Chapter1 PDF
Chapter1 PDF
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
fisiologi dan farmakologi yang baik, dilengkapi dengan monitor yang terus
Anestesi spinal disebut juga sebagai blok spinal intradural atau blok
1
lokal kedalam ruang subaraknoid diantara vertebra Lumbal 2 dan Lumbal 3,
Teknik penyuntikan obat spinal yang dikenal ada dua cara yaitu
yaitu jarum spinal dimasukkan 1-2 cm sebelah lateral dari bagian superior
sama-sama sering digunakan pada tindakan operasi. Dari kedua tehnik tersebut
yang dilalui, serta dampak yang sering timbul pasca tindakan anestesi spinal
dan retensi urine, nyeri kepala. Mengurangi ukuran dari jarum spinal sendiri
Shepherd, 2003).
lainnya. Insiden adalah 40% dengan jarum 20 GA, 25% dengan jarum 25 GA,
jenis kelamin, kehamilan, riwayat sakit kepala pasca spinal, ukuran jarum,
jarum bentuk ujung, orientasi bevel untuk serat dural, jumlah usaha pungsi
jenis larutan anestesi lokal, dan pengalaman klinis operator. Dalam penelitian
2
ini menemukan bahwa 17,3% pasien disajikan karakteristik sakit kepala
postural pasca spinal sakit kepala tusukan, dan faktor-faktor risiko independen
untuk itu adalah usia antara 20-40 tahun paling rentan, sedangkan, insiden
Sebuah risiko yang lebih besar dari PDPH dalam 31-50 tahun rentang
usia juga ditemukan oleh Wadud et al. Dalam sebuah penelitian bahwa pasien
mengurangi elastisitas dari dura mater, yang membuatnya lebih sulit bagi CSF
bocor melalui lubang tusukan, b. Reaksi lemah dari pembuluh otak untuk CSF
banyak akan terpengaruh daripada pria ketika risiko disesuaikan dengan usia.
Mereka menemukan bahwa risiko pasca pungsi lumbal tulang belakang nyeri
kepala pada perempuan adalah dua kali lebih besar dari laki-laki. Studi mereka
dianggap peran besar untuk jenis kelamin sebagai faktor risiko untuk sakit
Dr. Hasan Sadikin Bandung (Februari – April 2015), angka kejadian Post
3
kesejahteraan pasien pasca-operasi. Faktor risiko usia <50 tahun, jenis kelamin
Nyeri kepala atau headache, dimana pada orang awam sering disebut
sebagai istilah sakit kepala, pening kepala dan lain-lainnya, adalah rasa nyeri
atau rasa tidak mengenakkan pada seluruh daerah kepala dengan batas bawah
dari dagu sampai ke daerah belakang kepala (area oksipital dan sebagian
nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala yang tidak
Sedangkan nyeri kepala sekunder adalah nyeri kepala yang jelas terdapat
dari tiga bulan, yang mengalami pertambahan dalam derajad berat, frekuensi
dan durasinya serta dapat disertai munculnya defisit neurologis yang lain
merupakan nyeri kepala yang paling banyak dialami oleh masyarakat. Life
time prevalence nyeri kepala tipe tegang adalah 46% (Stovner et al., 2007).
Wanita tercatat lebih banyak menderita nyeri kepala tipe tegang dari pada pria,
4
mengalami nyeri kepala ini daripada kelompok usia lainnya (Gorelick et al.,
2014).
Post Dural Puncture Headache (PDPH) atau nyeri kepala post spinal
LCS. Kondisi ini akan menyebabkan tarikan pada struktur intracranial yang
sangat peka terhadap nyeri, dimana nyeri akan meningkat pada posisi tegak
dan akan berkurang bila berbaring, hal ini disebabkan pada saat berdiri LCS
dari otak mengalir ke bawah dan saat berbaring LCS mengalir kembali ke
seperti ukuran jarum, teknik penusukan yang digunakan. Selain itu nyeri
anestesi spinal. Nyeri kepala yang berdenyut biasanya muncul di area oksipital
dan menjalar ke retro orbital, dan sering disertai dengan tanda meningismus,
meliputi: jenis kelamin perempuan (dua kali lebih sering dari pria); usia
(terbesar pada mereka 18-30 tahun dan jauh lebih sedikit pada anak-anak
muda dari 13 tahun dan orang dewasa yang lebih tua dari 65); tubuh bagian
5
bawah indeks massa; kronis sebelumnya atau sakit kepala berulang; dan
Namun, jarum kecil berdiameter tidak praktis untuk pungsi lumbal diagnostik
karena aliran lambat CSF. Menggunakan jarum Sprotte, terutama pada pasien
berisiko tinggi untuk nyeri kepala (muda) akan membuat penurunan dramatis
Kabupaten Semarang pada bulan Agustus 2016 terdapat 278 pasien yang
menjalani operasi, terdiri dari: 140 pasien (50,3%) dilakukan tindakan dengan
anestesi dan terdapat 40 pasien (14,3%) mengunakan lokal anestesi. Dari 140
(57,9%) dengan spinal terdiri dari; operasi Sectio Caesarea, bedah, Ortopedi
Keluhan nyeri kepala merupakan salah satu keluhan yang dirasakan dan
tertarik untuk meneliti Perbedaan Respon Nyeri Kepala Pada Pasien Dengan
6
B. Rumusan Masalah
peneliti untuk penelitian tentang “Apakah ada perbedaan respon nyeri kepala
C. Tujuan Peneltian
1. Tujuan Umum
Kabupaten Semarang.
2. Tujuan Khusus
Semarang.
D. Ruang Lingkup
7
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
spinal.
8
pada pasien dengan tindakan anestesi spinal, serta dapat digunakan
F. Keaslian Penelitian
pendekatan one group pre test - post test dan teknik pengambilan
masing terdiri dari 26 sampel. Uji hipotesa menggunakan Chi kuadrat (𝑥𝑥 2 )
tingkat respon nyeri kepala pada pemakaian jarum spinal No.27G dan
atau wanita usia 16 – 50 tahun dan semua operasi bedah elektif serta
pemakaian jarum spinal No.27G dan jarum No.25G. Penelitian ini adalah
kepala terhadap Anestesi Spinal Posisi Miring dan Duduk pada Pasien
9
pendekatan post test only control design, dimana terdapat dua kelompok
kelompok yang satu lagi tanpa perlakuan atau sebagai kelompok kontrol,
kemudian pada kedua kelompok tersebut dilakukan post test lalu hasilnya
Perbedaan dari penelitian ini adalah pengamatan pada respon nyeri kepala
terhadap anestesi posisi duduk dan miring pada pasien post spinal anestesi.
teknik paramedian dan median dengan nyeri kepala post operasi pada
uji Chi Square diketahui nilai X2 sebesar 9,136 dengan signifikan sebesar
jarum spinal teknik paramedian post spinal anestesi adalah: tidak nyeri
pada kelompok penusukan jarum spinal teknik median post spinal anestesi
orang (12,1%), Nyeri sedang sebanyak 7 orang (21,2%) dan nyeri berat
pada respon nyeri kepala terhadap teknik paramedian dan median post
10