Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN MANAJEMEN Desember 2020

PROGRAM GIZI DI PUSKESMAS ANUNTODEA TIPO

DISUSUN OLEH:

NAMA : Nur Aulia Pratiwi Sallatu

STAMBUK : N 111 18 072

PEMBIMBING KLINIK

Dr. dr. Ketut Suaryasa. M.Kes.

dr. Nilawati

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat
mempengaruhi keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas
makanan dan minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi asupan gizi
sehingga akan mempengaruhi kesehatan individu dan masyarakat. Gizi yang
optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta perkembangan fisik
dan kecerdasan bayi, anak-anak, serta seluruh kelompok umur. Gizi baik
membuat berat badan normal atau sehat, tubuh tidak mudah terkena penyakit
infeksi, produktivitas kerja meningkat serta terlindung dari penyakit kronis dan
kematian dini. Agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit
kronis atau penyakit tidak menular terkait gizi, maka pola makan masyarakat
perlu ditingkatkan kearah konsumsi gizi seimbang. Keadaan gizi yang baik
dapat meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat (Kemenkes, 2014)
Gizi yang tidak optimal berkaitan dengan kesehatan yang buruk, dan
meningkatkan risiko penyakit infeksi, dan penyakit tidak menular seperti
penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi dan
stroke), diabetes serta kanker yang merupakan penyebab utama kematian di
Indonesia. Lebih separuh dari semua kematian di Indonesia merupakan akibat
penyakit tidak menular (Kemenkes, 2014)
Sebagian besar penyakit tidak menular terkait-gizi di atas berasosiasi
dengan kelebihan berat badan dan kegemukan yang disebabkan oleh kelebihan
gizi. Data Riskesdas 2007, 2010, 2013 memperlihatkan kecenderungan
prevalensi obese (IMT > 27) semua kelompok umur. Anak balita 12,2%, 14%
dan 11,9%; usia 6-19 tahun (Riskesdas 2007, 2010) naik dari 5,2% menjadi
5,9%; orang dewasa dan usia lanjut (Riskesdas 2007, 2010) naik dari 21,3%
menjadi 22,8%. Pada Riskesdas 2013 lakilaki obese 19,7% dan perempuan
32,9% [Depkes, 2008; Kemenkes, 2010, 2013]. Kelebihan gizi ini timbul akibat
kelebihan asupan makanan dan minuman kaya energi, kaya lemak jenuh, gula
dan garam; tetapi kekurangan asupan pangan bergizi seperti sayuran, buah-
buahan dan serealia utuh, serta kurang melakukan aktivitas fisik
(Kemenkes,2014).
Riskesdas 2007, 2010, 2013 menunjukkan bahwa Indonesia masih
memiliki masalah kekurangan gizi. Kecenderungan prevalensi kurus (wasting)
anak balita dari 13,6% menjadi 13,3% dan menurun 12,1%. Sedangkan
kecenderungan prevalensi anak balita pendek (stunting) sebesar 36,8%, 35,6%,
37,2%. Prevalensi gizi kurang (underweight) berturut-turut 18,4%, 17,9% dan
19,6%. Prevalensi kurus anak sekolah sampai remaja berdasarkan Riskesdas
2010 sebesar 28,5% (Kemenkes, 2014)
Pengaruh kekurangan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan yaitu sejak
janin sampai anak berumur dua tahun, tidak hanya terhadap perkembangan
fisik, tetapi juga terhadap perkembangan kognitif yang pada gilirannya
berpengaruh terhadap kecerdasan dan ketangkasan berpikir serta terhadap
produktivitas kerja. Kekurangan gizi pada masa ini juga dikaitkan dengan risiko
terjadinya penyakit kronis pada usia dewasa, yaitu kegemukan, penyakit
jantung dan pembuluh darah, hipertensi, stroke dan diabetes (Kemenkes, 2014).
1.2 Rumusan Permasalahan
1. Bagaimana pelaksanaan Program gizi di Puskesmas Anuntodea Tipo?
2. Apa saja kendala dalam pelaksanaan Program Gizi di Puskesmas Anuntodea
Tipo?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan laporan manajemen ini antara lain;
1. Sebagai bahan pembelajaran dalam manajemen pengelolaan Puskesmas.
2. Sebagai syarat penyelesaian tugas di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat.
3. Sebagai evaluasi keberhasilan pelaksanaan program Gizi di Puskesmas
Anuntodea Tipo
BAB II

