MAKALAH
Disusun oleh:
Kelompok 9
Anefa Baroza 200405106
Dwi Maulina 200405067
Hasrina Maulani 200405050
Izharul Haq 200405076
Mila Suci Ayuni 200405042
الر ِح ِيم
الرحْ َم ِن ه
َّللا ه
ِ س ِم ه
ْ ِب
Segala puji dan syukur hanyalah bagi Allah SWT, Dzat yang Maha
Nabi Muhammad SAW, sosok pribadi yang mulia, yang penuh cinta dan
kasih sayang. Beliau yang telah membawa umat dengan Islam dari gelapnya
menyelesaikan makalah yang berjudul “Iptek dan Seni dalam Islam. Kami
menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari apa yang
penulis berharap untuk selalu bersikap kritis dan korektif kepada Karya Tulis
Ilmiah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
hal
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paradigma inilah yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler
seperti yang ada sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam
pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala
pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat
diterima dan diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan
Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai
standar bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria
inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat
iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek
dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam
kebutuhan manusia.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh
perdaban barat satu abad terakhir ini, mencengangkan banyak orang di berbagai
1
penjuru dunia. Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan
oleh perkembangan iptek modern membuat orang lalu mengagumi dan meniru-
niru gaya hidup peradaban barat tanpa dibarengi sikap kritis trhadap segala
Pada dasarnya kita hidup di dunia ini tidak lain untuk beribadah kepada
Allah SWT. Ada banyak cara untuk beribadah kepada Allah SWT seperti sholat,
puasa, dan menuntut ilmu. Menuntut ilmu ini hukumnya wajib. Seperti sabda
Rasulullah SAW: “ menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban atas setiap muslim
keimanan.
B. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah dalam penyusunan makalah ini dan agar tidak keluar
dari yang akan dibahas, maka dalam hal ini penulis rumusan masalah rumusan
2
BAB II
PEMBAHASAN
masalah ilmu. Paling tidak empat istlah, yakni ; ilmu, pengetahuan, imu
pengetahuan dan sains. Istilah ilmu berbeda dengan pengetahuan terutama dari
penggabungan dua kata yang bermakna pengetahuan ilmiah. Istilah sains yang
berasal dari science mempunyai arti yang sama dengan ilmu atau ilmu
pengetahuan.
diturunkan dari kata scire, yang berarti mengetahui (to know) dan belajar (to
learn), maka ilmu dapat berarti usaha untuk mengetahui atau mempelajari sesuatu
yang bersifat empiris dan melalui suatu cara tertentu. Karena yang ingin diketahui
atau dipelajari bersifat empiris, maka ilmu dapat didefenisikan sebagai suatu
hubungan alamiah yang teratur mengenai gejala-gejala yang diamati serta bersifat
itulah yang mencirikan hakikat keilmuan dan sekaligus yang membedakan ilmu
dari berbagai cabang pengetahuan lainnya. Atau dengan kata lain, karakteristik
3
Dengan demikian, maka sinonim dari ilmu adalah pengetahuan ilmiah (scientific
knowledge).
Istilah 'iIm itu sendiri berasal dari bahasa Arab 'ilm yang berarti
kebodohan. Kata 'ilm bisa disepadankan dengan kata Arab lainnya, yaitu ma'rifah
(pengetahuan), hikmah (kebijaksanaan), dan syu'ur (perasaan). Kata ‘ilm dan kata-
Fadz al-Qur'an al-Karim ditemukan tidak kurang dari 800 kali disebutkan, baik
sains dalam kegiatan produktif ekonomis. Dalam hal ini teknologi mempunyai 4
dalam bentuk informasi seperti teori, jurnal, profesi, buku-buku iptek, dan lain-
lain. Orgaware adalah teknologi dalam bentuk organisasi yang diperlukan untuk
budaya manusia. Seni merupakan ekspresi roh dan budaya manusia mengandung
keindahan tanpa moral. Sedangkan kebaikan itu mesti pula berpadu dengan
4
kebenaran. Suatu perkara yang dinilai baik oleh suatu masyarakat mungkin dinilai
buruk oleh masyarakat lain jika tidak dapat perpaduan antara keindahan, kebaikan,
dan kebenaran. Nilai yang benar adalah nilai yang digariskan oleh yang Maha
Benar yaitu Allah. Islam menolak anggapan bahwa seni adalah untuk seni yang
nilai-nilai moral dan agama tidak dapat diterima sebagai seni Islam.
