38 77 1 SM PDF
38 77 1 SM PDF
1, April (2015)
HALREV
Hasanuddin Law Review
Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 10, Tamalanrea, Makassar, Sulawesi Selatan, 90245, Indonesia.
Bagian Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin
2
Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 10, Tamalanrea, Makassar, Sulawesi Selatan, 90245, Indonesia.
Bagian Hukum Keperdatan, Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin
3
Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 10, Tamalanrea, Makassar, Sulawesi Selatan, 90245, Indonesia.
*
Tel./Fax: +62-411-585035 E-mail: ilhamarisaputra@gmail.com
Submitted: Dec 7, 2014; Reviewed: Feb 21, 2015; Accepted: Mar 9, 2015
Abstract: In order to make a decision, Judge has obliged under the law to conduct the
article as a consideration in making any decision. The developing of Legal paradigm
has shown an expectation to the court, specially the judges for not only able to give
procedural justice based on the law text, but more to the substantive justice. Subtantive
Justice is not mean that judge may ignore the law that less of justice, but still put as
guideline for the legal formal which have given the justice also the rule of law. Some of
the factor that influenced to the implementation on legal paradigm for judge in making
any decision is the background of education of the judge, spirit of the corp, external
controlling and also the integrity of the Judges decision.
Keywords: Judge Decision; Legal Paradigm; Legal idealism
141
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)
28
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)
29
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)
dengan rasa keadilan masyarakat (substan- Seberapa jauh kontestasi ini memengaruhi
tive justice) yang disebabkan masih digu- serta bagaimana para hakim menggunakan
nakannya paradigma positivisme dalam konsep-konsep pemikiran hukum yang ada,
menangani suatu perkara. Masih banyak merupakan serangkaian masalah yang perlu
ditemukan hakim yang dalam pengambilan dikaji dalam kenyataannya.
keputusannya hanya menganut pola pikir
positivistik yang sangat didominasi oleh per- METODE
spektif legalisme, formalisme, dan dogma- Penelitian ini merupakan penelitian yang
tisme, karena semua putusan harus diambil bersifat yuridis normatif atau penelitian
bertumpu pada bunyi peraturan semata. doktrinal8, yakni pendekatan masalah
Namun, dapat ditemukan pembelaan yang mempunyai maksud dan tujuan
hakim yang memandang asas legalitas untuk mengkaji perundang-undangan dan
di atas segalanya. Prinsip legalitas yang peraturan yang berlaku juga kajian teoritis
diabstraksi dari pemaknaan Hans Kelsen7 dari literatur yang ada yang kemudian
tentang “keadilan berdasarkan hukum”. dihubungkan dengan permasalahan yang
Bahwa keadilan dalam pengertian yang menjadi pokok pembahasan yang dibahas
bermakna legalitas adalah suatu peraturan di dalam penelitian ini. Penelitian ini
umum yang benar-benar diterapkan kepada menganalisis korelasi putusan hakim tingkat
semua kasus yang menurut isi peraturan pertama, tingkat banding, dan tingkat kasasi
tersebut harus diterapkan. Peraturan itu dalam hubungannya dengan aliran-aliran
tidak adil jika diterapkan pada suatu kasus pemikiran hukum yang berkembang.
tetapi tidak diterapkan pada kasus lain yang Adapun bahan hukum yang digunakan
serupa. Sehingga keadilan adalah suatu dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
kualitas yang berhubungan bukan dengan 1) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum
isi dari suatu tatanan hukum positif (law in yang bersifat mengikat yang terdiri atas
book), melainkan pada penerapannya (law Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
in action). Perbuatan seseorang dinyatakan tentang Kekuasaan Kehakiman dan putusan
adil atau tidak adil dalam arti berdasarkan pengadilan; 2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu
hukum, adalah perbuatan tersebut sesuai 8
Lihat lebih lanjut: Zudan Arif Fakrulloh.
atau tidak sesuai dengan suatu norma hukum (2011). Ilmu Lembaga dan Pranata Hukum
yang dianggap absah oleh subjek yang (Sebuah Pencarian), Edisi 2. Jakarta: Rajawa-
li Pers, hlm. 35. Penelitian hukum “normatif”
menilainya. disebut pula sebagai “penelitian hukum dok-
Kontestasi pemikiran hukum tentu trinal”, sedangkan penelitian hukum “sosiolo-
gis” acapkali disebut sebagai disebut pula se-
akan sangat berpengaruh pada pola pikir bagai “penelitian hukum nondoktrinal.” Lihat:
atau paradigma hakim dalam menelaah dan Soetandyo Wignjosoebroto, “Ragam-ragam
Penelitian Hukum” dalam Sulistyowati Irian-
mengambil keputusan atas suatu kasus. to dan Sidharta (ed). (2011). Metode Peneli-
tian Hukum: Konstelasi dan Refleksi. Jakarta:
7
Hans Kelsen. The Pure Theory of Law. Yayasan Pustaka Obor, hlm. 121 et seq. Lihat
Penerjemah: Raisul Muttaqin. (2009). Teori juga: Mike McConville dan Wing Hong Chui
Hukum Murni. Bandung: Nusa Media, hlm. (eds). (2007). Research Methods for Law. Ed-
17–18. inburgh University Press, hlm. 3-6.
30
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)
31
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)
nilai sebagai analisisnya, pendekatan ini dipandang sebagai suatu petunjuk (directive)
mempunyai banyak pengikut. atau banyak cita-cita ideal serta nilai (value)
Penggunaan cita-cita dan nilai sebagai telah dikemukakan sebagai faktor akhir yang
analisis merupakan sebab dan sekaligus lebih tinggi.
akibat dari kenyataan bahwa teori Hukum Hukum Alam secara sederhana dapat
Alam mempunyai pengaruh yang sangat dibedakan dalam dua golongan.14 Di satu pihak
besar, sekali pun berbeda-beda dari waktu adalah golongan yang dapat disebut sebagai
ke waktu, paling tidak dalam kurun waktu teokratis atau religius yang pada akhirnya
2500 tahun terakhir ini. Teori ini terutama mendasarkan diri pada semacam sumber
mempunyai peranan yang sangat menonjol ilahiah. Di lain pihak mazhab metafisika
di dunia barat dan bahkan kadang-kadang (metaphysical) dan sekuler (secular) di
dipersamakan dengan cara pemikiran hukum dalam Hukum Alam mendasarkan diri pada
barat itu sendiri. struktur dan atau lingkungan fisik, apapun
Dalam definisi yang sempit, pen- perbedaan di antara berbagai penganjur
dekatan Hukum Alam meliputi sudut pandang Hukum Alam sehubungan dengan “sumber”
berbeda-beda tentang berbagai persoalan. terakhir dalam teori mereka, dalam hal ini
Walaupun demikian terlihat adanya sejumlah pun mereka menunjukkan satu unsur yang
kesamaan. Inti dari pendekatan ini dengan sama.
