Kelebihan :
1) Mengeluarkan janin lebih memanjang
2) Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
3) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan :
1) Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada
reperitonial yang baik.
2) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.
Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi
dibandingkan dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena luka
bekas SC klasik sudah dapat terjadi pada akhir kehamilan, sedangkan
pada luka bekas SC profunda biasanya baru terjadi dalam persalinan.
Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan
supaya ibu yang telah mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi.
Sekurang -kurangnya dapat istirahat selama 2 tahun. Rasionalnya
adalah memberikan kesempatan luka sembuh dengan baik. Untuk
tujuan ini maka dipasang akor sebelum menutup luka rahim.
d. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen
bawah rahim kira-kira 10cm
Kelebihan :
1) Penjahitan luka lebih mudah
2) Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
3) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi
uterus ke rongga perineum
4) Perdarahan kurang
5) Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan
lebih kecil
Kekurangan :
1) Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat
menyebabkan arteri uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan
yang banyak.
2) Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.
5. Komplikasi
a. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama
beberapa hari dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya
peritonitis, sepsis dan lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila
sebelum pembedahan sudah ada gejala - gejala infeksi intrapartum atau
ada faktor - faktor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu
(partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal
sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan pemberian
antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC
klasik dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC transperitonealis
profunda.
b. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika
cabang arteria uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri
c. Komplikasi - komplikasi lain seperti :
1) Luka kandung kemih
2) Embolisme paru - paru
d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut
pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi
ruptura uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah
sectio caesarea klasik.
6. Prognosis
a. Dengan kemajuan teknik pembedahan, adanya antibiotika dan persediaan
darah yang cukup, pelaksanaan sectio ceesarea sekarang jauh lebih aman
dari pada dahulu.
b. Angka kematian di rumah sakit dengan fasilitas baik dan tenaga yang
kompeten < 2/1000. Faktor - faktor yang mempengaruhi morbiditas
pembedahan adalah kelainan atau gangguan yang menjadi indikasi
pembedahan dan lamanya persalinan berlangsung.
c. Anak yang dilahirkan dengan sectio caesaria nasibnya tergantung dari
keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesarea. Menurut
statistik, di negara - negara dengan pengawasan antenatal dan intranatal
yang baik, angka kematian perinatal sekitar 4 - 7% (Mochtar, 2010)
7. Patofisiologi
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas
500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi
dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus,
distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk
janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC
ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa
kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu
produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar
hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh
karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip
steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan
rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa
bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak
pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-
kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan
mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu
sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak
yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak
efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang
menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan
menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan
terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian
diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari
mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada
di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun.
Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa
endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada
perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi.
diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan,
dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada
pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan
insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya
inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah
insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin
yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan
berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang
bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.
8. Pathways
Sectio Sesaria
Post Operasi sc
Perubahan
Hipovole Anemi Oksitosin pola peran
mik meningkat
Adekuat Tidak
Metabolisme adekuat
anaerob
ASI keluar ASI tidak
keluar
Asam laktat
meningkat Efektif Inefektif laktasi
laktasi
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari
kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada
pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
d. Urinalisis / kultur urine
e. Pemeriksaan elektrolit
10. Penatalaksanaan Medis Post SC
a. Pemberian cairan
Karena 6 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung
elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada
organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%,
garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung
kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai
kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita
flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.
Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan
pada 6 - 8 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
c. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 8 jam setelah operasi
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang
sedini mungkin setelah sadar
3) Hari pertama post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit
dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semifowler)
5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri, dan pada hari ke-3 pasca operasi.pasien bisa dipulangkan
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
e. Pemberian obat-obatan
1) Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap
institusi
2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
a) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
b) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
c) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
3) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
f. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti
g. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan
darah, nadi,dan pernafasan.(Manuaba, 1999)
d) Pernafasan
Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Bila ada
respirasi cepat pospartum (> 30 x/menit) mungkin karena adanya
ikutan dari tanda-tanda syok.
3) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah. Memeriksa apakah
konjungtiva pucat, apakah skelera ikterus, dan lain-lain
b) Leher
Hiperpigmentasi perlahan berkurang, kaji pembesaran kelejar
tiroid, pembuluh limfe, dan pelebaran vena jugularis.
c) Thorak
- Payudara: payudara membesar, uting mudah erektil, pruduksi
kolostrums /48 jam. Kaji ada tidaknya massa, atau
pembesaran pembuluh limfe.
