Tesis Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister
Ekonomi Syariah (M.E.) pada Pascasarjana IAIN Parepare
TESIS
Oleh:
AFRIANTI
NIM: 16.0224.016
SAMPUL..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
PEDOMAN TRANSLITERASI.........................................................................viii
ABSTRAK............................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................1
C. Rumusan Masalah...........................................................................4
B. Paradigma Penelitian.....................................................................55
xvi
E. Instrumen Penelitian......................................................................57
BAB V PENUTUP........................................................................................103
A. Simpulan......................................................................................103
B. Implikasi.......................................................................................103
C. Rekomendasi................................................................................104
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
xvi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
1. Konsonan
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat
dilihat pada halaman berikut:
viii
2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,
transliterasinya sebagai berikut:
Contoh:
َكـْ!يـ : kaifa
َف : haula
َهـْ!و
َل
3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
َ ت مَـا : ma>ta
ََرمـى : rama>
ِ
قـْ!يـ َل : qi>la
يَـمُْـو ُت: yamu>tu
4. Ta marbu>t}ah
Transliterasi untuk ta>’ marbu>t}ah ada dua, yaitu: ta>’ marbu>t}ah yang hidup
atau mendapat harakat fath}ah, kasrah, dan d}ammah, transliterasinya adalah [t].
Sedangkan ta>’ marbu>t}ah yang mati atau mendapat harakat sukun,
transliterasinya adalah [h].
Kalau pada kata yang berakhir dengan ta>’ marbu>t}ah diikuti oleh kata
yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka
ta>’ marbu>t}ah itu ditransliterasikan dengan ha (h).
Contoh:
6. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf ال
(alif lam ma‘arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang
ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyah
maupun huruf qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung
yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya
dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).
Contoh:
Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam
transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf
kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf
kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang,
tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri
didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap
huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak
pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf
kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul
referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks
maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). Contoh:
Abu> al-Wali>d Muh}ammad ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abu> al-Wali>d
Muh}ammad (bukan: Rusyd, Abu> al-Wali>d Muh}ammad Ibnu)
Nas}r H{a>mid Abu> Zai>d, ditulis menjadi: Abu> Zai>d, Nas}r H{a>mid (bukan: Zai>d,
Nas}r H{ami>d Abu>)
11. Daftar Singkatan
Nama : Afrianti
Nim : 16.0224.016
Judul Tesis : Nilai-nilai Ekonomi Syariah dalam Transaksi Jual-
beli pada Pedagang di Pasar Pekkabata Kabupaten
Pinrang
Tesis ini membahas tentang proses transaksi jual-beli pada pedagang, dan
penerapan nilai-nilai ekonomi syariah dalam transaksi jual-beli pada pedagang di
pasar Pekkabata Kabupaten Pinrang. Adapun tujuan penelitian tesis ini adalah
untuk memperoleh data empiris tentang proses transaksi jual-beli, dan penerapan
nilai-nilai ekonomi syariah dalam transaksi jual-beli pada pedagang di pasar
Pekkabata Kabupaten Pinrang.
Jenis penelitian ini adalah penelitian empiris. Paradigma penelitian adalah
naturalism. Sumber data primer adalah pedagang ikan, beras dan buah-buahan
sedangkan data sekunder adalah buku-buku ilmiah, jurnal dan tesis. Instrumen
penelitian adalah peneliti sendiri dan dibantu dengan alat pengumpulan data
yaitu pedoman observasi, pedoman wawancara, alat dokumentasi dan field note.
Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Teknik pengolahan dan analisis data yang meliputi pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Adapun teknik pengujian
keabsahan data yaitu menggunakan teknik trianggulasi.
Hasil penelitian ini adalah: (1) Proses transaksi jual-beli yang dilakukan
oleh pedagang di pasar Pekkabata yaitu para pedagang menawarkan barang
dagangan kepada pembeli. Kemudian pembeli akan menawar harga maupun
jumlah barang yang akan diberikan kepada pedagang. Apabila dalam proses
tawar-menawar tersebut diperoleh kesepakatan maka terjadilah transaksi jual-
beli. (2) Nilai-nilai ekonomi syariah belum sepenuhnya diterapkan oleh para
pedagang di Pasar Pekkabata. Hal ini disebabkan bahwa masih ada indikator
dalam nilai nubuwwah yang belum dilakukan oleh beberapa pedagang yaitu
indikator siddiq/kejujuran dalam hal penggunaan takaran atau timbangan
disebabkan masih ada beberapa pedagang yang menyetel takarannya.
Name : Afrianti
Nim : 16.0224.016
Tesis Title : Sharia Economic Values in Buy-Sell Transactions at
Traders at Pekkabata Market in Pinrang Regency
This thesis discusses the process of buying and selling transactions for
traders, and the application of Islamic economic values in buying and selling
transactions to traders in the Pekkabata market in Pinrang Regency. The
purpose of this thesis research is to obtain empirical data about the buying
and selling transaction process, and the application of Islamic economic
values in buying and selling transactions to traders in the Pekkabata market in
Pinrang Regency.
This type of research is empirical research. The research paradigm is
naturalism. Primary data sources are fish, rice and fruit traders while
secondary data are scientific books, journals and theses. The research
instrument is the researcher himself and is assisted by data collection tools
namely observation guidelines, interview guidelines, documentation tools and
field notes. Data collection techniques are observation, interviews, and
documentation. Data processing and analysis techniques which include data
collection, data reduction, data presentation, and conclusion drawing. The
technique of testing the validity of the data is using the triangulation
technique.
The results of this study are: (1) The process of buying and selling
transactions carried out by traders in the Pekkabata market, namely traders
offer merchandise to buyers. Then the buyer will bid the price and the amount
of goods to be given to the merchant. If an agreement is obtained in the
process of bargaining, a buying and selling transaction will occur. (2) Islamic
economic values have not been fully implemented by traders in the Pekkabata
Market. This is due to the fact that there are still indicators in the value of
prophecy that have not been done by some traders, namely the siddiq / honesty
indicator in terms of the use of doses or scales because there are still some
traders who set their doses.
Afrianti :
16.0224.016 : اسم رقم الطالب
القيم الش رعية اإلقتص ادية في : الطالب عنوان
ال بيع والش راء ل دى معام الت الرسالة
Pekkabataفي في سوق المتداولين
بينانج ريجنسي
تناقش هذه الرسالة عملية شراء وبيع الصفقات
للمتداولين ،وتطبيق القيم االقتصادية اإلسالمية في بيع
وشراء المعامالت للمتداولين في سوق Pekkabataفي بينانج
ريجنسي .الغرض من هذه الدراسة هو الحصول على بيانات تجريبية
عن عملية الشراء والبيع ،وتطبيق القيم االقتصادية
اإلسالمية في عمليات البيع والشراء للتجار في سوق Pekkabata
في بينانج ريجنسي.
هذا النوع من البحوث هو البحث التجريبي .نموذج
البحث الطبيعي .مصادر البيانات األولية هي األسماك واألرز
وتجار الفاكهة بينما البيانات الثانوية هي الكتب العلمية
والمجالت واألطروحات .أداة البحث هي الباحثة بنفسه ،
وتس اعدها أدوات جم ع البيان ات وهي المب ادئ التوجيهي ة
الت ،وأدوات ادئ التوجيهية للمقاب للمراقبة ،والمب
التوثيق والمالحظات الميدانية .تقني ات جم ع البيان ات هي
المراقبة والمقابالت والوثائق .تقني ات معالج ة البيان ات
والتحليل التي تشمل جمع البيانات وتقلي ل البيان ات وع رض
البيان ات ورسم الخاتم ة .تس تخدم تقنية اختب ار ص حة
البيانات تقنية
التثليث.
نتائج هذه الدراسة هي (1) :عملية شراء وبيع المعامالت
التي يقوم بها المتداولون في سوق ، Pekkabataأي التجار
يقدمون البضائع للمشترين .ثم يقوم المشتري بعرض السعر
ومقدار البضاعة المراد منحها للتاجر .إذا تم الحصول على
اتفاق في عملية التفاوض ،فستحدث معاملة شراء وبيع) .
(2لم يتم تنفيذ القيم االقتصادية اإلسالمية بالكامل من
قبل
المتداولين في سوق Pekkabata.ويرجع ذلك إلى حقيقة أنه ال
تزال هناك مؤشرات في قيمة النبوءة التي لم يقم بها بعض
التجار ،وهي مؤشرات الصدق من حيث استخدام الجرعات أو
المقاييس ألن هناك بعض التجار الذين يضعون جرعاتهم.
A. Latar Belakang
1
Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2014), h. 1.
2
Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan…, h. 2.
Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah: Prinsip dan Implementasinya pada Sektor
3
1
2
ekonomi Islam akan mengikuti agama Islam dalam berbagai aspeknya.5 Tujuan
utama dari ekonomi Islam adalah untuk mencapai falah.6 Tujuan ekonomi Islam
akan dapat tercapai apabila nilai-nilai yang terkandung dalam ekonomi Islam
dapat diterapkan.
5
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam, Ed. I; (Cet. VII;
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2015), h. 13.
6
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam…, h. 26.
7
Judgement diartikan pendapat, keputusan, atau pertimbangan. Lihat, John M. Echols, dan
Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia: An English-Indonesian Dictionary (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 337.
8
Muhamad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam; Pendekatan Kuantitatif (Jakarta:
Rajawali Pers, 2008), h. 28.
9
Mustafa Edwin Nasution, Budi Setyanto, Nurul Huda, Muhammad Arief Mufraeni, dan
Bey Sapta Utama, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Ed. I; (Cet. II; Jakarta: Kencana, 2007),
h.11.
10
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami, Ed. V; (Cet. VII; Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2015), h. 34.
3
dapat dilakukan dengan berbagai cara dan di berbagai tempat, diantaranya dapat
keadilan, nilai nubuwwah (kenabian), nilai khilafah, dan nilai ma’ad (hasil).
Adapun transaksi jual-beli yang dimaksud adalah transaksi yang dilakukan oleh
penjual kepada pembeli. Sedangkan pedagang yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah pedagang sembako khususnya meliputi 3 jenis bahan pokok yaitu
beras, ikan, dan buah-buahan.
C. Rumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Teoretis
Tesis ini terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian
penutup, berikut uraian garis besar isi tesis, yaitu:
6
Bagian akhir tesis terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran yakni
pedoman observasi, pedoman wawancara, surat izin penelitian, surat keterangan
telah melakukan penelitian, foto-foto proses penelitian, dan riwayat hidup.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hidayati yaitu nilai tauhid, nilai keseimbangan, nilai khilafah, dan nilai keadilan.
Sedangkan variabel nilai-nilai ekonomi Islam yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu nilai tauhid, nilai keadilan, nilai nubuwwah, nilai khilafah, dan nilai
ma’ad (hasil).
b. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian Athi’ Hidayati
dan penelitian ini yaitu pendekatan deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian
lapangan. Peneliti mengumpulkan dan menemukan data-data yang menjadi fokus
11
Athi’ Hidayati, “Implementasi Nilai-Nilai Ekonomi Islam di PT. Bank BRI Syari’ah
KCP Jombang”, Jurnal Bisnis dan Ekonomi Islam: Volume 1, Nomor 1, 2016, h. 63.
8
Lokasi penelitian dalam penelitian Athi’ Hidayati yaitu di PT. Bank BRI
Syariah KCP Jombang, sedangkan lokasi penelitian dalam penelitian ini yaitu di
Pasar Pekkabata Kabupaten Pinrang.
b. Fokus utama penelitian yang berbeda
corporate culture (budaya perusahaan) di PT. Bank BRI KCP Jombang. Selain
itu, difokuskan pula pada implementasi nilai-nilai ekonomi Islam yang meliputi
nilai tauhid, nilai keseimbangan, nilai khilafah, dan nilai keadilan pada
mekanisme penghimpunan dan penyaluran dana, manajemen SDM, dan
ekonomi Islam yang meliputi nilai tauhid, nilai keadilan, nilai nubuwwah, nilai
khilafah, dan nilai ma’ad (hasil) pada transaksi jual-beli yang dilakukan oleh para
pedagang di Pasar Pekkabata.
d. Hasil penelitian
musyawarah dan partnership masih belum optimal dilakukan pimpinan PT. Bank
BRI Syari‟ah KCP Jombang. b. Nilai budaya PT. Bank BRI Syari’ah KCP
Jombang ini belum bisa mencapai tahap menjiwai dan mengakar dalam diri
karyawan. Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti menemukan hasil yaitu
bahwa semua aspek nilai-nilai ekonomi syariah yakni nilai tauhid, nilai keadilan,
nilai nubuwwah, nilai khilafah, dan nilai ma’ad (hasil) dalam transaksi jual-beli
telah diterapkan oleh pedagang di Pasar Pekkabata.
1. Nilai
Nilai adalah hal yang terkandung dalam diri (hati nurani) manusia yang
memberi dasar pada prinsip akhlak yang merupakan dasar dari keindahan dan
efisiensi atau keutuhan kata hati. Nilai dirasakan sebagai daya pendorong atau
prinsip-prinsip yang menjadi pedoman dalam hidup. Oleh sebab itu, nilai
menduduki tempat penting dan strategis dalam kehidupan seseorang, sampai
pada suatu tingkat di mana orang lebih siap untuk mengorbankan hidup mereka
daripada mengorbankan nilai.12 Nilai merupakan kualitas sesuatu yang
12
Universitas Lampung, “Bab II Landasan Teori” diakses dari http://digilib.unila.ac.id,
pada tanggal 25 Mei 2018 pukul 12.13 WITA.
