Anda di halaman 1dari 15

IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam

Dosen Pembimbing: Maryani, S.Ag, M.A

Disusun oleh:

Kelompok 9
Anefa Baroza 200405106
Dwi Maulina 200405067
Hasrina Maulani 200405050
Izharul Haq 200405076
Mila Suci Ayuni 200405042

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1442 H/2020 M
KATA PENGANTAR

‫الر ِح ِيم‬
‫الرحْ َم ِن ه‬
‫َّللا ه‬
ِ ‫س ِم ه‬
ْ ِ‫ب‬

Segala puji dan syukur hanyalah bagi Allah SWT, Dzat yang Maha

Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah menganugrahkan rahmat dan

karunia-Nya kepada umat manusia sehingga terjadi stabilitas dalam

kehidupannya. Salawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada

Nabi Muhammad SAW, sosok pribadi yang mulia, yang penuh cinta dan

kasih sayang. Beliau yang telah membawa umat dengan Islam dari gelapnya

zaman jahiliyah menuju jaman terang benderang.

Alhamdulillah berkat hidayah dan inayah-Nya, penulis dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “Iptek dan Seni dalam Islam. Kami

menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari apa yang

diharapkan atau mendekati kesempurnaan. Oleh karena itu, tidak dapat

menutup kemungkinan dalam Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat

kesalahan dan kekurangannya. Maka kepada para pembaca yang budiman,

penulis berharap untuk selalu bersikap kritis dan korektif kepada Karya Tulis

Ilmiah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan

pembaca dalam memahami isinya.

Medan, November 2020

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

hal

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Iptek dan Seni dalam Islam ............................................. 3


B. Hubungan Iman, Ilmu, Teknologi, dan Seni dalam Islam ................ 5
C. Keutamaan Orang yang Berilmu ....................................................... 7
D. Tanggungjawab Ilmu ........................................................................ 10

BAB III PENUTUPAN ........................................................................................ 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua).

Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan.

Paradigma inilah yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler

seperti yang ada sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam

wajib dijadikan landasan pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu

pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala

macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu

pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat

diterima dan diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan

tidak boleh diamalkan.

Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai

standar bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria

inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat

(pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini

mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada ketentuan

halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan

iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek

dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam

memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi

kebutuhan manusia.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh

perdaban barat satu abad terakhir ini, mencengangkan banyak orang di berbagai

1
penjuru dunia. Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan

oleh perkembangan iptek modern membuat orang lalu mengagumi dan meniru-

niru gaya hidup peradaban barat tanpa dibarengi sikap kritis trhadap segala

dampak negatif yang diakibatkanya.

Pada dasarnya kita hidup di dunia ini tidak lain untuk beribadah kepada

Allah SWT. Ada banyak cara untuk beribadah kepada Allah SWT seperti sholat,

puasa, dan menuntut ilmu. Menuntut ilmu ini hukumnya wajib. Seperti sabda

Rasulullah SAW: “ menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban atas setiap muslim

laki-laki dan perempuan”. Ilmu adalah kehidupanya islam dan kehidupanya

keimanan.

B. Rumusan Masalah

Untuk mempermudah dalam penyusunan makalah ini dan agar tidak keluar

dari yang akan dibahas, maka dalam hal ini penulis rumusan masalah rumusan

masalah antara lain ::

1. Apa pengertian Iptek dan Seni dalam Islam?

2. Apa hubungan Iman, Ilmu, Teknologi, dan Seni dalam Islam?

3. Apa saja keutamaan orang yang berilmu?

4. Apa tanggung jawab ilmu?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Iptek dan Seni Dalam Islam

Dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa istilah yang menyangkut

masalah ilmu. Paling tidak empat istlah, yakni ; ilmu, pengetahuan, imu

pengetahuan dan sains. Istilah ilmu berbeda dengan pengetahuan terutama dari

metoda untuk mendapatkannya. Istilah ilmu pengetahuan merupakan

penggabungan dua kata yang bermakna pengetahuan ilmiah. Istilah sains yang

berasal dari science mempunyai arti yang sama dengan ilmu atau ilmu

pengetahuan.