IDENTIFIKASI MASALAH
2.1 Profil Puskesmas Anuntodea Tipo
Puskesmas sebagai penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan
terdepan, kehadirannya di tengah masyarakat tidak hanya berfungsi sebagai
pusat pelayanan kesehatan bagi masyarakat, tetapi juga sebagai pusat
komunikasi masyarakat. Oleh karena itu, keberadaan Puskesmas dapat
diumpamakan sebagai “agen perubahan” di masyarakat sehingga masyarakat
lebih berdaya dan timbul gerakan-gerakan upaya kesehatan yang bersumber
pada masyarakat. Hal ini sejalan dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat yang menjelaskan bahwa Puskesmas mempunyai 3 fungsi, yaitu
1) Sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan; 2) Pusat
pemberdayaan keluarga dan masyarakat; 3) Pusat pelayanan kesehatan strata
pertama. Dengan demikian, Puskesmas sebagai pusat pemberdayaan
masyarakat wajib menggerakkan dan memberdayakan masyarakat agar
berperan aktif dalam penyelenggaraan upaya kesehatan sehingga promosi
kesehatan sangat penting diterapkan untuk mengatasi masalah kesehatan
(Mentri Kesehatan Republik Indonesia, 2007)
UPTD Puskesmas Anuntodea Tipo merpakan salah satu sarana
pelayanan kesehatan yang berada di Wilayah Propinsi Sulawesi Tengah
tepatnya di Kota Palu, Kecamatan Ulujadi dengan batas-batas wilayah kerja
sebagai berikut:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lolioge Kabupaten Donggala
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Silae
3) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Marawola (pegunungan)
4) Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Palu (pantai) (Puskesmas Tipo,
2019)
Puskesmas Anuntodea Tipo merupakan puskesmas yang berada di
wilayah kecamatan Ulujadi yang memiliki luas wilayah 32,97 km 2 dan secara
administratif pemerintahan terdiri atas 3 kelurahan, 16 RW serta 37 RT.
Adapun wilayah kerja Puskesmas Tipo mencakup tiga kelurahan, yaitu :
Kelurahan Tipo, Kelurahan Buluri, dan Kelurahan Watusampu (Puskesmas
Tipo, 2019)

2.2 Kependudukan
1. Pertumbuhan penduduk
Berdasarkan data BPJS kota palu tahun 2019, jumlah penduduk di wilayah
kerja puskesmas tipo adalah 10,046 jiwa yang tersebar di tiga kelurahan
yaitu kelurahan tipo dengan jumlah penduduk 3.805 jiwa, kelurahan buluri
dengan jumlah penduduk 3.623 jiwa dan kelurahan watusampu dengan
jumlah penduduk 2.618 jiwa. Dengan membandingkan jumlah penduduk
tahun sebelumnya, terjadi peningkatan jumlah penduduk, dimana jumlah
penduduk tahun 2018 sekitar 9.685 jiwa, tahun 2019 terjadi peningkatan
jumlah penduduk sebanyak 361 jiwa. (Puskesmas Tipo. 2019)

