Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan aedes albopyctus. Faktor – faktor  
yang mempengaruhi kejadian Demam Berdarah Dengue sangat kompleks, antara lain iklim dan
pergantian musim, kepadatan penduduk, mobilitas penduduk dan transportasi. Sebaran nyamuk
penular demam berdarah dengue, kebersihan lingkungan yang tidak memadai serta factor
keganasan virusnya.Berdasarkan kejadian dilapangan dapat diidentifikasikan factor utama adalah
kurangnya perhatian sebagian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan tempat tinggal.
Sehingga terjadi genangan air yang menyebabkan berkembangnya nyamuk (Dinkom,2007).
Insiden dan prevalensi penyakit Demam Berdarah Dengue menimbulkan kerugian pada individu,
keluarga dan masyarakat. Kerugian ini berbentuk kematian, penderitaan, kesakitan, dan hilangnya
waktu produktif (Indra,2003).

Penyakit endemik ini pertama kali didata dan dilaporkan terjadi pada tahun 1953-
1954 di Filipina.Sejak itu, penyebaran DBD dengan cepat terjadi ke sebagian besar
negara-negara Asia Tenggara, termasuk di Indonesia (WHO, 2010).

Insidensi demam berdarah dengue meningkat secara dramatis di seluruh dunia dalam
beberapa dekade ini. Diperkirakan, saat ini di seluruh dunia sekitar 2,5 milyar orang
memiliki resiko terkena demam dengue. Mereka terutama tinggal di daerah perkotaan
negara-negara tropis dan subtropis.Diperkirakan saat ini sekitar 50 juta kasus demam
dengue ditemukan setiap tahun, dengan 500.000 kasus memerlukan penanganan di
Rumah Sakit.Dari kasus di atas, sekitar 25.000 jumlah kematian terjadi setiap tahunnya
(WHO, 2010).

Di Indonesia, penyebaran demam berdarah pertama kali terdata pada tahun 1968 di
Surabaya dan Jakarta (WHO, 2010). Pada tahun 2007, dilaporkan terdapat 156.000 kasus
demam dengue atau 71,4 kasus per 1.000 populasi. Kasus ini tersebar di seluruh 33
propinsi di Indonesia; di 357 dari total 480 kabupaten (Dengue Report of Asia-Pacific
Dengue Program Managers Meeting 2008). Dari total kasus di atas, kasus DBD

1
berjumlah 16.803, dengan jumlah kematian mencapai 267 jiwa. Pada tahun 2001,
distribusi usia penderita terbanyak adalah di atas 15 tahun (54,5%), sedangkan balita (1-5
tahun) 14,7%, dan anak-anak (6-12 tahun) 30,8% (DepKes RI, 2008).

Tingginya kasus, terutama kematian akibat DBD di Indonesia tidak terlepas dari
kontrol dan pencegahan yang lemah oleh berbagai pihak, khususnya dari pemerintah dan
masyarakat.Kebanyakan dokter di Indonesia juga belum menerapkan standard
penanganan kasus DBD, sehingga jumlah kematian masih tinggi.Faktor penting lainnya
adalah belum tersedianya obat spesifik atau vaksin untuk menangani dengue (Delianna,
2008).

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru mencatat


sebanyak 302 kasus demam berdarah dengue (DBD) terjadi di Ibu Kota Provinsi Riau
selama lima bulan pertama tahun 2017. "Kami terus mengupayakan untuk menekan
angka DBD, dengan melakukan fogging atau pengasapan pada sejumlah titik serta terus
menginisiasi pembersihan lingkungan," kata Kepala Dinas Kesehatan Pekanbaru Helda S
Munir di Pekanbaru, Kamis (18/5).

Helda menuturkan, peningkatan kasus DBD tersebut tidak lepas dari peralihan
musim saat ini di wilayah Kota Pekanbaru.Menurutnya, cuaca menjadi salah satu faktor
utama peningkatan kasus tersebut.Helda menjelaskan, Kecamatan Bukit Raya merupakan
wilayah dengan kasus DBD tertinggi, mencapai 51 kasus, disusul Kecamatan Tampan 44
kasus, dan Marpoyan Damai 43 kasus. Tiga kecamatan itu adalah wilayah padat
penduduk.