Istilah ilmu merupakan terjemahan dari bahasa Latin scientia yang

diturunkan dari kata scire, yang berarti mengetahui (to know) dan belajar (to

learn), maka ilmu dapat berarti usaha untuk mengetahui atau mempelajari sesuatu

yang bersifat empiris dan melalui suatu cara tertentu. Karena yang ingin diketahui

atau dipelajari bersifat empiris, maka ilmu dapat didefenisikan sebagai suatu

eksplorasi ke alam materi berdasarkan observasi, dan mencari hubungan-

hubungan alamiah yang teratur mengenai gejala-gejala yang diamati serta bersifat

mampu menguji diri sendiri.

Ilmu merupakan pengetahuan yang mempunyai karakteristik tersendiri.

Pengetahuan (knowledge) mempunyai cabang pengetahuan, dan ilmu (science)

merupakan salah satu dari cabang pengetahuan tersebut. Karakteristik keilmuan

itulah yang mencirikan hakikat keilmuan dan sekaligus yang membedakan ilmu

dari berbagai cabang pengetahuan lainnya. Atau dengan kata lain, karakteristik

keilmuan menjadikan ilmu merupakan suatu pengetahuan yang bersifat ilmiah.

3
Dengan demikian, maka sinonim dari ilmu adalah pengetahuan ilmiah (scientific

knowledge).

Istilah 'iIm itu sendiri berasal dari bahasa Arab 'ilm yang berarti

pengetahauan, merupakan lawan kata jahl yang berarti ketidaktahuan atau

kebodohan. Kata 'ilm bisa disepadankan dengan kata Arab lainnya, yaitu ma'rifah

(pengetahuan), hikmah (kebijaksanaan), dan syu'ur (perasaan). Kata ‘ilm dan kata-

kata jadiannya, menurut penghitungan dalam kitab al-Mu'jam al-Mufahras li al-

Fadz al-Qur'an al-Karim ditemukan tidak kurang dari 800 kali disebutkan, baik

dalam bentuk madhi, mudhar;', masdar, fa'il dan lainnya.

Teknologi adalah ilmu tentang penerapan ilmu pengetahuan untuk

memenuhi suatu tujuan. Menurut istilah Baiquni, yaitu himpunan pengetahuan

manusia tentang proses-proses pemanfaatan alam yang diperoleh dari penerapan

sains dalam kegiatan produktif ekonomis. Dalam hal ini teknologi mempunyai 4

bentuk, yaitu technoware, humanware, in forware, dan orgaware. Technoware

adalah teknologi dalam bentuk barang. Humanware adalah teknologi dalam

bentuk kemampuan yang tersimpan dalam manusia, yaitu dalam bentuk

pengetahuan, keterampilan, intuisi, dan lain-lain. Inforware adalah teknologi

dalam bentuk informasi seperti teori, jurnal, profesi, buku-buku iptek, dan lain-

lain. Orgaware adalah teknologi dalam bentuk organisasi yang diperlukan untuk

melakukan proses transformasi pada kegiatan produksi.

Seni merupakan hasil ekspresi jiwa yang berkembang menjadi bagian

budaya manusia. Seni merupakan ekspresi roh dan budaya manusia mengandung

dan mengungkapkan keindahan.

Islam mengakui keindahan yang mengandung moral dan menolak

keindahan tanpa moral. Sedangkan kebaikan itu mesti pula berpadu dengan

4
kebenaran. Suatu perkara yang dinilai baik oleh suatu masyarakat mungkin dinilai

buruk oleh masyarakat lain jika tidak dapat perpaduan antara keindahan, kebaikan,

dan kebenaran. Nilai yang benar adalah nilai yang digariskan oleh yang Maha

Benar yaitu Allah. Islam menolak anggapan bahwa seni adalah untuk seni yang

tidak perlu dicampuradukkan dengan masalah moral. Karena itu sebuah

pertunjukkan seni yang hanya mementingkan keindahan tanpa mengindahkan

nilai-nilai moral dan agama tidak dapat diterima sebagai seni Islam.

