Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH:
PEMBIMBING KLINIK
dr. Nilawati
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
BAB I
PENDAHULUAN
IDENTIFIKASI MASALAH
2.1 Profil Puskesmas Anuntodea Tipo
Puskesmas sebagai penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan
terdepan, kehadirannya di tengah masyarakat tidak hanya berfungsi sebagai
pusat pelayanan kesehatan bagi masyarakat, tetapi juga sebagai pusat
komunikasi masyarakat. Oleh karena itu, keberadaan Puskesmas dapat
diumpamakan sebagai “agen perubahan” di masyarakat sehingga masyarakat
lebih berdaya dan timbul gerakan-gerakan upaya kesehatan yang bersumber
pada masyarakat. Hal ini sejalan dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat yang menjelaskan bahwa Puskesmas mempunyai 3 fungsi, yaitu
1) Sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan; 2) Pusat
pemberdayaan keluarga dan masyarakat; 3) Pusat pelayanan kesehatan strata
pertama. Dengan demikian, Puskesmas sebagai pusat pemberdayaan
masyarakat wajib menggerakkan dan memberdayakan masyarakat agar
berperan aktif dalam penyelenggaraan upaya kesehatan sehingga promosi
kesehatan sangat penting diterapkan untuk mengatasi masalah kesehatan
(Mentri Kesehatan Republik Indonesia, 2007)
UPTD Puskesmas Anuntodea Tipo merpakan salah satu sarana
pelayanan kesehatan yang berada di Wilayah Propinsi Sulawesi Tengah
tepatnya di Kota Palu, Kecamatan Ulujadi dengan batas-batas wilayah kerja
sebagai berikut:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lolioge Kabupaten Donggala
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Silae
3) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Marawola (pegunungan)
4) Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Palu (pantai) (Puskesmas Tipo,
2019)
Puskesmas Anuntodea Tipo merupakan puskesmas yang berada di
wilayah kecamatan Ulujadi yang memiliki luas wilayah 32,97 km 2 dan secara
administratif pemerintahan terdiri atas 3 kelurahan, 16 RW serta 37 RT.
Adapun wilayah kerja Puskesmas Tipo mencakup tiga kelurahan, yaitu :
Kelurahan Tipo, Kelurahan Buluri, dan Kelurahan Watusampu (Puskesmas
Tipo, 2019)
2.2 Kependudukan
1. Pertumbuhan penduduk
Berdasarkan data BPJS kota palu tahun 2019, jumlah penduduk di wilayah
kerja puskesmas tipo adalah 10,046 jiwa yang tersebar di tiga kelurahan
yaitu kelurahan tipo dengan jumlah penduduk 3.805 jiwa, kelurahan buluri
dengan jumlah penduduk 3.623 jiwa dan kelurahan watusampu dengan
jumlah penduduk 2.618 jiwa. Dengan membandingkan jumlah penduduk
tahun sebelumnya, terjadi peningkatan jumlah penduduk, dimana jumlah
penduduk tahun 2018 sekitar 9.685 jiwa, tahun 2019 terjadi peningkatan
jumlah penduduk sebanyak 361 jiwa. (Puskesmas Tipo. 2019)
Grafik. Jumlah penduduk di wilayah UPTD puskesmas Anuntodea Tipo Menurut golongan
umur dan jenis kelamin tahun 2019
2.3 Program Gizi
A. Definisi
Program gizi merupakan proses pengamatan masalah secara terus
menerus baik situasi normal maupun darurat, meliputi : pengumpulan,
pengolahan, analisis dan pengkajian data secara sistematis serta
penyebarluasan informasi untuk pengambilan tindakan sebagai respon
segera dan terencana. Adapun program kegiatan gizi di Puskesmas Kaleke
diantaranya Pendataan, pendataan daerah terpencil, pelayanan di
posyandu, sweeping penimbangan bayi dan balita yang tidak datang ke
posyandu, pelacakan balita gizi kurang gizi buruk bumil kek, pemberian
kapsul vit. A, pendampingan pemberian PMT balita gizi kurang dan bumil
kek, PMT pemulihan, pemberian tablet FE Rematri di sekolah,
Pemantauan bayi usia 0-6 bulan untuk mendapatkan ASI ekslusif,
pemeriksaan garam beryodium, pelatihan gizi, pelatihan dan penyegaran
kader posyandu (Kemenkes,2016).
