Anda di halaman 1dari 2

RANGKUMAN

C. Asam: Asam Fumarat

Asam fumarat dihasilkan melalui isomerase ireversibel termal atau proses katalitik asam maleat pada
suhu 150oC. Proses tersebut dilakukan pemanasan anhidrida dengan air. Anhidrida maleat terbentuk
dari n-butana atau benzene melalui proses oksidatif katalitik. Proses diawali dari n-butana yang dikatalis
oleh vanadil pirofosfat.

Proses enzimatis yaitu produksi melalui jalur katalik membutuhkan suhu yang tinggi dan mengakibatkan
konversi menjadi tidak efisien karena terbentuk produk samping. Pendekatan biokatalis menggunakan
enzim reduksi efek termal pada isomerase cis ke trans dan sebaliknya karena prosesnya membutuhkan
suhu yang sangat tinggi. Mikroorganisme dari genus Arthrobacter, Pseudomonas, Alcaligenes, dan
Proteus mampu mensintesis isomerase cis-trans maleat pada aktivitas dari 800 hingga 200 UI/L. Namun,
Pseudomonas, Alcaligenes, dan Arthrobacter sp. strain mampu menghasilkan enzim terbaik.

Pelarut aromatik dapat digunakan oleh spesies Pseudomonas. Asam fumarate diproduksi hingga 30 g/L
jika menggunakan toluena. Untuk meningkatkan hasil asam fumarate saat menggunakan sel utuh, perlu
dilakukan analisis inaktivasi termal fumarase karena enzim ini mengubah asam fumarat menjadi asam L-
malat. Enzim yang melibatkan isomerase adalah isomerase maleat cis-trans karena lebih kuat. Selain itu,
faktor panas meningkatkan transfer massa melewati membran sel. Dalam kondisi tersebut, produksi
asam fumarat dari asam maleat oleh sel utuh memberikan yield yang tinggi (95%).

Proses lainnya yaitu jalur fermentatif menggunakan jamur Rhizopus arrhizus. Proses ini meliputi tahapan
sporulasi, miselium atau inoculum yang terbentuk, dan produksi. Skema mekanisme seperti pada
gambar berikut yang bergantung pada basa yang digunakan untuk netralisasi. Setelah diperoleh, asam
fumarat harus dimurnikan. Langkah ini tergantung pada agen basa yang digunakan selama netralisasi.
Jika Na2CO3, larutan difilter dan diasamkan dengan H 2SO4 untuk memperoleh fumarat yang dibutuhkan.
Jika CaCO3, pemanasan diperlukan sebelum proses pengasaman untuk melarutkan kalsium fumarat.

Tahap fermentasi berfokus pada beberapa jalur biokimia yang menghasil asam fumarat. Salah satunya
adalah karboksilasi reduktif piruvat, yaitu piruvat yang diproduksi dari monosakarida, biasanya glukosa
melalui metabolisme glikolisis umum: Jalur Embden – Meyerhof – Parnas. Rute lainnya yang melibatkan
asam fumarat adalah siklus Krebs. Siklus ini meliputi reaksi di mana oksalasetat berinteraksi dengan
Asetil-KoA untuk membentuk asam sitrat. Selanjutnya, asam sitrat mengalami dua tahap dekarboksilasi
dan transformasi lainnya untuk menghasilkannya. Jalur reduktif dari siklus Krebs adalah sumber utama
asam fumarat dan melibatkan fiksasi CO2 dari asam C3 menjadi asam C4 (piruvat menjadi oksalasetat).

Asam C4 sebagai asam fumarat cenderung terakumulasi ketika kekurangan nitrogen, meskipun
prosesnya melibatkan pertumbuhan mikroorganisme, fiksasi CO 2, dan metabolisme glukosa yang
bekerja. Glikolisis juga terkait dengan metabolisme asam amino sehingga terjadinya produksi asam
fumarat oleh strain mutan Rhizopus oryzae.

Tiga enzim utama dalam sintesis asam fumarat, yakni piruvat karboksilase, malat dehidrogenase, dan
fumarase. Pertama, enzim mengkatalisis karboksilasi dari piruvat menjadi oksalatetat dengan bantuan
ATP dan CO2, sedangkan maleat dehidrogenase menginduksi transformasi oksalatetat dalam asam
malat, dan fumarase mengisomerisasi asam yang terakhir ini menjadi asam fumarat (bukan reaksi
reversibel).

DAFTAR PUSTAKA

Dominguez VM, Estevez J, Ojembarrena FB, Santos VE, Ladero M. 2018. Fumaric acid production: a
biorefinery perspective. J Fermentation. 4(33): 1-22.

Anda mungkin juga menyukai