jitu telah disimpulkan oleh Chroust sebagai Pada analisis terakhir, setiap penganjur
berikut : Hukum Alam dapat dicirikan oleh sifat
Semenjak saat kelahirannya hukum alam mistis atau ideologis, sebab tiang utama
terutama merupakan suatu pencarian dari teori mereka pada akhirnya tidak dapat
terhadap arti yang akhir dan mutlak dari
hukum dan keadilan. Sebab dalam dirinya diverifikasi secara ilmiah oleh pihak yang
sendiri ia mengandung satu unsur dasar, lain. Dari sudut pandang pihak yang tidak
yakni bahwa ia berusaha untuk mencari percaya (non believer) seluruh teori Hukum
ide-ide dan nilai-nilai yang komperehensif
yang mengatasi fakta dan data-data Alam dimulai dari praduga dan karenanya
empiris tertentu saja; bahwa ia tidak merupakan semacam keyakinan (faith).
pernah henti-hentinya mencari pandangan
lebih tinggi yang mempersatukan yang
Melihat sifatnya yang demikian ini,
akan memberi hukum suatu pengertian di maka tidak mengherankan apabila Hukum
atas “ketentuan yang naif; dan ia berusaha
untuk menemukan pada tingkat yang W. Friedmann, Legal Theory (Teori dan Fil-
14
lebih tinggi satu hukum di antara berbagai safat Hukum: Idealisme Filosofis dan Prob-
hukum.13 lema Keadilan - Susunan II). hlm 345-346.
Memakai empat pembagian untuk menjelas-
Dengan kata lain, faktor yang tetap kan landasan apa yang disebutnya “absolute
(constant) dalam Hukum Alam adalah suatu ideal of justice”; 1. Teori yang berpijak pada
landasan yang teologis; 2. Deduksi legal atas
appeal terhadap sesuatu yang lebih tinggi ini prinsip-prinsip hukum khusus dari suatu cita-
cita keadilan absolut yang metafisis dan juga
13
A. Chroust, On the Nature of the Nature rasional; 3. Teori-teori hukum yang mendasar-
Law, sebagaimana dikutip dalam P. Sayre kan pengetahuan tentang keadilan pada inspi-
(Ed). (1947). Intrepretation of Modern Legal rasi dan instuisi; dan 4. Usaha-usaha untuk
Philosophies; Essays in Honor of Roscoe mendeduksi prinsip-prinsip keadilan dan lan-
Pound. New York, hlm 70-84. dasan rasional universal.
32
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)
Alam telah dipergunakan untuk mem-bela yang menyatakan “law is any rule of conduct
semua dan aneka macam posisi. Ia akan likely to be enforced by the courts” (hukum
dijadikan sandaran untuk memberikan justi- adalah setiap aturan tingkah laku yang mung-
fikasi dan juga untuk menyangkal suatu kin diselenggarakan oleh pengadilan).17
tertib hukum tertentu, dan dalam kontroversi Paradigma hukum yang berkembang
yang lebih khusus setiap pihak telah me- menunjukkan adanya harapan agar penga-
makai Hukum Alam untuk memperkuat dilan, khususnya hakim, tidak hanya mam-
kedudukannya. pu memberikan keadilan prosedural semata
berdasar teks perundang-undangan, akan
Korelasi Putusan Hakim pada Putusan tetapi lebih utama adalah keadilan substantif.
Pengadilan Tingkat Pertama, Tingkat Keadilan substantif bukan berarti hakim harus
Banding, dan Tingkat Kasasi dalam selalu mengabaikan bunyi undang-undang,
Konteks Paradigma Hukum melainkan dengan keadilan substantif berarti
Pengadilan sebagai pilar utama dalam pen- hakim bisa mengabaikan undang-undang
egakan hukum dan sumber keadilan men- yang tidak memberi rasa keadilan, tetapi
empatkan hakim sebagai aktor utama atau tetap berpedoman pada formal undang-
figur sentral dalam proses peradilan yang undang yang sudah memberi rasa keadilan
senantiasa dituntut untuk mengasah kepe- sekaligus menjamin kepastian hukum. Ini
kaan nurani, memelihara integritas, kecer- berarti bahwa apa yang secara formal benar
dasan moral dan meningkatkan profesional- bisa saja disalahkan secara materiil dan
isme dalam menegakkan hukum dan keadi- substansinya melanggar keadilan. Demikian
lan bagi rakyat banyak. Lembaga peradilan sebaliknya, apa yang secara formal salah
adalah perpanjangan tangan dari tujuan bisa saja dibenarkan jika secara materiil dan
pembentukan hukum, yaitu sebagai alat un- substansinya sudah cukup adil.
tuk menemukan keadilan. Dalam konteks ini, Posner18 menge-
Kelompok realisme hukum yang di- mukakan bahwa:
pelopori Oliver Wendell Holmes bahkan That judicial decisions are determined
memandang bahwa hukum adalah apa yang by “the law,” conceived of as a body of
preexisting rules found stated in canonical
diputuskan oleh peradilan (the prophecies
legal materials, such as constitutional and
of what the court will do… are what I mean statutory texts and previous decisions of
by the law).15 Demikian pula Karl Llewellyn the same or a higher court, or derivable
from those materials by logical operations.
yang mengungkapkan bahwa: “what offi-
cials do about disputes is the law it self.”16 Dalam perspektif hukum progresif,
Dalam sudut pandang aliran Antrop- keadilan substantif dapat diwujudkan jika
ologi Hukum yang dipelopori oleh Schapera seorang hakim mampu berhukum dengan
melakukan lompatan lebih dari sekedar
15
Mahkamah Konstitusi RI. (2010). Perkem-
bangan Pengujian Perundang-undangan di 17
Ibid., hlm. 42
Mahkamah Konstitusi. Jakarta: Konstitusi 18
Richard A. Posner. (2008). How Judges Think.
