Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMPOK

PERTEMUAN KELIMA

Dosen Mata Kuliah : Syofiarti, SH, M.Hum

Oleh :
Kelompok 3

Inayyah WulanDari ( 1102001020 )


Indah Mulyani Safitri ( 1102001021 )
Luthia Sakinah Fauzi ( 1102001024 )
Paulina Raudhatul Jhannah ( 1102001038 )
Rifani Khairunnisa ( 1102001045 )
Yola Aulia Efendi ( 1102001061 )

STIKES DHARMA LANDBOUW PADANG


PRODI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI
KESEHATAN
2020
Pasal 28 B Ayat 2 “Setiap anak berhak atas keberlangsungan hidup, tumbuh
dan berkembang atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”

UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Undang-Undang (UU) Perlindungan Anak disahkan pada tanggal 22 Oktober 2002


oleh Presiden Megawati Soekarnoputri di Jakarta. UU Nomor 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak diundangkan pada tanggal 22 Oktober 2002 oleh Bambang
Kesowo, Sekretaris Negara Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 23 tahun
2002 tentang Perlindungan Anak ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 109 dan Penjelasan atas UU 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak di tempatkan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4235, agar seluruh rakyat Indonesia mengetahuinya.

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa UU Perlindungan Anak Nomor 23 tahun


2002 kemudian diubah dengan UU Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Di halaman ini
akan kita tuliskan tentang Undang-Undang (UU) Nomor 23 tentang Perlindungan
Anak, sebelum diubah.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Status, diubah
Berlaku, Diubah. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak diubah dengan UU Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

Latar Belakang
Pertimbangan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
adalah:

a) bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin kesejahteraan tiap-tiap


warga negaranya, termasuk perlindungan terhadap hak anak yang merupakan
hak asasi manusia;
b) bahwa anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam
dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya;
c) bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita
perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat
khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa
depan;
d) bahwa agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka
ia perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan
berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak
mulia, perlu dilakukan upaya perlindungan serta untuk mewujudkan
kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan
hak-haknya serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi;
e) bahwa untuk mewujudkan perlindungan dan kesejahteraan anak diperlukan
dukungan kelembagaan dan peraturan perundang-undangan yang dapat
menjamin pelaksanaannya;
f) bahwa berbagai undang-undang hanya mengatur hal-hal tertentu mengenai
anak dan secara khusus belum mengatur keseluruhan aspek yang berkaitan
dengan perlindungan anak;
g) bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a, b, c, d, e, dan f perlu
ditetapkan Undang-undang tentang Perlindungan Anak;

Dasar Hukum
Landasan / dasar hukum Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak adalah:

1. Pasal 20, Pasal 20A ayat (1), Pasal 21, Pasal 28B ayat (2), dan Pasal 34
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak (Lembaran
Negara Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3143);
3. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on The Elimination of all
Forms of Discrimination Against Women) (Lembaran Negara Tahun 1984
Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3277);
4. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak (Lembaran
Negara Tahun 1997 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3668);
5. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat (Lembaran
Negara Tahun 1997 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3670);
6. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1999 tentang Pengesahan ILO Convention
No. 138 Concerning Minimum Age for Admission to Employment (Konvensi
ILO mengenai Usia Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja) (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3835);
7. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3886);
8. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Pengesahan ILO Convention
No. 182 Concerning The Prohibition and Immediate Action for The
Elimination of The Worst Forms of Child Labour (Konvensi ILO No. 182
mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk
Pekerjaan Terburuk untuk Anak) (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 30,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3941);

Penjelasan UU Perlindungan Anak

Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus
kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia
yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia
yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa tentang Hak-Hak Anak. Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara,
anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap
anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, berpartisipasi serta
berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan
kebebasan.

Meskipun Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia telah
mencantumkan tentang hak anak, pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab orang
tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara untuk memberikan perlindungan
pada anak masih memerlukan suatu undang-undang mengenai perlindungan anak
sebagai landasan yuridis bagi pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab tersebut.
Dengan demikian, pembentukan undang-undang ini didasarkan pada pertimbangan
bahwa perlindungan anak dalam segala aspeknya merupakan bagian dari kegiatan
pembangunan nasional, khususnya dalam memajukan kehidupan berbangsa dan
bernegara.

