Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH POLA TIDUR TERHADAP KESEHATAN

MAHASISWA
Pola tidur adalah bagaimana kebiasaan kita mengistirahatkan tubuh kita dengan
teratur, tak hanya kebiasaan pola tidur mencakup jam tidur dan durasi kita tidur, hal
ini menunjukan bahwa pola tidur berkaitan dengan aktifitas keesokan harinya,
apabila pola tidur yang normal berpengaruh terhadap aktifitas kita di siang hari.
Pada saat tidur kita mengistirahatkan tubuh, tubuh kita beristirhat setelah
beraktifitas seharian, memulihkan energi supaya bisa beraktifitas dengan normal
lagi pada keesokan harinya.
Tidur memang mengistirahatkan tubuh, tetapi bukan berarti tubuh kita berhenti
aktif saat tidur, saat ini telah ditemukan fakta bahwa aktifitas saat tidur ternyata
tetap berjalan.sepanjang kita tidur , tubuh dan otak melakukan kegiatan kegiatan
yang beguna untuk kesehatan.
Aktifitas tubuh yang tidak kita sadari terjadi pada dua tahapan tidur. Tahapan tidur
yang pertama Non- Rapid eye movement (REM), pada non-REM, tahapan tidur
dimulai dari tahap "N1" dan akan terus bergerak ke tahapan tidur "N3". Di tahap
ini, otak Anda akan menjadi kurang peka terhadap dunia luar, dan Anda akan mulai
sulit untuk dibangunkan.
Tahapan tidur yang kedua adalah Rapid eye movement (REM). Pada tahapan tidur
inilah umumnya mimpi terjadi. Detak jantung, suhu tubuh, pernapasan, dan tekanan
darah akan meningkat sepeti Anda sedang terjaga. Pada tahap ini saraf simpatik,
yang berfungsi memberikan tubuh respon otomatis seperti rasa ingin bertengkar
atau bergerak, juga menjadi sangat aktif.
Tahapan-tahapan tidur tersebut terjadi 3-5 kali semalam. Tahap yang pertama, kita
mulai merasa mengantuk yang ditandai kelopak mata mulai berat. Tahapan ini
hanya terjadi beberapa menit atau setengah jam. Tahap Selanjutnya, memasuki alam
bawah sadar atau tertidur dengan keadaan masih setengah sadar. Terakhir adalah
tahap tidur sepenuhnya atau disebut tidur nyenyak hingga pagi.
Dari apa yang dijelaskan di atas jadi kondisi tubuh saat tidur memang beristirahat
tetapi beberapa organ menyesuaikan melakukan pemulihan, melakukan fungsinya
masing-masing. Jadi saat tidur tubuh tidak berhenti berfungsi tetapi hanya
menyesuaikan.
Proses pemulihan pada saat tidur sangat berpengaruh terhadap kesehatan tubuh.
Saat tidur otak mematikan sementara thermometer tubuh 2 jam sebelum tubuh
terbangun. Saat hal ini terjadi , suhu ruangan sangat berpengaruh, maka disarankan
agar tidur di ruangan dengan suhu yang sejuk
Saat tertidur lelap pola bernafas akan melambat, dengan pola tarikan nafas yang
teratur. Kemudian, Anda masuk tahap REM, pada tahap ini pernapasan menjadi
lebih cepat dan lebih bervariasi.
Kualitas tidur seseorang dipengaruhi olah bagaimana pola tidur orang tersebut. Jika
pola tidurnya baik dan normal maka orang tersebut akan memiliki kualitas tidur
yang sehat dan baik bagi kesehatan tubuhnya.
Sebaliknya jika pola tidur seseorang terganggu , maka jelas kualitas tidur orang
tersebut akan terganggu juga. Selain mempengaruhi kualitas tidur juga dapat
menimbulkan gangguan tidur dan gangguan pada kesehatan. Gangguan kesehatan
diantaranya gangguan pada jantung dan dapat pula menyebabkan hipertensi.
Gangguan tidur adalah ketika adanya gangguan pada pola tidur atau kebiasaan yang
negatif yang dapat mempengaruhi kualitas tidur dan mempengaruhi kesehatan. Bagi
para mahasiswa kurang tidur ini berpengaruh pada tingkat konsentrasi yang
berkurang, dan juga menyerang imunitas sehingga penyakit akan mudah menyerang
seperti pilek, flu, dan batuk.
Gangguan tidur insomnia merupakan gangguan tidur yang paling umum ditemukan.
Setiap tahun di dunia, diperkirakan 50% orang dewasa mengalami gangguan tidur.
Di Indonesia belum diketahui angka pastinya, namun jika dihitung berdasarkan
hasil laporannya mencapai 20%.