B. Tujuan
Terlaksananya program gizi berbasis peran serta masyarakat secara
terpadu, rutin, dan seksama untuk mencapai keadaan gizi seimbang di
masyarakat.
C. Sasaran
Tujuan dari kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) adalah
untuk merubah perilaku sesuai dengan pesan yang disampaikan. Agar
penyampaian pesan dapat terlaksana dengan berhasil guna dan berdaya
guna (efisien dan efektif) maka tahap awal dari kegiatan tersebut adalah
menentukan siapa sasaran yang akan dituju. Prinsip dalam menentukan
sasaran KIE Gizi Seimbang adalah “Sasaran bukan hanya sebagai objek
saja tetapi juga sebagai subjek”. Dalam kaitan dengan tujuan KIE Gizi
Seimbang untuk merubah perilaku seluruh lapisan masyarakat, maka
sasaran dari KIE Gizi Seimbang adalah :
a. Sasaran Utama
1) Masyarakat dari berbagai kelompok usia
2) Masyarakat dari berbagai lapisan ekonomi
3) Masyarakat dari berbagai lapisan pendidikan (Kemenkes, 2017).
b. Sasaran Antara
1) Penentu kebijakan
2) Pengelola Program
3) Lembaga Swadaya Masyarakat
4) Kader
5) Organisasi Profesi
6) Media Massa
7) Dunia Usaha
8) Mitra Pembangunan Internasional
9) Lembaga pendidikan:
(a) Sekolah : TK, SD, SMP, SMA/SMK, Perguruan Tinggi
(b) Madrasah : RA, MI, MTs., MA, PTAI
(c) Pondok Pesantren
10) Lembaga sosial dankeagamaan
11) Kelompok Komunitas (Kemenkes RI, 2016).
a. Sasaran Penunjang
Sasaran penunjang merupakan sasaran individu,
kelompok/organisasi/ lembaga masyarakat dan profesi, lembaga
pendidikan dan lembaga pemerintah yang berperan memberi
dukungan baik dukungan kebijakan, teknologi dan ilmu pengetahuan,
material maupun dana, untuk terlaksananya Program gizi di
Puskesmas dan keberlanjutannya. Mereka antara lain adalah
pimpinan daerah/ wilayah, Perusahaan, Lembaga Pendidikan,
Organisasi Profesi, dan Penyandang Dana (Kemenkes RI, 2016).
D. Metode
Setelah sasaran ditentukan, tahap selanjutnya adalah menentukan
metode yang tepat agar proses penyampaian pesan dapat berjalan dengan
baik dan benar. Metode yang dipilih adalah metode yang dapat
mengembangkan prinsip “komunikasi partisipatif/komunikasi dua arah”
yang dilaksanakan baik secara formal maupun informal. Jenis metode yang
perlu dilaksanakan dalam KIE Gizi Seimbang adalah :
4. ASI esklusif
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air
Susu Ibu Eksklusif mengamanatkan bahwa setiap ibu yang melahirkan
harus memberikan ASI eksklusif kepada bayi yang dilahirkannya selama
enam bulan pertama agar mencapai pertumbuhan, perkembangan dan
kesehatan yang optimal, selanjutnya, mereka harus memberi makanan
pendamping yang bergizi dan terus menyusui hingga bayi berusia dua
tahun atau lebih.