B. Hubungan Iman, Ilmu, Teknologi dan Seni Dalam Islam

Iman merupakan keimanan vertikal terhadap sang pencipta. Secara bahasa,

iman adalah membenarkan dalam hati dengan mengandung ilmu bagi orang yang

membenarkan itu. Apabila iptek dikembangkan nilai-nilai iman dan taqwa kepada

Allah SWT, pasti akan menghasilkan amal kebaikan yang berlimpah manfaat,

bukannya kerusakan dan kehancuran alam dan peradaban umat manusia. Islam

merupakan ajaran agama yang sempurna. Kesempurnaannyadapat tergambar

dalam keutuhan inti ajarannya. Ada tiga inti ajaran islam yaitu iman, islam, dan

akhlak.ketiga inti ajaran itu terintegrasi di dalam sebuah system ajaran yang

disebut Dinul Islam

‫َصلُ َها ََثبِت َوفَ ْر ُع َها ِِف‬ ٍ ٍ َ ‫اَّلل مثَال َكلِمةً طَيِبةً َك‬
ْ ‫ش َج َرة طَيِِّبَة أ‬ َِّ َ َ ُ‫ب ه‬ َ ‫ض َر‬
َ ‫ف‬ َ ‫أَََلْ تَ َر َك ْي‬
ِ ‫ال لِلن‬
‫هاس لَ َعله ُه ْم‬ َ َ‫األمث‬
ْ ُ‫اَّلل‬ ‫ب ه‬ ُ ‫ض ِر‬ ٍ ‫ تُ ْؤِِت أُ ُكلَ َها ُك هل ِح‬.‫س َم ِاء‬
ْ َ‫ني ِبِِ ْذ ِن َرِِِّبَا َوي‬ ‫ال ه‬
‫يَتَ َذهك ُرو َن‬
"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan
cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada Setiap
musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu
untuk manusia supaya mereka selalu ingat.”(Ibrahim (14): 24-25)

5
Ayat diatas menggambarkan keutuhan antara iman,ilmu, dan amal atau

aqidah, syariah dan akhlak dengan menganalogikan bangunan Dinul Islam

bagaikan sebatang pohon yang baik. Akarnya menghujam ke bumi, batangnya

menjulang tinggi ke langit, cabangnya atau dahannya rindang, dan buahnya amat

lebat. Ini merupakan gambaran bahwa antara iman, ilmu, dan amal merupakan

satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Iman

diidentikkan dengan akar dari sebuah pohon yang menumpang tegaknya ajaran

islam. Ilmu bagaikan batang pohon yang mengeluarkan dahan-dahan dan cabang-

cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon itu identik

dengan teknologi dan seni. IPTEK yang dikembangkan diatas nilai-nilai iman dan

ilmu akan menghasilkan amal saleh bukan kerusakan alam.

Hidup harus diisi dengan ilmu pengetahuan dan berkarya (amal). Ilmu dan

karya adalah penting, namun lebih penting menyadari untuk apa ilmu dan karya

itu. Bekerja bukan semata untuk kerja tapi bekerja untuk mememelihara eksistensi

dan meningkatkan martabat manusia bukan malah sebaliknya.Hal itu hanya dapat

dicapai bila semua itu dilandasi pada kesadadan iman yaitu dengan memelihara

hubungan vertikal dengan Yang Maha Kuasa (habluminallah) dan memelihara

hubungan horizontal dengan sesama manusia (habluminannas) agar tidak terlanda

oleh gejala kemiskinan.

Daya usaha untuk memperoleh ilmu melalui berbagai sumber dan panca

indra yang dikaruniakan Allah SWT membimbing seseorang ke arah mengenal

dan mengakui ketauhidan Allah SWT. Ini memberi satu isyarat dan petunjuk yang

penting bahwa ilmu mempunyai keterkaitan yang amat erat dengan dasar Aqidah

tauhid. Orang yang memiliki ilmu sepatutnya mengenal dan mengakui keesaan

6
Allah SWT dan keagungan-Nya. Hasilnya, orang yang berilmu akan tunduk,

kerdil, dan hina berhadapan dengan kekuasaan dan keagungan Allah SWT.