10
13
L. Sinuor Yosephus, Etika Bisnis: Pendekatan Filsafat Moral terhadap Perilaku
Pebisnis Kontemporer (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010), h. 211-
212.
11
b. Nilai instrinsik ialah nilai yang dianggap baik, tidak untuk sesuatu yang
lain melainkan di dalam dan dirinya sendiri.
d. Nilai dilihat dari segi sifat nilai itu dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu:
1) Nilai subjektif adalah nilai yang merupakan reaksi subjek dan objek.
a. Nilai memberi tujuan atau arah (goals of purpose) ke mana kehidupan harus
menuju, harus dikembangkan atau harus diarahkan.
b. Nilai memberi aspirasi (aspirations) atau inspirasi kepada seseorang untuk hal
yang berguna, baik, dan positif bagi kehidupan.
14
Fitriani, “Bab II Kajian Pustaka” diakses dari http://digilib.uinsby.ac.id, pada tanggal
25 Mei 2018 pukul 12.12 WITA.
12
e. Nilai itu mengusik perasaan (feelings), hati nurani seseorang ketika sedang
mengalami berbagai perasaan, atau suasana hati, seperti senang, sedih,
tertekan, bergembira, bersemangat, dan lain-lain.
laku tertentu sesuai dengan nilai tersebut, jadi nilai tidak berhenti pada
pemikiran, tetapi mendorong atau menimbulkan niat untuk melakukan
sesuatu sesuai dengan nilai tersebut.
h. Nilai biasanya muncul dalam kesadaran, hati nurani atau pikiran seseorang
ketika yang bersangkutan dalam situasi kebingungan, mengalami dilema atau
Fungsi nilai berperan penting dalam proses perubahan sosial, karena nilai
berperan sebagai daya pendorong dalam hidup untuk mengubah diri sendiri atau
masyarakat sekitarnya.15 Setelah mengetahui makna, macam-macam nilai dan
fungsi nilai, agar kiranya orang-orang dapat memahami kekuatan nilai-nilai
tersebut sehingga dapat bertahan pada diri pribadi dan juga untuk mengubah nilai
yang kurang baik ke arah nilai yang lebih baik.
Ekonomi Islam memiliki sifat dasar sebagai ekonomi rabbani dan insani.
Disebut ekonomi rabbani karena sarat dengan arahan dan nilai-nilai ilahiah. Lalu
ekonomi Islam dikatakan memiliki dasar sebagai ekonomi insani karena sistem
ekonomi ini dilaksanakan dan ditujukan untuk kemakmuran manusia.16 Sistem
15
A Munir, “Bab II Landasan Teori”, diakses dari http://eprints.walisongo.ac.id, pada
tanggal 25 Mei 2018 pukul 12.10 WITA.
16
Mustafa Edwin Nasution, Budi Setyanto, Nurul Huda, Muhammad Arief Mufraeni,
dan Bey Sapta Utama, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam…, h. 12.
13
ekonomi Islam sebagai sebuah paradigma dalam kegiatan perniagaan tentu saja
tidak lepas dari unsur-unsur nilai dan norma, yang menjadi landasan penting
dalam penerapan setiap transaksi ekonomi. Unsur nilai dan norma yang menjadi
aturan dalam kegiatan ekonomi harus benar-benar diaplikasikan dalam konteks
kehidupan sehari-hari, terutama ketika dalam proses melakukan transaksi atau
kegiatan perniagaan yang membutuhkan kejujuran sebagai prinsip ideal. Jadi, apa
yang dilakukan pelaku ekonomi, harus dilandasi oleh nilai dan norma yang
berlaku dalam sistem ekonomi Islam.17
Keraf explained business ethics five principles discovering from classical
ethics philosophy: (a) autonomy principle; (b) honesty principle; (c)
justice principle; (d) mutual benefit principle; (e) moral integrity
principle. However, Naqvi said there are four principles in business ethics
written in the Qur’an and Hadith namely: (a) Tauhid; (b) ‘Adl; (c) Free
will, and (d) Responsibility. In accordance with Naqvi, Beekun was
explaining business ethics principles with adding ihsan (e) benevolence
principle as business activity utility. Zarkasy explained that the business
ethics axiom in seven matters, namely: (a) ibadah, (b) khilafah, (c)
‘adalah, (d) shiddiq, (e) amanah, (f) ta’awun, (g) ihsan.18
Adapun yang termasuk nilai-nilai ekonomi Islam adalah sebagai berikut:
Allah Swt., adalah pemilik hakiki. Manusia hanya diberi amanah untuk
memiliki untuk sementara waktu sebagai ujian bagi mereka. dalam Islam, segala
sesuatu yang ada tidak diciptakan dengan sia-sia tetapi memiliki tujuan. Tujuan
diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya, karena itu segala
aktivitas manusia dalam hubungannya dengan alam dan manusia dibingkai
dengan kerangka hubungan dengan Allah Swt., karena kepada-Nya kita akan
mempertanggungjawabkan segala perbuatan kita, termasuk aktivitas ekonomi
dan bisnis.19 Tauhid merupakan fondasi utama seluruh ajaran Islam. Hakikat
tauhid dapat berarti penyerahan diri yang bulat kepada kehendak Ilahi, baik
menyangkut ibadah maupun muamalah. Sehingga semua aktivitas yang
dilakukan adalah dalam kerangka menciptakan pola kehidupan yang sesuai
kehendak Allah Swt.
Implikasi nilai tauhid dalam konteks ekonomi yaitu adanya kemestian
setiap kegiatan ekonomi untuk bertolak dan bersumber dari ajaran Allah Swt.,
dilakukan dengan cara-cara yang ditentukan Allah Swt., dan akhirnya ditujukan
untuk ketakwaan kepada Allah Swt. Konsep tauhid mengajarkan dua ajaran
utama dalam ekonomi. Pertama, semua sumber daya yang ada di alam ini
merupakan ciptaan dan milik Allah Swt., secara absolut (mutlak dan hakiki).
Manusia hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelola sumber daya itu
dalam rangka mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan kehidupan manusia
secara adil. Manusia dalam mengelola sumber daya itu harus mengikuti aturan
Allah Swt., dalam bentuk syariah Islam. Kedua, Allah Swt., menyediakan sumber
daya alam sangat banyak untuk memenuhi kebutuhan manusia. Manusia yang
berperan sebagai khalifah dapat memanfaatkan sumber daya alam yang ada untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Semua sumber daya yang ada merupakan nikmat
Allah Swt., yang tidak ada batasnya.
Menurut Adirwarman A. Karim, tauhid merupakan fondasi ajaran agama
Islam. Nilai tauhid ini mengajarkan bahwa Allah Swt., adalah pencipta dan
pemilik alam semesta beserta isinya termasuk manusia dan segala sumber daya
yang ada. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Allah Swt., adalah pemilik
hakiki, sedangkan manusia hanya diberi amanah untuk memilikinya untuk
sementara waktu sebagai ujian bagi mereka. Segala sesuatu yang ada dalam
pandangan Islam tidak diciptakan dengan sia-sia akan tetapi memiliki tujuan.
Sebagaimana dalam QS. adz-Dzariyat/51: 56
Ayat tersebut berisi tentang tujuan diciptakannya jin dan manusia yaitu
semata-mata untuk beribadah kepada Allah Swt. Oleh karena itu, maka segala
aktivitas manusia dalam hubungannya dengan alam (sumber daya) dan manusia
(muamalah) dibingkai dengan kerangka hubungan dengan Allah Swt., karena
segala sesuatu yang kita lakukan akan dipertanggungjawabkan kepada-Nya
termasuk aktivitas ekonomi dan bisnis.21
Manusia dalam rangka menjaga hubungannya dengan Allah Swt., maka
setiap aktivitas ekonomi yang dilakukannya harus sesuai dengan syariat dan
perintah Allah Swt. Dalam bermuamalah, benda yang ditransaksikan harus
20
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya…, h. 523.
21
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam…, h. 35
Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah: Prinsip dan Implementasinya pada Sektor
22
Terjemahnya:
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan; Karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu.23
produksi barang-barang halal. Tidak hanya dalam aspek produksi, aspek tauhid
pun idealnya dimiliki seorang muslim yang hendak membeli, menjual, dan
meminjam. Seorang muslim selalu tunduk pada aturan-aturan syariah, tidak
membeli atau menjual produk dan jasa-jasa haram, memakan uang haram (riba),
are five fundamental ‘pillars’ that oversee the regulation and religious validity
(sharia compliance) of any Islamic economic and financial activity, as
follows:
a) Ban on ribà (charging of interest)
b) Ban on speculating (maysìr) and introducing elements of uncertainty in
contracts (ghàrar)
c) Ban on the use of, trade and investment in prohibited assets or activities
(haram)
d) Profit and loss sharing
e) The obligation to have real assets underlying all financial transactions.25
Seseorang yang bekerja dalam bidang perekonomian khususnya dalam
kegiatan transaksi jual-beli harus senantiasa menanamkan nilai tauhid dalam
dirinya agar segala perilaku dan tindakan yang dilakukan tetap sesuai dengan
nilai dan ajaran syariat. Sehingga selain mendapatkan keberkahan dalam kegiatan
dan usahanya, juga hubungannya dengan orang lain dapat terjalin dengan baik.
b. ‘Adl (Keadilan)
Allah Swt., adalah pencipta segala sesuatu, dan salah satu sifat-Nya
adalah adil. Dia tidak membeda-bedakan perlakuan terhadap makhluk-Nya secara
24
H. Veithzal Rivai, H. Amiur Nuruddin, dan Faisar Ananda Arfa, Islamic Business and
Economic Ethics (Mengacu pada Al-Qur’an dan Mengikuti Jejak Rasulullah SAW dalam
Bisnis, Keuangan, dan Ekonomi)…, h. 52-56.
25
Simona Franzoni and Asma Ait Allali, “Principles of Islamic Finance and Principles of
Corporate Social Responsibility: What Convergence?,” Sustainability: Volume 10, Nomor 3,
2018, h. 3.
18
zalim. Manusia sebagai khalifah di muka bumi harus memelihara hukum Allah
Swt., di bumi dan menjamin bahwa pemakaian segala sumber daya diarahkan
untuk kesejahteraan manusia, supaya semua mendapat manfaat daripadanya
secara adil dan baik. Implikasi ekonomi dari nilai keadilan adalah bahwa pelaku
ekonomi tidak dibolehkan untuk mengejar keuntungan pribadi apabila hal itu
merugikan orang lain atau merusak alam. Tanpa keadilan, manusia akan
terkelompok-kelompok dalam berbagai golongan. Golongan yang satu akan
mendzalimi golongan yang lain sehingga terjadi eksploitasi manusia atas
manusia. Masing-masing berusaha mendapatkan hasil yang lebih besar daripada
usaha yang dikeluarkannya karena kerasukannya.
Bentuk penjabaran lain dari konsep adil menurut Adiwarman A. Karim
yaitu dilarangnya gharar dan maysir. Gharar adalah suatu objek transaksi tidak
mampu diserahkan pada saat melakukan transaksi, baik objek itu ada atau tidak
ada.26 Maysir adalah suatu permainan yang menempatkan 1 pihak yang harus
menanggung beban pihak yang lain. Allah Swt., memberi penegasan terhadap
(perjudian) dalam QS. al- Maidah (5): 90.27 Gharar dapat pula diartikan sebagai
suatu transaksi jual-beli di mana si penjual tidak tahu apa yang dijual, dan
pembeli tidak tahu apa yang dibeli. Sedangkan maysir merupakan suatu
permainan peluang di mana satu pihak harus menanggung beban pihak lain
sebagai suatu konsekuensi keuangan akibat hasil dari permainan tersebut.
Selain larangan gharar dan maysir, penjabaran lainnya dari konsep adil
adalah larangan tadlis. Tadlis merupakan suatu transaksi yang sebagian
26
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam: Fiqih Muamalah (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2003), h. 147.
27
Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2014), h. 43.
19
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Terj. Dahlia Husin, (Cet. I; Jakarta:
29
20
disebutkan dalam berbagai istilah antara lain ‘adl, qisth, mizan, hiss, qasd atau
variasi ekspresi tidak langsung. Makna kata adil dalam al-Qur’an bisa diturunkan
berbagai nilai turunan yang berasal darinya sebagai berikut:
1) Persamaan kompensasi
22.
21
Adil tidak selalu diartikan sebagai kesamaan hak, namun hak ini
disesuaikan dengan ukuran setiap individu atau proporsional, baik dari sisi
dengan konsumsi, namun juga pada distribusi pendapatan. Suatu distribusi yang
adil tidak selalu harus merata, namun perlu tetap memperhatikan ukuran dari
memperoleh jumlah yang besar dan yang kecil memperoleh jumlah yang kecil
pula.32 Seluruh makna adil tersebut akan terwujud jika setiap orang menjunjung
berikut:
a) Kebenaran
b) Kejujuran
Kata “jujur” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti lurus
hati, tidak berbohong (misal dengan berkata apa adanya), tidak curang (misal
dalam permainan, dengan mengikuti aturan yang berlaku, tulus dan ikhlas.