Kasus DBD juga terpantau di sejumlah kecamatan lain, seperti Payung Sekaki 34
kasus, Tenayan Raya 29 kasus, Rumbai Pesisir 15 kasus, Lima Puluh 18 kasus,
Pekanbaru Kota 11 kasus, Rumbai 24 kasus. Kemudian Senapelan 19 kasus, Sukajadi 12
kasus, dan terakhir Sail 2 kasus.

Helda mengatakan, pihaknya telah menginstruksikan kepada jajaran melalui pusat


kesehatan masyarakat masing-masing kecamatan untuk terus mendekatkan diri ke
warga.Kemudian melakukan sosialisasi 3M Plus, yaitu menguras, mengubur, dan

2
menampung air di tempat tertutup. "Kemudian, apabila ada anggota keluarga yang
mengalami demam panas dengan kriteria DBD, tolong secepatnya diperiksa.Deteksi dini
sangat penting," katanya.

Ia kembali mengimbau kepada masyarakat untuk dapat memperoleh bubuk abate di


pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) terdekat. Ia menegaskan, abate tersebut dapat
diperoleh secara gratis.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan, mayoritas penderita DBD Pekanbaru merupakan


anak-anak usia 5-9 tahun serta remaja usia 15-19 tahun. Kepala Bidang Pengendalian
Kesehatan Kota Pekanbaru Gustianti menjelaskan, aktivitas di luar rumah dan berada di
lingkungan yang kurang terjaga menjadi faktor terbesar anak-anak tersebut terkena DBD.

Menurut Gustianti, kelompok usia tersebut mayoritas merupakan siswa yang


mengenyam pendidikan di sekolah dan banyak menghabiskan waktu di luar rumah,
sehingga kecenderungan anak-anak usia sekolah menjadi korban DBD cukup tinggi.
"Kami meminta peran aktif keluarga dan masyarakat agar bersama menjaga lingkungan
bersih dari genangan air hingga bebas dari nyamuk penyebar virus dengue penyebab
penyakit DBD itu," katanya

Dari kasus di atas membuat kami sangat memperhatikan kasus akibat dari DBD ini
dan ini lah langkah awal kami dalam penelitian dengan menggunkan salah satu metode
yang terbaru dan mudah di jangkau oleh masyarakat.

1.2. Rumusan Masalah


Salah satu upaya kesehatan lingkungan yang dapat kita lakukan adalah dengan
pengendalian vektor penyakit yang penyebabnya adalah vektor Aedes aegypti.Oleh
karena itu harus dilakukan pencegahan agar vektor dapat dikendalikan.Salah satunya
dengan menggunakan insektisida nabati yang mengandung saponin dan flavonoids dari
ekstrak daun ceri..

3
1.3. Pertanyaan Penelitian
a. Apakah ada kemampuan ekstrak daun ceri dapat membunuh Aedes aegypti pada
berbagai konsentrasi 2%. 4%, 6% dan 8%?
b. Pada konsentrasi berapa ekstrak daun ceri efektif sebagai larvasida Aedes aegypti?

1.4. Tujuan Penelitian


a. Tujuan Umum
Diketahuinya efektivitas daun ceri efektif sebagai larvasida terhadap larva
Aedes aegypti.
b. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya kemampuan berbagai konsentrasi ekstrak daun ceri dalam
membunuh larva Aedes aegypti.
b. Diketahuinya konsentrasi yang efektif dari ekstrak daun ceri dalam membunuh
larva Aedes aegypti.
1.5. Manfaat Penelitian
i. Bagi Mahasiswa
Dapat dijadikan bahan perbandingan bila akan melakukan
penelitian selanjutnya.
ii. Bagi Instansi STIKes Hang Tuah Pekanbaru
Sebagai bahan bacaan dan menambah referensi
kepada pihak instansi Pendidikan STIKes Hang Tuah khususnya
jurusan Kesehatan Lingkungan tentang pengendalian vektor larva
Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida alami, serta menjadi
inspirasi dan referensi bagi peneliti selanjutnya.

iii. Bagi Peneliti


Sebagai sarana melatih penalaran dengan menerapkan hasil
penelitian dan pengalaman belajar selama menempuh pendidikan
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes Hang Tuah
Pekanbaru.