- Jantung: kaji munculnya bradikardi, S1S2 reguler tunggal
- Paru: kaji pernafasan ibu
d) Abdomen
Kaji bising usus pada empat kuadran, konsistensi, kekuatan
kontraksi, posisi, tinggi fundus. Kaji adanya linea gravidarum, strie
alba, albican.
e) Genetalia
- Uterus: kaji kondisi uterus sudah kembali dalam kondisi normal.
- Lokhea: periksa tipe, jumlah, bau, dan komposisi lokhea
- Serviks: kaji adanya edema, distensi, dan perubahn struktur
internal dan eksternal.
- Vagina: kaji adanya berugae, perubahan bentuk, dan produksi
mukus normal.
f) Perinium dan Anus
Pemeriksaan perineum: REEDA (red, edema, ecchymosis,
discharge, loss of approximation). Dan kaji ada tidaknya hemoroid.
g) Ekstremitas
Periksa apakah tangan dan kaki edema, pucat pada kuku jari,
hangat, adanya nyeri dan kemerahan, varises, refleks patella, dan
kaji homans’ sign (nyeri saat kaki dorsofleksi pasif).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul:
a. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
ibu tentang cara menyusui yang bernar.
b. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinyuitas jaringan.
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal atau familiar
dengan sumber informasi tentang cara perawatan bayi.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan sehabis bersalin
e. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan sekunder terhadap
proses pembedahan.
3. Intervensi
No Dx Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1 Menyusui tidak Setelah diberikan Health Education:
efektif tindakan keperawatan a. Berikan informasi
berhubungan selama …..x24 jam mengenai :
dengan kurangnya pasien menunjukkan 1) Fisiologi menyusui
pengetahuan ibu respon breast feeding 2) Keuntungan
tentang cara adekuat dengan menyusui
menyusui yang indikator: 3) Perawatan payudara
benar. a. Pasien 4) Kebutuhan diit
mengungkapkan khusus
puas dengan 5) Faktor-faktor yang
kebutuhan untuk menghambat proses
menyusui menyusui
b. Pasien mampu b. Demonstrasikan breast
mendemonstrasikan care dan pantau
perawatan payudara kemampuan pasien
untuk melakukan secara
teratur
c. Ajarkan cara
mengeluarkan ASI
dengan benar, cara
menyimpan, cara
transportasi sehingga
bisa diterima oleh bayi
d. Berikan dukungan dan
semangat pada ibu untuk
melaksanakan
pemberian ASI eksklusif
e. Berikan penjelasan
tentang tanda dan gejala
bendungan payudara,
infeksi payudara
f. Anjurkan keluarga untuk
memfasilitasi dan
mendukung klien dalam
pemberian ASI
g. Diskusikan tentang
sumber-sumber yang
dapat memberikan
informasi atau
memberikan pelayanan
KIA
2 Nyeri akut Setelah dilakukan Pain Management
berhubungan asuhan keperawatan a. Lakukan pengkajian
dengan selama …..x24 jam nyeri secara
diskonjuitas diharapkan nteri komprehensif termasuk
jaringan berkurang dengan lokasi, karakteristik,
indikator: durasi, frekuensi,
a. Mampu mengontrol kualitas dan faktor
nyeri (tahu presipitasi
penyebab nyeri, b. Observasi reaksi
mampu nonverbal dari
menggunakan tehnik ketidaknyamanan
nonfarmakologi c. Gunakan teknik
untuk mengurangi komunikasi terapeutik
nyeri, mencari untuk mengetahui
bantuan) pengalaman nyeri pasien
b. Melaporkan bahwa d. Kaji kultur yang
nyeri berkurang mempengaruhi respon
dengan nyeri
menggunakan e. Evaluasi pengalaman
manajemen nyeri nyeri masa lampau
c. Mampu mengenali f. Evaluasi bersama pasien
nyeri (skala, dan tim kesehatan lain
intensitas, frekuensi tentang ketidakefektifan
dan tanda nyeri) kontrol nyeri masa
d. Menyatakan rasa lampau
nyaman setelah g. Bantu pasien dan
nyeri berkurang keluarga untuk mencari
e. Tanda vital dalam dan menemukan
rentang normal dukungan
h. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
i. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
j. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
k. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
l. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
m. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
n. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
o. Tingkatkan istirahat
p. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
q. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administration
a. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
b. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih
dari satu
e. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
f. Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
g. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
h. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
i. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
j. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
3 Defisit Setelah dilakukan Teaching : Disease
pengetahuan asuhan keperawatan Process
berhubungan selama ….. x 24 jam a. Berikan penilaian
dengan tidak diharapkan tentang tingkat
mengenal atau pengetahuan klien pengetahuan pasien
familiar dengan meningkat dengan tentang proses penyakit
sumber informasi indikator: yang spesifik
tentang cara a. Pasien dan keluarga b. Jelaskan patofisiologi
perawatan bayi. menyatakan dari penyakit dan
pemahaman tentang bagaimana hal ini
penyakit, kondisi, berhubungan dengan
prognosis dan anatomi dan fisiologi,
program pengobatan dengan cara yang tepat.