Kebutuhan tidur bagi setiap orang itu berbeda-beda, tergantung pada kebiasaan
yang dilakukan selama masa perkembangan menuju dewasa, pekerjaan, usia, dan
juga kondisi kesehatan tubuh. Kebutuhan hidup pada orang dewasa 6-9 jam, dengan
tujuan untuk menjaga kesehatan tubuh.
Maka untuk menjaga kesehatan tubuh dan mencegah terjadinya penurunan
kesehatan dibutuhkan energi yang cukup dengan pola tidur yang sesuai. Waktu tidur
yang kurang dapat berdampak pada sintesis protein yang berfungsi untuk
memperbaiki sel-sel yang rusak, sehingga kinerjanya akan menurun.
Kelelahan, meningkatnya stres, kecemasan serta kurangnya konsentrasi dalam
aktivitas sehari–hari adalah akibat yang sering terjadi apabila waktu tidur tidak
tercukupi. Tidur malam yang berlangsung dengan rerata 7 jam, terdiri dari 2 macam
kondisi yaitu REM dan NREM yang bergantian selama 4–6 kali. Seseorang yang
kurang cukup menjalani tidur jenis REM maka esok harinya akan menunjukkan
kecenderungan untuk hiperaktif, kurang dapat mengendalikan diri dan emosinya,
nafsu makan bertambah.
Bagi para mahasiswa kesulitan tidur merupakan hal yang sering dikeluhkan, karena
pola tidur yang tidak beraturan. Dan masalah tersebut ternyata juga terjadi pada
mahasiswa di negara lain. Rentang usia responden adalah 18 sampai 40 tahun
dengan nilai mean 21,7 dan standar deviasi 4,23. Penelitian tersebut menyimpulkan
bahwa tidak ada hubungannya antara usia dengan kualitas tidur. Namun penelitian
tersebt berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Howell, Jahrig,
& Powell (2004) dan Cheung & Chung (2008).
Davidson (2012) menyimpulkan bahwa kualitas tidur buruk yang dialami oleh para
mahasiswa mungkin saja terjadi karena adanya kebebasan baru yang didapatkan,
atau kurangnya pengalaman akan tanggung jawab yang lebih besar ketika menjadi
seorang mahasiswa.
Populasi mahasiswa laki-laki dan perempuan pada penelitian ini jumlahnya hampir
sama. Namun hasil menunjukan bahwa mahasiswa laki-laki kebanyakan memiliki
kualitas tidur yang lebih buruk dibandingkan mahasiswa perempuan. Namun hal ini
tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tsau & Li (2004); Cheung &
Chung (2008) dalam penelitiannya mereka menyimpulkan hubungan antara jenis
kelamin dan kualitas tidur yang dialami oleh mahasiswa perempuan ternyata lebih
buruk dibandingkan mahasiswa laki-laki.
Selanjutnya, ada penelitian yang menyimpulkan bahwa mahasiswa pada tahun akhir
cenderung memiliki kualitas tidur yang lebih buruk dibandingkan mahasiswa yang
baru masuk. Namun, dalam Penelitian Lemma dan rekan-rekan nya menyimpulkan
bahwa dibandingkan dengan mahasiswa pada tahun akhir, mahasiswa yang baru
menjalani kegiatan perkuliahan memiliki peluang yang lebih besar untuk memiliki
kualitas tidur yang buruk.
Para mahasiswa juga sering mengkonsumsi minuman berkafein. Apalagi Ketika
sedang mengerjakan tugas, berbincang dengan teman-teman mahasiswa lainnya,
ataupun sudah menjadi kebiasaan meminum minuman berkafein. Mahasiswa
biasanya menyukai minuman berkafein seperti kopi. Perlu diketahui bahwa kopi
memiliki kandungan kafein sebesar 40 mg per 100 gram. Batas aman orang dewasa
tanpa riwayat penyakit tertentu adalah 400 mg per hari.
Namun ketika mengkonsumsi kafein lebih dari batas aman per hari, seseorang akan
mengalami keracunan kafein. Gejala keracunan tersebut biasanya diawali dengan
sakit kepala dan mudah merasa lelah. Mengkonsumsi kafein berlebihan juga akan
menyebabkan gangguan pencernaan. Karena akan membuat aktivitas pada usus
besar meningkat, sehingga akan menyebabkan diare.
Kafein juga dapat meningkatkan tekanan darah. Ketika mengkonsumsi kafein
melebihi batas normal pembuluh arteri akan mengerut, dan akan meningkatkan
tekanan darah. Dalam kasus tersebut kondisi kesehatan akan cenderung tidak stabil
sehingga akan mengganggu kualitas tidur. Apalagi efek dari mengkonsumsi kafein
berlebih dimana akan menyebabkan sakit kepala.