Press, hlm. 41 Cambridge: Harvard University Press, hlm.
16
Ibid. 19
33
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)
tugas dan kewenangan yang diberikan oleh Tinggi Makassar, mengungkapkan bahwa
teks aturan formal.19 Upaya pemenuhan rasa pada praktiknya, proses pengambilan dan
keadilan itu bergantung kepada bagaimana pembuatan putusan oleh hakim di penga-
cara seorang hakim dalam memutuskan dilan, baik dalam perkara perdata maupun
perkara. Jika Hakim gagal mengurai makna pidana merupakan proses yang kompleks
keadilan substantif dalam setiap perkara, dan sulit dilakukan sehingga memerlukan
maka yang ditemukan adalah keadilan absurd. pendidikan, pelatihan, pengalaman dan ke-
Bagi hakim, atau pihak yang diuntungkan, bijaksanaan. Pertimbangan hakim sangat
mungkin suatu putusan adalah adil tapi ditentukan oleh pengetahuan hukum hakim
putusan tersebut tak mampu memenuhi yang bersangkutan.
keadilan dalam konteks memulihkan Tugas yustisial seorang hakim adalah
relasitas kemanusiaan yang sebelumnya memeriksa, mengadili, dan menjatuhkan
terganggu kembali dalam taraf harmoni putusan atas suatu perkara hukum. Soedikno
antara satu dengan lainnya. Pengadilan Mertokusumo menguraikan bahwa dalam
bukanlah sekadar tempat untuk menentukan rangka melakukan penemuan hukum,
pemenang dan pecundang, tetapi pengadilan umumnya dilakukan metode interpretasi
melalui putusan hakim adalah sarana untuk dan konstruksi hukum.21 Metode interpretasi
re-harmonisasi kehidupan manusia. hukum dilakukan terhadap aturan yang
Proses hakim dalam menelusuri ru- sudah ada, namun mengandung norma
ang dalam suatu perkara atau yang disebut yang kabur (vage normen), konflik antar
konsep aktivitas hukum (judicial activism)20, norma hukum (antinomy normen) dan
memberikan ruang dan kesempatan bagi ketidakpastian suatu peraturan perundang-
seorang hakim untuk menggunakan penge- undangan jika berhadapan dengan peristiwa
tahuan personalnya sehingga menuntunnya hukum. Sedangkan metode konstruksi
memutuskan sebuah permasalahan. Pengeta- hukum dilakukan apabila ditemukan adanya
huan personal yang dimaksud dalam proses kekosongan hukum (recht vacuum) atau
penyelesaian perkara hukum tentunya dalam kekosongan undang-undang (wet vacuum).
konteks ilmu hukum. Dalam hal ini para- Pendekatan yang digunakan hakim
digma hukum yang dianut oleh hakim akan pada konteks ini tetap mengacu pada
sangat berpengaruh, di samping pengeta- pendekatan filsufis, normatif, dan empiris22.
huan hukum lainnya. Responden penelitian, Konteks pendekatan ini sama dengan
Zainuddin, seorang Hakim Pengadilan
21
Soedikno Mertokusumo. (2001). Penemuan
Hukum, Sebuah Pengantar. Yogyakarta:
19
Ibid. hlm. 45 Liberty, hlm. 52.
20
Menurut Black Law Dictionary (Bryan Gar- 22
Pendekatan Filsufis untuk pendekatan nilai
ner; 2004, hlm. 850), judicial activism dapat termasuk nilai moralitas, pendekatan norma-
dimaknai sebagai sebuah filosofi dari pem- tif untuk pendekatan yurisprudensi (ilmu hu-
buatan putusan peradilan dimana hakim di- kum normatif), dan pendekatan empiris untuk
perbolehkan menggunakan pengetahuan per- pendekatan sosiologis. Achmad Ali. (2002).
sonalnya mengenai kebijakan publik, di antara Menguak Tabir Hukum: Suatu Kajian Filoso-
pelbagai faktor-faktor, untuk menuntunnya fis dan Sosiologis. Cet. Kedua. Jakarta: PT.
memutuskan sebuah permasalahan. Gunung Agung, hlm. 176
34
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)
pendekatan yang ada sebelumnya, yakni: annya dengan memandang hukum sebagai
a. Pendekatan moralitas, yang focal con- perangkat realitas, tindakan, dan perilaku.
cern-nya landasan moral hukum, dan Jadi hakim dalam memutus perkara tidak
validitas hukumnya adalah konsistensi hanya menggunakan peraturan perundang-
hukum dengan etikaeksternal atau ni- undangan sebagai pijakan utamanya, tetapi
lai-nilai moral. juga melihat dan mengkaji secara nalar re-
b. Pendekatan yurisprudensi (ilmu hu- alitas yang ada terhadap perkara yang diha-
kum normatif), yang focal concern- dapinya. Pendekatan yang terakhir adalah
nya independensi hukum, dan validitas pendekatan filsufis, dimana pendekatan ini
hukumnya adalah konsistensi internal memfokuskan kajiannya dengan meman-
hukum dengan aturan-aturan, norma- dang hukum sebagai seperangkat nilai-nilai
norma, dan asas-asas yang dimiliki moral dimana nilai moral ini yang kemudian
hukum sendiri. mengantarkan kepada keadilan.