C. Keutaman Orang yang Berilmu

Sederet ayat al-Qur’an menyebutkan bahwa manusia adalah makhluk

paling mulia. Faktor kemuliaan manusia disebabkan ia memiliki ilmu

pengetahuan dan karenanya malaikat pun bersujud di hadapan Adam. Sehubungan

dengan ini, dapat dipahami bahwa para malaikat tidak mempunyai pengetahuan

dan kemampuan seperti yang dimiliki Nabi Adam as. Artinya, mereka mengakui

pula kelebihan yang dimiliki oleh Adam as., sehingga mereka sujud kepada Adam

sesuai perintah Allah Saw. Bagi keturunan Adam yang berilmu itu, Allah Swt.

telah menjanjikan derajat yang lebih tinggi. Dalam QS. al-Mujādalah [58]: 11,

Allah Swt. berfirman:

‫س ِح ه‬ ِ ِ‫سحوا ِِف الْمجال‬ ِ ِ ِ‫ه‬


ُ‫اَّلل‬ َ ‫ف‬
ْ ‫ي‬
َ ‫وا‬‫ح‬ُ ‫س‬
َ ْ‫ف‬‫ا‬َ‫ف‬ ‫س‬ ََ ُ ‫يل لَ ُك ْم تَ َف ه‬
َ ‫آمنُوا إذَا ق‬ َ ‫ين‬َ ‫ََي أَيُّ َها الذ‬
‫ين أُوتُوا‬ ِ‫ه‬ ِ ِ ‫شزوا ي رفَ ِع ه ه‬ ِ ِ
َ ‫آمنُوا منْ ُك ْم َوالذ‬
َ ‫ين‬ َ ‫اَّللُ الذ‬ ْ َ ُ ُ ْ‫ش ُزوا فَان‬ ُ ْ‫يل ان‬َ ‫لَ ُك ْم َوإذَا ق‬
‫اَّللُ ِِبَا تَ ْع َملُو َن َخبِي‬
‫ات َو ه‬ٍ ‫ال ِْعلْم َدرج‬
ََ َ
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(Q.S. al-Mujadalah: 11)

Berkenaan dengan turunnya ayat tersebut, dijelaskan dalam sebuah riwayat

bahwa suatu ketika di hari Jum’at Nabi Saw. tengah berada di sebuah majelis ilmu

yang sempit; ketika ia sedang menerima tamu dari penduduk Badar dari kalangan

Muhajirin dan Anshar, tiba-tiba sekelompok orang, termasuk Thābit bin Qays,

datang dan ingin duduk di jajaran depan majelis itu. Mereka berdiri memuliakan

Nabi Saw. dan mengucapkan salam kepadanya. Nabi Saw. menjawab salam yang

7
lainnya. Mereka berdiri di sampingnya dan menunggu agar diberikan tempat yang

agak luas. Namun, orang yang datang terdahulu tetap tidak memberikan peluang.

Kejadian tersebut kemudian membuat Nabi Saw. mengambil inisiatif dan berkata

kepada sebagian orang yang ada di sekitarnya, “berdirilah kalian, berdirilah

kalian!”. Kemudian berdirilah sebagian kelompok tersebut berdekatan dengan

orang yang datang terdahulu, sehingga Nabi Saw tampak menunjukkan

kekecewaannya di hadapan mereka. Dalam keadaan demikian itulah ayat tersebut

diturunkan.

Dengan mencermati sebab-sebab turunnya ayat di atas, maka dapat

dipahami bahwa ayat tersebut turun berkenaan dengan “majelis ilmu”. Hal ini

lebih jelas dari kutipan potongan ayat sebelumnya:

‫س ُحوا‬ ِ ِ‫س ُحوا ِِف ال َْم َجال‬


َ ْ‫س فَاف‬ ‫يل لَ ُك ْم تَ َف ه‬ ِ ِ
َ ‫إذَا ق‬
yang artinya, “apabila kamu diminta berdiri selama berada di majelis Rasulullah,

maka segeralah berdiri.” Masih terkait dengan sebab turunnya ayat tersebut, dapat

dipahami pula bahwa ayat itu mendorong untuk selalu diadakannya kegiatan

majelis ilmu, karena orang yang aktif di dalamnya akan diangkat derajatnya yang

tinggi di sisi Allah Swt. Term ūlū al-‘ilm kelihatannya semakna dengan term (1)

ūlū al-‘ilm dalam QS. ‘Alī al- ‘Imrān [3]: 18; (2) al-rāsikhūn fī al-‘ilm dalam QS.