Sedangkan kejujuran adalah sifat (keadaan jujur), ketulusan (hati), dan kelurusan
(hati).33 Jujur sebagai sebuah nilai merupakan keputusan seseorang untuk
mengungkapkan (dalam bentuk perasaan, kata-kata dan/atau perbuatan) bahwa
realitas yang ada tidak dimanipulasi dengan cara berbohong atau menipu orang
lain untuk keuntungan dirinya. Kata jujur identik dengan “benar” yang lawan
katanya adalah “bohong”. Makna jujur lebih jauh dikorelasikan dengan kebaikan
(kemashlahatan). Kemashlahatan memiliki makna kepentingan orang banyak,
bukan kepentingan diri sendiri atau kelompoknya, tetapi semua orang yang
terlibat.34
Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan
pekerjaan.35 Sedangkan kejujuran berarti memiliki kemampuan menyampaikan
kebenaran, mengakui kesalahan, dapat dipercaya, dan bertindak secara
terhormat.36 Jujur berarti adanya konsistensi antara kepercayaan, sikap, ungkapan,
dan perilaku. Kejujuran merupakan aspek penting dan prasyarat dalam keadilan.
Kejujuran merupakan tuntutan yang mutlak untuk bisa mencapai kebenaran dan
keadilan. Bila seseorang tidak bisa berlaku jujur dalam suatu hal
33
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 479.
Dharma Kesuma, Cepi Triatna, dan Johar Permana, Pendidikan Karakter (Kajian Teori
34
maka keputusan yang diambil dalam urusan itu dipastikan tidak benar dan tidak
adil.
c) Keberanian
Mengambil suatu keputusan yang adil dan melakukan yang benar sering
kali seseorang dihadang oleh suatu keadaan yang serba menyulitkan, sehingga
keberanian diperlukan untuk mengatasi semua hal ini, tanpa hal ini keadilan
tidak bisa diwujudkan.
d) Kelurusan
Nilai kelurusan diartikan sebagai taat asas atau konsisten menuju tujuan.
Taat asas di sini merupakan suatu kondisi yang harus dipenuhi agar perilaku adil
bisa terwujud. Jika seseorang tidak bisa berperilaku taat asas, maka akan sangat
terbuka kemungkinan untuk melakukan kezaliman.37 Penegakan keadilan
termasuk keadilan ekonomi dan penghapusan kesenjangan pendapatan. Allah
Swt., yang menurunkan Islam sebagai sistem kehidupan bagi seluruh umat
manusia, menekankan pentingnya adanya keadilan dalam setiap sektor baik
ekonomi, politik maupun sosial.38 Komitmen Islam yang besar pada persaudaraan
dan keadilan menuntut agar semua sumber daya yang tersedia bagi ummat
a) Pemenuhan kebutuhan
Implikasi logis dari persaudaraan dan amanat atas sumber daya alam
38
H. Veithzal Rivai, H. Amiur Nuruddin, dan Faisar Ananda Arfa, Islamic Business and
Economic Ethics (Mengacu pada Al-Qur’an dan Mengikuti Jejak Rasulullah SAW dalam
Bisnis, Keuangan, dan Ekonomi)…, h. 59.
24
kebutuhan pokok semua individu dan untuk menjamin standar hidup yang wajar
dan terhormat bagi setiap orang, dan selaras dengan martabat manusia sebagai
harus dipenuhi yaitu kebutuhan dasar (primer) seperti sandang, pangan, papan,
39
M. Umer Chapra, Islam and the Economic Challenge, Terj. Nur Hadi Ihsan, dan Rifqi
Amar, Islam dan Tantangan Ekonomi (Islamisasi Ekonomi Kontemporer) (Surabaya: Risalah
Gusti, 1999), h. 230-233.
25
instrument zakat, infaq, sedekah, pajak, kharaj, jizyah, cukai ekspor, dan
equality untuk semua umat sebagai tujuan utama dan paling akhir dari sistem
distribusi dan pembangunan ekonomi. Namun, upaya untuk mengeliminasi
kesenjangan antar pendapatan umat adalah sebuah keharusan. 44 Pendistribusian
dalam berbagai instrumen tersebut bertujuan agar tidak adanya kesenjangan
antara si kaya dan si miskin, dan agar pendapatan dapat didistribusikan secara
merata sesuai dengan syariat Islam.
40
C. Pass. B Lowes. L Davies, Kamus Lengkap Ekonomi (Jakarta: Penerbit Erlangga,
1994), h. 162.
41
Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2015), h. 131.
42
Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010), h. 314.
43
H. Veithzal Rivai, H. Amiur Nuruddin, dan Faisar Ananda Arfa, Islamic Business and
Economic Ethics (Mengacu pada Al-Qur’an dan Mengikuti Jejak Rasulullah SAW dalam
Bisnis, Keuangan, dan Ekonomi)…, h. 61.
Faisal Badroen, M. Arief Mufraeni, Suhendra, dan Ahmad D. Bashori, Etika Bisnis
44
c. Nubuwwah (Kenabian)
Sifat-sifat utama Nabi Muhammad saw., yang harus diteladani oleh para
pelaku ekonomi adalah sifat siddiq, amanah, tabligh, dan fathanah.47 Sifat-sifat
tersebut diuraikan sebagai berikut:
45
M. Umer Chapra, Islam and the Economic Challenge, Terj. Nur Hadi Ihsan, dan Rifqi
Amar, Islam dan Tantangan Ekonomi (Islamisasi Ekonomi Kontemporer)…, h. 235.
46
Euis Amalia, “Transformasi Nilai-nilai Ekonomi Islam dalam Mewujudkan Keadilan
Distributif Bagi Penguatan Usaha Kecil Mikro di Indonesia,” al-Iqtishad: Volume 3, Nomor 1,
Januari 2011, h. 79.
47
H. Veithzal Rivai, H. Amiur Nuruddin, dan Faisar Ananda Arfa, Islamic Business and
Economic Ethics (Mengacu pada Al-Qur’an dan Mengikuti Jejak Rasulullah SAW dalam
Bisnis, Keuangan, dan Ekonomi)…, h. 90-92.
27
Jujur atau benar ialah mengatakan yang benar dan yang terang atau
memberikan kabar sesuai kenyataan, sesuai dengan yang diketahui subjek dan
tidak diketahui oleh orang lain. Jujur merupakan salah satu sifat baik, orang yang
ingin maju harus memiliki sifat jujur. Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada
upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan.48 Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak
suka berbohong dan berbuat curang, berkata apa adanya dan berani mengakui
kesalahan.49 Prinsip ini harus melandasi seluruh perilaku ekonomi manusia, baik
Nabi adalah sosok yang ideal dari seorang yang jujur atau benar. Ketika
bagi Siti Khadijah yang kaya raya, yang kemudian menjadi isteri beliau. Nabi
pembeli mana barang baik dan yang cacat, tidak pernah menutupinya. Nabi
Muhammad juga ketika berjualan memberi tahu kepada calon pembeli berapa dia
membeli barangnya dan berapa dia harus menjual sehingga keuntungannya benar-
benar terbuka, tidak ditutupi. Orang jujur akan berbuat benar tanpa tergantung
48
Haedar Nashir, Pendidikan Karakter Berbasis Agama dan Budaya (Yogyakarta: Multi
Presindo, 2013), h. 71.
Pupuh Faturrohman, AA Suryana, dan Fenny Fatriany, Pengembangan Pendidikan
49
pada sikap orang lain dan keadaan disekitarnya, apakah dirinya diawasi atau
tidak baik seperti mengurangi timbangan sebagaimana diterangkan dalam QS. al-
Muthaffifin. Pedagang harus tegas dalam hal takaran dan timbangan agar
perdagangan berdasarkan prinsip kejujuran transaksi bisnis yang fair dan sehat
kepada para pedagang. Pada saat beliau menjadi kepala negara, perangkat hukum
beserta reward dan punishment benar-benar ditegaskan kepada para pelaku bisnis
yang tidak jujur/benar. Siddiq dapat dijadikan sebagai modal dasar untuk
mengenai manfaat bagi pengguna. Tabligh juga berarti bahwa pengelolaan dana
dan keuntungan harus dilakukan secara transparan dalam batas-batas yang tidak
mengganggu kerahasiaan.
pemasaran/marketing, cara agar barang yang dijual lebih laris dan mendatangkan
keuntungan, serta strategi agar pembeli tertarik dan membeli barang dagangan. 56
Bila ekonom muslim akan menyusun teori dan proposisinya, maka hal yang harus
54
Afzalurrahman, Muhammad as A Trader, Terj. Dewi Nurjulianti, Muhammad
sebagai Seorang Pedagang (Jakarta: Yayasan Swarna Bhumy, 1997), h. 292.
55
H. Veithzal Rivai, H. Amiur Nuruddin, dan Faisar Ananda Arfa, Islamic Business and
Economic Ethics (Mengacu pada Al-Qur’an dan Mengikuti Jejak Rasulullah SAW dalam
Bisnis, Keuangan, dan Ekonomi)…, h. 90-92.
Mustofa, “Enterpreneursip Syariah: (Menggali Nilai-nilai Dasar Manajemen Bisnis
56
menjadi pegangan adalah bahwa semua yang datang dari Allah Swt., dan Rasul-
Nya pasti benar. Bila ada hal-hal yang tidak dapat dipahami oleh manusia dengan
akalnya, maka mejadi tugas manusia untuk terus berusaha menemukan kebenaran
tersebut dengan cara apapun.
d. Khilafah (Pemerintahan)
menjadi khalifah di muka bumi, yaitu menjadi wakil Allah Swt., untuk
memakmurkan bumi dan alam semesta. Ini berlaku bagi semua manusia, baik dia
sebagai individu, kepala keluarga, pemimpin masyarakat atau kepala negara.
Nilai ini mendasari prinsip kehidupan kolektif manusia dalam Islam. Fungsi
utamanya adalah agar menjaga keteraturan interaksi (muamalah) antarkelompok
termasuk dalam bidang ekonomi agar kekacauan dan keributan dapat dihilangkan
atau dikurangi. Selain tentang aspek manusia sebagai khalifah di muka bumi,
juga tentang peranan pemerintah dan negara dalam perekonomian.
Peran utama pemerintah dalam pandangan Islam adalah untuk menjamin
perekonomian agar berjalan sesuai dengan syari’ah, dan untuk memastikan
supaya tidak terjadi pelanggaran terhadap hak-hak manusia. Semua ini dalam
kerangka mencapai tujuan-tujuan syari’ah, yang menurut imam al-Ghazali adalah
untuk memajukan kesejahteraan manusia. Meskipun dalam Islam, pemerintah
memainkan peranan yang kecil, akan tetapi sangat penting dalam perekonomian.
Peran utamanya adalah untuk menjamin perekonomian agar berjalan sesuai
dengan syariah, dan untuk memastikan supaya tidak terjadi pelanggaran terhadap
hak-hak manusia.57
Manusia diciptakan sebagai khalifah di muka bumi ini untuk menjaga dan
mengelola segala sumber daya alam dengan sebaik-baiknya dan tidak membuat
kerusakan di muka bumi, sebagaimana dalam QS. al-Baqarah/2: 30.
manusia sebagai khalifah di muka bumi ini artinya untuk menjadi pemimpin dan
pemakmur yang nantinya akan bertanggung jawab atas segala apa yang
dilakukannya.
Manusia telah dibekali dengan semua karakteristik mental-spiritual dan
materil untuk memungkinkannya hidup dan mengemban misi-Nya secara efektif.
Manusia juga telah disediakan segala sumber daya memadai bagi pemenuhan
kebutuhan kebahagiaan bagi manusia seluruhnya, seandainya digunakan secara
efisien dan adil. Makna khilafah dapat dijabarkan lebih lanjut menjadi beberapa
pengertian sebagai berikut:
6.
32
6.
32
ilmiah terjadi kesenjangan. Untuk itu diperlukan equity agar kesenjangan ini
1) Persaudaraan universal
atau anggota suatu bangsa atau kelompok atau negara tertentu saja. Ini
menjadikan persamaan dan martabat sosial secara umat manusia, hitam atau
putih, tinggi atau pendek, sebuah unsur pokok dari kepercayaan Islam. Kriteria
untuk menentukan nilai seseorang bukanlah bangsa, keluarga, atau kekayaannya,
tetapi sifatnya yang merupakan cerminan dari kepercayaan dan amalannya. Hal
ini berarti tidak ada perbedaan antara manusia yang satu dengan manusia yang
lain melainkan akhlak dan perbuatan mereka.
a) Sumber-sumber daya adalah amanat
(1) Sumber daya diperuntukkan bagi semua bukan sebagian kecil saja.
Sumber-sumber daya itu harus digunakan dengan adil untuk
kesejahteraan semua orang.
(2) Setiap orang harus memperoleh sumber-sumber daya itu dengan adil,
dengan cara sebagaimana ditunjukkan oleh al-Qur’an dan Sunnah.
Bertindak yang sebaliknya adalah melanggar fungsi kekhalifahan.
(3) Sumber-sumber daya yang diperoleh tidak boleh digunakan kecuali
untuk kepentingan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan amanat, di
mana kesejahteraan bukan hanya milik seseorang atau keluarganya
tetapi juga orang lain. Seseorang sebagai pengemban amanat, tidak
akan menjadi egois, rakus, jahat dan bekerja hanya untuk kesejahteraan
dirinya sendiri.
(4) Tidak seorang pun berwenang menghancurkan atau memboroskan
sumber-sumber daya pemberian Tuhan. Tindakan ini oleh al-
Satu-satunya gaya hidup yang sesuai untuk khalifah Allah Swt., adalah
M. Umer Chapra, Islam and the Economic Challenge, Terj. Nur Hadi Ihsan, dan Rifqi
61
Intervensi negara pada harga didasarkan pada prinsip mashlahat, yaitu untuk
62
Saifullah Bombang, “Ethics and The Principles of Islamic Banking in The Persfektif
Islamic Economics Law,” Journal of Humanity: Volume 4, Nomor 1, 2016, h. 5.
