Disusun Oleh:
3. HASRIANI
4. NUR FAJRIANTI
5. WIDIA HASTUTI
MAN ENREKANG
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat
karunia-Nya serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah
perkembangan politik di Indonesia pada masa Demokrasi Liberal ini dengan
sebatas pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR…………………………………………………. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………...…………………. 1
a. Latar Belakang……………………….……………………... 1
b. Rumusan Masalh………………….………………………... 1
BAB II PEMBAHASAN………………………..………….………….. 3
a. Kesimpulan………………………………………..…..…….. 21
b. Saran………………………………………………………… 21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Rumusan Masalah
iv
BAB II
PEMBAHASAN
v
kabinet, partai-partai politik terkuat mengambil alih kekuasaan. PNI dan Masyumi
merupakan partai yang terkuat dalam DPR, dan dalam waktu lima tahun (1950
-1955) PNI dan Masyumi silih berganti memegang kekuasaan dalam empat
kabinet. Adapun susunan kabinetnya sebagai berikut;
vi
Berakhirnya kekuasaan kabinet :
Hasil : Tidak terlalu berarti sebab programnya melanjtkan program Natsir hanya
saja terjadi perubahan skala prioritas dalam pelaksanaan programnya, seperti
vii
awalnya program Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman selanjutnya
diprioritaskan untuk menjamin keamanan dan ketentraman.
viii
pimpinan Perdana Mentari Wilopo, sehingga bernama kabinet Wilopo. Kabinet
ini mendapat dukungan dari PNI, Masyumi, dan PSI.
a) Adanya kondisi krisis ekonomi yang disebabkan karena jatuhnya harga barang-
barang eksport Indonesia sementara kebutuhan impor terus meningkat.
b) Terjadi defisit kas negara karena penerimaan negara yang berkurang banyak
terlebih setelah terjadi penurunana hasil panen sehingga membutuhkan biaya
besar untuk mengimport beras.
c) Munculnya gerakan sparatisme dan sikap provinsialisme yang mengancam
keutuhan bangsa. Semua itu disebabkan karena rasa ketidakpuasan akibat
alokasi dana dari pusat ke daerah yang tidak seimbang.
d) Terjadi peristiwa 17 Oktober 1952. Merupakan upaya pemerintah untuk
menempatkan TNI sebagai alat sipil sehingga muncul sikap tidak senang
dikalangan partai politik sebab dipandang akan membahayakan kedudukannya.
Peristiwa ini diperkuat dengan munculnya masalah intern dalam TNI sendiri
yang berhubungan dengan kebijakan KSAD A.H Nasution yang ditentang oleh
Kolonel Bambang Supeno sehingga ia mengirim petisi mengenai penggantian
KSAD kepada menteri pertahanan yang dikirim ke seksi pertahanan parlemen
sehingga menimbulkan perdebatan dalam parlemen. Konflik semakin
diperparah dengan adanya surat yang menjelekkan kebijakan Kolonel Gatot
Subroto dalam memulihkan keamanana di Sulawesi Selatan.
ix
e) Keadaan ini menyebabkan muncul demonstrasi di berbagai daerah menuntut
dibubarkannya parlemen. Sementara itu TNI-AD yang dipimpin Nasution
menghadap presiden dan menyarankan agar parlemen dibubarkan. Tetapi saran
tersebut ditolak.
f) Muncullah mosi tidak percaya dan menuntut diadakan reformasi dan
reorganisasi angkatan perang dan mengecam kebijakan KSAD.
g) Inti peristiwa ini adalah gerakan sejumlah perwira angkatan darat guna
menekan Sukarno agar membubarkan kabinet.
h) Munculnya peristiwa Tanjung Morawa mengenai persoalan tanah perkebunan
di Sumatera Timur (Deli). Sesuai dengan perjanjian KMB pemerintah
mengizinkan pengusaha asing untuk kembali ke Indonesia dan memiliki tanah-
tanah perkebunan. Tanah perkebunan di Deli yang telah ditinggalkan
pemiliknya selama masa Jepang telah digarap oleh para petani di Sumatera
Utara dan dianggap miliknya. Sehingga pada tanggal 16 Maret 1953 muncullah
aksi kekerasan untuk mengusir para petani liar Indonesia yang dianggap telah
mengerjakan tanah tanpa izin tersebut. Para petani tidak mau pergi sebab telah
dihasut oleh PKI. Akibatnya terjadi bentrokan senjata dan beberapa petani
terbunuh.
i) Intinya peristiwa Tanjung Morawa merupakan peristiwa bentrokan antara
aparat kepolisian dengan para petani liar mengenai persoalan tanah perkebunan
di Sumatera Timur (Deli).
Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya dari Serikat
Tani Indonesia terhadap kabinet Wilopo. Sehingga Wilopo harus mengembalikan
mandatnya pada presiden.
x
Kabinet Ali ini dengan Wakil perdana Menteri Mr. Wongsonegoro (partai
Indonesia Raya PIR).
xi
menolak pemimpin baru tersebut karena proses pengangkatannya dianggap
tidak menghiraukan norma-norma yang berlaku di lingkungan TNI-AD.
Bahkan ketika terjadi upacara pelantikan pada 27 Juni 1955 tidak seorangpun
panglima tinggi yang hadir meskipun mereka berada di Jakarta. Wakil KSAD-
pun menolak melakukan serah terima dengan KSAD baru.
c) Keadaan ekonomi yang semakin memburuk, maraknya korupsi, dan inflasi
yang menunjukkan gejala membahayakan.
d) Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.
e) Munculnya konflik antara PNI dan NU yang menyebabkkan, NU memutuskan
untuk menarik kembali menteri-mentrinya pada tanggal 20 Juli 1955 yang
diikuti oleh partai lainnya.
Program :
xii
Hasil :
Program :
xiii
Program kabinet ini disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun yang
memuat program jangka panjang, sebagai berikut.
a) Pembatalan KMB,
b) Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun, menjalankan
politik luar negeri bebas aktif,
c) Melaksanakan keputusan KAA.
Hasil :
Mendapat dukungan penuh dari presiden dan dianggap sebagai titik tolak
dari periode planning and investment, hasilnya adalah Pembatalan seluruh
perjanjian KMB.
xiv
d. Pembatalan KMB oleh presiden menimbulkan masalah baru khususnya
mengenai nasib modal pengusaha Belanda di Indonesia. Banyak pengusaha
Belanda yang menjual perusahaannya pada orang Cina karena memang
merekalah yang kuat ekonominya. Muncullah peraturan yang dapat melindungi
pengusaha nasional.
e. Timbulnya perpecahan antara Masyumi dan PNI. Masyumi menghendaki agar
Ali Sastroamijoyo menyerahkan mandatnya sesuai tuntutan daerah, sedangkan
PNI berpendapat bahwa mengembalikan mandat berarti meninggalkan asas
demokrasi dan parlementer.
Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para
pakar yang ahli dalam bidangnya. Dibentuk karena Kegagalan konstituante dalam
menyusun Undang-undang Dasar pengganti UUDS 1950. Serta terjadinya
perebutan kekuasaan antara partai politik. Dipimpin Oleh : Ir. Juanda
Program :
xv
Hasil :
xvi
1. Sistem Kepartaian
Sistem kepartaian yang dianut pada masa demokrasi liberal adalah multi
partai. Pembentukan partai politik ini menurut Mohammad Hatta agar
memudahkan dalam mengontrol perjuangan lebih lanjut. Hatta juga menyebutkan
bahwa pembentukan partai politik ini bertujuan untuk mudah dapat mengukur
kekuatan perjuangan kita dan untuk mempermudah meminta tanggung jawab
kepada pemimpin-pemimpin barisan perjuangan. Walaupun pada kenyataannya
partai-partai politik tersebut cenderung untuk memperjuangkan kepentingan
golongan dari pada kepentingan nasional. Partai-partai politik yang ada saling
bersaing, saling mencari kesalahan dan saling menjatuhkan. Partai-partai politik
yang tidak memegang jabatan dalam kabinet dan tidak memegang peranan
penting dalam parlemen sering melakukan oposisi yang kurang sehat dan
berusaha menjatuhkan partai politik yang memerintah. Hal inilah yang
menyebabkan pada era ini sering terjadi pergantian kabinet, kabinet tidak berumur
xvii
panjang sehingga program-programnya tidak bias berjalan sebagaimana mestinya
yang menyebabkan terjadinya instabilitas nasional baik di bidang politik, sosial
ekonomi dan keamanan.
xviii
bahwa pemilihan umum 1955 merupakan pemilu yang paling demokratis yang
dilaksanakan di Indonesia.
Dalam proses pemilihan umum 1955 terdapat 100 partai besar dan kecil
yang mengajukan calon-calonnya untuk anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan
82 partai besar dan kecil untuk Dewan Konstituante. Selain itu masih ada 86
organisasi dan perseorangan akan ikut dalam pemilihan umum. Dalam
pendaftaran pemilihan tidak kurang dari 60% penduduk Indonesia yang
mendaftarkan namanya (kurang lebih 78 juta), angka yang cukup tinggi yang ikut
dalam pesta demokrasi yang pertama. (Feith, 1999)
PNI : 57 kursi
Masyumi : 57 kursi
PKI : 39 kursi
xix
yang baru maka berakhirlah masa tugas DPR yang lama dan penunjukkan tim
formatur dilakukan berdasarkan jumlah suara terbanyak di DPR.
PKI : 80 kursi
xx
diamanatkan oleh UUD S 1950. Dewan memang berhasil menyelesaikan bagian-
bagian dari rancangan UUD, namun terkait dengan masalah dasar negara, Dewan
Konstituante tidak berhasil menyelesaikan perbedaan yang mendasar diantara
usulan dasar negara yang ada.
xxi
sidang menetapkan tidak akan mengadakan pemungutan suara lagi dan disusul
dengan masa reses (masa tidak bersidang). Ketika memasuki masa sidang
berikutnya beberapa fraksi tidak akan menghadiri sidang lagi. Kondisi inilah
mendorong suasana politik dan psikologis masyarakat menjadi sangat genting dan
peka. Kondisi ini mendorong KSAD, Jenderal Nasution, selaku Penguasa Perang
Pusat (Peperpu) dengan persetujuan dari Menteri Pertahanan sekaligus Perdana
Menteri Ir. Djuanda, melarang sementara semua kegiatan politik dan menunda
semua siding Dewan Konstituante.
xxii
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
Entah mengapa sampai saat ini Indonesia masih tertinnggal oleh negara
lain, tapi patut kita ketahui bahwa perubahan itu tidak ada dengan sendirinya. Kita
sebagai rakyat Indonesia lah yang harus memulai perubahan itu. Dimulai dari
penetapan sistem politik yang benar-benar tepat dan juga para anak bangsa yang
harus memperbaharuinya dengan perubahan yang membawa Indonesia maju.
xxiii
DAFTAR PUSTAKA
https://sariiskadewi.blogspot.com/2016/02/makalah-masa-demokrasi-liberal.html
https://adji-pras.blogspot.com/2016/08/makalah-perkembangan-politik-
masa.html#.XYdXyCgzbIV
https://sule-epol.blogspot.com/2017/01/makalah-demokrasi-liberal.html
xxiv