‘Alī ‘Imrān [3]: 7; (3) al-ālimūn dalam QS.. Ankabūt [29]: 43; (4) al-ulamā dalam

QS. Fāṭir [35]: 28; (5) ūlū al-bāb dalam QS. al-Ṭalaq [65]:10. Semua term ini

menunjuk pada pengertian bahwa prasyarat orang berilmu menurut alQur’an

adalah harus beriman. Di samping itu, ilmu-ilmu yang dikuasainya harus didasari

atas nilai-nilai keimanan kepada Allah Swt. dan disertai dengan niat ikhlas dan

dimanfaatkan di jalan yang benar sesuai tuntunan ajaran agama. Dengan kata lain,

orang yang berilmu harus juga mengantarkan dirinya kepada amal dan karya yang

8
bermanfaat. Berdasar pada interpretasi di atas, maka dapat dirumuskan bahwa

orang yang beriman tidak diangkat derajatnya bilamana ia tidak berilmu.

Sebaliknya, orang yang berilmu tidak diangkat derajatnya bila ia tidak beriman.

Karena itu, ilmuwan yang diangkat derajatnya yang dimaksud dalam ayat tersebut

adalah mereka yang memiliki spritualitas keagamaan yang tinggi.

Banyaknya ayat al-Qur'an yang memerintahkan manusia untuk

menggunakan akal, pikiran dan pemahaman. Ini menandakan bahwa manusia

yang tidak memfungsikan kemampuan terbesar pada dirinya itu adalah manusia

yang tidak berharga.

‫اب أَفَال تَ ْع ِقلُو َن‬ ِ


َ َ‫س ُك ْم َوأَنْتُ ْم تَ ْت لُو َن الْكت‬
َ ‫س ْو َن أَنْ ُف‬ ِِّ ِ‫هاس ِِبل‬
َ ‫ْب َوتَ ْن‬ َ ‫أ َََت ُْم ُرو َن الن‬
"Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikian, sedang kamu
melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab
(Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?" (al-Baqarah(2): 44)

‫اْلَل ِْق أَفَال يَ ْع ِقلُو َن‬


ْ ‫َوَم ْن نُ َع ِِّم ْرهُ نُنَ ِّكِ ْسهُ ِِف‬
"Dan Barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami
kembalikan Dia kepada kejadian(nya). Maka Apakah mereka tidak memikirkan?"
(Yaa Siin (36):68)

‫ول لَ ُك ْم إِِِّن َملَك‬ ُ ُ‫ب َوال أَق‬ ِ‫ول لَ ُكم ِع ْن ِدي َخزائِن ه‬
َ ‫اَّلل َوال أَ ْعلَ ُم الْغَْي‬ ُ َ ْ ُ ُ‫قُ ْل ال أَق‬
ِ ‫َل قُل َهل يستَ ِوي األ ْعمى والْب‬
‫صيُ أَفَال تَ تَ َف هك ُرو َن‬ َ َ َ ْ َ ْ ْ ‫وحى إِ َه‬ َ ُ‫إِ ْن أَتهبِ ُع إِال َما ي‬
"Katakanlah: aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan
Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula)
aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. aku tidak mengikuti
kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama orang yang
buta dengan yang melihat?" Maka Apakah kamu tidak memikirkan(nya)?" (al-
An'aam (6): 50)

Allah SWT memandang rendah orang-orang yang tidak mau menggunakan

potensi akalnya sehingga mereka disederajatkan dengan binatang bahkan lebih

rendah lagi. Sebagaimana pembahasan di atas, otak binatang hanya memiliki

fungsi yang sangat terbatas dibandingkan manusia. Bahkan binatang yang paling

9
primitif hanya memiliki otak yang berfungsi untuk mengatur proses-proses

fisiknya saja seperti pernafasan, metabolisme dan gerak tubuh.

‫س ََلُ ْم قُلُوب ال يَ ْف َق ُهو َن ِِبَا َوََلُ ْم أَ ْع ُني‬ ِ ْ‫يا ِم َن ا ِْلِ ِِّن َواإلن‬ ِ ‫ولَ َق ْد َذرأْ َن ِِل َهن‬
ً ‫هم َكث‬َ َ َ َ
‫ك‬َ ِ‫َض ُّل أُولَئ‬ َ ِ‫ص ُرو َن ِِبَا َوََلُ ْم آ َذان ال يَ ْس َم ُعو َن ِِبَا أُولَئ‬
َ ‫ك َكاألنْ َع ِام بَ ْل ُه ْم أ‬ ِ ‫ال ي ْب‬
ُ
‫ُه ُم الْغَافِلُو َن‬
"Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam)
kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar(ayat-
ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.
mereka Itulah orang-orang yang lalai." (al-A'raaf (7):179)

D. Tanggung Jawab Ilmu

Allah telah menciptakan manusia ke dunia ini dengan dua tugas utama yaitu

sebagai hamba dan wakil tuhan dalam mengelola bumi. Esensi dari hamba adalah

ketaatan, kepatuhan dan ketundukan terhadap segala perintah dan aturan-aturan

hukum-Nya yang berisi kebenaran hakiki dan absolut serta keadilan yang

sesungguhnya.