4
iv. Bagi Masyarakat
Sebagai tambahan informasi dalam pengendalian larva Aedes
aegypti yang mudah, aman dan ramah lingkungan untuk mencegah
meluasnya penyebaran nyamuk sehingga diharapkan dapat mengurangi
tingkat kejadian penyakit yang disebabkan oleh nyamuk.

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Penyakit Demam Berdarah Dengue

Demam berdarah dengue (DBD) adalah salah satu penyakit menular yang
perlu untuk dicegah dan diberantas karena penyakit ini bias mengakibatkan
kematian dan berpotensi KLB. Di Kabupaten Tuban selalu terjadi kasus DBD
hampir setiap tahun. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan sistem surveilans yang
baik dan mampu memantau kejadian sedini mungkin untuk dapat dilakukan
tindakan pencegahan dan penanggulangan

Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi pelaksanaan sistem surveilans


DBD, mengidentifikasi kelemahan dan menilai sistem surveilans DBD
berdasarkan atribut sistem surveilans DBD Di Dinas Kesehatan Kabupaten
Tuban.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu mendeskripsikan atau
menggambarkan suatu komunitas atau objek yang diteliti.Sasaran dalam
penelitian ini adalah sistem surveilans epidemiologi DBD yang berada di Dinas
Kesehatan Kabupaten Tuban. Respondennya adalah pelaksana surveilans DBD
Dinas Kabupaten Tuban dan untuk crosscheck data dipilih secara purposive
sampling. respondennya adalah puskesmas Tuban, Puskesmas Montong,
Puskesmas Palang dan Puskesmas Wire.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan sistem surveilans DBD


di Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban pada input belum lengkap, kelengkapan
data sebesar 60,60%, sudah dilakukan kompilasi, analisis dan interpretasi data
tetapi belum rutin, sudah dilakukan penyebaran informasi dan umpan balik.
Penilaian atribut sistem surveilans menunjukkan bahwa sistem yang berjalan
sudah sederhana, akseptabel, mempunyai NPP yang tinggi dan representatif.

Disamping itu, penilaian terhadap atribut sistem yang berjalan menunjukkan


bahwa sistem yang berjalan masih kurang sensitif dan kurang tepat waktu dan
sulit dievaluasi fleksibilitasnya,kualitas data dan stabilitas rendah. Oleh karena itu

6
perlu dilakukan upaya pembenahan pelaksanaan sistem surveilans yang sedang
berjalan serta melibatkan pihak terkait dalam penyusunan dan pelaksanaan
program dan pelatihan surveilans kepada petugas surveilans.Menjalin kemitraan
dengan BMG dalam mendapatkan data curah hujan. Perlunya pelatihan komputer
khusus epidemiologi penyakit seperti program epi info dan SIG. intensitas
penyebaran informasi perlu ditingkatkan untuk menambah pemahaman dan
kewaspadaan masyarakat akan ancaman DBD.

A. Nyamuk Aedes aegypti


1. Pengertian Nyamuk Aedes aegypti
Aedes aegyptimerupakan penyebar penyakit pada manusia yang utama
dalam penyebaran penyakit demam berdarah.Aedes aegypti tersebar di daerah
tropis.Nyamuk Aedes aegypti mempunyai kebiasaan hidup didekat manusia.Ciri-
ciri nyamuk Aedes aegypti yaitu pada badan dan tungkai nyamuk terdapat
belang hitam dan putih.Nyamuk betina menghisap darah agar bisa memperoleh
protein untuk mematangkan telurnya sampai dibuahi oleh nyamuk jantan.
Telurnya resisten terhadap lingkungan yang tidak baik (Sarudji, 2011).
Virus dengue dalah virus dari genus Flavivirus, family
Flaviviridae.Penyakit demam berdarah ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti. Nyamuk Aedes aegypti betina menyimpan virus dengue pada telurnya,
selanjutnya virus tersebut akan ditularkan ke manusia melalui gigitan, sehingga
darah dari seseorang yang mengandung virus dengue dapat dengan mudah
dipindahkan ke orang lain (Sukohar, 2014).
Demam berdarah Dengue disebabkan oleh virus denguedari
genusflavivirus, family flaviviridae yang mempunyai empat jenis seroptype
yaitu, DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Infeksi salah satu seroptype akan
menimbulkan antibody yang terbentuk terhadap seroptype lain sangat kurang,
sehingga tidak memberikan perlindungan yang memadai terhadap seroptype
tersebut (Lestari, 2007)
2. Taksonomi Nyamuk Aedes aegypti
Menurut Sucipto 2011 toksonomi nyamuk Aedes aegypti dapat
diklasifikasi sebagai berikut:

7
Filum : Arthropoda
Kelas : Hexapoda
Ordo : Diptera
Subordo : Nematocera
Familia : Culicidae
Subfamilia : Culicinae
Tribus : Culicini
Genus : Aedes
Spesies : Ae. Aegypti dan Ae.Albopictus.
3. Morfologi larvaAedes Aegypti
a. Corong udara terdapat pada segmen terakhir, pada segmen-segmen abdomen
tidak dijumpai rambut-rambut berbentuk kipas (palmate hairs).
b. Pada corong udara terdapat pecten.
c. Sepasang rambut dijumpai pada corong udara (siphon).
d. Pada abdomen segmen kedelapan ada comb scale.
e. Bentuk individu dari comb scale seperti duri.

B. CONTOH KASUS

Pada awal tahun 2004 kita dikejutkan kembali dengan merebaknya penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD), dengan jumlah kasus yang cukup banyak.Hal ini
mengakibatkan sejumlah rumah sakit menjadi kewalahan dalam menerima pasien
DBD.Untuk mengatasinya pihak rumah sakit menambah tempat tidur di lorong-
lorong rumah sakit serta merekrut tenaga medis dan paramedis.Merebaknya kembali
kasus DBD ini menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan.

Sebagian menganggap hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat akan
kebersihan lingkungan dan sebagian lagi menganggap karena pemerintah lambat
dalam mengantisipasi dan merespon kasus ini.

8
Sejak Januari sampai dengan 5 Maret tahun 2004 total kasus DBD di seluruh propinsi
di Indonesia sudah mencapai 26.015, dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang
(CFR=1,53% ).

Kasus tertinggi terdapat di Propinsi DKI Jakarta (11.534 orang) sedangkan CFR
tertinggi terdapat di Propinsi NTT (3,96%).Penyakit Demam Berdarah atau Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis
nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat
ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut.

Penyakit DBD sering salah didiagnosis dengan penyakit lain seperti flu atau tipus.
Hal ini disebabkan karena infeksi virus dengue yang menyebabkan DBD bisa bersifat
asimtomatik atau tidak jelas gejalanya.Data di bagian anak RSCM menunjukkan
pasien DBD sering menunjukkan gejala batuk, pilek, muntah, mual, maupun diare.
Masalah bisa bertambah karena virus tersebut dapat masuk bersamaan dengan infeksi
penyakit lain seperti flu atau tipus. Oleh karena itu diperlukan kejelian pemahaman
tentang perjalanan penyakit infeksi virus dengue, patofisiologi, dan ketajaman
pengamatan klinis.Dengan pemeriksaan klinis yang baik dan lengkap, diagnosis DBD
serta pemeriksaan penunjang (laboratorium) dapat membantu terutama bila gejala
klinis kurang memadai.

Penyakit DBD pertama kali di Indonesia ditemukan di Surabaya pada tahun 1968,
akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972. Sejak itu penyakit
tersebut menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi
di Indonesia kecuali Timor-Timur telah terjangkit penyakit. Sejak pertama kali
ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat baik dalam jumlah
maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi KLB setiap
tahun.KLB DBD terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan Incidence Rate (IR) =
35,19 per 100.000 penduduk dan CFR = 2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam
sebesar 10,17%, namun tahun-tahun berikutnya IR cenderung meningkat yaitu 15,99
(tahun 2000); 21,66 (tahun 2001); 19,24 (tahun 2002); dan 23,87 (tahun 2003).