3.2 Proses
a. Planing
Perencanaan program manajemen di Puskesmas Tipo telah
diatur dalam Rencana Usulan Kegiatan dan Rencana Pelaksanaan
Kegiatan. Pada perencanaan telah dilakukan rapat setiap bulan untuk
mengevaluasi program yang telah dilakukan. Selain itu, koordinasi dengan
lintas sektor dan kader lebih ditingkatkan lagi dalam promosi kesehatan
mengenai pemberian Tablet Tambah Darah pada ibu Hamil dan wanita
subur, masalah ibu hamil KEK serta pemantauan gizi bayi, balita dan anak.
Indikator program gizi dan kesenjangan yang paling banyak dilakukan
di Posyandu Puskesmas Tipo adalah :
1. Distribusi Pemberian Vitamin A
Pemberian Vitamin A dilakukan pada saat Posyandu berjalan.
Masyarakat yang datang ke Posyandu harus mengikuti aturan mulai
dari pendaftaran, pengukuran tinggi badan, dan pengukuran berat
badan. Setiap bulan Februari dan Agustus yang merupakan Bulan
Vitamin A, diposyandu atau di fasilitas kesehatan dibagikan vitamin A
secara gratis untuk anak balita.
Bulan Februari dan Agustus pada kedua bulan ini, anak bisa
mendapatkan berupa suplementasi vitamin A Kapsul Biru (dosis
100.000 IU) untuk bayi umur 6-11 bulan dan Kapsul Merah (dosis
200.000 IU) untuk anak umur 12-59 bulan. Vitamin A dalam bentuk
kapsul merah juga diberikan kepada ibu nifas.
Adapun vitamin A, juga bisa mencegah rabun senja,
xeroftalmia, kerusakan kornea dan kebutaan serta mencegah anemia
pada ibu nifas. Sedangkan apabila anak kekurangan vitamin A maka
anak bisa menjadi rentan terserang penyakit infeksi seperti infeksi
saluran pernafasan atas, campak, dan diare.3
2. Distribusi Vitamin A di daerah terpencil
Pemberian vitamin A di daerah terpencil biasanya dilakukan bersamaan
dengan posyandu yang berlangsung.
3. Pemberian Kapsul Vitamin A anak prasekolah TK/PAUD
Pemberian Kapsul Vitamin A pada anak pra sekolah terhambat
dikarenakan adanya pandemi COVID-19, sehingga pemberian kapsul
vitamin A tidak dilaksanakan. Namun setelah posyandu berjalan
kembali, guru-guru dari siswa siswa di setiap sekolah datang mendata
anak-anak pra sekolah untuk diberikan kapsul Vitamin A.
b. Organizing
Pengorganisasian program Manajemen Gizi di Puskesmas Tipo
diinstruksikan langsung dari kepala Puskesmas sebagai pemegang otoritas
tertinggi dan pelaksanaannya oleh staf/petugas gizi di Puskesmas Tipo
yang berjumlah 1 orang. Adapun, dalam pelaksanaan program Gizi
dilakukan dengan kerjasama lintas program dan lintas sektor di wilayah
kerja Puskesmas Tipo. Selama masa pandemi covid 19, ada beberapa
kendala dalam pelaksanaannya selama masa pandemi covid 19. Beberapa
kendala dalam pelaksanaannya seperti beberapa kegiatan tidak terlaksana
dengan baik kemudian kurangnya kesadaran dari masyarakat diwilayah
kerja Puskesmas Tipo untuk melakukan pemeriksaan secara rutin tiap
bulan di puskesmas. Pada kegiatan kelas ibu hamil juga dilaksanakan
evaluasi dari ANC dan pemantauan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet
tambah darah secara rutin. Namun, program ini terkendala, karena selama
pandemi COVID-19, ibu hamil yang datang berkunjung di Puskesmas
sangat kurang sekali sehingga rata-rata ibu hamil belum mendapat atau
belum mengkonsumsi tablet Fe, Sehingga perlu ditingkatkan lagi
penyuluhan tentang pentingnya tablet Fe bagi ibu hamil. Selain promkes
penyuluhan dapat dibagikan leaflet pada tiap ibu hamil yang berkunjung ke
puskesmas dan dapat dibuat poster tentang pentingnya tablet Fe bagi ibu
hamil.
c. Actuating
Penyelenggaraan program Gizi di Puskesmas Tipo, meliputi kegiatan
wawancara, pengukuran tinggi dan berat badan, pemeriksaan dan tindak
lanjut.