Grafik. Jumlah penduduk di wilayah UPTD puskesmas Anuntodea Tipo Menurut golongan
umur dan jenis kelamin tahun 2019
2.3 Program Gizi
A. Definisi
Program gizi merupakan proses pengamatan masalah secara terus
menerus baik situasi normal maupun darurat, meliputi : pengumpulan,
pengolahan, analisis dan pengkajian data secara sistematis serta
penyebarluasan informasi untuk pengambilan tindakan sebagai respon
segera dan terencana. Adapun program kegiatan gizi di Puskesmas Kaleke
diantaranya Pendataan, pendataan daerah terpencil, pelayanan di
posyandu, sweeping penimbangan bayi dan balita yang tidak datang ke
posyandu, pelacakan balita gizi kurang gizi buruk bumil kek, pemberian
kapsul vit. A, pendampingan pemberian PMT balita gizi kurang dan bumil
kek, PMT pemulihan, pemberian tablet FE Rematri di sekolah,
Pemantauan bayi usia 0-6 bulan untuk mendapatkan ASI ekslusif,
pemeriksaan garam beryodium, pelatihan gizi, pelatihan dan penyegaran
kader posyandu (Kemenkes,2016).
B. Tujuan
Terlaksananya program gizi berbasis peran serta masyarakat secara
terpadu, rutin, dan seksama untuk mencapai keadaan gizi seimbang di
masyarakat.
C. Sasaran
Tujuan dari kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) adalah
untuk merubah perilaku sesuai dengan pesan yang disampaikan. Agar
penyampaian pesan dapat terlaksana dengan berhasil guna dan berdaya
guna (efisien dan efektif) maka tahap awal dari kegiatan tersebut adalah
menentukan siapa sasaran yang akan dituju. Prinsip dalam menentukan
sasaran KIE Gizi Seimbang adalah “Sasaran bukan hanya sebagai objek
saja tetapi juga sebagai subjek”. Dalam kaitan dengan tujuan KIE Gizi
Seimbang untuk merubah perilaku seluruh lapisan masyarakat, maka
sasaran dari KIE Gizi Seimbang adalah :
a. Sasaran Utama
1) Masyarakat dari berbagai kelompok usia
2) Masyarakat dari berbagai lapisan ekonomi
3) Masyarakat dari berbagai lapisan pendidikan (Kemenkes, 2017).
b. Sasaran Antara
1) Penentu kebijakan
2) Pengelola Program
3) Lembaga Swadaya Masyarakat
4) Kader
5) Organisasi Profesi
6) Media Massa
7) Dunia Usaha
8) Mitra Pembangunan Internasional
9) Lembaga pendidikan:
(a) Sekolah : TK, SD, SMP, SMA/SMK, Perguruan Tinggi
(b) Madrasah : RA, MI, MTs., MA, PTAI
(c) Pondok Pesantren
10) Lembaga sosial dankeagamaan
11) Kelompok Komunitas (Kemenkes RI, 2016).
a. Sasaran Penunjang
Sasaran penunjang merupakan sasaran individu,
kelompok/organisasi/ lembaga masyarakat dan profesi, lembaga
pendidikan dan lembaga pemerintah yang berperan memberi
dukungan baik dukungan kebijakan, teknologi dan ilmu pengetahuan,
material maupun dana, untuk terlaksananya Program gizi di
Puskesmas dan keberlanjutannya. Mereka antara lain adalah
pimpinan daerah/ wilayah, Perusahaan, Lembaga Pendidikan,
Organisasi Profesi, dan Penyandang Dana (Kemenkes RI, 2016).
D. Metode
Setelah sasaran ditentukan, tahap selanjutnya adalah menentukan
metode yang tepat agar proses penyampaian pesan dapat berjalan dengan
baik dan benar. Metode yang dipilih adalah metode yang dapat
mengembangkan prinsip “komunikasi partisipatif/komunikasi dua arah”
yang dilaksanakan baik secara formal maupun informal. Jenis metode yang
perlu dilaksanakan dalam KIE Gizi Seimbang adalah :

a. Penyampaian secara langsung yaitu :


1) Social marketing/pemasaran sosial seperti kampanye, penyuluhan,
pencanangan, siaran melalui media, penyebaran melalui media
cetak, penyebar luasan melalui media sosial misalnya facebook,
twitter dan Internet
2) Melalui lomba
3) Sayembara
4) Pengangkatan seorang duta Gizi Seimbang sebagai panutan untuk
memotivasi perubahan perilaku
b. Penyampaian secara tidak langsung seperti :
1) Pelatihan dan pendidikan secara berjenjang
2) Semiloka/lokakarya/sarahsehan
3) Pembentukan kelompok diskusi terarah (Focus Group Discussion)
E. Media dan Alat
Agar metode yang dipilih dapat berjalan efektif dan efisien, perlu
didukung dengan media dan alat yang tepat. Berbagai media dan alat yang
tersedia di masyarakat dapat digunakan secara optimal. Media yang dapat
dapat digunakan dalam kegiatan KIE Gizi Seimbang adalah a. Media
elektronik seperti radio, televisi, bioskop, telepon dan video
b. Media cetak seperti koran, majalah, brosur, leaflet, booklet, kalender,
lembar balik dan buku saku
c. Media online seperti web, facebook, twitter dan youtube
d. Media audio seperti lagu, jingle dan yel-yel.
2.4 Kegiatan Program Gizi di Puskesmas Anuntodea Tipo
Beberapa program yang sering dilakukan di Puskesmas Tipo terkait masalah
gizi antara lain :
1. Bayi mendapat vitamin A usia 6-11 bulan dan usia 12 sampai 59 bulan
Vitamin A merupakan zat gizi esensial yang dibutuhkan oleh tubuh
dan asupan vitamin A dari makanan sehari-hari umumnya masih kurang.
Kekurangan Vitamin A (KVA) di dalam tubuh yang berlangsung lama
menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang berdampak pada
meningkatnya risiko kesakitan dan kematian. Mempertahankan status
vitamin A pada bayi dan anak balita dapat mengurangi masalah kesehatan
masyarakat seperti kecacingan dan campak. Laporan pemberian kapsul
Vitamin A untuk balita pada bulan Februari dan Agustus. Data tahunan
menggabungkan data cakupan bayi umur 6 – 11 bulan dan usia 12 sampai
59 bulan yang mendapat vitamin A di bulan Februari dan Agustus Tahun
2020.
Adapun capaian indikator keberhasilan dan pencapaian program
tersebut, seperti yang dilampirkan pada tabel dibawah ini
2. Pemberian Vitamin A Dosis Tinggi Pada Ibu Nifas
Pemberian vitamin A pada ibu nifas merupakan salah satu
penanggulangan dini terjadinya kekurangan vitamin A. Program ini
bertujuan untuk mempertahankan kadar retinol dalam serum darah dan
ASI karena ASI merupakan sumber utama vitamin A yang berguna bagi
kesehatan mata anak dan mencegah dari penyakit Xeroftalmia. Ibu nifas
adalah ibu yang baru melahirkan sampai 6 minggu setelah melahirkan/
setelah kelahiran bayi (0-42 hari), ibu nifas harus diberikan kapsul vitamin
A dosis tinggi karena: pemberian satu kapsul vitamin A merah cukup
untuk meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI selama 60 hari,
pemberian 2 kapsul vitamin A merah diharapkan cukup menambah
kandungan vitamin A dalam ASI sampai bayi berusia 6 bulan, kesehatan
ibu cepat pulih setelah melahirkan, dan mencegah infeksi pada ibu nifas.
Adapun capaian indikator keberhasilan dan pencapaian program
tersebut, seperti yang dilampirkan pada tabel dibawah ini
3. Pemberian Tablet Tambah Darah
Pemberian TTD merupakan satu intervensi untuk mencegah terjadinya
anemia pada ibu selama proses kehamilan. Sebaiknya ibu hamil mulai
mengonsumsi TTD sejak konsepsi sampai akhir trimester III. Indikator ini
sebagai evaluasi kinerja apakah TTD sudah diberikan kepada seluruh
sasaran.
Adapun capaian indikator keberhasilan dan pencapaian program
tersebut, seperti yang dilampirkan pada tabel dibawah ini