H. Veithzal Rivai, H. Amiur Nuruddin, dan Faisar Ananda Arfa, Islamic Business and
63
Economic Ethics (Mengacu pada Al-Qur’an dan Mengikuti Jejak Rasulullah SAW dalam
turunnya harga tidak selalu terkait dengan kedzaliman (zulm) yang dilakukan
seseorang. Kadang-kadang alasannya adalah kekurangan dalam produksi barang-
barang yang diminta. Jadi, ketika permintaan naik dan penawaran turun, harga
dengan sendirinya akan naik. Di sisi lain, jika persediaan barang meningkat dan
permintaannya menurun, maka harga akan turun. 65 Peran negara dalam hal ini
adalah untuk mengontrol harga-harga yang ada di Pasar sehingga tidak adanya
kesewenang-wenangan para pedagang dalam menetapkan harga terhadap suatu
barang atau produk.
e. Ma’ad (Hasil)
65
A. A. Islahi, Konsep Ekonomi Ibnu Taimiyyah (Surabaya: Bina Ilmu, 1997), h. 104.
66
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami…, h. 40-41
67
Mursal, “Implementasi Prinsip-prinsip Ekonomi Syariah: Alternatif Mewujudkan
Kesejahteraan Berkeadilan,” Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam: Volume 1, Nomor 1,
Maret 2015 (online), h. 75.
37
3. Transaksi
68
Dea Mardiah, ”Definisi Transaksi Menurut Para Ahli”, diakses dari
http://deamardiah06.blogspot.co.id, pada tanggal 28 Mei 2018 pukul 21.41 WITA.
38
dalam perekonomian, yaitu transaksi tunai dan non tunai. Perbedaan dari dua
jenis transaksi tersebut terletak pada alat/instrument yang digunakan.
a. Transaksi Tunai
2) Inefisiensi
baru yang diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam bertransaksi. Hal ini
terlihat dari banyaknya fasilitas sistem transaksi non tunai yang dikeluarkan oleh
pihak bank. Sistem pembayaran transaksi non tunai diharapkan dapat membawa
39
dampak positif yaitu dengan beralihnya masyarakat kepada transaksi non tunai,
dapat mengefisiensi biaya untuk kebutuhan pencetakan uang tunai. Selain itu,
4. Jual-Beli
dengan ijab dan qabul menurut syara’.70 Jual-beli menurut syariat adalah
pertukaran harta atas dasar saling rela, atau memindahkan milik dengan ganti
yang dapat dibenarkan (yaitu berupa alat tukar yang sah). Sebagian ulama
memberikan definisi mengenai jual beli adalah menukar suatu harta dengan harta
yang lain dengan cara khusus merupakan definisi yang bersifat toleran karena
menjadikan jual beli sebagai saling menukar, sebab pada dasarnya akad tidak
harus ada saling tukar akan tetapi menjadi bagian dari konsekuensinya, kecuali
69
SC Fahmi, “Bab II Landasan Teori”, diakses dari http://repository.umy.ac.id, pada
tanggal 25 Mei 2018 pukul 12.16 WITA.
A. Zainuddin, dan Muhammad Jamhari, al-Islam 2 (Muamalah dan Akhlak) (Cet. I;
70
jika dikatakan “akad yang mempunyai sifat saling tukar menukar artinya
menuntut adanya satu pertukaran”.71
Inti jual-beli adalah suatu perjanjian tukar-menukar benda atau barang
yang mempunyai nilai secara sukarela diantara kedua belah pihak, yang satu
memberi benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau
ketentuan yang telah diberikan syara’ dan disepakati.72 Berdasarkan definisi yang
b. Memindahkan milik dengan ganti dapat dibenarkan, yaitu berupa alat tukar
yang diakui sah dalam lalu lintas perdagangan.73
Cara pertama, yaitu pertukaran harta atas dasar saling rela. Harta yang
dimaksud adalah semua yang dimiliki dan dapat dimanfaatkan. Harta yang
dimaksud dalam pengertian lain yaitu terkait dengan objek hukum, meliputi
segala benda, baik yang berwujud maupun tidak berwujud, yang dapat
dimanfaatkan atau berguna bagi subjek hukum. Pertukaran harta atas dasar saling
rela dapat dikemukakan bahwa jual-beli yang dilakukan adalah dalam bentuk
barter atau pertukaran barang. Sedangkan cara kedua, yaitu memindahkan milik
dengan ganti yang dapat dibenarkan, berarti barang tersebut dipertukarkan
dengan alat ganti yang dapat dibenarkan.74 Adapun yang dimaksud dengan ganti
yang dapat dibenarkan di sini berarti milik/harta tersebut dipertukarkan dengan
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat, Ed. I; (Cet. I; Jakarta: Amzah, 2010),
71
h. 23.
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Cet. II; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), h. 68-
72
69.
Suhrawardi K. Lubis dan Farid Wajdi, Hukum Ekonomi Islam (Cet. I; Jakarta: Sinar
73
alat pembayaran yang sah seperti, uang rupiah dan mata uang lainnya. Allah
Swt., menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba sebagaimana yang terdapat
dalm QS. al-Baqarah/2: 275
Terjemahnya:
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual--beli itu sama dengan
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.
orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan), dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.75
75
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya…, h. 47.
42
76
Moh. Syamsi Hasan, Hadis-hadis Populer Shahih Bukhari dan Muslim (Surabaya:
Amelia, 2008), h. 503.
77
Moh. Syamsi Hasan, Hadis-hadis Populer Shahih Bukhari dan Muslim…, h. 502.
43
Hukum asal jual-beli adalah mubah atau boleh apabila terpenuhi syarat
dan rukunnya. Tetapi pada situasi tertentu, hukum bisa berubah menjadi wajib,
haram, sunnah dan makruh.
a. Wajib
c. Adanya lafal.79
78
Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli (Cet. I; Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2015), h.
16.
44
Ketiga rukun tersebut harus terpenuhi dalam transaksi jual-beli, hal ini
dikarenakan bahwa apabila salah satu rukun tersebut tidak terpenuhi dalam
transaksi jual-beli, dan apabila salah satu dari rukun tersebut tidak ada maka
transaksi jual-beli tidak sah. Rukun jual-beli tersebut memiliki syarat baik yang
terkait dengan subjek maupun syarat yang terkait dengan objek. Syarat-syarat
a. Syarat Subjek
1) Berakal, agar dia tidak tertipu, orang gila atau bodoh tidak sah jual belinya.
Berakal berarti dapat membedakan atau memilih mana yang terbaik bagi
dirinya. Apabila salah satu pihak tidak berakal maka jual-beli yang diadakan
tidak sah.
79
Suhrawardi K. Lubis dan Farid Wajdi, Hukum Ekonomi Islam…, h. 140.
80
Suhrawardi K. Lubis dan Farid Wajdi, Hukum Ekonomi Islam…, h. 141.
45
Terjemahnya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah Swt., adalah Maha Penyayang
kepadamu.81
Perkataan suka sama suka dalam ayat di atas, menjadi dasar bahwa jual-
beli harus dilakukan karena adanya unsur kerelaan antara kedua belah pihak.
Selain itu, dapat pula dipahami bahwa dasar jual-beli merupakan kehendak bebas
atau kehendak sendiri yang bebas dari berbagai unsur tekanan atau paksaan dan
tipu daya.
perjanjian jual-beli bukanlah manusia yang boros (mubazir), sebab orang yang
boros di dalam hukum dikategorikan sebagai orang yang tidak cakap bertindak.
4) Baligh
Dewasa dalam hukum Islam adalah apabila telah berumur 15 tahun, atau
telah bermimpi bagi anak laki-laki dan haid bagi anak perempuan. Bagi anak-
anak yang belum dewasa atau baligh akan tetapi sudah dapat membedakan mana
yang baik dan mana buruk, sebagian ulama berpendapat bahwa anak tersebut
kecil dan tidak bernilai tinggi.82 Apabila anak yang belum dewasa tidak dapat
melakukan perbuatan hukum seperti jual-beli barang kecil dan tidak bernilai
b. Syarat Objek
sebagai berikut:
1) Bersih barangnya
2) Dapat dimanfaatkan
4) Mampu menyerahkannya
5) Mengetahui
Apabila dalam suatu jual-beli keadaan barang dan jumlah harganya tidak
diketahui, maka perjanjian jual-beli itu tidak sah. Sebab bisa saja perjanjian itu
mengandung unsur penipuan. Mengetahui di sini dapat diartikan secara lebih
luas, yaitu melihat sendiri keadaan barang baik mengenai hitungan, takaran,
timbangan atau kualitasnya. Sedangkan menyangkut pembayarannya, kedua
belah pihak harus mengetahui tentang jumlah pembayaran maupun jangka waktu
pembayaran.83 Jadi, apabila dua pihak ingin melakukan transaksi jual-beli maka
kedua belah pihak harus mengetahui segala hal yang menyangkut transaksi jual-
beli baik mengenai barang maupun pembayarannya.
c. Syarat Lafal
84
Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, Ed. I; (Cet. I; Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2002), h. 121.
48
Kedua syarat lafal tersebut dapat dipahami bahwa ijab dan qabul yang
dilakukan oleh kedua belah pihak yang bertransaksi harus dilakukan dalam 1
majelis. Jual-beli ada tiga macam yaitu:
a. Menjual barang yang dapat dilihat, hukumnya boleh jika barang yang dijual
suci, bermanfaat dan memenuhi rukun jual beli.
b. Menjual barang yang tidak ada dan tidak dapat dilihat oleh penjual dan
pembeli atau salah satu dari mereka, atau barangnya ada tetapi tidak
diperlihatkan. Maka jual beli itu tidak boleh karna penjualan yang
tersembunyi itu dilarang. Penjualan gharar adalah penjualan yang tidak
diketahui. Penjualan semacam ini sangat ditakutkan dan dapat menyebabkan
terjadinya kemudharatan umat apabila barang yang dibeli tidak sesuai degan
keinginan pembeli.
c. Menjual sesuatu yang ditentukan sifatnya dan diserahkan kemudian, ini
adalah salam (pembayarannya lebih didahulukan diawal jual beli), hukumnya
boleh.85
Semua proses jual-beli tidak selamanya diperbolehkan, akan tetapi ada
pula diantaranya yang dilarang karena suatu hal tertentu yang diperkirakan akan
merugikan orang lain dan mengandung kemudaratan. Jual-beli yang dilarang
terbagi atas dua:
Sohari Sahrani, Fiqh Muamalah (Cet. I; Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 71.
85
49
10) Jual-beli muzabanah, ialah menjual buah yang basah dengan buah yang
kering. Seperti menjual padi yang kering dengan bayaran padi basah
sedang ukuran timbangannya sama, sehingga akan merugikan pemilik
padi basah.
b. Jual-beli terlarang karena ada faktor lain yang merugikan pihak-pihak terkait
1) Jual-beli dari orang yang masih dalam tawar-menawar. Apabila ada dua
orang masih tawar-menawar atas sesuatu barang, maka terlarang bagi
orang lain untuk membeli barang itu, sebelum penawar pertama
diputuskan.
50
5. Penerapan
86
Abdul Rahman Ghazaly, Ghufron Ihsan, dan Saipudin Shidiq, Fiqh Muamalat (Cet. I;
Jakarta: Prenada Media Group, 2010), h. 81-87.
87
Universitas Lampung, “II Tinjauan Pustaka”, diakses dari http://digilib.unila.ac.id,
pada tanggal 04 Juni 2018 pukul 20.00 WITA.
51
suatu kegiatan yang terencana untuk mencapai tujuan kegiatan. 88 Menurut J.S
Badudu dan Zain, penerapan adalah hal, cara atau hasil. Menurut Lukman Ali,
penerapan adalah mempraktikkan atau memasangkan. Adapun menurut Wahab,
unsur-unsur penerapan meliputi adanya program yang dilaksanakan, adanya
kelompok target yaitu masyarakat yang menjadi sasaran dan diharapkan akan
menerima manfaat dari program tersebut, dan adanya pelaksanaan baik
organisasi atau perorangan yang bertanggung-jawab dalam pengelolaan,
pelaksanaan maupun pengawasan dari proses penerapan tersebut.89
Implementasi disebut juga dengan penerapan atau pelaksanaan, menurut
Budi Winarno implementasi adalah tindakan-tindakan yang harus dilakukan oleh
sekelompok individu yang telah ditunjuk untuk menyelesaikan suatu tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Tindakan terdiri dari beberapa tingkat yaitu:
a. Persepsi, yaitu mekanisme mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan
dengan tindakan yang akan diambil.
b. Respon Terpimpin, yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang
benar dan sesuai dengan contoh.
c. Mekanisme, yaitu dapat melakukan sesuatu secara otomatis tanpa menunggu
perintah atau ajakan orang lain.
d. Adopsi, yaitu suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya
tindakan itu telah dimodifikasikan tanpa mengurangi kebenaran dari tindakan
tersebut.90
88
Universitas Islam Negeri Imam Bonjol, “Bab II Landasan Teori”, diakses dari
http://pustakauinib.ac.id, pada tanggal 04 Juni 2016 pukul 20.03 WITA.
89
Universitas Lampung, “II Tinjauan Pustaka”, diakses dari http://digilib.unila.ac.id,
pada tanggal 04 Juni 2018 pukul 20.00 WITA.