9
Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit, disebabkan
karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru,
kurangnya perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk, terdapatnya
vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya empat sel tipe virus
yang bersirkulasi sepanjang tahun.

Departemen kesehatan telah mengupayakan berbagai strategi dalam mengatasi kasus


ini.Pada awalnya strategi yang digunakan adalah memberantas nyamuk dewasa
melalui pengasapan, kemudian strategi diperluas dengan menggunakan larvasida
yang ditaburkan ke tempat penampungan air yang sulit dibersihkan.Akan tetapi kedua
metode tersebut sampai sekarang belum memperlihatkan hasil yang memuaskan.

C. EPIDEMIOLOGI

1. Penyebab

Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2, DEN 3
dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses
(arboviruses). Keempat type virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia antara lain Jakarta dan Yogyakarta. Virus yang banyak berkembang di
masyarakat adalah virus dengue dengan tipe satu dan tiga. 3

2. Gejala

Gejala pada penyakit demam berdarah diawali dengan :

a. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari

b. Manifestasi pendarahan, dengan bentuk : uji tourniquet positif puspura pendarahan,


konjungtiva, epitaksis, melena, dsb.

10
c. Hepatomegali (pembesaran hati).

d. Syok, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan sistolik
sampai 80 mmHg atau lebih rendah.

e. Trombositopeni, pada hari ke 3 - 7 ditemukan penurunan trombosit sampai 100.000


/mm.

f. Hemokonsentrasi, meningkatnya nilai Hematokrit.

g. Gejala-gejala klinik lainnya yang dapat menyertai: anoreksia, lemah, mual,


muntah, sakit perut, diare kejang dan sakit kepala.

h. Pendarahan pada hidung dan gusi.

i. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat
pecahnya pembuluh darah.

3. Masa Inkubasi

Masa inkubasi terjadi selama 4-6 hari.

4. Penularan

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti / Aedes albopictus
betina yang sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya dari penderita demam
berdarah lain. Nyamuk Aedes aegypti berasal dari Brazil dan Ethiopia dan sering
menggigit manusia pada waktu pagi dan siang.

Orang yang beresiko terkena demam berdarah adalah anak-anak yang berusia di
bawah 15 tahun, dan sebagian besar tinggal di lingkungan lembab, serta daerah
pinggiran kumuh.Penyakit DBD sering terjadi di daerah tropis, dan muncul pada
musim penghujan.Virus ini kemungkinan muncul akibat pengaruh musim/alam serta
perilaku manusia

11
BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, serta analisis data
maka kesimpulan data dari penelitian saya yang berjudul PEMBERANTASAN LARVA
NYAMUK MEGGUNAKAN EKSTRA DAUN CERI. Antara lain :

1) Bahwa dalam kandungan daun ceri ada salah satu zat yang bisa mengakibatkan larva
nyamuk mati.
2) Daun ceri sangat mudah di cari di daerah atau lingkungan dan dia tidak berbahaya
kepada manusia, sebab dia tidak ada kandungan yang berbahaya
3) Larva nyamuk merupakan salah satu perkembang biakan dia menjadi nyamuk,
sehingga dapat mengurangi angka kematian akibat penyakit DBD
B. SARAN

Dari hasil penelitian ini ditemukan saran yang mana jdul penelitian proposal nya adalah
“PEMBRANTASAN LARVA NYAMUK MENGGUNAKAN EKSTRA DAUN
CERI. Antara lain adalah:

1) Kami mengajak para pembaca bahwa ada penemuan baru yang mana ekstra daun ceri
dapat membunuh larva nyamuk
2) Agar dapat dijadikan salah satu alternative untuk menurunkan angka kematian atau
kasus DBD.
3) Membuat masyarakat sehat dan terbebas dari berbagai macam penyakit mematikan
ini khusunya di wilayah provinsi riau.

12

Anda mungkin juga menyukai