4. ASI esklusif
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air
Susu Ibu Eksklusif mengamanatkan bahwa setiap ibu yang melahirkan
harus memberikan ASI eksklusif kepada bayi yang dilahirkannya selama
enam bulan pertama agar mencapai pertumbuhan, perkembangan dan
kesehatan yang optimal, selanjutnya, mereka harus memberi makanan
pendamping yang bergizi dan terus menyusui hingga bayi berusia dua
tahun atau lebih.

Adapun capaian indikator keberhasilan dan pencapaian program


tersebut, seperti yang dilampirkan pada tabel dibawah ini
5. Inisiasi Menyusui Dini
Upaya untuk mencegah kematian bayi baru lahir yang sudah
disosialisakan di Indonesia sejak Agustus 2007 yaitu melalui Inisiasi
Menyusui Dini (IMD). Fungsi dilakukannya IMD adalah salah satunya
mencegah kematian bayi baru lahir, karena ketika dilakukan IMD dapat
menurunkan resiko terjadinya hipotermia. Selain itu IMD juga bermanfaat
bagi ibu dalam mengurangi perdarahan pasca persalinan karena proses
menyusu akan merangsang kontraksi uterus.
Adapun capaian indikator keberhasilan dan pencapaian program
tersebut, seperti yang dilampirkan pada tabel dibawah ini

6. Pemantauan status Gizi


Penilaian status gizi anak di fasilitas kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit
dll), tidak didasarkan pada Berat Badan anak menurut Umur (BB/U).
Pemeriksaan BB/U dilakukan untuk memantau berat badan anak,
sekaligus untuk melakukan deteksi dini anak yang kurang gizi (gizi
kurang dan gizi buruk). Pemantauan berat badan anak dapat dilakukan di
masyarakat (misalnya posyandu) atau di sarana pelayanan kesehatan
(misalnya puskesmas dan Klinik Tumbuh Kembang Rumah Sakit), dalam
bentuk kegiatan pemantauan Tumbuh Kembang Anak dengan
menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat), yang dibedakan antara anak
laki-laki dan perempuan.
Adapun capaian indikator keberhasilan dan pencapaian program
tersebut, seperti yang dilampirkan pada tabel dibawah ini
Berdasarkan indikator keberhasilan program ada beberapa program yang
belum mencapai target pencapaian yaitu:

1. Program balita yang mendapatkan vitamin A belum mencapai target dan


program ibu nifas yang mendapatkan vitamin A belum mencapai target.
Hal ini diakibatkan karena kondisi pandemi yang terjadi saat bulan April-
Juni yang menjadi faktor tidak berjalannya program pemberian vitamin A
pada balita dan ibu nifas. Selain itu, kurangnya petugas kesehatan di
Puskesmas Tipo untuk turun langsung kerumah-rumah warga dengan
membagikan tablet vitamin A menjadi salah satu faktor terhambatnya
program kegiatan.
2. Program Persentase ibu hamil mendapat tablet FE minimal 90 tablet
selama kehamilan belum mencapai target. Hal ini diakibatkan karena
kondisi pandemi COVID-19 yang terjadi dan berdampak terhadap ibu
hamil sehingga ada beberapa ibu hamil yang tidak medapatkan tablet Fe,
dan ada juga ibu hamil yang sudah mendapatkan tablet Fe. Namun, untuk
ibu hamil yang mendapatkan tablet tambah darah merasa khawatir dan
takut minum obat karna berfikir bahwa tablet penambah darah tersebut
akan merusak pertumbuhan dan perkembangan janinnya. Hal ini
disebabkan kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang manfaat tablet Fe.
BAB III
PEMBAHASAN

Keberhasilan penyampaian pesan Gizi Seimbang kepada masyarakat sangat


dipengaruhi oleh Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang diterapkan. Untuk
mendapatkan hasil yang optimal dalam penyampaian pesan Gizi Seimbang agar
berdampak pada perubahan perilaku hidup masyarakat kearah perilaku Gizi
Seimbang yaitu Perilaku makan dan hidup sehat diperlukan strategi dan implementasi
KIE yang tepat dan berbasis masyarakat (Kemenkes,2016).
Gizi yang tidak optimal berkaitan dengan kesehatan yang buruk, dan men
ingkatkan risiko penyakit infeksi, dan penyakit tidak menular seperti penyakit
kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi dan stroke),
diabetes serta kanker yang merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Lebih
separuh dari semua kematian di Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular
(Permenkes, 2014)
3.1 Input
Adapun perangkat program Gizi di Puskesmas Tipo adalah sebagai berikut:
INPUT Puskesmas PERMENKES
Man Secara kuantitas, jumlah Berdasarkan Permenkes RI
ketenagakerjaan berjumlah 2 Nomor 14 tahun 2019
orang yang terdiri dari 1 tentang Pelaksanaan Teknis
penanggung jawab program Surveilans Gizi harus
dan 1 orang yang membantu didukung dengan
dalam pelaksanaan program. tersedianya sumber daya
Akan tetapi, pada saat manusia yang merupakan
kegiatan semua tenaga kesehatan yang
ketenagakerjaan yang ada memiliki latar belakang
berperan sebagai tenaga pendidikan bidang gizi
pelaksana untuk turun minimal berijazah Diploma
lapangan secara bergantian III.
setiap harinya.
Secara kualitas, ketenagaan
yang berada di Puskesmas
Tipo terdiri dari 1 orang yang
merupakan D3 gizi
(penanggung jawab) dan 1
orang D3 gizi (Anggota).
Money Pendanaan program ini, Pendanaan dapat bersumber
berasal dari BOK (Biaya dari Anggaran Pendapatan
Operasional Kesehatan). dan Belanja negara,
Pembiyayaan tersebut, telah Anggaran Pendapatan dan
mencukupi untuk biaya Belanja Daerah, dan/atau
transportasi dan akomodasi sumber lain yang sah dan
petugas, bahan habis pakai, tidak mengikat sesuai
serta perbaikan dan dengan ketentuan peraturan
pemeliharaan peralatan. perundang-undangan.
Methode Jadwal pelaksanaan minimal - Melakukan sosialisasi
14 kali per pos dalam mengenai status gizi, ASI
sebulan. Dalam kondisi Ekslusif, IMD
pandemi COVID-19, - Membagikan tablet
kegiatan di Posyandu tidak penambah darah kepada
aktif dan tidak berjalan remaja putri di sekolah-
seperti biasanya. Hal ini, sekolah dan pada ibu
mengakibatkan susahnya hamil, dan juga
terlaksana program sehingga pembagian Vit. A
beberapa program yang ada - Memantau status gizi pada
belum mencapai target. bayi dan balita setiap
kunjungan ke Puskesmas
maupun Posyandu
- Pemberian makanan
tambahan pada balita
kurus dan ibu hamil yang
mengalami KEK
Material Peralatan deteksi dini dan Alat dan Bahan indikator
monitoring meliputi alat ukur masalah gizi terdiri atas:
lingkar kepala, tinggi badan 1. Persentase balita berat
centimeter,timbangan berat badan kurang
badan, buku panduan, buku (Underweight) register
pencatatan, alat tulis untuk dan timbangan berat
mencatat dan kursi serta badan
meja. Untuk tiap Posyandu 2. Persentase balita pendek
telah tersalurkan (Stunting ) Register, alat
peralatannya masing-masing. ukur panjang/tinggi badan
3. Persentase balita gizi
kurang (Wasting)
Register, timbangan berat
badan, alat ukur
panjang/tinggi badan
4. Persentase remaja putri
anemia alat dan bahan
berupa alat tes HB,
formulir monitoring dan
evaluasi
5. Persentase ibu hamil
anemia, alat dan bahan
yang digunakan berupa
alat tes HB, formulir
monitoring dan evaluasi
6. Persentase ibu hamil
resiko kurang Energi
Kronik (KEK) Pita LILA,
formulir
7. Persentase bayi Berat Bayi
Lahir Rendah (BBLR)
berupa formulir
monitoring dan Evaluasi
Machine Tempat pelaksanaan Pelaksanaan pemberian gizi
posyandu dilaksanakan di seimbang di masyarakat
kelurahan tipo terdapat 5 dapat diberikan di
posyandu, di kelurahan buluri Posyandu, sekolah, atau pos
terdapat 5 posyandu, dan pelayanan kesehatan
kelurahan watusampe lainnya.
terdapat 4 posyandu. Pada
daerak kerja puskesmas tipo.
Akses ke lapangan dapat
dijangkau dengan baik yaitu
dengan kendaraan roda dua
dan roda empat.
Tabel 3.1 Input
Tabel diatas menggambarkan input dari program Gizi yang terjadi di Puskesmas tipo
berdasarkan dengan wawancara dan observasi di lapangan dan disesuaikan dengan
peraturan mentri kesehatan tentang program Gizi. Masalah yang muncul dari input
program ini antara lain sedikitnya segi sumber daya manusia (man) dimana berjumlah
2 orang yang terdiri dari 1 (satu) penanggung jawab dan 1 pelaksana program.