90
Area Baca, “Pengertian Implementasi menurut Para Ahli”, diakses dari
http://www.areabaca.com/2015/12/pengertian-implementasi-menurut-para.html pada tanggal 27
April 2017 pukul 12.40 WITA.
52
91
SC Fahmi, “Bab II Landasan Teori”, diakses dari http://repository.umy.ac.id, pada
tanggal 25 Mei 2018 pukul 12.16 WITA.
92
Moh Nasuka dan Subaidi, “Maqāṣid Syarī’ah sebagai Koridor Pengelolaan Perbankan
Syariah,” Iqtishoduna: Volume 6, Nomor 2, Oktober 2017, h. 228.
53
Haider Naqvi, ada empat nilai ekonomi Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan
Hadis yaitu tauhid, keseimbangan, kehendak bebas, dan tanggung jawab.93
Adapun pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pemikiran
Adiwarman A. Karim, hal ini disebabkan bahwa dalam pemikiran atau teori
Adiwarman A. Karim tentang nilai-nilai ekonomi syariah lebih bersifat universal
sehingga pemikirannya dapat diterapkan dalam segala aspek atau kegiatan
perekonomian termasuk dalam kegiatan transaksi jual-beli sebagaimana dalam
penelitian ini. Sedangkan pemikiran Syed Nawab Haider Naqvi tentang nilai-
nilai ekonomi syariah lebih mengarah kepada kajian tentang pemerataan
pendistribusian pendapatan. Sehingga pemikiran Syed Nawab Haider Naqvi
kurang tepat jika diterapkan dalam transaksi jual-beli.
Nilai-nilai ekonomi syariah perlu diterapkan dalam perekonomian agar
dapat menciptakan perekonomian yang lebih baik. Teori penerapan terdapat
dalam pemikiran Budi Winarno dan pemikiran Wahab. Dalam pemikiran Budi
Winarno, teori penerapan mengandung 3 unsur yaitu pelaksana, tindakan dan
tujuan. Sedangkan dalam pemikiran Wahab, teori penerapan mengandung 3 unsur
yaitu ada program, target/sasaran, dan pelaksanaan. Akan tetapi dalam penelitian
ini, teori penerapan yang digunakan adalah pemikiran Budi Winarno. Hal ini
disebabkan bahwa unsur penerapan dalam pemikiran Budi Winarno lebih bersifat
umum sehingga mudah dikaji dalam berbagai bidang
Landasan teori yang kuat dan prinsip-prinsip sistem ekonomi islami
belum cukup, karena teori dan sistem menuntut adanya manusia yang
menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam teori dan sistem tersebut. Pelaku
yang dijadikan sumber utama dalam penelitian ini yaitu pedagang di Pasar
Pekkabata yang melakukan transaksi jual-beli. Untuk memahami kerangka
teoretis tersebut maka dapat dilihat pada bagan berikut:
Syed Nawab Haider Naqvi, Islam, Economics, and Society, Terj. M. Saiful Anam dan
93
PENERAPAN
BUDI WAHAB
WINARNO 1. Ada program
1. Pelaksana
2. Target/sasaran
2. Tindakan 3. Pelaksanaan
3. Tujuan
PEDAGANG
DI PASAR PEKKABATA
55
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
B. Paradigma Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan
sumber data sekunder.
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti
(narasumber).94 Data tersebut diperoleh melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi di lokasi penelitian. Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu:
a. Pedagang beras
b. Pedagang ikan
c. Pedagang buah-buahan
Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial, Ed. I; (Cet. III; Jakarta:
94
1. Waktu Penelitian
Waktu yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu selama ± 2 bulan
dengan berbagai tahapan, mulai dari pengurusan surat penelitian hingga
selesainya tahap pengujian keabsahan data dalam penelitian.
2. Lokasi Penelitian
95
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h. 106.
57
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dari teknik
yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu sebagai berikut:
1. Pedoman observasi.
2. Pedoman wawancara.
3. Alat dokumentasi.
4. Field note.
1. Tahap persiapan
2. Tahap pelaksanaan
3. Tahap akhir
Teknik dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu teknik field
research: teknik ini merupakan teknik yang digunakan untuk memperoleh data
yang memuat apa yang didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan peneliti pada
saat melakukan penelitian di lapangan. 97 Teknik pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Observasi
2. Wawancara
98
Joko Subagyo, Metode Penelitian (dalam Teori dan Praktek) (Cet. IV; Jakarta: Rineka
Cipta, 2004), h. 63.
Joko Subagyo, Metode Penelitian (dalam Teori dan Praktek)…, h. 39.
99
59
3. Dokumentasi
1. Pengumpulan Data
a. Mengumpulkan data dan informasi dari catatan hasil wawancara dan hasil
observasi.
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),
100
h.
158.
Mansyhuri dan Zainuddin, Metode Penelitian (Pendekatan Praktis dan Aplikatif)
101
3. Penyajian Data
102
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Cet. VIII; Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2012), h. 203.
61
BAB IV
Hal lain yang dilakukan oleh pedagang selain mencari tempat berjualan
yaitu menyediakan air dan membeli kantongan plastik untuk digunakan dalam
berjualan. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu Saddiana sebagai
berikut:
Pada saat hari pasar, yang dilakukan sebelum memulai menjual yaitu
mencari tempat berjualan. Setelah mendapatkan tempat berjualan yang
2018.
62
Bagi pedagang yang telah memiliki tempat berjualan tetap, ketika tiba di
Pasar biasanya memasang tenda apabila tempat jualannya mudah terkena terik
matahari sehingga nantinya tidak akan merasa panas ketika berjualan apalagi
ketika matahari sudah mulai terik. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu
Rahmatia sebagai berikut:
Aktivitas yang dilakukan sebelum memulai menjual yaitu memasang
tenda dan menyiapkan barang dagangan yang ingin dijual.105
Hal ini dikatakan pula oleh Ibu Sia selaku pedagang beras sebagai
berikut:
Kegiatan yang dilakukan sebelum memulai menjual yaitu memasang
tenda dan mengatur atau menyiapkan barang-barang dagangan.106
Selain itu, dikatakan pula oleh informan yang lain yaitu Ibu Sumarni
sebagai berikut:
104
Saddiana, “Pedagang Ikan,” Wawancara, Pekkabata, 13 Juli 2018.
105
Rahmatia, “Pedagang Beras,” Wawancara, Pekkabata, 30 Juli 2018.
106
Sia, “Pedagang Beras,” Wawancara, Pekkabata, 03 Agustus 2018.
108
Nurhayati, “Pedagang Ikan,” Wawancara, Pekkabata, 20 Juli 2018.
63
Tiba di Pasar untuk berjualan pada pagi hari, dan pulang pada siang hari
apabila kegiatan di Pasar telah selesai.109
pembeli. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu Surianti sebagai berikut:
Cara berjualan yang biasa digunakan yaitu memanggil pembeli dengan
suara yang keras, karena kadang-kadang ada beberapa pembeli yang
merasa tertarik dan datang untuk membeli ketika mendengarkan suara
yang keras.110
Pembeli yang tertarik untuk membeli barang yang dijual oleh pedagang
akan menanyakan harga barang dagangan yang dijual oleh pedagang. Selain
menanyakan harga barang, pembeli juga menanyakan mengenai kualitas barang
yang dijual oleh pedagang. Maka dari itu, sudah menjadi tugas pedagang untuk
menjelaskan tentang harga dan kualitas barang dagangannya. Hal ini
sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak Sulaiman sebagai berikut:
Kualitas barang dagangan dijelaskan kepada pembeli apabila pembeli
bertanya. Begitupula dengan harga, perlu dijelaskan kepada pembeli
apabila ada pembeli yang bertanya. Apabila ada pembeli meminta harga
kurang dari harga modal, maka akan diberikan jika sudah ada keuntungan
dari harga yang diminta. Akan tetapi, jika belum ada keuntungan yang
didapat maka harga yang diminta tidak akan diberikan.112
Selain yang dikatakan oleh informan tersebut, maka hal ini dikatakan
pula oleh informan yaitu Ibu Dewi selaku penjual buah sebagai berikut:
sebagai berikut:
Perlu dijelaskan kepada pembeli bahwa ikan yang dijual adalah ikan yang
baru saja dibeli, akan tetapi untuk lebih meyakinkan pembeli maka
diperbolehkan untuk memeriksanya sendiri. Selain itu, perlu pula
dijelaskan tentang harga ikan kepada pembeli, apabila pembeli
menyepakati harga yang ditawarkan maka ikan yang ditawarkan akan
dibeli.114
pembeli, baik terkait dengan harga maupun terkait dengan jumlah barang yang
akan diminta. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu Rabuana sebagai
berikut:
Pembeli sering menawar harga barang, selain itu banyak pula pembeli
yang kadang-kadang meminta tambahan jumlah barang. Jika pedagang
merasa tidak rugi maka pembeli akan diberi tambahan, akan tetapi jika
pedagang merasa rugi atau tidak ada keuntungan yang diperoleh maka
tidak akan diberi tambahan.116
113
Dewi, “Pedagang Buah,” Wawancara, Pekkabata, 13 Agustus 2018.
114
Hasna, “Pedagang Ikan,” Wawancara, Pekkabata, 20 Juli 2018.
115
Tija, “Pedagang Ikan,” Wawancara, Pekkabata, 20 Juli 2018.
2018.
65
Apabila penjual dan pembeli sepakat dengan harga barang dan jumlah
barang yang diminta maka akan terjadi transaksi jual-beli. Transaksi yang
dilakukan antara penjual dan pembeli tersebut adalah transaksi jual-beli secara
langsung tanpa melalui perantara. Alat pembayaran yang digunakan dalam
transaksi tersebut yaitu berupa uang tunai. Adapun untuk pembeli yang membeli
dengan uang yang nominalnya lebih besar dari harga barang maka pedagang akan
mengembalikan sisa uangnya dengan uang juga. Hal ini sebagaimana yang
dikatakan oleh Ibu Eni sebagai berikut:
Apabila pembeli menerima dan sepakat dengan harga jual yang
ditawarkan dan setelah melalui proses tawar-menawar maka pembeli akan
membayar barang yang dibeli tersebut dengan menggunakan uang.
Adapun jenis uang yang dipakai yaitu berupa uang kertas, dan kadang-
kadang ada beberapa uang receh atau uang logam. Apabila uang yang
digunakan untuk membayar nominalnya lebih besar maka akan
dikembalikan sisanya dengan uang yang nominalnya lebih kecil.118
Selain itu, hal ini dikatakan pula oleh Ibu Anti selaku informan sebagai
berikut:
Pembeli yang datang sendiri ke pasar untuk membeli barang-barang, dan
barang yang dibeli dibayar secara langsung dengan uang karena pembeli
yang ingin berutang tidak diterima apalagi jika pembeli tersebut tidak
117
Anti, “Pedagang Buah,” Wawancara, Pekkabata, 03 Agustus 2018.
118
Eni, “Pedagang Ikan,” Wawancara, Pekkabata, 23 Juli 2018.
2018.
66
dikenal. Jika uang yang digunakan oleh pembeli lebih besar nominalnya
maka sisanya akan dikembalikan dalam bentuk uang.120
Hal yang serupa juga dikatakan oleh Ibu Dewi sebagai berikut:
Masih dilakukan pembayaran dengan cara tunai atau langsung karena
belum ada alat atau mesin yang dapat digunakan untuk melakukan
pembayaran non tunai.122
2018.
67
dapat lagi dijual pada esok hari atau pada pasar yang lain maka lebih baik
dijual dengan harga murah.124
Selain barang dijual murah, ada pula pedagang yang akan membawa
barang dagangannya kembali ke rumah untuk dijual pada hari pasar berikutnya.
Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu Tija sebagai berikut:
Jika barang dagangan belum habis terjual pada satu pasar maka sisa dari
barang dagangan dibawa pulang ke rumah, kemudian dijual kembali di
Pasar lain.125
tertarik untuk membeli barang yang dijual. Ketika pembeli merasa tertarik
dengan barang yang dijual oleh pedagang, maka terjadi proses tawar-menawar
antara penjual dan pembeli baik tawar-menawar yang terkait dengan harga
barang dagangan maupun tawar-menawar yang terkait dengan jumlah barang
yang diminta oleh pembeli. Apabila pedagang dan pembeli merasa cocok dan
sepakat dengan harga dan jumlah barang yang diminta maka transaksi jual-beli
akan terjadi.
Proses transaksi jual-beli di Pasar Pekkabata berlangsung sampai siang
hari. Transaksi yang terjadi di Pasar Pekkabata adalah transaksi secara langsung
dan tunai antara penjual dengan pembeli tanpa melalui perantara. Di mana
pembeli akan menawar langsung barang yang dijual atau ditawarkan oleh
pedagang. Apabila pedagang menyepakati harga yang diminta oleh pembeli maka
pembeli akan membayar harga barang dengan uang tunai yaitu uang kertas
maupun uang logam atau uang recehan sesuai dengan harga yang telah
disepakati.
Meskipun para pedagang berjualan sampai siang hari, akan tetapi barang
yang dijual pada hari itu oleh pedagang belum tentu habis terjual sehingga
barang dagangan yang belum laku atau tidak habis terjual pada hari itu akan
dijual dengan harga yang murah, dan adapula beberapa pedagang yang lebih
memilih membawanya pulang ke rumah untuk dijual lagi pada hari pasar
berikutnya atau menjualnya di Pasar lain.
Pekkabata menjual barang yang baik dan halal karena barang yang dijual adalah
berbagai jenis ikan baik ikan air tawar maupun ikan laut. Hal ini sebagaimana
yang dikatakan oleh Ibu Nahariah sebagai berikut:
Jenis ikan yang dijual yaitu ikan mujahir, ikan gabus, dan ikan oseng.127
Hal ini dikatakan pula oleh informan lain selaku penjual ikan yaitu Ibu
Selain menjual ikan basah, adapula pedagang yang menjual ikan kering
dan udang. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu Erni sebagai berikut:
Ikan yang dijual yaitu ikan bandeng, ikan mujahir, dan ikan kering.129
Sedangkan untuk pedagang beras, barang yang dijual adalah barang yang
baik dan halal karena barang yang dijual adalah berbagai jenis beras yaitu beras
putih biasa dan beras ketan baik beras ketan hitam maupun beras ketan putih.
Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Mama Amran sebagai berikut:
Beras yang dijual adalah berbagai jenis beras putih biasa.131
2018.
70
jenis buah-buahan yang baik dan halal. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh
berikut:
Jenis buah-buahan yang dijual yaitu buah apel dan juga buah jeruk.137
Selain menjual barang yang baik dan halal, barang tersebut harus
bersumber dari tempat yang baik dan halal, dan juga diperoleh dengan cara yang
baik dan halal. Para pedagang di Pasar Pekkabata memperoleh barang dagangan
dari tempat yang baik dan halal. Para pedagang juga memperoleh barang
dagangannya dengan cara yang baik dan halal.
133
Aminah, “Pedagang Beras,” Wawancara, Pekkabata, 23 Juli 2018.
134
Saurah, “Pedagang Beras,” Wawancara, Pekkabata, 27 Juli 2018.
135
Surianti, “Pedagang Buah,” Wawancara, Pekkabata, 06 Agustus 2018.
136
Muna, “Pedagang Buah,” Wawancara, Pekkabata, 06 Agustus 2018.
137
Sulaiman, “Pedagang Buah,” Wawancara, Pekkabata, 10 Agustus 2018.
71
Hal tersebut dikatakan pula oleh Ibu Nurdiana selaku informan sebagai
berikut:
Ikan yang dijual di Pasar adalah ikan yang dibeli langsung pada pedagang
lain di Pasar.140
tempat yang baik dan halal, dan juga diperoleh dengan cara yang baik dan halal
karena barang yang dijual adalah barang yang diambil secara langsung dari
petani. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh informan yaitu Ibu Aminah
sebagai berikut:
Beras yang dijual diperoleh secara langsung dari petani dengan
berkunjung ke tempat petani tersebut.141
Hal ini dikatakan pula oleh Ibu Hj. Jasmani sebagai berikut:
138
Rabuana, “Pedagang Ikan,” Wawancara, Pekkabata, 16 Juli 2018.
139
Eni, “Pedagang Ikan,” Wawancara, Pekkabata, 23 Juli 2018.
140
Nurdiana, “Pedagang Ikan,” Wawancara, Pekkabata, 16 Juli 2018.
141
Aminah, “Pedagang Beras,” Wawancara, Pekkabata, 23 Juli 2018.
72
Beras jualan diambil secara langsung pada petani yang sudah menjadi
langganan. Beras dijemput secara langsung di lokasi dengan
menggunakan mobil.142
Selain diambil secara langsung dari petani, adapula pedagang beras yang
membeli barang dagangan dari pedagang lain untuk dijual kembali. Hal ini
Ada yang memperoleh beras secara langsung dari petani, dibeli secara
langsung dari pedagang, dan adapula yang memperoleh beras secara langsung
dari pabriknya. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Mama Amran sebagai
berikut:
Beras dagangan dibeli secara langsung dari pabrik oppeng yang berlokasi
di daerah Kaliang.145
diperoleh dan diambil secara langsung dari pekebun. Hal ini sebagaimana yang
142
Hj. Jasmani, “Pedagang Beras,” Wawancara, Pekkabata, 23 Juli 2018.
143
Pati, “Pedagang Beras,” Wawancara, Pekkabata, 27 Juli 2018.
144
Sumarni, “Pedagang Beras,” Wawancara, Pekkabata, 03 Agustus 2018.
145
Mama Amran, “Pedagang Beras,” Wawancara, Pekkabata, 27 Juli 2018.
146
Surianti, “Pedagang Buah,” Wawancara, Pekkabata, 06 Agustus 2018.
147
Tani, “Pedagang Buah,” Wawancara, Pekkabata, 06 Agustus 2018.
73
Hal ini dikatakan pula oleh informan lain yaitu Bapak Sulaiman sebagai
berikut:
Barang dagangan dibeli langsung dari supplier, akan tetapi dikirim
melalui ekspedisi.149
Bagi pedagang yang tidak dapat membeli secara langsung dari pekebun
maupun supplier, maka pedagang akan membeli barang pada pedagang lain yang
ada di Pasar kemudian dijual kembali. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh
Ibu Rasdia sebagai berikut:
Buah-buahan dibeli secara langsung pada pedagang yang ada di Pasar
Pekkabata kemudian dijual kembali.150
Selain menjual barang dagangan yang baik dan halal, berasal dari tempat
yang baik dan halal, dan diperoleh dengan cara yang baik dan halal, segala
sesuatu yang pedagang lakukan juga harus memiliki tujuan yang baik dan halal.
Terkait dengan hal tersebut, para pedagang ikan di Pasar Pekkabata berdagang
dengan tujuan untuk mencari keuntungan agar usahanya dapat dikembangkan
lagi, dan juga untuk kebutuhan sehari-hari dan masa depan anak-anaknya. Hal ini
sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu Nahariah sebagai berikut:
Tujuan utama berdagang yaitu ingin mencari keuntungan. Selain itu,
untuk belanja keperluan sehari-hari, dan juga kebutuhan anak-anak.151
148
Anti, “Pedagang Buah,” Wawancara, Pekkabata, 03 Agustus 2018.
149
Sulaiman, “Pedagang Buah,” Wawancara, Pekkabata, 10 Agustus 2018.
150
Rasdia, “Pedagang Buah,” Wawancara, Pekkabata, 10 Agustus 2018.
151
Nahariah, “Pedagang Ikan,” Wawancara, Pekkabata, 13 Juli 2018.
74
Hal ini dikatakan pula oleh informan lain yaitu Ibu Tija sebagai berikut:
Tujuan dalam menjual yaitu untuk membeli makanan atau kebutuhan
pokok lainnya, dan untuk ditabung sehingga hasilnya dapat digunakan
untuk mengembangkan usaha.152
Hal ini dikatakan pula oleh informan lain yaitu Ibu Ani sebagai berikut:
Tujuan berjualan yaitu untuk menambah modal, dan untuk belanja
kebutuhan sehari-hari.154
ikan dan pedagang beras yaitu untuk menambah penghasilan dan juga untuk
belanja kebutuhan sehari-hari. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu
Hal ini dikatakan pula oleh informan lain yaitu Ibu Eni sebagai berikut:
Takaran digunakan dengan tujuan agar ikan atau udang terlihat lebih
bagus, dan juga agar ikan atau udang yang berada di bagian bawah bisa
terlihat. Selain itu, takaran dikembungkan dan tidak rata ditujukan agar
supaya permukaannya tidak terasa licin, karena kadang-kadang jika
menggunakan piring besi yang permukaannya rata maka udang atau ikan
akan mudah terjatuh karena ikan dan udang yang dijual tersebut selalu
dibiarkan dalam keadaan basah.158
Hal ini dikatakan pula oleh informan lainyaitu Ibu Saurah sebagai
berikut:
Tidak dapat diketahui dengan pasti alasan orang menyetel literannya,
akan tetapi di tempat ini tidak pernah menyetel literan, apabila literan
yang digunakan sudah rusak maka akan diganti dengan literan yang baru.
Sudah banyak literan yang pernah diganti, kadang-kadang literan yang
digunakan tersebut masih bagus akan tetapi apabila mendapatkan pembeli
yang cerewet maka pembeli akan tetap protes. Mungkin salah satu alasan
pembeli melakukan itu karena telah terbiasa dibohongi oleh pedagang lain
sehingga menganggap semua pedagang sama.160
Ibu Ani selaku informan juga mengatakan hal yang sama bahwa dia tidak
159
Hj. Jasmani, “Pedagang Beras,” Wawancara, Pekkabata, 23 Juli 2018.
160
Saurah, “Pedagang Beras,” Wawancara, Pekkabata, 27 Juli 2018.
2018.
77
ini juga menjadi salah satu trik agar memiliki banyak langganan karena
pembeli ketika membeli di tempat lain sebanyak 2 kg kadang-kadang
jumlahnya kurang.162
Ibu Yuri selaku informan dan penjual buah juga mengatakan hal sebagai
berikut:
Ada pedagang yang menyetel timbangan agar supaya mendapat
keuntungan yang lebih banyak. Kalau timbangan yang digunakan di
tempat ini adalah timbangan yang asli dan tidak disetel. Adapun untuk
harga disesuaikan dengan timbangan, dan kadang-kadang jumlah buahnya
ditambah.164
Selain terkait dengan takaran atau timbangan, hal lain yang perlu
dilakukan oleh pedagang agar barang dagangan dapat terjual dengan baik dan
laris, maka pedagang tersebut harus mampu memasarkan barangnya dengan baik
dan bisa menjelaskan tentang kualitas dan harga barang dagangannya kepada
pembeli. Terkait dengan hal tersebut, para pedagang ikan di Pasar Pekkabata
menjelaskan kepada pembeli tentang kualitas dan harga barang yang dijual
apalagi jika pembeli bertanya. Hal ini sebagaimana hasil wawancara dengan Ibu
Nahariah sebagai berikut:
Harga barang dagangan dijelaskan kepada pembeli bahwa barang ini
dibeli dengan harga sekian rupiah sehingga dijual dengan harga sekian.
Selain itu, dijelaskan pula bahwa barang yang dijual tersebut masih
bagus. Barang tersebut juga perlu diperlihatkan kepada pembeli agar
supaya pembeli lebih percaya.165
162
Surianti, “Pedagang Buah,” Wawancara, Pekkabata, 06 Agustus 2018.
163
Sulaiman, “Pedagang Buah,” Wawancara, Pekkabata, 10 Agustus 2018.
164
Yuri, “Pedagang Buah,” Wawancara, Pekkabata, 10 Agustus 2018.
Nahariah, “Pedagang Ikan,” Wawancara, Pekkabata, 13 Juli
165
2018.
78
pembeli. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu Saurah sebagai berikut:
Kualitas barang yang dijual akan dijelaskan kepada pembeli sebelum
membeli barang tersebut. Pembeli diberitahu bahwa beras yang dijual
tersebut adalah beras campuran, dan beras tersebut adalah beras yang
berasal dari kampung, dan juga beras dari pabrik oppeng jadi keputusan
untuk membeli diserahkan kepada pembeli. Sedangkan untuk masalah
harga, pembeli hanya menanyakan harga jual saja sehingga pembeli yang
merasa cocok dengan harga yang ditawarkan maka akan membeli barang
tersebut.167
Hal ini dikatakan pula oleh informan lain yaitu Mama Amran sebagai
berikut:
Apabila barang dagangan bagus maka akan dikatakan bagus. Tidak perlu
menjelaskan harga modal, hanya saja apabila pembeli meminta harga
kurang atau harga di bawah modal maka beras atau barang tidak akan
dijual kepada pembeli tersebut.168
sama dengan pedagang ikan dan pedagang beras yaitu menjelaskan tentang
kualitas dan harga barang dagangannya kepada pembeli. Hal ini sebagaimana
yang dikatakan oleh Ibu Anti sebagai berikut:
Kualitas dan harga barang dagangan harus dijelaskan kepada pembeli atau
langganan karena banyak pembeli atau langganan yang tidak sama
sehingga perlu dijelaskan detail dan harga barang yang diperdagangkan,
dan juga pembeli harus diberikan pengertian agar bisa lebih percaya.169
Hal ini dikatakan pula oleh informan lain yaitu Ibu Surianti sebagai
berikut:
Kualitas barang dijelaskan kepada pembeli. Perlu dijelaskan kepada
pembeli bahwa buah ini adalah buah yang baru, dan buah yang ini adalah
166
Kursia, “Pedagang Ikan,” Wawancara, Pekkabata, 16 Juli 2018.
167
Saurah, “Pedagang Beras,” Wawancara, Pekkabata, 27 Juli 2018.
168
Mama Amran, “Pedagang Beras,” Wawancara, Pekkabata, 27 Juli 2018.
169
Anti, “Pedagang Buah,” Wawancara, Pekkabata, 03 Agustus 2018.
79
buah yang lama, dan memberikan hak kepada pembeli untuk memilih.
Apabila pembeli ingin membeli buah yang baru, maka harganya lebih
mahal dari buah yang lama. Jika pembeli meminta harga kurang, maka
cukup mengatakan tidak bisa.170
Sementara Ibu Yuri juga mengatakan hal yang sama sebagai berikut:
Kualitas dan harga barang akan dijelaskan apabila pembeli bertanya.