c. Pendekatan sosiologis, yang focal Dari ketiga pendekatan yang dipapar-
concern-nya hukum dan tindakan sos- kan di atas, pendekatan yang mendominasi
ial, dimana validitas hukumnya adalah para hakim dalam menerapkan hukum dan
konsekuensi-konsekuensi hukum bagi memutus perkara adalah pendekatan norma-
masyarakatnya. tif dan pendekatan empiris. Pendekatan nor-
matif melihat hukum dalam wujud aturan,
Dalam memutus suatu perkara, pende-
norma atau asas, hakim menilai suatu perka-
katan ketiganya, yakni filsufis, normatif,
ra yang ditanganinya berdasarkan peraturan
dan empiris adalah model pendekatan
perundang-undangan sehingga pada posisi
yang digunakan oleh hakim. Pendekatan
inilah kemudian hakim dinilai memiliki
normatif memfokuskan kajiannya dengan
paradigma positivistis dalam membuat suatu
memandang hukum sebagai suatu sistem
keputusan. Pendekatan empiris tidak melihat
yang utuh yang mencakup perangkat asas-
hukum hanya semata-mata berwujud aturan,
asas hukum, norma-norma hukum, dan
norma, atau asas, tetapi melihat hukum se-
aturan-aturan hukum baik yang tertulis
bagai seperangkat realitas, seperangkat tin-
maupun tidak tertulis. Asas hukum yang
dakan, dan seperangkat perilaku yang men-
melahirkan norma hukum dan norma hukum
cakupi sosiologis, antropologis, psikologis,
yang melahirkan kaidah atau aturan hukum.
ekonomis, dan religius. Pendekatan filsufis
Dari satu asas hukum dapat lahir lebih dari
hanya digunakan sebagai penunjang oleh ha-
satu norma hukum dan dari satu norma
kim dalam memutus perkara sehingga tidak
hukum melahirkan lebih dari satu kaidan
tercermin secara menyeluruh rasa keadilan
atau aturan hukum. Jadi melalui pendekatan
bagi para pihak yang berperkara.
normatif ini, hakim menggunakan peraturan
perundang-undangan sebagai senjata utama Penggunaan ketiga pendekatan terse-
but di atas disebut Menski sebagai triangu-
dalam memutus suatu perkara.
lar concept of legal pluralism.23 Penggunaan
Selanjutnya pendekatan empiris, di-
mana pendekatan ini memfokuskan kaji- 23
Ibid, hlm. 185
35
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)
36
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)
cara hakim memaknai sebuah aturan hukum Faktor-faktor yang Berpengaruh Terha-
umumnya menggunakan dua pola tafsir, yai- dap Penerapan Paradigma Hukum bagi
tu original intent atau non-original intent, Hakim dalam Memutus Perkara
biasa disebut juga dengan tekstual meaning Sebagai figur sentral dalam penegakan hu-
atau contextual meaning, yang sesungguh- kum, paradigma hakim akan sangat dipenga-
nya perwujudan dari pola kontestasi antara ruhi oleh sistem hukum yang berlaku. Sistem
penganut paham positivisme hukum dan so- hukum Indonesia yang bersifat pluralisme
siologi hukum. merupakan kombinasi berbagai sistem hu-
Walaupun hukum yang berkuasa se- kum dengan dominasi utama bersumber dari
bagaimana diuraikan di atas, tetapi bukan sistem hukum Eropa Kontinental (the civil
berarti bahwa hukum itu diciptakan tanpa law system) akibat warisan kolonialisme.
memperhatikan anasir-anasir di luar hukum, Jika begitu banyak pandangan dan literatur
utamanya moralitas. Hukum adalah perlind- yang menyatakan bahwa hukum di Indo-
ungan kepentingan manusia, hukum adalah nesia lebih bersifat positivisme, maka fak-
untuk manusia, sehingga rule of law tidak tor yang dituding sebagai penyebab utama
boleh diartikan bahwa manusia pasif dan adalah akibat pengaruh sistem hukum Eropa
menjadi budak hukum. Hukum dibentuk Kontinental (the civil law system). Karak-
dengan dasar moral mampu memprediksi- ter utama the civil law system adalah adanya
kan gejala sosial yang akan ditimbulkan. kodifikasi, undang-undang menjadi sumber
Gejala sosial ini kemudian berimplikasi lagi hukum yang utama dan sistem peradilan
terhadap hukum itu sendiri sehingga hukum yang bersifat inkuisitorial yang artinya bah-
itu dikatakan pula merupakan produk yang wa hakim berhak untuk mendapatkan bukti
mutakhir yang mampu mengikuti perkem- dalam kasus yang disidangkannya.
bangan zaman. Dengan demikian pula, maka Berdasarkan ketiga karakteristik terse-
dapat dipahami bahwa kebenaran yang ada but, maka jelaslah bahwa paradigma hu-
dalam hukum merupakan kebenaran yang si- kum hakim lebih kepada mengedepankan
fatnya relatif. undang-undang sebagai sumber hukum yang
Hakim dalam pengambilan keputu- utama sehingga penulis menilai pula bahwa
san terhadap perkara yang sedang dihadapi, hakim di Indonesia dominan berparadigma
tidak sekedar sebagai terompet undang-un- positivisme.
dang saja. Hakim seyogyanya mendasarkan Dalam sistem civil law, hukum adalah
putusannya sesuai dengan memerhatikan identik dengan undang-undang, sedangkan
kesadaran hukum dan perasaan hukum serta kebiasaan dan ilmu pengetahuan hukum
kenyataan-kenyataan yang sedang hidup di diakui sebagai hukum apabila undang-
dalam masyarakat, ketika putusan itu di- undang menunjuknya. Akibat sejarahnya,
jatuhkan. Upaya mencari hukum yang tepat sistem ini mengkodifikasi undang-undang
dalam menyelesaikan perkara yang dihadap- untuk membatasi hakim yang karena ke-
kan kepadanya, hakim yang bersangkutan bebasannya telah menjurus ke arah kese-
dapat melakukan penemuan hukum. wenang-wenangan atau tirani.
37
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)
Dominasi sistem hukum warisan ko- adat masih tetap dipertahankan, sehingga
lonialisme disebut menjadi faktor utama menimbulkan pluralisme hukum. Namun
mengapa paradigma hukum dan penegakan dalam praktik penegakan hukum, sistem
hukum di Indonesia sangat bersifat positi- hukum yang berlaku lebih mengandalkan
fistik, termasuk paradigma hakim, walaupun pada bentuk-bentuk hukum tertulis, Para
terdapat sistem hukum lain yang disinyalir pelaksana dan penegak hukum senantiasa
sebagai volkgeist bangsa Indonesia. Misal- mengarahkan pikiran hukum pada peraturan-
nya, sistem hukum adat dan hukum Islam. peraturan tertulis. Kaidah hukum adat atau
Pengadopsian sistem hukum kolonialis be- hukum Islam hanya dipergunakan dalam
lum tentu sesuai dengan tradisi berhukum hal-hal yang secara hukum ditentukan harus
negeri jajahan, sebagaimana yang diutarakan diperiksa dan diputus menurut kedua hukum
Robert B. Seidman dalam gagasannya ten- tersebut. Demikian pula untuk penggunaan
tang “the law of the non-transferable law”. yurisprudensi dalam mempertimbangkan
Menurutnya, hukum undang-undang yang suatu putusan, itu hanya sekedar untuk
berasal dari suatu negeri yang dibentuk ber- mendukung peraturan hukum tertulis yang
dasarkan kondisi sosial-kultural tertentu ti- menjadi sumber utamanya.