Gangguan tidur yang dialami oleh para mahasiswa juga dapat berdampak pada
prestasi akademik maupun non akademik. Tetapi nyatanya pola tidur tidak secara
langsung perbengaruh pada prestasi belajar. Misalnya, ketika ada mata kuliah di
pagi hari mahasiswa akan mudah mengantuk dan menyebabkan konsentrasi dalam
belajar menurun. Dalam situasi yang seperti ini, mahasiswa kemungkinan tidak
mengikuti kegiatan belajar dengan baik dan akan berpengaruh terhadap IPK yang
akan didapatkan.
Tugas juga kadang menjadi tekanan tersendiri untuk mahasiswa, ditambah lagi
dengan sistem kebut semalam atau biasa dikenal (SKS) yang mengharuskan
mahasiswa untuk begadang untuk menyelesaikan tugas. Hal ini dapat terjadi karena
kurangnya kesadaran mahasiswa akan tugas yang diberikan oleh dosennya. Tugas
dikerjakan ketika sudah mendekati deadline. Dan pola tidur akan berantakan,
mahasiswa akan terjaga di malam hari, namun akan merasa mengantuk ketika di
pagi hari.
Kualitas tidur pun sudah tidak didapat lagi ketika tidur di pagi ataupun di siang
hari. Gangguan tidur pun ada berbagai macam. Seperti Insomnia gangguan tidur ini
mungkin sudah sering didengar oleh semua orang. Insomnia adalah kondisi dimana
seseorang mengalami kesulitan tidur atau bahkan butuh waktu yang lama sekali
untuk tertidur. Insomnia dapat disebabkan oleh pola tidur yang tidak baik,
melakukan aktifiktas yang kurang baik sebelum tidur, gangguan kesehatan mental,
atau ada penyakit tertentu.
Lalu ada Hipersomnia, kondisi dimana kebutuhan tidur membutuhkan waktu yang
lama, hal ini menyebabkan penderitanya selalu mengantuk di siang hari. Salah satu
faktor yang menyebabkan Hipersomnia atau keinginan berlebih untuk tidur, adalah
depresi.
Sleep Paralysis, adalah situasi dimana penderita berada dalam posisi sadar namun
tidak dapat menggerakan tubuhnya. Penderita tetap bisa berkedip, namun tubuhnya
akan kaku, mengalami kesulitan untuk bergerak dan berbicara. Beberapa orang juga
merasakan ada tekanan atau rasa tercekik. Orang-orang biasa menyebut hal ini
dengan istilah Ketindihan. Sleep paralysis ini sudah sering terjadi pada orang yang
berada pada posisi transisi di antara tertidur dan terjaga.
Sleep paralysis biasanya terjadi pada rentang usia remaja, dan dialami oleh laki-laki
maupun perempuan. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan Sleep paralysis adalah
kurang tidur, pola tidur yang berantakan, tidur dalam posisi telentang, dan adanya
gangguan kesehatan mental seperti bipolar.
Jenis kelamin, usia, rentang tahun masuk perkuliahan, dan efek samping terlalu
banyak mengkonsumsi kafein. Namun selama mengkonsumsi kafein dalam batas
aman, kafein tidak akan mempengaruhi pola tidur, karena kondisi kesehatan tubuh
akan tetap stabil. Pola tidur dapat diatur sendiri oleh setiap mahasiswa, dan balik
lagi kepada tanggung jawabnya sebagai mahasiswa.
Mahasiswa laki-laki maupun perempuan akan tetap memiliki pola tidur yang tidak
beraturan, jika saat malam hari mereka memiliki kegiatan yang mengharuskan
untuk terjaga pada malam hari. Para mahasiswa juga harus memiliki rasa tanggung
jawab terhadap tugas-tugasnya tanpa mengorbankan waktu tidur dan kualitas
tidurnya.
Saat memasuki usia produktif orang-orang akan cenderung menghabiskan waktunya
di malam hari. Dan hal tersebut dapat berpengaruh pada kualitas tidur mereka.
Krisis identitas juga dapat mempengaruhi pola tidur. Karena dengan munculnya
krisis identitas, mahasiswa akan cenderung mengalami stress. Hal ini berkaitan
dengan pola tidur mahasiswa. Mereka akan cenderung membanding-bandingan
kehidupan mereka dengan orang lain, sehingga akan mempengaruhi tingkat depresi
mereka.
Diharapkan lembaga pendidikan dapat memfasilitasi para mahasiswa dengan
bimbingan konseling. Dengan begitu Lembaga pendidikan dapat membantu
mahasiswanya dalam aktifitas fisik maupun psikologis yang berkaitan dengan
prestasi akademis mereka.

Daftar Pustaka
https://www.alodokter.com/gangguan-tidur
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/school/article/download/10908/9731
http://journal.student.uny.ac.id/ojs/ojs/index.php/pjkr/article/view/8711/8355
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/4766/140100005.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai