ESSAI-implementasi K3 Dalam Revolusi Industri 4.0
ESSAI-implementasi K3 Dalam Revolusi Industri 4.0
industri 4.0
Disusun oleh:
HAERINNISA
TEKNIK KIMIA MINERAL
MAKASSAR
TAHUN 2020
PENDAHULUAN
Istilah Industri 4.0 lahir dari ide revolusi industri ke empat. European
Parliamentary Research Service dalam Davies (2015) menyampaikan bahwa
revolusi industri terjadi empat kali.
Revolusi Industri Gelombang ke-4 (Industrial Revolution 4.0). Era
2000’an hingga saat ini merupakan era penerapan teknologi modern, antara lain
teknologi fiber (fiber technology) dan sistem jaringan terintegrasi (integrated
network), yang bekerja di setiap aktivitas ekonomi, dari produksi hingga
konsumsi.
Dalam salah satu studinya, the World Economic Forum (WEF)
menyatakan bahwa revolusi industri 4.0 ditandai oleh pembauran (fusion)
teknologi yang mampu menghapus batas-batas penggerak aktivitas ekonomi,
baik dari perspektif fisik, digital, maupun biologi. Dengan bahasa yang lebih
sederhana bisa dikatakan bahwa pembauran teknologi mampu mengintegrasikan
faktor sumberdaya manusia, instrumen produksi, serta metode operasional,
dalam mencapai tujuan.
Karakteristik revolusi industri 4.0 ditandai dengan berbagai teknologi
terapan (applied technology), seperti advanced robotics, artificial intelligence,
internet of things, virtual and augmented reality, additive manufacturing, serta
distributed manufacturing yang secara keseluruhan mampu mengubah pola
produksi dan model bisnis di berbagai sektor industri.
B. Urgensi permasalahan
Mengetahui bagaimana pentingnya SMK3 bagi perusahaan dan masyarakat
terlebih dalam memasuki era industri 4.0.
C. Tujuan Penulisan
Diharapkan agar perusahaan dan masyarakat lebih memahami pentingnya SMK3
terlebih dalam memasuki era industri 4.0
ISI
Istilah Industri 4.0 lahir dari ide revolusi industri ke empat. European
Parliamentary Research Service dalam Davies (2015) menyampaikan bahwa
revolusi industri terjadi empat kali.
Revolusi Industri Gelombang ke-4 (Industrial Revolution 4.0). Era
2000’an hingga saat ini merupakan era penerapan teknologi modern, antara
lain teknologi fiber (fiber technology) dan sistem jaringan terintegrasi
(integrated network), yang bekerja di setiap aktivitas ekonomi, dari produksi
hingga konsumsi.
Dalam salah satu studinya, the World Economic Forum (WEF)
menyatakan bahwa revolusi industri 4.0 ditandai oleh pembauran (fusion)
teknologi yang mampu menghapus batas-batas penggerak aktivitas ekonomi,
baik dari perspektif fisik, digital, maupun biologi. Dengan bahasa yang lebih
sederhana bisa dikatakan bahwa pembauran teknologi mampu
mengintegrasikan faktor sumberdaya manusia, instrumen produksi, serta
metode operasional, dalam mencapai tujuan.
Karakteristik revolusi industri 4.0 ditandai dengan berbagai teknologi
terapan (applied technology), seperti advanced robotics, artificial
intelligence, internet of things, virtual and augmented reality, additive
manufacturing, serta distributed manufacturing yang secara keseluruhan
mampu mengubah pola produksi dan model bisnis di berbagai sektor
industri.
Kesiapan sumber daya manusia (SDM) menjadi hal yang penting dalam
menghadapi era industri 4.0. Kualitas SDM harus lebih ditingkatkan, agar
lebih mampu berhadapan dengan perubahan dunia yang begitu cepat karena
perkembangan teknologi informasi.
Pendidikan dan pelatihan perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas
SDM. Dengan begitu mereka bisa cepat beradaptasi dan tidak gagap
teknologi. Tenaga kerja yang berkualitas dan paham teknologi pada akhirnya
nanti akan bisa melakukan berbagai inovasi, untuk kemajuan perusahaan.
SDM yang handal dan berkualitas juga akan bisa memanfaatkan
teknologi dengan bijak. Hingga pada akhirnya nanti, penerapan keselamatan
dan kesehatan kerja di lingkungan kerja bisa lebih maksimal. Sebaliknya,
ketidaksiapan SDM menghadapi era industri 4.0 akan membuat kita semakin
tergilas, kehilangan daya saing dan bukan tidak mungkin malah semakin
meningkatkan angka kecelakaan kerja.
Yang tidak kalah penting adalah terus membudayakan K3, tidak hanya di
lingkungan kerja tapi juga di lingkungan masyarakat. Bahkan bila
memungkinkan, ilmu yang berkaitan dengan K3 juga dimasukkan dalam
kurikulum sekolah, mulai dari Taman Kanak-kanak.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ditinjau dari segi keilmuan dapat
diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja. Penerapan K3 dijabarkan ke dalam Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang disebut SMK3
(Soemaryanto, 2002).
Industri 4.0 memang masih belum banyak diterapkan di Indonesia,
khususnya untuk bidang K3. Namun, pemerintah dituntut untuk segera
menyesuaikan perubahan melalui peraturan perundangan atau regulasi yang
adaktif dan kolaboratif di bidang K3 agar tidak menjadi hambatan.
Sebaliknya, dapat menjadi pendorong bagi kemajuan industri dan ekonomi
di Indonesia
Tabel 1. Potensi Manfaat Industri 4.0