3.2 Proses
a. Planing
Perencanaan program manajemen di Puskesmas Tipo telah
diatur dalam Rencana Usulan Kegiatan dan Rencana Pelaksanaan
Kegiatan. Pada perencanaan telah dilakukan rapat setiap bulan untuk
mengevaluasi program yang telah dilakukan. Selain itu, koordinasi dengan
lintas sektor dan kader lebih ditingkatkan lagi dalam promosi kesehatan
mengenai pemberian Tablet Tambah Darah pada ibu Hamil dan wanita
subur, masalah ibu hamil KEK serta pemantauan gizi bayi, balita dan anak.
Indikator program gizi dan kesenjangan yang paling banyak dilakukan
di Posyandu Puskesmas Tipo adalah :
1. Distribusi Pemberian Vitamin A
Pemberian Vitamin A dilakukan pada saat Posyandu berjalan.
Masyarakat yang datang ke Posyandu harus mengikuti aturan mulai
dari pendaftaran, pengukuran tinggi badan, dan pengukuran berat
badan. Setiap bulan Februari dan Agustus yang merupakan Bulan
Vitamin A, diposyandu atau di fasilitas kesehatan dibagikan vitamin A
secara gratis untuk anak balita.
Bulan Februari dan Agustus pada kedua bulan ini, anak bisa
mendapatkan berupa suplementasi vitamin A Kapsul Biru (dosis
100.000 IU) untuk bayi umur 6-11 bulan dan Kapsul Merah (dosis
200.000 IU) untuk anak umur 12-59 bulan. Vitamin A dalam bentuk
kapsul merah juga diberikan kepada ibu nifas.
Adapun vitamin A, juga bisa mencegah rabun senja,
xeroftalmia, kerusakan kornea dan kebutaan serta mencegah anemia
pada ibu nifas. Sedangkan apabila anak kekurangan vitamin A maka
anak bisa menjadi rentan terserang penyakit infeksi seperti infeksi
saluran pernafasan atas, campak, dan diare.3
2. Distribusi Vitamin A di daerah terpencil
Pemberian vitamin A di daerah terpencil biasanya dilakukan bersamaan
dengan posyandu yang berlangsung.
3. Pemberian Kapsul Vitamin A anak prasekolah TK/PAUD
Pemberian Kapsul Vitamin A pada anak pra sekolah terhambat
dikarenakan adanya pandemi COVID-19, sehingga pemberian kapsul
vitamin A tidak dilaksanakan. Namun setelah posyandu berjalan
kembali, guru-guru dari siswa siswa di setiap sekolah datang mendata
anak-anak pra sekolah untuk diberikan kapsul Vitamin A.
b. Organizing
Pengorganisasian program Manajemen Gizi di Puskesmas Tipo
diinstruksikan langsung dari kepala Puskesmas sebagai pemegang otoritas
tertinggi dan pelaksanaannya oleh staf/petugas gizi di Puskesmas Tipo
yang berjumlah 1 orang. Adapun, dalam pelaksanaan program Gizi
dilakukan dengan kerjasama lintas program dan lintas sektor di wilayah
kerja Puskesmas Tipo. Selama masa pandemi covid 19, ada beberapa
kendala dalam pelaksanaannya selama masa pandemi covid 19. Beberapa
kendala dalam pelaksanaannya seperti beberapa kegiatan tidak terlaksana
dengan baik kemudian kurangnya kesadaran dari masyarakat diwilayah
kerja Puskesmas Tipo untuk melakukan pemeriksaan secara rutin tiap
bulan di puskesmas. Pada kegiatan kelas ibu hamil juga dilaksanakan
evaluasi dari ANC dan pemantauan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet
tambah darah secara rutin. Namun, program ini terkendala, karena selama
pandemi COVID-19, ibu hamil yang datang berkunjung di Puskesmas
sangat kurang sekali sehingga rata-rata ibu hamil belum mendapat atau
belum mengkonsumsi tablet Fe, Sehingga perlu ditingkatkan lagi
penyuluhan tentang pentingnya tablet Fe bagi ibu hamil. Selain promkes
penyuluhan dapat dibagikan leaflet pada tiap ibu hamil yang berkunjung ke
puskesmas dan dapat dibuat poster tentang pentingnya tablet Fe bagi ibu
hamil.
c. Actuating
Penyelenggaraan program Gizi di Puskesmas Tipo, meliputi kegiatan
wawancara, pengukuran tinggi dan berat badan, pemeriksaan dan tindak
lanjut.
Wawancara dilakukan untuk menelusuri faktor risiko perilaku seperti
konsumsi sayur dan buah, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, dan stress.
Pengukuran berat badan, tinggi badan, Pemberian tablet penambah darah pada
wanita hamil merupakan satu intervensi untuk mencegah terjadinya anemia
pada ibu selama proses kehamilan. Sebaiknya ibu hamil mulai mengonsumsi
TTD sejak konsepsi sampai akhir trimester III. Indikator ini sebagai evaluasi
kinerja apakah TTD sudah diberikan kepada seluruh sasaran. TTD adalah
tablet yang sekurangnya mengandung zat besi setara dengan 60 mg besi
elemental dan 0,4 mg asam folat yang disediakan oleh pemerintah maupun
diperoleh sendiri. Pelaksanaan kegiatan biasanya berkolaborasi dengan
beberapa program lainnya seperti KIA dan imunisasi, Kesling dan Promkes
untuk melakukan penyuluhan, penjaringan Bumil KEK dan pemberian Vit A
serta pemberian tablet tambah darah/tablet Fe. Selain itu juga melibatkan
kader dalam proses penyaringan keluarga yang dalam anggota keluarganya
terdapat ibu hamil yang mungkin belum mendapatkan tablet Fe sehingga
dapat diberikan tablet Fe. . Selain itu dapat juga bekerjasama dengan sekolah-
sekolah dalam pemberian tablet Fe bagi remaja putri sehingga tidak ada lagi
yang mengalami anemia dan perlu adanya penyuluhan kesekolah-sekolah
sehingga remaja putri bisa mendapatkan pengetahuan kesehatan tentang
manfaat tablet Fe.

