Anda di halaman 1dari 5

IMAN KEPADA QADA DAN QADAR (TAKDIR)

Jelaskan beberapa hal dibawah ini, masalah-masalah yang berkenaan dengan Iman kepada
Qoda dan Qadar!
1. Jelaskan apa yang dimaksud dari iman kepada Qodo dan qadar!
2. Kemukakan dua saja dalil naqli tentang Iman kepada Qada dan Qadar!
3. Apa yang kamu ketahui tentang taqdiq mubram dan muallaq dan berikan contoh
masing-masing!
4. Jelaskan..! Apa hubungan antara Ikhtiar Tawakal dan Takdir?
5. Jelaskan fungsi Iman kepada qada dan qadar terhadap diri kita dalam kehidupan sehari hari!
6. Jelaskan beberapa prilaku yang mencerminkan sikap seseorang yang beriman kepada
Qada dan Qadar!
7. Jelaskan apa hubungan antara Nasib dan Takdir!
8. Bagaimana sikap kita terhadap Taqdir Baik dan Takdir buruk yang diberikan Allah kepada
kita?
9. Jelaskan paham Qadariyah dan Jabariyah mengenai Takdir Allah!
10. Jelaskan Hikmah dari Iman kepada qada dan Qadar!

Jawaban :

1.
Secara bahasa, qada mempunyai beberapa makna, yaitu perintah, ketetapan,
pemberitahuan, penciptaan, serta kehendak. Menurut istilah qada merupakan ketetapan
Allah SWT yang ditentukan sejak zaman azali mengenai segala sesuatu yang
berhubungan dengan makhluk.13 Sedangkan qadar secara bahasa memiliki makna,
peraturan, ukuran, serta kepastian. Dan menurut istilah, qadar perwujudan dari qada
yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Hubungan antara qada dan qadar sangat kuat,
qada merupakan rencana, ketetatan atau hukum Allah SWT yang ditetapkan sejak
zaman azali, sedangkan qadar adalah pelaksanaan dari hukum atatu ketetapan Allah
SWT. Jadi, qada dan qadar dapat diibaratkan seperti rencana dan pelaksanaan. Maka
dari itu qada dan qadar disatukan menjadi istilah yang disebut takdir.
Iman kepada qada dan qadar artinya percaya serta yakin dengan sepenuh hati
bahwa Allah SWT telah menetapkan segala sesuatu bagi makhluk-Nya. Iman kepada
Qada dan Qadar meliputi empat prinsip, yaitu: Pertama, iman kepada ilmu Allah SWT
yang qadim, iman bahwa semua qadar Allah SWT tertulis dalam Lauhul Mahfud, iman
kepada segala ketetapan Allah yang bersifat menyeluruh, iman bahwa Allah SWT
adalah Zat yang mewujudkan makhluk. Kaya, miskin, pandai, bodoh, dan sebagaianya
sudah menjadi ketetapan Allah SWT sesuai dengan takdir dari Allah. Sebagaimana
seorang anak yang tidak bisa memilih kedua orangtuanya, dimana dia dilahirkan, dan
seperti apa jodohnya karena itu semua diluar kekuasaan kita sebagai makhluk Allah
SWT

2.

Artinya :’’……..Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang


beriman diantara kamu, baik laki-laki maupun perempuan…….’’  (Q.S.Ali Imron : 195)
Artinya :‘’ Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja
bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu
menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi” (Q.S an-
Nisa :79)

3. Para ulama’ berpendapat bahwa takdri itu terbagi menjadi dua macam, yaitu : takdir
mu’allaq dan takdir mubram. Takdir mu’allaq adalah takdir yang erat kaitannya dengan
ikhtiar manusia.21 Dalam hal ini Allah berfirman dalam surat ar-Ra’d ayat 11

Artinya:

“Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”

Takdir mubram adalah takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan
atau tidak dapat ditawar-tawar lagi oleh manusia.23 Sebagaiman Firman Allah dalam
surat Yunus ayat 49

Artinya :“…apabila telah datang ajal mereka, Maka mereka tidak dapat
mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya).”

4. Sebagai orang Islam, kita meyakini Allah SWT Mahakuasa atas segala sesuatu. Dalam
kehidupan di dunia, manusia mengalami banyak kejadian. Ada di antaranya yang tak
dapat ditolak. Sebab, memang begitulah hukum kausalnya.