b. Pasien dan keluarga c. Gambarkan tanda dan
mampu gejala yang biasa
melaksanakan muncul pada penyakit,
prosedur yang dengan cara yang tepat
dijelaskan secara d. Gambarkan proses
benar penyakit, dengan cara
c. Pasien dan keluarga yang tepat
mampu menjelaskan e. Identifikasi
kembali apa yang kemungkinan penyebab,
dijelaskan dengna cara yang tepat
perawat/tim f. Sediakan informasi pada
kesehatan lainnya. pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
g. Hindari jaminan yang
kosong
h. Sediakan bagi keluarga
atau SO informasi
tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
i. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau
proses pengontrolan
penyakit
j. Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
k. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
l. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
m. Rujuk pasien pada grup
atau agensi di komunitas
lokal, dengan cara yang
tepat
n. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat
4 Defisit perawatan Setelah dilakukan Self Care assistane : ADLs
diri berhubungan asuhan keperawatan a. Monitor kemempuan
dengan kelelahan selama ….. x 24 jam klien untuk perawatan
sehabis bersalin ADLs klien meningkat diri yang mandiri.
dengan indicator: b. Monitor kebutuhan
a. Pasien terbebas dari pasien untuk alat-alat
bau badan bantu untuk kebersihan
b. Menyatakan diri, berpakaian, berhias,
kenyamanan toileting dan makan.
terhadap c. Sediakan bantuan
kemampuan untuk sampai pasien mampu
melakukan ADLs secara utuh untuk
c. Melakukan ADLs melakukan self-care.
dengan bantuan d. Dorong pasien untuk
melakukan aktivitas
sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang
dimiliki.
e. Dorong untuk
melakukan secara
mandiri, tapi beri
bantuan ketika pasien
tidak mampu
melakukannya.
f. Ajarkan pasien atau
keluarga untuk
mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak
mampu untuk
melakukannya.
g. Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai
kemampuan.
h. Pertimbangkan usia
pasien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.
5 Resiko infeksi Setelah dilakuakan Infection Control
berhubungan asuhan keperawatan (Kontrol infeksi)
dengan luka selama 3x24 jam a. Bersihkan lingkungan
operasi diharapkan resiko setelah dipakai pasien
infeksi terkontrol lain
dengan indikator: b. Pertahankan teknik
a. Pasien bebas dari isolasi
tanda dan gejala c. Batasi pengunjung bila
infeksi perlu
b. Mendeskripsikan d. Instruksikan pada
proses penularan pengunjung untuk
penyakit, faktor mencuci tangan saat
yang mempengaruhi berkunjung dan setelah
penularan serta berkunjung
penatalaksanaannya, meninggalkan pasien
c. Menunjukkan e. Gunakan sabun
kemampuan untuk antimikrobia untuk cuci
mencegah timbulnya tangan
infeksi f. Cuci tangan setiap
d. Jumlah leukosit sebelum dan sesudah
dalam batas normal tindakan kperawtan
e. Menunjukkan g. Gunakan baju, sarung
perilaku hidup sehat tangan sebagai alat
pelindung
h. Pertahankan lingkungan
aseptik selama
pemasangan alat
i. Ganti letak IV perifer
dan line central dan
dressing sesuai dengan
petunjuk umum
j. Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
k. Tingktkan intake nutrisi
l. Berikan terapi antibiotik
bila perlu
Infection Protection
(Proteksi Terhadap
Infeksi)
a. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan
lokal
b. Monitor hitung
granulosit, WBC
c. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
d. Batasi pengunjung
e. Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
f. Partahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
g. Pertahankan teknik
isolasi k/p
h. Berikan perawatan
kuliat pada area epidema
i. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
j. Ispeksi kondisi luka atau
insisi bedah
k. Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
l. Dorong masukan cairan
m. Dorong istirahat
n. Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
o. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
p. Ajarkan cara
menghindari infeksi
q. Laporkan kecurigaan
infeksi
r. Laporkan kultur positif
4. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan proses keperawatan yang
mengikuti rumusan dari rencana keperawatan. Pelaksanaan keperawatan
mencakup melakukan, membantu, memberikan askep untuk mencapai
tujuan yang berpusat pada pasien, mencatat serta melakukan pertukaran
informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan berkelanjutan dari
pasien.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk
melihat keberhasilannya.