d. Controlling
Pemantauan dan pengendalian dilaksanakan dengan mengembangkan
sistem pelaporan dari Dinas Kesehatan Provinsi ke Kementerian Kesehatan.
Hambatan untuk program Gizi menurut pemegang progam terdapat
beberapa hal yang menjadi kendala seperti kurangnya partisipasi dari
masyarakat itu sendiri apalagi dipengaruhi dengan kondisi pandemi COVID-
19 ini, yang mengharuskan masyarakat untuk tidak keluar rumah, menjadi
salah satu faktor besar penghambat tidak berjalannya kegiatan program gizi di
Puskesmas Tipo. Kegiatan program gizi yakni pemberian vitamin A pada
bulan Februari dan Agustus sempat terhambat dikarenakan Pandemi sudah
mulai terjadi, yang mengakibatkan hanya sebagian bayi dan balita
mendapatkan pemberian Vitamin A. Sehingga menjadi terhalangnya kegiatan
program. Peran serta masyarakat itu sendiri juga masih kurang, sedangkan
keberhasilan program gizi itu sangat ditentukan oleh peran serta masyarakat
baik untuk menggerakkan masyarakat dalam melaksanakan program maupun
dalam menggerakkan masyarakat untuk memanfaatkan sarana dan pelayanan
kesehatan.