Harga pokok barang tidak dijelaskan akan tetapi yang dijelaskan adalah
harga jualnya. Apabila ada pembeli meminta di bawah harga maka barang
dagangan tidak akan dijual, dan cukup mengatakan kepada pembeli
bahwa harga yang diminta tersebut di bawah harga modal.171
Selain terbuka soal takaran atau timbangan, kualitas dan harga barang,
kecerdasan dan wawasan pedagang dalam melakukan transaksi jual-beli juga
diperlukan. Hal ini dapat dilihat dari Strategi maupun cara-cara yang digunakan
oleh para pedagang untuk menarik perhatian para pembeli. Terkait dengan
Strategi tersebut, maka para pedagang ikan memberikan harga yang agak murah
dan juga menambah jumlah ikan karena pembeli menyukai apabila barang yang
dibeli diberi tambahan. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu Erni
sebagai berikut:
Trik yang digunakan dalam menjual yaitu menawarkan harga yang murah
kepada pembeli, ikan yang dibeli ditambah walaupun hanya 1 dan dibeli
dari pedagang lain. Hal ini bertujuan untuk mencari langganan.172
Hal ini dikatakan pula oleh informan lain yaitu Ibu Nurhayati sebagai
berikut:
Strategi yang digunakan dalam berjualan yaitu menjual ikan dengan harga
murah, dan apabila ada pembeli yang membeli maka kita usahakan
menambahkan barang atau ikan yang dibeli tersebut.173
Selain memberi harga yang murah dan menambah jumlah barang, hal lain
yang biasa dilakukan pedagang untuk mencari langganan yaitu mengerjakan ikan
170
Surianti, “Pedagang Buah,” Wawancara, Pekkabata, 06 Agustus 2018.
171
Yuri, “Pedagang Buah,” Wawancara, Pekkabata, 10 Agustus 2018.
172
Erni, “Pedagang Ikan,” Wawancara, Pekkabata, 13 Juli 2018.
173
Nurhayati, “Pedagang Ikan,” Wawancara, Pekkabata, 20 Juli 2018.
80
yang dibeli oleh pembeli. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu Rabuana
sebagai berikut:
Trik yang dapat digunakan untuk menarik perhatian pembeli yaitu ikan
dijaga kualitasnya. Selain itu, mengerjakan dan membersihkan ikan yang
dibeli oleh pembeli ketika pembeli meminta ikan yang dibelinya tersebut
untuk dikerjakan dan dibersihkan.174
menarik perhatian pembeli yaitu menggunakan literan yang baik dan tepat. Hal
ini sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu Hj. Jasmani sebagai berikut:
Cara untuk menarik perhatian pembeli yaitu menggunakan literan yang
tepat atau tidak menggunakan liter yang berukuran kecil atau kurang.175
Hal ini dikatakan pula oleh informan lain yaitu Mama Amran sebagai
berikut:
Trik utama untuk menarik perhatian pembeli adalah literan yang
digunakan terutama untuk para pedagang beras, karena kadang-kadang
ada pembeli akan menakar kembali apabila membeli beras. Maka dari itu,
ketika pedagang tidak menggunakan literan yang kurang maka pembeli
dengan sendirinya akan memberitahu kepada pembeli lain bahwa
pedagang tersebut menggunakan liter yang bagus.176
Sementara Ibu Hj. Basmiah selaku penjual beras juga mengatakan hal
yang sama bahwa hal terpenting bagi pedagang beras adalah literan yang
174
Rabuana, “Pedagang Ikan,” Wawancara, Pekkabata, 16 Juli 2018.
175
Hj. Jasmani, “Pedagang Beras,” Wawancara, Pekkabata, 23 Juli 2018.
176
Mama Amran, “Pedagang Beras,” Wawancara, Pekkabata, 27 Juli 2018.
2018.
81
Hal ini dikatakan pula oleh informan lain yaitu Bapak Sulaiman sebagai
berikut:
Trik yang biasa digunakan untuk menarik perhatian pembeli yaitu
menghibur pembeli agar supaya tertarik untuk membeli barang.179
Selain menghibur pembeli, hal lain yang biasa dilakukan pedagang buah-
buahan dalam menarik perhatian pembeli yaitu dengan menambah jumlah barang
apabila ada pembeli yang membeli barang dalam jumlah banyak. Hal ini
sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Sapri sebagai berikut:
Cara untuk menarik perhatian pembeli yaitu apabila ada pembeli yang
membeli barang dalam jumlah yang cukup banyak maka diberikan
tambahan jumlah barang meskipun hanya sedikit agar supaya langganan
bertambah karena pada dasarnya menambah jumlah barang bertujuan
untuk mencari langganan.180
Seseorang tidak boleh memonopoli suatu jenis usaha dalam sebuah pasar
melainkan memberi peluang kepada orang lain untuk melakukan usaha yang
sama selama tidak menyebabkan kekacauan. Terkait dengan hal tersebut, maka
para pedagang ikan pada umumnya memberikan kesempatan yang sama kepada
pedagang ikan yang lain untuk berdagang. Pedagang juga tidak masalah apabila
ada pedagang lain yang barangnya lebih laris dari barangnya karena bagi para
pedagang rezeki sudah diatur oleh Allah Swt., Hal ini sebagaimana hasil
wawancara dengan Ibu Tija sebagai berikut:
178
Anti, “Pedagang Buah,” Wawancara, Pekkabata, 03 Agustus 2018.
179
Sulaiman, “Pedagang Buah,” Wawancara, Pekkabata, 10 Agustus 2018.
180
Sapri, “Pedagang Buah,” Wawancara, Pekkabata, 13 Agustus 2018.
82
Tidak ada masalah apabila ada pedagang baru dan pedagang lain yang
barang dagangannya lebih laris karena pada dasarnya masing-masing
sedang berusaha untuk mencari rezeki, dan rezeki itu berasal dari Allah
Swt.,181
Hal ini dikatakan pula oleh informan lain yaitu Ibu Nurhayati sebagai
berikut:
Tidak menjadi masalah apabila ada pedagang baru karena masing-masing
sudah ada rezekinya.182
ada pedagang baru dan pedagang lain yang barangnya lebih laris. Hal ini
Hal ini dikatakan pula oleh informan lain yaitu Ibu Rahmatia sebagai
berikut:
Apabila ada pedagang baru atau pedagang lain yang barang dagangannya
lebih laris, maka yang lain cukup mendoakan agar supaya barang
dagangannya cepat habis sehingga pembeli akan berpindah untuk
berbelanja di tempat yang lain lagi.184
181
Tija, “Pedagang Ikan,” Wawancara, Pekkabata, 20 Juli 2018.
182
Nurhayati, “Pedagang Ikan,” Wawancara, Pekkabata, 20 Juli 2018.
183
Saurah, “Pedagang Beras,” Wawancara, Pekkabata, 27 Juli 2018.
184
Rahmatia, “Pedagang Beras,” Wawancara, Pekkabata, 30 Juli 2018.
83
maka pasar akan lebih ramai sehingga orang-orang akan lebih senang
untuk berbelanja.185
Hal ini dikatakan pula oleh penjual buah selaku informan lain yaitu Ibu
dalam masalah harga. Terkait dengan hal tersebut, para pedagang ikan
menawarkan harga yang sama untuk satu jenis barang. Apabila ada harga yang
berbeda yang didapat oleh para pembeli, itu karena pembeli tersebut bisa
Hal ini dikatakan pula oleh penjual atau informan lain yaitu Ibu Hasna
sebagai berikut:
Harga yang ditawarkan dan diberikan adalah sama. Apabila pembeli
meminta harga yang kurang dan harga yang diminta tersebut disetujui
dan diterima maka barang dagangan akan dijual dan diserahkan, akan
tetapi apabila harga yang diminta tersebut tidak sesuai dengan yang
ditawarkan maka barang dagangan tidak akan dijual dan diserahkan.188
ikan yaitu memberikan harga yang sama kepada pembeli. Hal ini sebagaimana
2018.
84
Sementara harga yang diberikan untuk pembeli dan juga selaku pedagang
adalah lebih murah karena barang tersebut akan dijual kembali. Hal ini agar
pedagang tersebut juga mendapatkan keuntungan dari penjualan eceran. Hal ini
sebagaimana hasil wawancara dengan Ibu Aminah sebagai berikut:
Apabila langganan atau pedagang yang membeli barang maka harga yang
diberikan akan lebih murah karena langganan tersebut ingin menjual
kembali barang yang dibeli. Hal ini bertujuan agar para pedagang tersebut
juga mendapatkan keuntungan dari hasil penjualannya.190
Hal ini dikatakan pula oleh penjual atau informan lain yaitu Ibu Rasdia
sebagai berikut:
Harga yang ditawarkan kepada semua pembeli adalah sama atau tidak
berbeda.192
Meskipun harga yang ditawarkan kepada pembeli sama dan sesuai dengan
porsinya, akan tetapi pada saat-saat tertentu pedagang akan menaikkan harga-
189
Mama Amran, “Pedagang Beras,” Wawancara, Pekkabata, 27 Juli 2018.
190
Aminah, “Pedagang Beras,” Wawancara, Pekkabata, 23 Juli 2018.
191
Anti, “Pedagang Buah,” Wawancara, Pekkabata, 03 Agustus 2018.
192
Rasdia, “Pedagang Buah,” Wawancara, Pekkabata, 10 Agustus 2018.
85
harga barang. Hal itu disebabkan karena berkurangnya persediaan barang dan
adanya kenaikan biaya langsung dari produsen. Hal ini sebagaimana yang
dikatakan oleh Ibu Hasna sebagai berikut:
Harga barang kadang-kadang mahal dan naik karena barang-barang yang
dijual jumlahnya lebih sedikit sementara banyak pembeli yang
menginginkan barang tersebut.193
Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh informan lain yaitu Ibu Aminah
sebagai berikut:
Barang kadang-kadang dijual dengan harga mahal karena barang-barang
tersebut dibeli dengan harga yang mahal.194
berikut:
Pada waktu-waktu tertentu harga barang akan naik tergantung dari stok
barang dan juga pengirim barangnya.195
193
Hasna, “Pedagang Ikan,” Wawancara, Pekkabata, 20 Juli 2018.
194
Aminah, “Pedagang Beras,” Wawancara, Pekkabata, 23 Juli 2018.
195
Anti, “Pedagang Buah,” Wawancara, Pekkabata, 03 Agustus 2018.
86
Adapun Ibu Hj. Jasmani selaku pedagang beras mengatakan hal berikut:
Banyak keuntungan yang diperoleh selama berdagang. Keuntungannya
yaitu dapat digunakan berangkat ke tanah suci, membeli rumah, membeli
mobil, membeli berbagai kebutuhan sehari-hari dan rumah tangga, serta
biaya sekolah anak-anak. Keuntungan lain dari berdagang yaitu menjadi
lebih dekat dan kenal dengan banyak orang yang berasal dari daerah lain
sehingga apabila saling bertemu di tempat lain maka bisa saling
menyapa.198
sebagian keuntungan tersebut harus bisa disisihkan atau diberikan kepada orang-
orang yang membutuhkan. Terkait dengan hal tersebut, para pedagang ikan telah
Hal ini dikatakan pula oleh penjual atau informan lain yaitu Ibu Rabuana
sebagai berikut:
2018.
87
Hal ini dikatakan pula oleh penjual atau informan lain yaitu Ibu Rahmatia
sebagai berikut:
Sebagian keuntungan akan disumbangkan atau disedekahkan. Hal itu
disebabkan karena menyumbang merupakan kebaikan dan bekal untuk
akhirat.202
Hal ini dikatakan pula oleh penjual atau informan lain yaitu Ibu Yuri
sebagai berikut:
Keuntungan disumbangkan sebahagian, karena keuntungan yang
sesungguhnya yaitu apabila rezeki yang diperoleh dibagi kepada orang
lain.204
menggunakan kartu debit, kredit dan e-Money, hal ini disebabkan bahwa di Pasar
Pekkabata belum ada mesin yang dapat digunakan untuk menggesek kartu-kartu
tersebut.
Segala bentuk dan proses transaksi yang dilakukan oleh para pedagang di
Pasar Pekkabata diharapkan sesuai dengan nilai-nilai ekonomi syariah. Kaitannya
dengan nilai-nilai ekonomi syariah para pedagang di Pasar Pekkabata, dapat
ditelusuri dari pemikiran Adiwarman A. Karim. Pemikiran Adiwarman A. Karim
tentang nilai-nilai ekonomi syariah secara universal mengarah pada kajian
tentang perekonomian dari segala bidang, termasuk jual-beli.
Nilai-nilai ekonomi syariah yang dimaksud Adiwarman A. Karim yaitu
nilai tauhid, nilai nubuwwah (kenabian), nilai khilafah, nilai ’adl (keadilan), dan
a. Nilai tauhid
Nilai tauhid mengandung arti bahwa Allah SWT., adalah pemilik hakiki,
sedangkan manusia adalah pemegang amanah untuk menjadi pemilik sementara
yakni manusia bertanggungjawab untuk mengelola dan memanfaatkan segala
sesuatu yang ada di bumi dengan tujuan yang baik dan halal. Nilai tauhid dalam
transaksi jual-beli dimaksudkan bahwa para pedagang melakukan praktik jual-
beli yang baik dan halal. Dengan begitu, para pedagang menjual barang yang baik
dan halal bukan barang yang zatnya diharamkan dan dilarang dalam syariat
seperti daging babi dan miras. Barang yang dijual harus bersumber dari tempat
yang halal bukan bersumber dari tempat yang dilarang dan diharamkan seperti
tempat perjudian dan tempat penjualan atau penyewaan barang-barang yang
haram. Barang dagangan harus diperoleh dengan cara yang halal bukan dengan
93
cara yang diharamkan seperti pencurian atau perampokan. Selain itu, aktivitas
atau kegiatan yang dilakukan harus senantiasa ditujukan untuk sesuatu yang baik
dan halal sebagaimana anjuran agama Islam bukan ditujukan untuk sesuatu yang
diharamkan seperti berfoya-foya, judi dan mabuk-mabukan.