Wawancara dilakukan untuk menelusuri faktor risiko perilaku seperti
konsumsi sayur dan buah, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, dan stress.
Pengukuran berat badan, tinggi badan, Pemberian tablet penambah darah pada
wanita hamil merupakan satu intervensi untuk mencegah terjadinya anemia
pada ibu selama proses kehamilan. Sebaiknya ibu hamil mulai mengonsumsi
TTD sejak konsepsi sampai akhir trimester III. Indikator ini sebagai evaluasi
kinerja apakah TTD sudah diberikan kepada seluruh sasaran. TTD adalah
tablet yang sekurangnya mengandung zat besi setara dengan 60 mg besi
elemental dan 0,4 mg asam folat yang disediakan oleh pemerintah maupun
diperoleh sendiri. Pelaksanaan kegiatan biasanya berkolaborasi dengan
beberapa program lainnya seperti KIA dan imunisasi, Kesling dan Promkes
untuk melakukan penyuluhan, penjaringan Bumil KEK dan pemberian Vit A
serta pemberian tablet tambah darah/tablet Fe. Selain itu juga melibatkan
kader dalam proses penyaringan keluarga yang dalam anggota keluarganya
terdapat ibu hamil yang mungkin belum mendapatkan tablet Fe sehingga
dapat diberikan tablet Fe. . Selain itu dapat juga bekerjasama dengan sekolah-
sekolah dalam pemberian tablet Fe bagi remaja putri sehingga tidak ada lagi
yang mengalami anemia dan perlu adanya penyuluhan kesekolah-sekolah
sehingga remaja putri bisa mendapatkan pengetahuan kesehatan tentang
manfaat tablet Fe.
d. Controlling
Pemantauan dan pengendalian dilaksanakan dengan mengembangkan
sistem pelaporan dari Dinas Kesehatan Provinsi ke Kementerian Kesehatan.
Hambatan untuk program Gizi menurut pemegang progam terdapat
beberapa hal yang menjadi kendala seperti kurangnya partisipasi dari
masyarakat itu sendiri apalagi dipengaruhi dengan kondisi pandemi COVID-
19 ini, yang mengharuskan masyarakat untuk tidak keluar rumah, menjadi
salah satu faktor besar penghambat tidak berjalannya kegiatan program gizi di
Puskesmas Tipo. Kegiatan program gizi yakni pemberian vitamin A pada
bulan Februari dan Agustus sempat terhambat dikarenakan Pandemi sudah
mulai terjadi, yang mengakibatkan hanya sebagian bayi dan balita
mendapatkan pemberian Vitamin A. Sehingga menjadi terhalangnya kegiatan
program. Peran serta masyarakat itu sendiri juga masih kurang, sedangkan
keberhasilan program gizi itu sangat ditentukan oleh peran serta masyarakat
baik untuk menggerakkan masyarakat dalam melaksanakan program maupun
dalam menggerakkan masyarakat untuk memanfaatkan sarana dan pelayanan
kesehatan.