daklah akan bisa diterapkan begitu saja pada Hakim dalam memeriksa dan memutus
suatu kelompok penduduk dengan kesadaran perkara, menghadapi suatu kenyataan bahwa
sosial-kultural yang berbeda. hukum tertulis tersebut ternyata tidak selalu
Kecaman Cornelis van Vollenhoven, menyelesaikan masalah yang dihadapi.
anggota Raad van State di pemerintahan Bahkan seringkali hakim sering menemukan
Gubernur Jenderal di Batavia pada tahun sendiri hukum itu (rechtsvinding) dan atau
1840an, juga senada dengan kritiknya yang menciptakan hukum (rechtscheping) untuk
menyatakan: melengkapi hukum yang sudah ada dalam
Bagaimana mungkin di suatu negeri yang memutus suatu perkara. Hakim atas dasar
dihuni jutaan penduduk yang memiliki
inisiatif sendiri harus menemukan hukum,
tradisinya sendiri, lebih-lebih penduduk
Muslim yang taat sekali kepada hukum karena hakim tidak boleh menolak perkara
tulisnya sendiri, dapat diterapi hukum dengan alasan hukum tidak ada, tidak lengkap,
yang dimaksudkan hanya untuk mengatur
kehidupan orang Eropa. Boleh dikhawa- atau hukumnya samar-samar. Gangguan
tirkan bahwa kebijakan seperti ini akan terhadap penegakan hukum mungkin terjadi
menggoyahkan sendi-sendi kehidupan apabila ada ketidakserasian antara nilai,
orang pribumi.24
kaidah dan pola prilaku. Gangguan tersebut
Walaupun secara umum didominasi terjadi apabila terjadi ketidakserasian antara
oleh sistem hukum Eropa Kontinental, nilai-nilai yang menjelma di dalam kaidah-
eksistensi sistem hukum Islam dan hukum kaidah dan pola prilaku yang tidak terarah
24
Dalam tulisan Soetandyo Wignjosoebroto, yang mengganggu kedamaian pergaulan
Hukum Yang Tak Kunjung Tegak: Apa Yang hidup.
Salah Dengan Kerja Penegakan Hukum Di
Negeri Ini?, Dimuat dalam Komisi Yudisial Para hakim dipengaruhi oleh berbagai
Republik Indonesia, Dialektika Pembaruan faktor kognitif dalam menjatuhkan putusan-
Sistem Hukum Indonesia, Juli 2012
38
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)
nya. Paling besar pengaruhnya bagi hakim sebagai berikut: 1) Jaminan terhadap kebe-
dalam memutuskan suatu perkara adalah, basan peradilan/Hakim; 2) Kualitas profe-
opini publik. Para hakim akan sangat mem- sionalisme Hakim; dan 3) Penghayatan etika
perhatikan pendapat masyarakat terhadap profesi Hakim. Faktor pertama merupakan
kasus yang ditanganinya. Dalam putusan, faktor eksternal, sedangkan dua faktor tera-
mereka cenderung tidak melawan arus den- khir merupakan faktor internal.
gan menjatuhkan putusan sebangun dengan Kebebasan peradilan (indepedency
opini masyarakat tersebut, karena ini berka- of judiciary) sudah menjadi keharusan bagi
itan dengan keselamatan sang hakim sendi- tegaknya negara hukum (rechstaat). Hakim
ri. Kemudian menurutnya, pengaruh kedua akan mandiri dan tidak memihak dalam
disebut sebagai attitudinal model atau per- memutus sengketa, dan dalam situasi yang
spektif sikap. Kemudian ada yang disebut kondusif tersebut, Hakim akan leluasa untuk
social background model, yaitu lingkungan mentransformasikan ide-ide dalam pertim-
sosialnya mempengaruhi putusan. Misalnya, bangan-pertimbangan putusan. Di Indone-
dalam kasus perebutan hak asuh. Hakim sia jaminan terhadap telah dipertegas dalam
yang berusia tua, cenderung memberikan penjelasan Pasal 3 Ayat (1) Undang-Undang
hak asuh ke ibu. Mereka terpengaruh, pen- No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Ke-
galaman karena tidak pernah familiar de- hakiman yang mengatur bahwa “dalam men-
ngan peran ayah sebagai pengasuh. Tapi jika jalankan tugas dan fungsinya, hakim dan ha-
hakim dari generasi baby boomer mereka kim konstitusi wajib menjaga kemandirian
bisa menerima ayah juga bisa berperan se- peradilan”. Dalam bagian Penjelasan Un-
bagai pengasuh. dang-Undang Kekuasaan Kehakiman terse-
Untuk kasus di Indonesia, menurut but dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
Reza Indragiri Amriel, hakim cenderung “kemandirian peradilan” adalah bebas dari
memberikan vonis ringan pada kasus ko- campur tangan pihak luar dan bebas dari se-
rupsi, ini ada kaitannya dengan spirit of the gala bentuk tekanan, baik fisik maupun psi-
corp, yaitu saat akan menjatuhkan vonis, kis.