3.3 Output
Output yang dicapai dari program gizi pada puskesmas Tipo bulan Januari
2020 sampai November 2020 yaitu :
1. Persentase cakupan bayi mendapat Vitamin A usia 6-12 bulan yaitu
a. Februari : 94,1%
b. Agustus : 84,8%
2. Persentase cakupan balita mendapat Vitamin A usia 12 sampai 59 bulan
yaitu
a. Februari : 86,2%
b. Agustus : 70,3%
3. Persentase cakupan ibu nifas mendapatkan Vitamin A yaitu 88,6%
4. Persentase cakupan ibu hamil dapat tablet FE 1 90 tablet yaitu 95%
5. Persentase cakupan ibu hamil dapat tablet FE 3 yaitu 81,5%
6. Persentase cakupan bayi yang diberi ASI Ekslusif yaitu 95,9%
7. Persentase cakupan bayi baru lahir yang mendapatkan IMD yaitu 92,7%
Program perbaikan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tipo telah
berjalan dengan cukup baik, namun terdapat beberapa program yang dalam
pelaksanaannya masih di bawah dari indikator pencapaian, hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor kendala yang seperti kondisi Pandemi COVID-19 yang
mengharuskan masyarakat untuk selalu di rumah dan menjadi keresahan pada tiap ibu
hamil untuk memeriksakan kesehatan gizinya di Posyandu atau puskesmas tipo,
faktor lainnya yang menjadi hambatan juga kurangnya tenaga kesehatan di
Puskesmas tipo untuk turun kerumah-rumah warga dalam melakukan pembagian
tablet tambah darah dan pembagian vitamin A pada bayi dan ibu nifas, sehingga
mempengaruhi terhambatnya cakupan pemberian tablet penambah darah pada ibu
hamil. Oleh sebab itu, akan sangat diperlukan kerjasama yang baik antara pelaksana
program gizi di area kerja Puskesmas tipo dengan kader di masyarakat, program lain
seperti promkes dan posyandu, serta kesadaran dari masyarakat itu sendiri.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Secara keseluruhan, Program Gizi di Puskesmas Tipo sudah berjalan dengan
baik. Namun, masih banyaknya faktor penghambat terlaksananya program
sehingga masih perlu peningkatan dari :
a. Input yakni jumlah tenaga kesehatan yang masih kurang saat
pelaksanaan pada saat kegiatan posyandu, tenaga kesehatan bagian gizi
yang ada hanya 2 orang sehingga petugas gizi turun lapangan secara
bergantian setiap hari sehingga jika ada pasien yang mau dikonsulkan
kebagian gizi menjadi terhambat akibat kurangnya petugas gizi.
b. Proses yakni pelaksanaan kegiatan yang belum semuanya dilaksanakan
dikarenakan kondisi Pandemi COVID-19 yang menyebabkan
terhambatnya kegiatan program Perbaikan Gizi di Puskesmas.
c. output yakni indikator keberhasilan dari kegiatan program gizi yang
belum mencapai target sehingga masih perlu ditingkatkan.

4.2 Saran
1. Sebaiknya, pihak puskesmas Tipo perlu menambah tenaga kesehatan
khususnya bagian gizi agar program gizi bisa terlaksana dengan baik
2. Pihak puskesmas Tipo harusnya lebih aktif lagi melakukan sosialisasi dan
penyuluhan tentang pentingnya gizi bagi masyarakat.
3. Sebaiknya, lebih diperhatikan lagi alur manajemen Posyandu dikarenakan
ada masyarakat yang masih belum tau apa-apa saja yang dilakukan saat ke
Posyandu sehingga posyandu menjadi tidak kondusif.
4. Sebaiknya peran partisipan kader dalam posyandu lebih ditingkatkan lagi
Agar posyandu lebih kondusif

DAFTAR PUSTAKA

Arsad Rahim Ali, 2019. Pedoman : Pengelolaan Program Gizi Di Puskesmas.

Depkes RI. 2016. Pedoman Penyelenggaraan Posbindu, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia: Jakarta.

Ellis Endang Nikmawati, et all. 2019. Gap Analysis Program Gizi Dan Kesehatan Di
Posyandu Kabupaten Bogor (Gap Analysis of Nutrition and Health Program In
Posyandu at Bogor District). Jurnal Gizi dan Pangan, November 4(3): 140 –
150

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia


Sehat dengan Pendekatan Keluarga. Republik Indonesia: Jakarta

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 41 Tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta

Kementerian Kesehatan RI. 2017. Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2016.
Jakarta

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor: 585/MENKES/SK/V/2007 tentang Pedoman Pelaksanaan
Promosi Kesehatan di Puskesmas. Menteri Kesehatan Republik Indonesia :
Jakarta.
Puskesmas Tipo. 2019.Profil Kesehatan Puskesmas Tipo tahun 2019. Palu:
Puskesmas Tipo.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2016 tentang


standar pelayanan minimal bidang kesehatan.

Panduan Pelaksanaan Program Gizi Masyarakat Puskesmas Kecamatan

Anda mungkin juga menyukai