Takdir dapat didefinisikan sebagai hukum sebab-akibat yang berlaku secara pasti
di bawah pengawasan Tuhan. Namun, ada pula di antara hal-hal itu yang dapat
diupayakan agar dihindari. Di sanalah letak ikhtiar. Misalnya, ketika seorang Muslim
hendak mencari nafkah. Ia dapat berikhtiar menghindari pekerjaan yang haram.
Caranya, dengan memilih pekerjaan yang halal serta baik. Dalam Alquran, ada tiga
pokok persoalan tentang takdir. Pertama, takdir Allah berlaku pada fenomena alam.
Artinya, hukum yang berlaku objektif sehingga kausalitas alam dapat dipahami dan
diperkirakan oleh manusia. Kedua, sunnatullah. Ini berkaitan dengan hukum sosial yang
di dalamnya manusia terlibat. Ketiga, efek takdir yang baru dapat diketahui kelak di
akhirat. Pada poin ini, iman berperan penting agar seseorang dapat memahaminya. Ada
enam perkara rukun iman. Salah satunya berkaitan dengan qadha dan qadar. Manusia
yang merupakan bagian dari alam ini dan juga berada di bawah kekuasaan dan kehendak
mutlak Tuhan. Dalam menjelaskan kemutlakan Tuhan ini, Abu Hasan al-Asy'ary dalam
kitab Al-Ibanah an Usul ad-Dinayah ("Uraian tentang Prinsip-Prinsip Agama")
menyatakan, Allah SWT tidak tunduk kepada siapapun. Tidak ada zat apa pun di atas
Allah yang dapat membuat hukum dan dapat menentukan apa yang boleh dibuat oleh
Allah dan apa yang tidak boleh dibuat. Memahami takdir adalah menyadari
Kemahakuasaan Allah
5. Memperkuat keyakinan bahwa Allah SWT, Pencitaan Alam Semesta adalah
Tuhan Yang Maha Esa, Mahakuasa, Maha adil dan Maha Bijaksana. Keyakinan tersebut
dapat mendorong umat manusia (umat Islam) untul melakukan usaha-usaha yang
bijaksana, agar menjadi umat (bangsa) yang merdeka dan berdaulat. Keniudian
kemerdekaan dan kedaulatan yang diperolehnya itu akan dimanfaatkannya secara adil,
demi terwujudnya kemakmuran dan kesejahteraan bersama di dunia dan akhirat.
Menumbuhkan kesadaran bahwa alam semesta dan segala isinya berjalan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan Allah SWT (sunnatullah atau hukum alam). Kesadaran yang
demikian dapat mendorong umat manusia (umat Islam) untuk menjadi ilmuwan.-
ilmuwan yang canggih di bidangnya masingm asing, kemudian mengadakan usaha-
usaha penelitian terhadap setiap makhluk Allah seperti manusia, hewan, tumbuhan, air,
udara, barang tambang, dan gas. Sedangkan hasil-hasil penelitiannya dimanfaatkan
untuk meningkatkan kesejahteraan manusia ke arah yang lebih tinggi
Meningkatkan ketakwaan kepada Alah SWT. Iman kepada takdir dapat
menumbuhkan kesadaran bahwa segala yang ada dan terjadi di alam semesta ini seperti
daratan, lautan, angkasa raya, tanah yang subur, tanah yang tandus dan berbagai bencana
alam seperti gempa bumi, gunung meletus serta banjir semata-mata karena kehendak,
kekuasaan dan keadilan Allah SWT. Selain itu, kemahakuasaan dan keadilan Allah
SWT akan ditampakkan kepada umat manusia, takkala umat manusia sudah meninggal
dunia dan hidup di alam kubur dan alam akhirat. Manusia yang ketika di dunianya
bertakwa, tentu akan memperoleh nikmat kubur dan dimasul&an ke dalam surga,
sedangkan manusia yang ketika di dunianya durhaka kepada Allah dan banyak berbuat
dosa, tentu akan memperoleh siksa kubur dan dicampakkan ke dalam neraka jahanam
Menumbuhkan sikap dan perilaku terpuji, serta menghilangkan sikap serta
perilaku tercela. Orang yang betul-betul beriman kepada takdir (umat Islam yang
bertakwa) rentu akan memiliki sikap dan perilaku terpuji seperti sabar, tawakal, qana’ah,
dan optimis dalam hidup. Juga akan mampu memelihara diri dan sikap dan perilaku
tercela, seperti: sombong, in hati, dengki, buruk sangka, dan pesimis dalam hidup.
Mendorong umat manusia (umat Islam) untuk berusaha agar kualitas hidupnya
meningkat, sehingga hari ini lebih baik dan han kemarin dan hari esok lebih baik dan
han mi. Umat manusia (umat Islam) jika betul-betul beriman kepada takdir, tentu dalam
hidupnya di dunia yang sebentar ini tidak akan berpangku tangan. Mereka akan berusaha
dan bekerja dengan sungguh-sungguh di bidangnya masing-masing, sesuai dengan
kemampuannya yang telah diusahakan secara maksimal, sehingga menjadi manusia
yang paling bermanfaat. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Sebaik-baik manusia
ialah yang lebih bermanfat kepada manusia.” (H.R At.Tabrani).