3.3 Output
Output yang dicapai dari program gizi pada puskesmas Tipo bulan Januari
2020 sampai November 2020 yaitu :
1. Persentase cakupan bayi mendapat Vitamin A usia 6-12 bulan yaitu
a. Februari : 94,1%
b. Agustus : 84,8%
2. Persentase cakupan balita mendapat Vitamin A usia 12 sampai 59 bulan
yaitu
a. Februari : 86,2%
b. Agustus : 70,3%
3. Persentase cakupan ibu nifas mendapatkan Vitamin A yaitu 88,6%
4. Persentase cakupan ibu hamil dapat tablet FE 1 90 tablet yaitu 95%
5. Persentase cakupan ibu hamil dapat tablet FE 3 yaitu 81,5%
6. Persentase cakupan bayi yang diberi ASI Ekslusif yaitu 95,9%
7. Persentase cakupan bayi baru lahir yang mendapatkan IMD yaitu 92,7%
Program perbaikan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tipo telah
berjalan dengan cukup baik, namun terdapat beberapa program yang dalam
pelaksanaannya masih di bawah dari indikator pencapaian, hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor kendala yang seperti kondisi Pandemi COVID-19 yang
mengharuskan masyarakat untuk selalu di rumah dan menjadi keresahan pada tiap ibu
hamil untuk memeriksakan kesehatan gizinya di Posyandu atau puskesmas tipo,
faktor lainnya yang menjadi hambatan juga kurangnya tenaga kesehatan di
Puskesmas tipo untuk turun kerumah-rumah warga dalam melakukan pembagian
tablet tambah darah dan pembagian vitamin A pada bayi dan ibu nifas, sehingga
mempengaruhi terhambatnya cakupan pemberian tablet penambah darah pada ibu
hamil. Oleh sebab itu, akan sangat diperlukan kerjasama yang baik antara pelaksana
program gizi di area kerja Puskesmas tipo dengan kader di masyarakat, program lain
seperti promkes dan posyandu, serta kesadaran dari masyarakat itu sendiri.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Secara keseluruhan, Program Gizi di Puskesmas Tipo sudah berjalan dengan
baik. Namun, masih banyaknya faktor penghambat terlaksananya program
sehingga masih perlu peningkatan dari :
a. Input yakni jumlah tenaga kesehatan yang masih kurang saat
pelaksanaan pada saat kegiatan posyandu, tenaga kesehatan bagian gizi
yang ada hanya 2 orang sehingga petugas gizi turun lapangan secara
bergantian setiap hari sehingga jika ada pasien yang mau dikonsulkan
kebagian gizi menjadi terhambat akibat kurangnya petugas gizi.
b. Proses yakni pelaksanaan kegiatan yang belum semuanya dilaksanakan
dikarenakan kondisi Pandemi COVID-19 yang menyebabkan
terhambatnya kegiatan program Perbaikan Gizi di Puskesmas.
c. output yakni indikator keberhasilan dari kegiatan program gizi yang
belum mencapai target sehingga masih perlu ditingkatkan.
4.2 Saran
1. Sebaiknya, pihak puskesmas Tipo perlu menambah tenaga kesehatan
khususnya bagian gizi agar program gizi bisa terlaksana dengan baik
2. Pihak puskesmas Tipo harusnya lebih aktif lagi melakukan sosialisasi dan
penyuluhan tentang pentingnya gizi bagi masyarakat.
3. Sebaiknya, lebih diperhatikan lagi alur manajemen Posyandu dikarenakan
ada masyarakat yang masih belum tau apa-apa saja yang dilakukan saat ke
Posyandu sehingga posyandu menjadi tidak kondusif.
4. Sebaiknya peran partisipan kader dalam posyandu lebih ditingkatkan lagi
Agar posyandu lebih kondusif
DAFTAR PUSTAKA
Ellis Endang Nikmawati, et all. 2019. Gap Analysis Program Gizi Dan Kesehatan Di
Posyandu Kabupaten Bogor (Gap Analysis of Nutrition and Health Program In
Posyandu at Bogor District). Jurnal Gizi dan Pangan, November 4(3): 140 –
150
Kementerian Kesehatan RI. 2017. Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2016.
Jakarta