Nepal yang paling banyak terjadi pada kelenjar getah bening

adalah limfadenitis tuberkulosa sebanyak 70 kasus (21%).24 Beberapa faktor yang

menyebabkan limfadenitis tuberkulosa paling banyak terjadi karena Indonesia

merupakan negara endemik TB dan perbedaan yang bervariasi satu sama lain

seperti tingkat pendidikan, sosial dan latar belakang ekonomi dari pasien.25

Tumor kelenjar liur adalah tumor yang relatif sedikit dijumpai ditemukan.

Belum ditemukan data yang lengkap tentang kejadian tumor kelenjar liur di

Indonesia. Kejadian tumor kelenjar liur merupakan 3-6% dari semua kejadian

tumor di kepala dan leher. Dari semua insiden tumor kelenjar liur, kurang lebih

80% berasal dari kelenjar parotis, 10-15% dari kelenjar submandibula, sekitar 5-

8% dari kelenjar minor, dan <1% berasal dari kelenjar sublingual. 26 Hasil

penelitian ini pada kelenjar liur yang paling sering ditemukan adalah adenoma

parotis sebanyak 22 orang (4,7 %). Hasil ini sama dengan penelitian Denis T E

dkk tentang biopsi aspirasi jarum halus pada kelenjar liur pada tahun 2016 dari

285 yang dilakukan penelitian yang paling banyak ditemukan adalah adalah
53

adenoma parotis 52,6%.27 Beberapa faktor yang mempengaruhi penyebab kelenjar

liur adalah merokok, paparan radiasi, konsumsi alkohol, paparan kimia, dan

infeksi.

Pada jaringan lunak yang paling banyak ditemukan adalah fibrosarkoma

sebanyak 1 kasus (0,2) dan haemangioma sebanyak 1 kasus (0,2). Hasil ini

berbeda dengan penelitian Ceren C G tentang nilai diagnostik biospi aspirasi

jarum halus kepala dan leher yang selain kelenjar tiroid yang paling banyak

ditemukan pada jaringan lunak adalah tumor jinak sebanyak 36 kasus dan ganas 8

kasus karena pemeriksaan sitologi biopsi aspirasi jarum halus murah, mudah dan

signifikan sehingga pasien memiliki kesadaran pada saat munculnya benjolan

pada leher untuk dilakukaan pemeriksaan tersebut .28

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada gambaran sitologi

berdasarkan diagnosis klinis yang terdapat pada lembar permintaan pemeriksaan

biopsi aspirasi jarum halus oleh dokter klinis paling banyak adalah limfadenopati

yang diagnosis klinisnya limfadenitis tuberkulosa sebanyak 46 kasus (9,9%).

Insidensi limfadenitis tuberkulosa paling banyak karena prevalensi TB di

Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China yaitu hampir 700 ribu

kasus, dengan angka kematian masih tetap 27/100 ribu penduduk.25 Diagnosis

klinis pasien yang mengalami tumor pada leher tidak selalu tepat namun dokter

klinis tetap melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

laboratorium dengan meminta kepada dokter patologi anatomi untuk dilakukan

pemeriksaan biopsi aspirasi jarum halus sehingga mendapatkan diagnosis yang

pasti.

Anda mungkin juga menyukai