Orang tua, keluarga, dan masyarakat bertanggung jawab untuk menjaga dan
memelihara hak asasi tersebut sesuai dengan kewajiban yang dibebankan oleh hukum.
Demikian pula dalam rangka penyelenggaraan perlindungan anak, negara dan
pemerintah bertanggung jawab menyediakan fasilitas dan aksesibilitas bagi anak,
terutama dalam menjamin pertumbuhan dan perkembang_annya secara optimal dan
terarah.

Undang-undang ini menegaskan bahwa pertanggungjawaban orang tua, keluarga,


masyarakat, pemerintah dan negara merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan
secara terus-menerus demi terlindunginya hak-hak anak. Rangkaian kegiatan tersebut
harus berkelanjutan dan terarah guna menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak,
baik fisik, mental, spiritual maupun sosial. Tindakan ini dimaksudkan untuk
mewujudkan kehidupan terbaik bagi anak yang diharapkan sebagai penerus bangsa
yang potensial, tangguh, memiliki nasionalisme yang dijiwai oleh akhlak mulia dan
nilai Pancasila, serta berkemauan keras menjaga kesatuan dan persatuan bangsa dan
negara.

Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yakni sejak dari janin
dalam kandungan sampai anak berumur 18 (delapan belas) tahun. Bertitik tolak dari
konsepsi perlindungan anak yang utuh, menyeluruh, dan komprehensif,
undang-undang ini meletakkan kewajiban memberikan perlindungan kepada anak
berdasarkan asas-asas sebagai berikut :

1. non diskriminasi;
2. kepentingan yang terbaik bagi anak;
3. hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan; dan
4. penghargaan terhadap pendapat anak.
Dalam melakukan pembinaan, pengembangan dan perlindungan anak, perlu peran
masyarakat, baik melalui lembaga perlindungan anak, lembaga keagamaan, lembaga
swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi sosial, dunia usaha,
media massa, atau lembaga pendidikan.

Pertanyaan : Apakah UU No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak isinya sesuai
dengan Pasal 28 B Ayat 2 UUD 1945?
Jawaban : UU No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak sesuai dengan Pasal 28
B Ayat 2 UUD 1945 karena dalam isi pasal disebutkan bahwa anak berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, dalam UU No. 23 Tahun 2002 tentang
perlindungan anak menjelaskan bahwa perlindungan terhadap hak anak adalah hak
asasi manusia, dan juga setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut,
maka ia perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan
berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak mulia,
perlu dilakukan upaya perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak
dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan
tanpa diskriminasi.

UU Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak dimaksudkan untuk


melindungi dan mengayomi Anak yang berhadapan dengan hukum agar dapat
menyongsong masa depannya yang masih panjang, serta memberi kesempatan kepada
Anak agar melalui pembinaan akan diperoleh jati dirinya untuk menjadi manusia yang
mandiri, bertanggung jawab, dan berguna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat,
bangsa, dan negara. Namun dalam pelaksanaannya Anak diposisikan sebagai obyek,
dan perlakuan terhadap Anak yang berhadapan dengan hukum cenderung merugikan
Anak. Selain itu Undang-Undang tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan
hukum dalam masyarakat dan belum secara komprehensip memberikan perlindungan
khusus kepada Anak yang berhadapan dengan hukum sehingga perlu adanya
perubahan paradigma dalam penanganan Anak yang berhadapan dengan hukum
antara lain didasarkan pada peran dan tugas masyarakat, pemerintah dan lembaga
negara lainnya yang berkewajiban dan bertanggung jawab untuk meningkatkan
kesejahteraan Anak serta memberikan perlindungan khusus kepada Anak yang
berhadapan dengan hukum.

Perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 3, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3668) dilakukan dengan tujuan agar dapat
terwujud peradilan yang benar-benar menjamin perlindungan kepentingan terbaik
Anak yang berhadapan dengan hukum sebagai penerus bangsa.

Latar Belakang
Pertimbangan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak
adalah:
a) Bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber
daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan
bangsa, yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus,
memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin
pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial secara utuh, serasi,
selaras, dan seimbang;
b) Bahwa untuk melaksanakan pembinaan dan memberikan perlindungan
terhadap anak, diperlukan dukungan, baik yang menyangkut kelembagaan
maupun perangkat hukum yang lebih mantap dan memadai, oleh karena itu
ketentuan mengenai penyelenggaraan pengadilan bagi anak perlu dilakukan
secara khusus;
c) Bahwa berdasarkan penjelasan Pasal 10 Undang-undang Nomor 14 Tahun
1970 tentang Ketentuan- ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman dan
penjelasan Pasal 8 Undang-undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan
Umum, pengkhususan pengadilan anak berada di lingkungan Peradilan
Umum dan dibentuk dengan Undang-undang;
d) Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a, b, dan c, perlu
membentuk Undang- undang tentang Pengadilan Anak.
Dasar Hukum
Landasan / dasar hukum Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan
Anak adalah:
1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 74,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2951);
3. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum (Lembaran
Negara Tahun 1986 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3327).

Penjelasan UU Pengadilan Anak

Pengadilan anak menurut UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak merupakan
pengkhususan dari sebuah badan peradilan, yaitu peradilan umum untuk
menyelenggarakan pengadilan anak. Akibatnya dalam pengadilan tidak
mencerminkan peradilan yang lengkap bagi anak, melainkan hanya mengadili perkara
pidana anak. Tujuan dari sistem peradilan pidana yakni resosialiasi serta rehabilitasi
anak (reintegrasi) dan kesejahteraan sosial anak tidak melalui keadilan restoratif dan
diversi tidak menjadi substansi undang-undang tersebut. Akibatnya perkara anak,
meskipun hanya melakukan tindak pidana ringan harus menghadapi negara vis a vis
melalui aparat penegak hukum. Anak dipersonifikasikan sebagai orang dewasa dalam
tubuh kecil sehingga kecenderungannya jenis sanksi yang dijatuhkan pada perkara
anak masih didominasi sanksi pidana dari pada sanksi tindakan. Konsekuensi logisnya,
jumlah anak yang harus menjalani hukum di lembaga pemasyarakatan semakin
meningkat.

Keberadaan UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak apabila dikaji secara
substantif, belum sepenuhnya dapat dikategorikan sebagai hukum pidana anak
materiil pada satu pihak dan sebagai hukum acara pidana anak pada lain pihak. Hal ini
dapat dilihat dari hubungan antara UU ini dengan Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
merupakan hubungan hukum khusus dan hukum umum, UU No. 3 Tahun 1997
tentang Pengadilan Anak merupakan hukum khusus (lex specialis) dan KUHP dan
KUHAP merupakan hukum umum (lex generalis). Hubungan ini mengandung arti
bahwa asas-asas dan ajaran-ajaran hukum pidana yang terkandung dalam KUHP14
dan KUHAP pun tetap berlaku untuk Pengadilan Anak.

Pertanyaan : Apakah UU No. 3 Tahun 1997 tentang pengadilan anak isinya sesuai
dengan Pasal 28 B Ayat 2 UUD 1945?
Jawaban : UU No. 3 Tahun 1997 tentang perlindungan anak sesuai dengan Pasal 28 B
Ayat 2 UUD 1945 karena Pengadilan Anak dimaksudkan untuk melindungi dan
mengayomi Anak yang berhadapan dengan hukum agar dapat menyongsong masa
depannya yang masih panjang, serta memberi kesempatan kepada Anak agar melalui
pembinaan akan diperoleh jati dirinya untuk menjadi manusia yang mandiri,
bertanggung jawab, dan berguna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan
negara.