6. Perilaku Yang Mencerminkan Keimanan Kepada Qadha dan Qadar


a. Ikhtiar semaksimal mungkin
b. Etos kerja yang tinggi
c. Selalu berdoa
d. Bersyukur dan bersabar
e. Huznuzdzzon kepada Allah dan bersikap raja
f. Bertawakal kepada Allah dan ridha dengan takdir Allah

7. Nasib (qadha) adalah ketetapan, ketentuan atau rencana Allah untuk segenap
makhluknya, baik manusia, jin, hewan tumbuhan, gunung, langit, laut, dll. Sedangkan
takdir (qadar) adalah kenyataannya, kejadiannya. Kalau sudah terjadi disebutlah takdir.
8. Pahamilah takdir itu dengan penuh keimanan. Percaya dan meyakini sepenuh hati adalah
kunci ketenangan hati. Sejatinya, takdir bertujuan agar seseorang merasa rendah di
hadapan Allah. Menyadari bahwa hanya Dialah yang Mahakuasa atas segala sesuatu.
Gantungkan segala doa dan ikhtiar kita kepada- Nya. Lakukan yang terbaik dalam setiap
prosesnya. Ketika segala upaya telah dilakukan, sempurnakanlah dengan sikap tawakal
yang hebat. Allah berfirman, "Katakanlah: 'Sekali-kali tidak akan menimpa kami
melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan
hanya kepada Allah orangorang yang beriman harus bertawakal'." (QS at-Taubah: 51).

Kekeliruan dalam menyikapi takdir terkadang membuat kita kerap salah dalam
mengambil keputusan hidup. Tak jarang kita berkeluh kesah, frustrasi, atau
melampiaskan dalam berbagai bentuk tindakan, bahkan berani menyalahkan Tuhan.
Padahal, bisa jadi apa yang Allah takdirkan ialah untuk menguji seberapa kuat keimanan
kita, siapa yang paling berhak berada di sisi- Nya. Rasulullah SAW bersabda,
"Sesungguhnya Allah SWT apabila mencintai sebuah kaum, Dia mengujinya. Barang
siapa yang ridha maka dia mendapatkan keridhaan dan siapa yang benci maka dia hanya
akan mendapatkan kebencian." (HR at-Tirmidzi). Saat keadaan baik dan
membahagiakan, kita berharap semoga Allah selalu menambah terus nikmat tersebut.
Dan saat keadaan sebaliknya, kita harus sadarkan diri bahwa tidak lama lagi kebaikan
dari Allah pasti akan datang menyapa kita. Sebagaimana firman- Nya, "Maka
sesungguhnya, bersama kesulitan, ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan,
ada kemudahan."(QS al-Insyiroh: 5-6). Allah Mahaadil, Dia akan menakdirkan sesuatu
menurut ilmu dan perhitungan-Nya. Dia tidak akan membebani hamba-Nya di luar batas
kemampuan. Maka itu, dalam keadaan apa pun kita hanya boleh berprasangka baik
kepada Allah. Yakini bahwa apa pun yang Allah takdirkan, sesungguhnya untuk
kebaikan hamba-Nya. Wallahu a'lam.

9. PAHAM JABARIYAH
Takdir adalah sesuatu yang telah “diatur” tanpa ada daya manusia sebagai pelaku
kehidupan. Jabariyah adalah paham yang menafikan perbuatan dari hamba secara
hakikat dan menyerahkan perbuatan tersebut kepada Allah SWT. Artinya, manusia tidak
punya andil sama sekali dalam melakukan perbuatannya. Tuhanlah yang menentukan
segala-galanya.

PAHAM QADARIYAH

Sedangkan paham qadariyah punya pandangan ekstrim bahwa kita, manusia lah yang
sepenuhnya menguasai dan menentukan apa yang terjadi pada kita, bukan Tuhan.
Qadariyah adalah sebuah firqah yang mengingkari ilmu Allah terhadap perbuatan
hambaNya dan berkeyakinan bahwa Allah belum membuat terhadap makhlukNya

10.
a. Dapat membangkitkan semangat dalam bekerja dan berusaha, serta
memberikan dorongan untuk memperoleh kehidupan yang layak di dunia ini.
b. Tidak membuat sombong atau takabur, karena ia yakin kemampuan manusia
sangat terbatas, sedang kekuasaan Allah Maha Tinggi.
c. Memberikan pelajaran kepada manusia bahwa segala sesuatu yang ada di
alam semesta ini berjalan sesuai dengan ketentuan dan kehendak Allah SWT.
d. Mempunyai keberanian dan ketabahan dalam setiap usaha serta tidak takut
menghadapi resiko, karena ia yakin bahwa semua itu tidak terlepas dari takdir
Allah SWT.
e. Selalu merasa rela menerima setiap yang terjadi pada dirinya, karena ia mengerti
bahwa semua berasal dari Allah SWT. Dan akan dikembalikan kepadaNya.

Anda mungkin juga menyukai