Terkait dengan aspek-aspek nilai tauhid tersebut, para pedagang di Pasar
Pekkabata telah menjual barang-barang yang halal dan dibutuhkan oleh para
konsumen karena barang yang dijual adalah bahan kebutuhan pokok yaitu
berbagai jenis ikan, beras dan buah-buahan. Barang dagangan yang dijual oleh
para pedagang di Pasar Pekkabata juga bersumber dari tempat yang halal dan
barang dagangan tersebut diperoleh dengan cara yang halal. Hal ini dikarenakan
para pedagang memperoleh barang yang bersumber dan dibeli langsung dari
petani, pekebun, dan pedagang. Barang dagangan tersebut kemudian diambil
secara langsung dan adapula yang dikirim melalui ekspedisi atau jasa pengiriman.
Selain menjual barang dagangan yang halal dan memperoleh barang dagangan
yang bersumber dari tempat yang halal dan dengan cara yang halal, praktik atau
transaksi jual-beli yang dilakukan oleh para pedagang di Pasar Pekkabata juga
ditujukan untuk sesuatu yang baik. Di mana dalam hal ini, para pedagang pada
umumnya berdagang dengan tujuan untuk belanja kebutuhan sehari-hari, untuk
biaya sekolah anak-anak, dan untuk menambah modal serta mengembangkan
usaha mereka. Tujuan para pedagang di Pasar Pekkabata tersebut tidak
bertentangan dan melanggar syariat karena ditujukan untuk
sesuatu yang baik yang tidak diharamkan dan dilarang dalam syariat.
Nilai ‘adl (keadilan) mengandung arti bahwa tidak ada unsur kedzaliman
antara pihak yang satu dengan pihak yang lain dalam kegiatan perekonomian.
Salah satu hal yang menjadi bentuk kedzaliman dalam jual-beli yang dilakukan
94
mengandung unsur gharar dan maysir, dan seorang pedagang tidak boleh
tidak mengandung unsur gharar dan maysir. Hal itu disebabkan bahwa para
pedagang di Pasar Pekkabata melakukan transaksi jual-beli secara riil atau nyata,
barang yang diserahkan kepada pembeli dan uang yang diterima dari hasil
penjualan barang dagangan bersifat riil atau ada dan diserahkan pada saat
transaksi berlangsung. Selain itu, transaksi jual-beli yang dilakukan oleh para
95
setiap aktivitasnya. Sifat-sifat tersebut yaitu sifat siddiq (jujur), amanah (dapat
dipercaya), tabligh, dan fathanah. Dalam hal jual-beli, kejujuran pedagang dapat
diketahui dari cara para pedagang menggunakan takaran atau timbangan. Allah
Swt., memerintahkan untuk menyempurnakan timbangan dan takaran
sebagaimana dalam QS. ar-Rahman//55: 9.
Terjemahnya:
Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu
mengurangi neraca itu.205
Pasar Pekkabata baik pedagang ikan, pedagang beras, maupun pedagang buah-
buahan dalam melakukan transaksi jual-beli di Pasar Pekkabata masih ada
beberapa pedagang yang sengaja menyetel takarannya atau timbangannya
meskipun maksud dan tujuannya bukan untuk menipu akan tetapi secara tidak
langsung dengan menyetel takaran atau timbangan yang digunakan dalam
berdagang dapat mempengaruhi jumlah atau massa barang dagangan. Sehingga
hal tersebut dapat merugikan pembeli karena menerima jumlah barang yang
kurang.
Pekkabata juga memiliki sikap yang ramah dalam melayani pembeli sehingga
pembeli bisa terhibur dan tidak merasa bosan ketika berbelanja.
Para pedagang di Pasar Pekkabata dalam berdagang menggunakan
Strategi yang mampu menarik perhatian pembeli atau pelanggan sehingga barang-
barang yang diperdagangkan bisa lebih laris. Strategi yang digunakan oleh para
pedagang di Pasar Pekkabata yaitu memberikan harga yang murah, menjual
barang yang bagus, menggunakan takaran yang tepat, bersikap ramah kepada
pembeli, dan melebihkan atau menambah takaran barang dagangan.
d. Nilai khilafah
dan berkarya. Selain tanggung jawab manusia sebagai khalifah, dalam nilai
khilafah ini juga diakui peran pemerintah untuk melakukan intervensi atau
campur tangan dalam kegiatan perekonomian terutama dalam transaksi jual-beli
di Pasar. Pemerintah boleh melakukan intervensi apabila terjadi kenaikan harga
yang dilakukan secara semena-mena oleh pedagang, atau dengan kata lain
pemerintah boleh melakukan intervensi (campur tangan) apabila di Pasar terjadi
kecurangan dan ketidakadilan yang dapat mendzalimi pihak lain terutama dalam
masalah harga. Akan tetapi, apabila kenaikan harga dan kedzaliman tersebut
tidak terjadi maka pemerintah tidak boleh melakukan intervensi (campur tangan)
yang akan mengakibatkan kerugian bagi pihak penjual maupun pembeli.
Nilai ma’ad (hasil) mengandung arti sebagai laba atau keuntungan, baik
laba dunia maupun laba akhirat. Dunia merupakan tempat bagi manusia untuk
bekerja dan beraktivitas (beramal saleh), namun akhirat tetap lebih baik daripada
dunia. Oleh karena itu, Allah Swt., melarang manusia untuk terikat pada dunia.
Jika dibandingkan dengan kesenangan di akhirat, kesenangan dunia tidaklah
seberapa. Segala aspek kehidupan termasuk di dalamnya adalah kegiatan
perekonomian harus ada unsur keseimbangan antara dunia dan akhirat.
Laba dunia dalam bidang ekonomi dapat berupa barang, uang dan jasa,
sedangkan laba di akhirat tidak dapat dilihat secara kasat mata dan ganjarannya
tidak diperoleh secara langsung. Laba di akhirat ini dapat diperoleh dengan
menggunakan laba yang didapat di dunia, yaitu dengan menyisihkan dan
99
Salah satu cara untuk menyeimbangkan antara dunia dan akhirat oleh
para pedagang di Pasar Pekkabata yaitu sebagian keuntungan yang diperoleh
yang berupa barang atau uang disisihkan dan disedekahkan kepada orang-orang
yang membutuhkan. Para pedagang di Pasar Pekkabata menyumbangkan
sebagian pendapatan atau keuntungannya ke mesjid, kepada anak yatim, kepada
keluarga dan orang yang membutuhkan.
Berdasarkan hasil analisa tentang nilai-nilai ekonomi syariah pada
pedagang di Pasar Pekkabata tersebut maka dapat dipahami bahwa indikator
nilai tauhid dalam praktik jual-beli pada pedagang ikan, pedagang beras, dan
pedagang buah-buahan di Pasar Pekkabata dapat dilihat dari aspek atau indikator
bahwa zat barang yang diperdagangkan adalah barang yang baik dan halal,
bersumber dari tempat yang baik dan halal, diperoleh dengan cara yang baik dan
halal, dan ditujukan untuk sesuatu yang baik dan halal.
Indikator nilai ‘adl (keadilan) dalam praktik jual-beli pada pedagang ikan,
pedagang beras, dan pedagang buah-buahan di Pasar Pekkabata dapat dilihat dari
100
aspek atau indikator bahwa para pedagang tersebut tidak semena-mena dalam
menetapkan harga, pedagang dalam melakukan kegiatan jual-beli tidak
mengandung unsur gharar dan maysir, dan tidak tadlis (menyembunyikan cacat
barang) dalam melakukan kegiatan jual-beli.
pedagang beras, dan pedagang buah-buahan di Pasar Pekkabata dapat dilihat dari
aspek atau indikator bahwa bahwa pedagang memberikan kesempatan kepada
pedagang yang lain dalam berusaha atau berdagang, dan para pedagang tidak
mengesampingkan peranan pemerintah dalam kegiatan jual-beli khususnya
intervensi pemerintah apabila terjadi kenaikan harga yang semena-mena dari para
pedagang.
ekonomi syariah yang meliputi nilai tauhid, nilai nubuwwah (kenabian), nilai
102
khilafah, nilai ’adl (keadilan), dan nilai ma’ad (hasil) melakukan berbagai
tindakan untuk menerapkan nilai-nilai ekonomi syariah.
barang, tidak maysir dan tidak gharar, terbuka kepada pembeli tentang harga dan
kualitas barang dagangan, memperlakukan setiap pembeli secara adil,
menggunakan takaran atau timbangan yang baik dan tepat, komunikasi yang baik
dengan para pembeli, memberikan kesempatan yang sama kepada pedagang yang
lain untuk berusaha, dan menyisihkan sebagian penghasilan untuk orang yang
membutuhkan.
A. Simpulan
B. Implikasi
103
104
C. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
al-Qur’anul Karim
Afzalurrahman, Muhammad as A Trader, Terj. Dewi Nurjulianti, Muhammad
sebagai Seorang Pedagang. Jakarta: Yayasan Swarna Bhumy, 1997.
Ali, Zainuddin. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2011.
Alma, Bukhari, dan Donni Juni Priansa. Manajemen Bisnis Syariah. Bandung:
Alfabeta, 2009.
Azzam, Abdul Aziz Muhammad. Fiqh Muamalat. Ed. I; Cet. I; Jakarta: Amzah,
2010.
Chapra, M. Umer. Islam and the Economic Challenge. Terj. Nur Hadi Ihsan dan
Rifqi Amar. Islam dan Tantangan Ekonomi (Islamisasi Ekonomi
Kontemporer). Surabaya: Risalah Gusti, 1999.
Danim, Sudarwan. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia, 2002.
Lubis, Suhrawardi K dan Farid Wajdi. Hukum Ekonomi Islam. Cet. I; Jakarta:
Sinar Grafika, 2012.
Mansyhuri dan Zainuddin. Metode Penelitian (Pendekatan Praktis dan
Aplikatif).
Jakarta: Revika Aditama, 2008.
Mas’adi, Ghufron A. Fiqh Muamalah Kontekstual. Ed. I; Cet. I; Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2002.
Naqvi, Syed Nawab Haider. Islam, Economics, and Society. Terj. M. Saiful
Anam dan Muhammad Ufuqul Mubin. Menggagas Ilmu Ekonomi Islam.
Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
Subagyo, Joko. Metode Penelitian (dalam Teori dan Praktek). Cet. IV; Jakarta:
Rineka Cipta, 2004.
Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah. Cet. II; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005.
Suyanto, Bagong dan Sutinah. Metode Penelitian Sosial, Ed. I; Cet. III; Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2007.
Syafri, Ulil Amri. Pendidikan Karakter Berbasis al-Qur’an. Jakarta: Rajawali
Pers, 2014.
Franzoni, Simona and Asma Ait Allali. “Principles of Islamic Finance and
Principles of Corporate Social Responsibility: What Convergence?.”
Sustainability: Volume 10. Nomor 3. 2018.
Hidayati, Athi’. “Implementasi Nilai-Nilai Ekonomi Islam di PT. Bank BRI
Syari’ah KCP Jombang.” Jurnal Bisnis dan Ekonomi Islam : Volume 1.
Nomor 1. 2016.
108
Nama : Afrianti
NIM :
16.0224.016
Judul : Nilai-nilai Ekonomi Syariah dalam Transaksi Jual-beli pada
Pedagang di Pasar Pekkabata Kabupaten Pinrang
Pertanyaan:
Pertanyaan:
6. Apakah anda menjelaskan kepada pembeli tentang kualitas dan harga barang
anda?
7. Apa saja trik-trik atau cara-cara yang anda gunakan agar barang anda cepat
laku dan mendapat pelanggan?
8. Bagaimana tanggapan anda apabila ada pedagang baru dan pedagang lain
yang barang dagangannya lebih laris?
9. Apakah harga yang diberikan kepada setiap pembeli sama atau berbeda?
Kenapa?
10. Mengapa pada saat-saat tertentu harga barang naik?
DATA PRIBADI:
Nama : Afrianti
Tempat Lahir : Kampung Baru
Tanggal Lahir : 25 April 1995
NIM : 16.0224.016
Alamat : Kampung Baru
Nomor HP 085299545885
Alamat E-Mail : afrianti995@gmail.com
RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL:
1. Sekolah Dasar Negeri 47 Sulengka, tahun 2000-2006
2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Duampanua, tahun 2006-2009
3. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Duampanua (SMAN 2 Pinrang), tahun
2009-2012
4. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare, Jurusan Syariah dan Ekonomi
Islam Prodi Hukum Ekonomi Syariah, tahun 2012-2016.
RIWAYAT PEKERJAAN:
1. Pembina/ketua Asrama Tahfidz Putri periode 2016-2017
2. Staf administrasi di kantor Pusat Pasih IAIN Parepare 2016-2017.
3. Staf penjualan di CV. Putra Jaya Abadi, Soreang, Parepare
RIWAYAT ORGANISASI:
1. Anggota HMJ Syariah dan Ekonomi Islam periode 2014.
PRESTASI-PRESTASI:
1. Juara 1 penulisan karya ilmiah pada ajang syariah awards pada tahun 2014.
2. Juara 1 Debat Ilmiah pada ajang syariah awards pada tahun 2014.
3. Juara 2 cabang lomba MMQ pada perlombaan MTQ tingkat Kabupaten
Enrekang dan Kabupaten Luwu Utara tahun 2018.
4. Juara harapan 3 cabang lomba MMQ pada perlombaan MTQ tingkat Provinsi
Sul-sel tahun 2018.