UU Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

Produk hukum ini menjamin terwujudnya kesejahteraan anak melalui terpenuhinya


kebutuhan pokok anak. Kesejahteraan ini meliputi penjaminan pertumbuhan dan
perkembangan anak secara wajar baik secara rohani, jasmani maupun
sosial. Undang-undang ini mengatur tanggungjawab orangtua terhadap kesejahteraan
anak. Dalam pasal awal undang-undang ini termuat hak anak yang meliputi hak atas
kesejahteraan, pelayanan, perlindungan, dan pemeliharaan. Usaha kesejahteraan
anak dalam undang-undang ini meliputpembinaan, pengembangan, pencegahan, dan
rehabilitasi.

Latar Belakang
Pertimbangan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Kesejahteraan Anak
adalah:
a) Bahwa anak adalah potensi serta penerus cita-cita bangsa yang dasar-dasarnya
telah diletakkan oleh generasi sebelumnya;
b) Bahwa agar setiap anak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia
perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan
berkembang dengan wajar baik secara rohani, jasmani maupun sosial;
c) Bahwa di dalam masyarakat terdapat pula anak-anak yang mengalami
hambatan kesejahteraan rohani, jasmani, sosial dan ekonomi;
d) Bahwa pemeliharaan kesejahteraan anak belum dapat dilaksanakan oleh anak
sendiri;
e) Bahwa kesempatan, pemeliharaan dan usaha menghilangkan hambatan
tersebut hanya akan dapat dilaksanakan dan diperoleh bilamana usaha
kesejahteraan anak terjamin;
f) bahwa untuk mencapai maksud tersebut perlu menyusun Undang-undang yang
mengatur kesejahteraan anak.

Dasar Hukum
Landasan / dasar hukum Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang
Kesejahteraan Anak adalah:
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 27 ayat (2), Pasal 31 dan 34
Undang-Undang Dasar 1945;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor IV/MPR/1978 tentang
Garis-garis Besar Haluan Negara;
3. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor
53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3039)

Penjelasan UU Kesejahteraan Anak

Yang dimaksudkan di dalam Undang-undang ini dengan:


1. a.Kesejahteraan Anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak
yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar,
baik secara rohani, jasmani maupun sosial;
b.Usaha Kesejahteraan anak adalah usaha kesejahteraan sosial yang ditujukan
untuk menjamin terwujudnya Kesejahteraan Anak terutama terpenuhinya
kebutuhan pokok anak.
2. Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun
dan belum pernah kawin.
3. a.Orang tua adalah ayah dan atau ibu kandung;
b.Wali adalah orang atau badan yang dalam kenyataannya menjalankan
kekuasaan asuh sebagai orang tua terhadap anak.
4. Keluarga adalah kesatuan masyarakat terkecil yang terdiri dari ayah dan atau
ibu dan anak.
5. Anak yang tidak mempunyai orang tua adalah anak yang tidak ada lagi ayah
dan ibu kandungnya.
6. Anak yang tidak mampu adalah anak yang karena suatu sebab tidak dapat
terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik secara rohani, jasmani maupun
sosial dengan wajar.
7. Anak terlantar adalah anak yang karena suatu sebab orang tuanya melalaikan
kewajibannya sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi dengan wajar
baik secara rohani, jasmani maupun sosial.
8. Anak yang mengalami masalah kelakuan adalah anak yang menunjukkan
tingkah laku menyimpang dari norma-norma masyarakat.
9. Anak cacat adalah anak yang mengalami hambatan rohani dan atau jasmani
sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar.

Pertanyaan : Apakah UU No. 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak isinya sesuai
dengan Pasal 28 B Ayat 2 UUD 1945?
Jawaban : UU No. 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak sesuai dengan Pasal 28 B
Ayat 2 UUD 1945 karena Produk hukum ini menjamin terwujudnya kesejahteraan
anak melalui terpenuhinya kebutuhan pokok anak. Kesejahteraan ini meliputi
penjaminan pertumbuhan dan perkembangan anak secara wajar baik secara rohani,
jasmani maupun sosial. Undang-undang ini mengatur tanggungjawab orangtua
terhadap kesejahteraan anak.

Anda mungkin juga menyukai