DAFTAR PUSTAKA
A. Pengkajian
Agama Islam
Pendidikan SMP
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Alamat Pleret
Tgl. MRS 25-11-2019
Jam 07.00 WIB
Tgl. Pengkajian 25-11-2019
Jam 14.00 WIB
Diagnosa Medis Post SC P10001
Register 362xxx
Keluhan Utama Partisipan mengatakan nyeri pada luka post operasi dan puting
susu tidak muncul
Riwayat penyakit Ibu mengatakan hamil anak pertama, ibu datang ke bidan pada
sekarang hari kamis karena terasa kenceng-kenceng, pada hari sabtu
malam tangal 23-11-2019 jam 20.00 WIB kenceng-kenceng
makin bertambah kemudian pada hari minggu tanggal 24-11-
2019 jam 07.00 WIB ibu di bawa oleh keluarga ke RS Reksa
Waluya karena panggul sempit maka dilakukan tindakan operasi
pada hari senin tanggal 25-11-2019 pukul 10.00 WIB dan pada
jam 13.00 WIB ibu dipindahkan ke ruang nifas
Pada saat dikaji Jam 14.00 WIB ibu mengeluh nyeri pada luka
operasi seperti diiris-iris dibagian perut bawah, skala nyeri 5,
nyeri hilang timbul, nyeri terjadi ketika dibuat bergerak.
a. Riwayat Menstruasi
Menarche 15 tahun
Banyaknya 3x sehari ganti pembalut
Siklus Teratur
Lamanya 7 hari
Keluhan Tidak ada
Hpht 16-02-2018
Hpl 23-11-2019
b. Riwayat ANC Ibu periksa kebidan 1 x dan tidak ada keluhan diberikan
Trimester I terapi Fe, B6, Kalk dan nasehat yang diberikan yaitu agar
membaca Buku KIA dan istirahat yang cukup
c. Riwayat INC Ibu mengatakan kehamilan ini adalah kehamilan pertama dan
proses persalinan dilakukan di rumah sakit dengan tindakan
operasi SC yang dilakukan oleh dokter
d. Riwayat PNC Ibu melahirkan anak pertama dengan tindakan SC dan tidak
terjadi gangguan selama masa nifas seperti perdarahan atau
gangguan lainnya
e. Rencana Perawatan
Bayi
- kesanggupan Ibu mengatakan sanggup untuk melakukan perawatan bayi.
dalam merawat Perawatan bayi dilakukan sendiri dan dibantu oleh keluarga.
bayi
Ibu tidak mengetahui tentang cara perawatan payudara,
- Breast Care puting susu tidak muncul dan ASI tidak keluar, ibu sanggup
untuk melakukan perawatan payudara
- Perineal Care Ibu tidak tahu perawatan perineal care, dan sanggup untuk
melakukan perawatan genetalia.
- Senam Nifas Ibu tidak tahu tentang senam nifas dan ibu tidak bersedia
melaksanakan senam nifas
- Menyusui Ibu tidak mengetahui cara menyusui yang benar dan mau
Proses memberikan ASI
laktasi Proses menyusui mengalami kendala karena :
- Bayi tidak mampu melekat pada payudara Ibu
- ASI tidak menetes
- Bayi tidak menghisap secara terus menerus
- Bayi menangis saat disusui
g. Aspek Psikososial Ibu merasa tenang karena sudah menjadi Ibu dan anak lahir
dengan selamat. Keluarga merasa bahagia dengan kelahiran
anak pertama. Orang terpenting bagi ibu adalah suami dan
bayi.
JenisP L An PB Pe
N U Peny Penolon H/ Um Peny Menet Meto
ersalin / ak BBL ny
o K ulit g M ur ulit eki de
an P Ke ulit
Tinda 1 49 2800 1
1 9
- kan Dokter L cm gra H har - - - -
. bln
(SC) m i
4. Genogram
Keterangan :
: Laki – laki
: Perempuan
: Menikah
: Anak
: Partisipan
Hasil Pengkajian
No Pola Fungsi Kesehatan
Sebelum MRS Saat MRS
1 Pola persepsi terhadap Partisipan selalu rutin dalam Partisipan masih terbaring
kesehatan memeriksakan kesehatannya. lemah karena baru selesai
Partisipan mengatakan. Biasanya ke mejalani post operasi
dokter atau puskesmas dan juga ke
bidan terdekat
2 Pola nutrisi metabolic Partisipan mengatakan. Nafsu Partisipan belum makan
makan baik, makan 3x sehari pada dan minum setelah operasi
pagi siang dan malam hari, dengan
komposisi nasi, lauk (tahu, tempe,
telor) dan sayur (kacang, bayam,
terong, kangkung dll). Partisipan
minum air putih kurang lebih 5-8x
dalam sehari. Partisipan suka
makan dan minum yang manis
manis saat di rumah. Tidak ada
kesulitan untuk menelan.
3 Pola eliminasi Partisipan mengatakan. BAK 9-10x Partisipan belum BAB dan
sehari, bau khas, BAK lancar. masih menggunakan
Partisipan BAB 1x setiap kateter, produksi urine
pagi,warna kuning kecoklatan dan 800 cc dari pukul 12.00-
BAB lancar,tidak ada kesulitan 14.00 WIB
dalam BAB
4 Pola aktivitas dan Partisipan mengatakan bahwa Partisipan masih terbaring
latihan dalam melakukan Aktivitas sehari- lemah
hari (mandi, makan, minum,
berpakaian, BAK, BAB, berjalan,
berpindah ) dilakukan dengan
mandiri, aktivitas sehari-hari yaitu
sebagai ibu rumah tangga.
5 Pola istirahat tidur Partisipan mengatakan, tidur siang Partisipan belum bisa tidur
kurang lebih 2 jam / hari, dan tidur setelah operasi
malam kurang lebih 6-7 jam / hari.
Partisipan mengatakan tidak ada
kesulitan dalam istirahat dan tidur
nya nyenyak.
6 Pola kognitif persepsi Partisipan mengatakan kesehatan Tidak ada keluhan dengan
sangat penting sekali. Sensori panca indera
Partisipan masih berfungsi dengan
baik.
Mulut Tidak ada sianosis, mukosa bibir lembab, mulut bersih tidak
ada stomatitis, gusi tidak berdarah
Telinga Simetris antara telinga kanan dan kiri, nampak sedikit kotor,
tidak masalah pendengarannya.
Mamae Inspeksi :
Simetris kanan kiri, Mammae membesar, areola
hiperpigmentasi, papila mammae tidak menonjol
Palpasi
Teraba keras, colostrum belum keluar (-/-)
Abdomen Inspeksi
Terdapat linea nigra, striae livida, striae albican terdapat luka
operasi horizontal, luka tertutup kasa steril, bersih dan
panjang luka 12 cm
Palpasi
TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik
Ekstremitas Atas
Simetris, tidak ada luka, tidak ada edema, pergerakan bebas,
tidak ada nyeri tekan terpasang infus RL 500cc di tangan
kanan
Bawah
Simetris, tidak ada luka, tidak ada edema, pergerakan bebas,
tidak ada nyeri tekan 5 5
Kekuatan otot
5 5
7. Hasil Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Hasil
8. Analisa Data
DATA PENYEBAB (ETIOLOGI) MASALAH
Ds : Laktasi Menyusui Tidak efektif
a. Partisipan
mengatakan puting Progesteron dan estrogen
susu tidak muncul menurun
serta ASI tidak ke
Prolaktin meningkat
luar
b. Partisipan tidak Isapan bayi
mengetahui cara
perawatan payudara Oksitosin meningkat
Do : Ejeksi ASI
a. Bayi tidak mampu
melekat pada ASI tidak keluar
payudara Ibu
b. ASI tidak menetes In efektif laktasi
atau memancar
Kurang pengetahuan
c. Bayi menghisap tidak perawatan payudara
terus menerus
d. Bayi menangis saat Menyusui tidak efektif
disusui
e. Papilla mammae
tidak menonjol
f. Colostrum tidak
keluar (-/-)
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
O:
1. Bayi belum mampu melekat pada payudara ibu
2. ASI belum keluar
3. Bayi menangis saat disusui
4. Bayi menolak untuk menghisap
O:
1. Bayi mampu melekat pada payudara ibu
2. Asi keluar sedikit
3. Bayi agak tenang ketka disusui
4. Bayi tidak menolak untuk menghisap
A:Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
Berikan HE tentang review ASI eksklusif dan review tentang
perawatan payudara dan teknik menyusui