Anda di halaman 1dari 9

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN PENDIDIKANNYA

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah: Psikologi Pendidikan
Dosen Pembimbing: Dr. Sulthon, S.Pd., M.Ag., M.Pd.

Disusun oleh kelompok 8:


1. Larosa Ulin Nafi’ah (1710310121)
2. Isnaeni Amrina Rusdah (1710310123)
3. Diah Asrinig Ati (1710310124)
4. Rizqa Kumala Dewi (1710310134)
5. Widya Hastuti (1710310

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap orang tua menghendaki kehadiran seorang anak. Anak yang di
harapkan oleh orang tua adalah anak yang sempurna tanpa memiliki kekurangan.
Pada kenyataannya, tidak ada satupun manusia yang tidak memiliki kekurangan.
Manusia tidak ada yang sama satu dengan yang lainnya. Hal ini bisa dikatakan
jika manusia adalah makhluk yang unik.
Setiap orang tidak ingin dilahirkan di dunia ini dengan menyandang
kelainan maupun memiliki kecacatan. Orang tua juga tidak ada yang
menghendaki kelahiran anaknya menyandang kecacatan. Kelahiran seorang anak
berkebutuhan khusus tidak mengenal berasal dari keluarga kaya, keluarga
berpendidikan, keluarga miskin, kelurga yang taat beragama atau tidak. Orang
tua tidak mampu menolak kehadiran anak berkebutuhan khusus.
Karena pendidikan itu tidak hanya tertujukan bagi anak normal saja. Tetapi
anak berkebutuhan khusus juga perlu memperoleh bangku pendidikan. Dengan
begitu, dalam kesempatan ini pemakalah akan membahas tentang anak
berkebutuhan khusus beserta pendidikannya.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Apa yang di maksud anak berkebutuhan khusus?
2. Apa faktor penyebab anak berkebutuhan khusus?
3. Apa jenis-jenis anak berkebutuhan khusus?
4. Bagaimana bentuk-bentuk layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus


Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan penanganan
khusus karena adanya gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami anak.
Berkenaan dengan istilah disability, maka anak berkebutuhan khusus adalah anak
yang memiliki keterbatasan di salah satu atau beberapa kemampuan baik itu
bersifat fisik seperti tuna netra dan tuna rungu, maupun bersifat psikologi seperti
autisme.
Anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai anak yang lambat atau
mengalami gangguan yang sangat sukar untuk berhasil di sekolah sebagaimana
anak-anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara
pendidikan memerlukan layanan spesifik yang berbeda (khusus) dengan anak-
anak pada umumnya.1
Dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang
mengalami hambatan dalam tumbuh kembang baik fisik, mental intelektual,
sosial emosional, dan gangguan komunikasi sehingga membutuhkan layanan
pendidikan khusus.
B. Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus selain sudah menjadi takdir juga karena adanya
faktor – faktor tertentu yang menjadi penyebabnya. Faktor–faktor penyebab anak
berkebutuhan khusus menurut kejadiannya dapat dibedakan menjadi tiga
peristiwa yaitu:
a. Kejadian sebelum lahir (prenatal)

1
Dinie Ratri Desiningrum, Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta: Psikosain,
2016), hlm. 1.
Faktor penyebab ketunaan pada masa pre-natal sangat erat hubungannya
dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan.
Ketunaan yang terjadi pada ABK yang terjadi sebelum masa kelahiran dapat
disebabkan antara lain oleh hal- hal sebagai berikut:
1) Virus Liptospirosis (air kencing tikus), yang menyerang ibu yang sedang
hamil. Jika virus ini merembet pada janin yang sedang dikandungnya
melalui placenta maka ada kemungkinan anak mengalami kelainan.
2) Virus Maternal Rubella (campak jerman, retrolanta fibroplasia (RLF))
yang menyerang pada ibu hamil dan jamin janin yang dikandungnya
terdapat kemunngkinan akan timbul kecacatan pada bayi yang lahir.
3) Keracunan darah (toxaenia) pada ibu- ibu yang sedang hamil sehingga
janin tidak dapat memperoleh oksigen secara maksimal, sehingga saraf –
saraf di otak mengalami gangguan.
4) Faktor rhesus (Rh) anoxia prenatal, kekurangan oksigen pada calon bayi di
kandungan yang terjadi karena ada gangguan/infeksi pada placenta.
5) Penggunaan obat – obatan kontrasepsi yang salah pemakaiannya sehingga
jiwanya menjadi goncang, tertekan yang secara langsung dapat berimbas
pada bayi dalam perut.
6) Percobaan abortus yang gagal, sehingga janin yang dikandungnya tidak
dapat berkembang secara wajar.
b. Kejadian pada saat kelahiran
Ketunaan yang terjadi pada saat kelahiran dapat disebabkan oleh beberapa
faktor berikut:
1) Proses kelahiran yang menggunakan tang verlossing (dengan bantuan
tang). Cara ini dapat menyebabkan brain injury (luka pada otak) sehingga
pertumbuhan otak kurang dapat berkembang secara optimal.
2) Proses kelahiran bayi yang terlalu lama sehingga mengakibatkan bayi
kekurangan zat asam/oksigen. Hal ini dapat menggangu pertumbuhan sel-
sel di otak. Keadaan bayi yang lahir dalam keadaan tercekik oleh ari –ari
ibunya sehingga bayi tidak dapat secara leluasa untuk bernafas yang pada
akhirnya bisa menyebabkan gangguan pada otak.
3) Kelahiran bayi pada posisi sungsang sehingga bayi tidak dapat memperoleh
oksigen cukup yang akhirnya dapat mengganggu perkembangan sel di otak.
c. Kejadian setelah kelahiran
Ketunaan pada ABK dapat diperoleh setelah kelahiran pula karena faktor-
faktor penyebab seperti berikut ini:
1) Penyakit radang selaput otak (meningitis) dan radang otak (enchepalitis)
sehingga menyebabkan perkembangan dan pertumbuhan sel-sel otak
menjadi terganggu.
2) Terjadi incident (kecelakaan) yang melukai kepala dan menekan otak
bagian dalam.
3) Stress berat dan gangguan kejiwaaan lainnya.
4) Penyakit panas tinggi dan kejang – kejang (stuip), radang telinga (otitis
media), malaria tropicana yang dapat berpengaruh terhadap kondisi
badan.2
C. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus
Ada bermacam macam jenis anak berkebutuhan khusus, tetapi berdasarkan
keperluan pendidikan, anak dengan berkebutuhan khsus akan dikelompokkan
menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai berikut.
1) Tuna netra (anak yang mengalami gangguan penglihatan)
Tuna netra adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihatannya,
berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, dan walaupun telah diberi
pertolongan dengan alat-alat bantu khusus masih tetep memerlukan pelayanan
pendidikan khusus.
2) Tuna rungu (anak yang mengalami gangguan pendengaran)

2
Ilun Mualifah, Ahmad Fauzi, dkk, Perkembangan Peserta Didik, (Surabaya: Lapis, 2008),
hlm. 17.
Tuna rungu adalah anak yang mangalami seluruh atau sebagian
pendengaran-nya sehinggga tidak atau kurang sebagian daya pendengarannya
sehingga kurang mampu berkomunikasi secara verbal dan walaupun telah
diberi pertolongan dengan alat-alat bantu khusus masih tetep memerlukan
pelayanan pendidikan khusus.
3) Tuna diksa (mengalami kelainan anggota tubuh atau gerakan)
Tuna diksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang
menetap pada alat gerak tulang, sendi, otot. Sehingga memerlukan pelayanan
pendidikan khusus.
4) Tuna grahita
Tuna grahita adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan
keterbelakangan hambatan mental jauh dibawah rata-rata sehingga mengalami
kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun sosial. Oleh
karena itu memerlukan layanan pendidikan khusus.
5) Tuna laras (anak yang mengalami gannguan emosi dan perilaku)
Tuna laras adalah anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian
diri dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku
dalam lingkungan kelompok usia maupun masyarakat pada umumnya,
sehingga merugikan dirinya maupun orang lain oleh karenanya memerlukan
pelayanan pendidikan khusus demi kesejahteraan dirinya
6) Autisme
Autisme adalah gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh
adanya gangguan pada sistem saraf pusat yang mengakibatkan gangguan
dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilkau. Anak yang mengidap autis
pada umumnya menunjukkan perilaku tidak senang kontak mata dengan orang
lain, kurang suka berteman, senang menyendiri dan asyik dengan dirinya
sendiri.
7) Berbakat (memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa)
Anak berbakat adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan
(intelegensi), kreativitas dan tanggung jawab terhadap tugas diatas anak-anak
seusianya (anak normal), sehingga untuk mewujudkan potensinya menjadi
prestasi nyata, memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
8) Lamban belajar (slow learner)
Lamban belajar adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit
dibawah normal tetapi belum termasuk tuna grahita. Dalam beberapa hal
mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan
adaptasi sosial, lebih lamban di bandingkan dengan yang normal, mereka
butuh waktu yang lama dan berulang ulang untuk dapat menyelesaikan tugas
tugas akademik maupun non akademik oleh karenanya memerlukan
pendidikan khusus.
9) Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik
Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik adalah anak yang
secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus
(terutama dalam hal kemampuan membaca, menulis dan berhitung atau
matematika). Sehingga memerlukan layanan pendikan khusus.
10) Anak yang mengalami gangguan komunikasi
Anak yang mengalami gangguan komunikasi adalah anak yang
mengalami kelainan suara, kelancaran bicara, yang menyebabkan terjadi
penyimpangan bentuk bahasa atau fungsi bahasa, sehingga memerlukan
pelayanan pendidikan khusus. Anak yang mengalami gangguan ini tidak
selalu disebabkan faktor ketunarunguan.3
D. Bentuk-Bentuk Layanan Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

3
Sri Budyartati, Problematika Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Media Grafika, 2016),
hlm. 35.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami hambatan dalam
tumbuh kembang baik fisik, mental intelektual, sosial emosional, dan gangguan
komunikasi sehingga membutuhkan layanan pendidikan khusus.
2. Faktor–faktor penyebab anak berkebutuhan khusus terjadi pada saat sebelum
kelahiran, saat kelahiran, dan setelah kelahiran.
3. Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus adalah auna netra (anak yang mengalami
gangguan penglihatan), tuna rungu (anak yang mengalami gangguan
pendengaran), tuna diksa (mengalami kelainan anggota tubuh atau gerakan), tuna
grahita, tuna laras (anak yang mengalami gannguan emosi dan perilaku), autisme,
berbakat (memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa), lamban belajar (slow
learner), anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik, anak yang mengalami
gangguan komunikasi.
4. Bentuk-bentuk layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus adalah
DAFTAR PUSTAKA

Desiningrum Dinie Ratri. 2016. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. (Yogyakarta:


Psikosain)
Mualifah Ilun, Ahmad Fauzi, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. (Surabaya:
Lapis)
Budyartati Sri. 2016. Problematika Pembelajaran di Sekolah Dasar. (Jakarta: Media
Grafika)

Anda mungkin juga menyukai