para hakim akan melihat vonis-vonis terda- Faktor kualitas profesionalitas hakim,
hulu. Sehingga mereka menjatuhkan vonis dijelaskan Catur Iriantoro, bahwa melak-
pada rentang yang tidak terlalu jauh dari vo- sanakan tugas secara profesional artinya me-
nis sejenis lain.25 miliki kemampuan dan ketrampilan Hakim
Hakim dalam mengaktualisasi ide ke- untuk melaksanakan efesiensi dan efektifitas
adilan memerlukan situasi yang kondusif, putusan. Baik dari segi penerapan hukum-
baik yang berasal dari faktor eksternal mau- nya, maupun kemampuan mempertimbang-
pun internal dari dalam diri seorang Hakim. kan putusan berdasarkan nilai-nilai keadilan
Jika ditelusuri, faktor-faktor yang mempen- yang tumbuh dan berkembang dalam ma-
garuhi Hakim dalam mentransformasikan syarakat, serta kemampuan memprediksi
ide keadilan, setidaknya dapat dipetakan reaksi dan dampak sosial atas putusan yang
25
Ibid. telah dijatuhkannya. Menurutnya, dalam
39
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)
upaya mewujudkan profesionalisme Hakim, karena apa yang kemudian diputuskan oleh
maka seyogyanya para Hakim memiliki pen- hakim memiliki dampak yang sangat besar
guasaan ilmu yang mendalam dan wawasan bagi masyarakat.
yang luas, yang tercermin dalam bobot dan Budaya hukum masyarakat juga me-
untuk putusan yang dijatuhkan dengan ke- miliki andil dalam konteks ini. Menurut
mampuan untuk mengetahui, memahami teori Lawrence Meir Friedman, budaya hu-
dan menghayati hukum yang berlaku serta kum (culture law) adalah suasana pemikiran
mempunyai keberanian menjatuhkan kepu- sosial dan kekuatan sosial yang menentukan
tusan berdasarkan hukum dan keadilan. bagaimana hukum digunakan, dihindari,
Sementara faktor penghayatan etika atau disalahgunakan. Budaya hukum erat
profesi hakim dimaknai sebagai asas- kaitannya dengan kesadaran hukum ma-
asas moralita yang mendasari profesi syarakat. Semakin tinggi kesadaran hukum
Hakim, sebagai pegangan dalam bersikap masyarakat maka akan tercipta budaya hu-
dan bertindak selama mengemban dan kum yang baik dan dapat merubah pola pikir
menjalankan jabatan Hakim, baik di dalam masyarakat mengenai hukum selama ini. Se-
maupun di luar kedinasan. Ikatan Hakim cara sederhana, tingkat kepatuhan masyara-
Indonesia (IKAHI) telah merumuskan kode kat terhadap hukum merupakan salah satu
kehormatan Hakim Indonesia dalam bentuk indikator berfungsinya hukum.
Panca Dharma Hakim, yang merupakan suatu Namun perlu diingat bahwa sesung-
bentuk pengawasan terhadap anggotanya. guhnya lembaga peradilan adalah tempat
Panca Dharma Hakim ini merupakan nilai- untuk menyelesaikan persoalan-persoalan
nilai yang bersifat abstrak, yang terdiri hukum agar tidak berkembang menjadi kon-
dari Kartika (bertaqwa kepada Tuhan Yang flik yang membahayakan keamanan dan
Maha Esa), Cakra (berlaku adil), Candra ketertiban masyarakat. Menurut Satjipto Ra-
(bijaksana), Tirta (jujur) dan Sari (berbudi hardjo, fungsi itu hanya akan efektif apabila
luhur). pengadilan memiliki 4 (empat) prasyarat:26
Faktor selanjutnya yang juga diek- 1. Kepercayaan (masyarakat) bahwa di tem-
pat itu mereka akan memperoleh keadilan
straksi dari teori-teori yang ada, adalah fak-
seperti mereka kehendaki;
tor masyarakat itu sendiri yakni lingkungan 2. Kepercayaan (masyarakat) bahwa penga-
dimana hukum tersebut berlaku atau diterap- dilan merupakan lembaga yang mengek-
kan. Hakim sebagai aparatur penegakan hu- spresikan nilai-nilai kejujuran, mentalitas
yang tidak korup dan nilai-nilai utama
kum berasal dari masyarakat, melaksanakan
lainnya;
tugasnya yang bertujuan untuk mencapai 3. Waktu dan biaya yang mereka keluarkan
kedamaian dalam masyarakat. Oleh karena tidak sia-sia;
itu, dipandang dari sudut tertentu, maka ma- 4. Pengadilan merupakan tempat bagi orang
untuk benar-benar memperoleh perlin-
syarakat dapat mempengaruhi paradigma
dungan hukum.
hukum hakim. Kebenaran hukum yang ada
dalam masyarakat harus diperhatikan oleh
26
Satjipto Rahardjo. (1986). Hukum dan
Perubahan Sosial. Bandung: Alumni, hlm.
hakim dalam membuat suatu keputusan 107.
40
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)
Selain faktor sistem hukum yang terdakwa dan alat-alat bukti yang terungkap
berlaku dan faktor-faktor yang diuraikan dipersidangan adalah merupakan pengala-
berdasarkan beragam teori tersebut, maka man dari sosok hakim yang sudah digeluti
bersumber dari hasil penelitian empirik yang bertahun-tahun lamanya, bukan dilakukan
dilakukan, ditemukan pengakuan bahwa oleh hakim yang baru.27 Menurutnya, hal
faktor-faktor yang juga berpengaruh dalam tersebut terkecuali bagi hakim adhoc yang
hal paradigma hukum hakim adalah faktor memang memiliki spesialisasi keilmuan dan
pendidikan, pengalaman kerja, pengawasan pengalaman mumpuni dibidang teori akade-
eksternal, integritas, ekonomi dan gender. mis akan menjadi kombinasi yang sempur-
Seluruh responden penelitian ini secara na dengan pengalaman hakim karier dalam
homogen mengemukakan bahwa faktor merumuskan suatu putusan, sehingga terhin-
paling utama dalam persoalan paradigma dar celah kekurangan suatu putusan.
hukum bagi seorang hakim adalah pen- Dalam teori hukum keputusan yang
didikan. salah yang menghapuskan kekuatan legal
Faktor berikutnya yang dinilai turut dari produk perundang-undangan legislatif
berpengaruh dalam membentuk paradig- tidak dapat dipertanggung-jawabkan secara
ma hukum bagi seorang hakim adalah hukum dikarenakan tidak terdapat hak
pengalaman kerja. Masa kerja atau lamanya dan kewajiban sebagai konsekuensi dari
menggeluti profesi hakim serta jumlah kesalahan tersebut. Kesalahan tersebut
kasus yang ditangani adalah unsur-unsur menurut Hart memperlihatkan sisi lain yang
yang mempengaruhi pengalaman kerja menyangkal bahwa pengadilan dipayungi
seorang hakim. Responden penelitian ini adagium “A supreme tribunal has the last
mengatakan bahwa pengalaman kerja turut word in saying what the law is” atau “hukum
memberikan pe ngaruh terhadap keberanian adalah apa yang pengadilan putuskan’. Hart
hakim di dalam mengambil keputusan, ter- menjelaskan pandangannya itu sebagai
masuk cara pandang atau paradigma hakim berikut:28
terhadap telaah hukum atas kasus yang A supreme tribunal has the last word
dihadapinya. Sebagaimana telah diurakan in saying what the law is and, when it
has said it, the statement that the court
pada bagian terdahulu, bahwa pengalaman was ‘wrong’ has no consequences within
kerja juga berpengaruh pada proses rapat the system: no one’s rights or duties are
thereby altered. The decision may, of
permusyawaratan hakim dalam pengambilan
course, be deprived of legal effect by
keputusan. Seringkali hakim yang masih legislation, but the very fact that resort
muda golongan dan pangkatnya tidak to this necessary demonstrates the empty
character, so far as the is concerned, of
mampu berbuat banyak bilamana berbeda
the statement that the court’s decision was
pendapat dengan hakim yang lebih senior wrong. Consideration of these facts makes
apalagi ketua majelis hakim.
Menurut Binsar Gultom, hakim yang
27
Binsar Gultom. Pro-Kontra Putusan Bebas
Pengadilan. Dimuat pada Harian Analisa
mampu menyusun dan membuat pertimba- Senin, 14 Nov 2011.
ngan hukum dari rangkaian keterangan saksi,
28
H.L.A. Hart. (1994). The Concept of Law.
Oxford University Press, New York, hlm. 141
41
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)
it seem pedantic to distinguish, in the case There are no uniform criteria for the
of a supreme tribunal’s decisions, between selection of judges, the judges of the same
their finality and infallibility. This leads court tend to be diverse in background
to another form of denial that courts in and ability, which is a source of tension
deciding are ever bound by rules: “The as well as of an enriching variety of
law (or the constitution) is what the courts experiences and insights. Maintaining
say it is. collegiality under such conditions requires
continuous efforts at minimizing sources
Pertimbangan hukum yang tidak benar of irritation—such as dissents.
dapat terjadi karena berbagai kemungkinan Jika dibandingkan dengan pendidikan
Hakim tidak mempunyai cukup pengetahuan calon hakim di negeri Belanda, maka
hukum tentang masalah yang sedang menurut buku panduan pendidikan calon
ditangani, Hakim sengaja menggunakan hakim Belanda, agar seorang hakim atau
dalil hukum yang tidak benar atau tidak jaksa dinilai memiliki pengalaman yang
semestinya karena adanya faktor lain seperti cukup untuk keahlian dasar membutuhkan
adanya tekanan pihak-pihak tertentu, suap, waktu minimal tujuh tahun. Dalam berbagai
dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi penelitian disebutkan juga pengalaman
indepensi Hakim yang bersangkutan, lebih dari 10.000 jam, yaitu pengalaman,
Hakim tidak memiliki cukup waktu untuk latihan, dan refleksi yang intensif pada
menuliskan semua argumen hukum yang tugas yang telah ditentukan. Ini berarti
baik disebabkan karena terlalu banyaknya bahwa setelah hakim menyelesaikan
perkara yang harus diselesaikan dalam kurun studinya, proses menjadi profesional terus
waktu yang relatif singkat. Atau mungkin berlangsung. Hal ini berpengaruh pada
akibat Hakim malas untuk meningkatkan aspek kognitif hakim atau kepercayaan
pengetahuan dan wawasannya, sehingga seseorang tentang sesuatu yang didapatkan
berpengaruh terhadap kualitas putusan yang dari proses berpikir tentang seseorang atau
dibuatnya. Faktor ini merupakan faktor yang sesuatu. Proses yang dilakukan disini adalah
pengaruhnya tidak langsung, namun cukup memperoleh pengetahuan dan memanipulasi
menentukan kualitas putusan. pengetahuan melalui aktivitas mengingat,
Menurut Richard A. Posner, 29 tidak menganalisis, memahami, menilai, menalar,
ada kriteria seragam untuk pemilihan hakim, membayangkan dan berbahasa.
hakim-hakim pengadilan yang sama cender- Pekerjaan hakim senantiasa berhubu-
ung beragam di latar belakang dan kemam- ngan dengan hajat hidup manusia. Harapan
puan, yang merupakan sumber ketegangan pencari keadilan hanya tertuju pada penegak
serta berbagai memperkaya pengalaman hukum utamanya kepada hakim. Apabila
dan wawasan. Mempertahankan kolegiali- putusan hakim tidak cukup mempertimbang-
tas dalam kondisi seperti itu membutuhkan kan tentang hal-hal yang memiliki keterkai-
terus menerus upaya untuk meminimalkan tan secara yuridis dan sah sebagaimana yang
sumber iritasi-seperti sepaham. Posner men- diungkap oleh para pihak di persidangan,
gatakan: atau yang ditemukan oleh hakim selama
dalam proses pemeriksaan suatu perkara,
29
Richard A. Posner. Op.Cit., hlm 33.
42
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)
maka akan terasa adanya kejanggalan dan dapat dilakukan oleh institusi resmi, dalam
mematikan rasa keadilan para pencari keadi- hal ini Komisi Yudisial, kemudian penga-
lan. Di sinilah faktor kognitif hakim sangat wasan dapat dilakukan melalui organisasi
memegang peranan penting karena hakim kemasyarakatan, serta media massa atau
dituntut mampu memahami hukum secara pers. Adanya pengawasan eksternal sesung-
komperehensif. guhnya memberikan pengaruh psikologis
Hakim dalam memutus suatu perkara bagi hakim dalam mengambil keputusan.
tidak hanya melihat membaca hukum Kekhawatiran akan dampak atau
yang tertulis akan tetapi yang utama dan reaksi atas putusan yang dilakukan juga tu-
terpenting adalah memperhatikan nilai- rut menyumbang terbentuknya perilaku ha-
nilai yang hidup dan memenuhi rasa kim yang hanya mengutamakan paradigma
keadilan masyarakat yang bersangkutan positifistik. Dengan berlindung bahwa pu-
atau lingkungan sosial. Lingkungan sosial di tusan-putusan yang diambil telah sesuai de-
sini diartikan sebagai lingkungan peradilan ngan norma peraturan perundang-undangan
dimana hakim cenderung memberikan vonis serta prosedural standar, maka hakim seolah
yang ada kaitannya dengan spirit of the corp, menyatakan bahwa mereka telah melakukan
yaitu saat akan menjatuhkan vonis, para apa yang semestinya sesuai dengan sistem
hakim akan melihat vonis-vonis terdahulu hukum yang berlaku. Keadilan hukum ter-
sehingga mereka menjatuhkan vonis pada penuhi karena adanya kepastian hukum.
rentang yang tidak terlalu jauh dari vonis Menurut pengakuan salah seorang hakim
sejenis lain. dalam penelitian ini bahwa pengawasan
Pada konteks Ini, hakim menjatuhkan langsung dari Komisi Yudisial, termasuk
vonis tidak selalu melakukan verifikasi ter- menyumbang kekhawatiran hakim terha-
hadap fakta hukum, konstruksi hukum, dan dap melakukan putusan yang progresif atau
penerapan hukum yang tepat, tetapi juga melakukan terobosan.
menjaga identitas korps agar solid. Tetapi Tugas Komisi Yudisial dalam Menjaga
faktor ini tidak begitu mempengaruhi pe- dan Menegakkan kehormatan, keluhuran
mikiran hakim dalam memutus perkara, ha- martabat, serta perilaku hakim, diatur dalam
kim lebih menitikberatkan independensinya Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18
dibandingkan spirit of the corp. Indepedensi Tahun 2011, yaitu:
yang dimiliki hakim memiliki keterkaitan a. Melakukan pemantauan dan pengawasan
terhadap perilaku Hakim;
dengan gagasan kekuasaan kehakiman yang
b. Menerima laporan dari masyarakat berkai-
merdeka, dalam hal ini adalah indepedensi tan dengan pelanggaran Kode Etik dan/
yudisial. atau Pedoman Perilaku Hakim.
c. Melakukan verifikasi, klarifikasi, dan in-
Faktor berikutnya yang mempenga-
vestigasi terhadap laporan dugaan pelang-
ruhi paradigma hukum hakim dalam pe- garan Kode Etik dan/atau Pedoman
nyelesaian perkara, berdasarkan hasil pene- Perilaku Hakim secara tertutup;
d. Memutuskan benar tidaknya laporan
litian empirik, adalah pengawasan eksternal. dugaan pelanggaran Kode Etik dan/atau
Dalam konteks ini, pengawasan eksternal Pedoman Perilaku Hakim;
43
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)
44
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)
45
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)
Sehingga diperlukan upaya untuk melaku- Mike McConville dan Wing Hong Chui
kan pelatihan bagi hakim untuk menyusun (Ed). (2007). Research Methods for
Law Edinburgh University Press.
pertimbangan hukum dan putusannya yang
P. Sayre. (Ed). (1947). Intrepretation of
didasari oleh keterpaduan paradigma hukum
Modern Legal Philosophies; Essays in
yang ada. Honor of Roscoe Pound. New York
Philipus M. Hadjon dan Tatiek Sri Djatmiati.
BIBLIOGRAFI (2005). Argumentasi Hukum, Cetakan
Achmad Ali. (2002). Menguak Tabir Hukum: kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada Uni-
Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis. versity Press.
Cetakan kedua. Jakarta: PT. Gunung Richard A. Posner. (2008). How Judges
Agung. Think. Cambridge: Harvard University
Binsar Gultom. Pro-Kontra Putusan Bebas Press.
Pengadilan. Harian Analisa. Edisi Rikardo Simarmata. Socio Legal Studies dan
Senin, 14 November 2011. Gerakan Pembaharuan Hukum. Avail-
Bryan Garner. (2004). Black Law Dictionary. able from: http://www.huma.or.id/doc-
Oxford University Press, 2nd edition. ument/ [Diakses pada tanggal 6 Sep-
E. Sumaryono. (2002). Etika dan Hukum: tember 2014].
Relevansi Teori Hukum Kodrat Thomas Satjipto Rahardjo. (1986). Hukum dan Pe-
Aquinas, Yogyakarta: Kanisius. rubahan Sosial. Bandung: Alumni.
H.L.A. Hart. (1994). The Concept of Law. Sidharta. (2006). Moralitas Profesi Hukum:
New York: Oxford University Press. Suatu Tawaran Kerangka Berpikir,
Hans Kelsen. The Pure Theory of Law. Bandung: PT. Refika Aditama.
Penerjemah: Raisul Muttaqin. (2009). Soedikno Mertokusumo. (2001). Penemuan
Teori Hukum Murni. Bandung: Nusa Hukum, Sebuah Pengantar, Yogya-
Media. karta: Penerbit Liberty.
Ian McLeod. (2003). Legal Theory. 2nd Ed. Soetandyo Wignjosoebroto. (2012). Hukum
New York: Palgrave Macmillan. Yang Tak Kunjung Tegak: Apa Yang
John Finnis. (2011). Natural Law and Salah Dengan Kerja Penegakan
Natural Rights, 2nd Ed. Oxford: Oxford Hukum Di Negeri Ini?. Dialektika
University Press. Pembaruan Sistem Hukum Indonesia,
L. B. Curzon. (1995). Jurisprudence: Edisi Juli 2012.
Lecture Notes Series, 2nd Ed. London: Sulistyowati Irianto dan Sidharta (Ed).
Cavendish Publishing. Ltd. (2011). Metode Penelitian Hukum:
Mahkamah Konstitusi RI. (2010). Perkem- Konstelasi dan Refleksi, Cet. Kedua
bangan Pengujian Perundang-un- Jakarta: Yayasan Pustaka Obor.
dangan di Mahkamah Konstitusi. Suri Ratnapala. (2009). Jurisprudence. New
Jakarta: Konstitusi Press. York: Cambridge University Press.
Mark Tebbit. (2005). Philosophy of Law: Zudan Arif Fakrulloh. (2011). Ilmu Lembaga
An introduction, 2nd Ed. New York: dan Pranata Hukum (Sebuah Penca-
Routledge. rian), Edisi 2. Jakarta: Rajawali Pers.
***
46