Al-Qur'an dalam surat Hud (11) : 61 menyebutkan bahwa tangung jawab

manusia termasuk ilmuan adalah sebagai pemakmur bumi bukan sebagai

perusaknya.

‫ال ََي قَ ْوِم ا ْعبُ ُدوا ه‬


‫اَّللَ َما لَ ُك ْم ِم ْن إِلَ ٍه غَْي ُرهُ ُه َو‬ َ َ‫اِلًا ق‬ ِ ‫َخاهم ص‬ َ ُ‫َوإِ ََل ََث‬
َ ْ ُ َ ‫ود أ‬
‫استَ غْ ِف ُروهُ ثُه تُوبُوا إِلَْي ِه إِ هن َرِِِّب قَ ِريب‬ ِ ِ ‫األر‬ ِ َ ْ‫أَن‬
ْ َ‫استَ ْع َم َرُك ْم ف َيها ف‬
ْ ‫ض َو‬ ْ ‫شأَ ُك ْم م َن‬
‫ُُِميب‬
"Dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata:
"Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia.
Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu
pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-
Nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa
hamba-Nya)." (Hud (11): 61)

10
Adapun sebagai wakil Tuhan di muka bumi ini, manusia memiliki tanggung

jawab yang besar untuk menjaga kelestarian, keseimbangan alam lingkungan

tempat tinggalnya. Manusia diberikan kebebasan untuk menggali dan

memanfaatkan sumber daya alam yanga ada untuk kemaslahatan, kebaikan,

ketentraman, dan kemakmurannya. Untuk dapat melakukan semua itu, manusia

memerlukan keseimbangan IMTAK dan IPTEK.

Umat Islam dari dulu sampai sekarang memiliki kesadaran yang memadai

tentang pentingnya sains dan teknologi. Apalagi dalam persaingan global

belakangan ini. Hegemoni Amerika dan sekutunya semakin mendesak agar umat

Islam akrab dengan sains. Sehubungan dengan itu, maka dominasi doktrin agama

yang menganggap bahwa perkembangan sains dan teknologi dianggap tabu

bahkan bid'ah harus dimbangi dengan apresiasi dan penalaran yang tinggi akan

keseimbangan antara ilmu akhirat dengan ilmu dunia. Bahkan memposisikan

ilmu, sains dan teknologi sebagai pengawal pelengkap ilmu-ilmu agama.

Harapan dan tujuan akhir tanggung jawab ilmu adalah mengantar umat

Islam untuk dapat menyikapi secara rasional berbagai fenomena alam dan sosial

melalui pendekatan sunnatullah, sehingga gejala-gejala alam dapat dipahami

secara tepat baik dari kacamata agama maupun sains dan teknologi. Sikap rasional

tentu dapat menjadikan umat Islam tidak terjerumus kepada takhayul.

11
BAB III

PENUTUP

Alquran sebagai sumber ilmu pengetahuan pada dasarnya tidak pernah

mendikotomikan antara ilmu agama dan ilmu umum atau non-agama. al-Qur’an telah

memberikan prinsip-prinsip, semangat serta kaidah-kaidah dalam mengembangkan

berbagai macam ilmu pengetahuan. Dunia kini dan masa depan adalah dunia yang

dikuasai oleh sains dan teknologi. Mereka yang memiliki keduanya akan menguasai

dunia. Sains dan teknologi merupakan infrastruktur olehnya itu keduanya akan

menentukan dunia internasional, termasuk kebudayaan, moral, hukum bahkan agama,

bila Islam ingin memegang peranan dalam peradaban dunia tidak bisa tidak, harus

menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Persoalannya sekarang adalah bagaimana

seharusnya sikap umat Islam dalam merespons temuan produk ilmu pengetahuan

tersebut.

12

Anda mungkin juga menyukai