iman adalah membenarkan dalam hati dengan mengandung ilmu bagi orang yang
membenarkan itu. Apabila iptek dikembangkan nilai-nilai iman dan taqwa kepada
Allah SWT, pasti akan menghasilkan amal kebaikan yang berlimpah manfaat,
bukannya kerusakan dan kehancuran alam dan peradaban umat manusia. Islam
dalam keutuhan inti ajarannya. Ada tiga inti ajaran islam yaitu iman, islam, dan
akhlak.ketiga inti ajaran itu terintegrasi di dalam sebuah system ajaran yang
َصلُ َها ََثبِت َوفَ ْر ُع َها ِِف ٍ ٍ َ اَّلل مثَال َكلِمةً طَيِبةً َك
ْ ش َج َرة طَيِِّبَة أ َِّ َ َ ُب ه َ ض َر
َ ف َ أَََلْ تَ َر َك ْي
ِ ال لِلن
هاس لَ َعله ُه ْم َ َاألمث
ْ ُاَّلل ب ه ُ ض ِر ٍ تُ ْؤِِت أُ ُكلَ َها ُك هل ِح.س َم ِاء
ْ َني ِبِِ ْذ ِن َرِِِّبَا َوي ال ه
يَتَ َذهك ُرو َن
"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan
cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada Setiap
musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu
untuk manusia supaya mereka selalu ingat.”(Ibrahim (14): 24-25)
5
Ayat diatas menggambarkan keutuhan antara iman,ilmu, dan amal atau
menjulang tinggi ke langit, cabangnya atau dahannya rindang, dan buahnya amat
lebat. Ini merupakan gambaran bahwa antara iman, ilmu, dan amal merupakan
satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Iman
diidentikkan dengan akar dari sebuah pohon yang menumpang tegaknya ajaran
islam. Ilmu bagaikan batang pohon yang mengeluarkan dahan-dahan dan cabang-
cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon itu identik
dengan teknologi dan seni. IPTEK yang dikembangkan diatas nilai-nilai iman dan
Hidup harus diisi dengan ilmu pengetahuan dan berkarya (amal). Ilmu dan
karya adalah penting, namun lebih penting menyadari untuk apa ilmu dan karya
itu. Bekerja bukan semata untuk kerja tapi bekerja untuk mememelihara eksistensi
dan meningkatkan martabat manusia bukan malah sebaliknya.Hal itu hanya dapat
dicapai bila semua itu dilandasi pada kesadadan iman yaitu dengan memelihara
Daya usaha untuk memperoleh ilmu melalui berbagai sumber dan panca
dan mengakui ketauhidan Allah SWT. Ini memberi satu isyarat dan petunjuk yang
penting bahwa ilmu mempunyai keterkaitan yang amat erat dengan dasar Aqidah
tauhid. Orang yang memiliki ilmu sepatutnya mengenal dan mengakui keesaan
6
Allah SWT dan keagungan-Nya. Hasilnya, orang yang berilmu akan tunduk,
kerdil, dan hina berhadapan dengan kekuasaan dan keagungan Allah SWT.
dengan ini, dapat dipahami bahwa para malaikat tidak mempunyai pengetahuan
dan kemampuan seperti yang dimiliki Nabi Adam as. Artinya, mereka mengakui
pula kelebihan yang dimiliki oleh Adam as., sehingga mereka sujud kepada Adam
sesuai perintah Allah Saw. Bagi keturunan Adam yang berilmu itu, Allah Swt.
telah menjanjikan derajat yang lebih tinggi. Dalam QS. al-Mujādalah [58]: 11,
bahwa suatu ketika di hari Jum’at Nabi Saw. tengah berada di sebuah majelis ilmu
yang sempit; ketika ia sedang menerima tamu dari penduduk Badar dari kalangan
Muhajirin dan Anshar, tiba-tiba sekelompok orang, termasuk Thābit bin Qays,
datang dan ingin duduk di jajaran depan majelis itu. Mereka berdiri memuliakan
Nabi Saw. dan mengucapkan salam kepadanya. Nabi Saw. menjawab salam yang
7
lainnya. Mereka berdiri di sampingnya dan menunggu agar diberikan tempat yang
agak luas. Namun, orang yang datang terdahulu tetap tidak memberikan peluang.
Kejadian tersebut kemudian membuat Nabi Saw. mengambil inisiatif dan berkata
diturunkan.
dipahami bahwa ayat tersebut turun berkenaan dengan “majelis ilmu”. Hal ini
maka segeralah berdiri.” Masih terkait dengan sebab turunnya ayat tersebut, dapat
dipahami pula bahwa ayat itu mendorong untuk selalu diadakannya kegiatan
majelis ilmu, karena orang yang aktif di dalamnya akan diangkat derajatnya yang
tinggi di sisi Allah Swt. Term ūlū al-‘ilm kelihatannya semakna dengan term (1)
ūlū al-‘ilm dalam QS. ‘Alī al- ‘Imrān [3]: 18; (2) al-rāsikhūn fī al-‘ilm dalam QS.
‘Alī ‘Imrān [3]: 7; (3) al-ālimūn dalam QS.. Ankabūt [29]: 43; (4) al-ulamā dalam
QS. Fāṭir [35]: 28; (5) ūlū al-bāb dalam QS. al-Ṭalaq [65]:10. Semua term ini
adalah harus beriman. Di samping itu, ilmu-ilmu yang dikuasainya harus didasari
atas nilai-nilai keimanan kepada Allah Swt. dan disertai dengan niat ikhlas dan
dimanfaatkan di jalan yang benar sesuai tuntunan ajaran agama. Dengan kata lain,
orang yang berilmu harus juga mengantarkan dirinya kepada amal dan karya yang
8
bermanfaat. Berdasar pada interpretasi di atas, maka dapat dirumuskan bahwa
Sebaliknya, orang yang berilmu tidak diangkat derajatnya bila ia tidak beriman.
Karena itu, ilmuwan yang diangkat derajatnya yang dimaksud dalam ayat tersebut
yang tidak memfungsikan kemampuan terbesar pada dirinya itu adalah manusia
ول لَ ُك ْم إِِِّن َملَك ُ ُب َوال أَق ِول لَ ُكم ِع ْن ِدي َخزائِن ه
َ اَّلل َوال أَ ْعلَ ُم الْغَْي ُ َ ْ ُ ُقُ ْل ال أَق
ِ َل قُل َهل يستَ ِوي األ ْعمى والْب
صيُ أَفَال تَ تَ َف هك ُرو َن َ َ َ ْ َ ْ ْ وحى إِ َه َ ُإِ ْن أَتهبِ ُع إِال َما ي
"Katakanlah: aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan
Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula)
aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. aku tidak mengikuti
kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama orang yang
buta dengan yang melihat?" Maka Apakah kamu tidak memikirkan(nya)?" (al-
An'aam (6): 50)
fungsi yang sangat terbatas dibandingkan manusia. Bahkan binatang yang paling
9
primitif hanya memiliki otak yang berfungsi untuk mengatur proses-proses
س ََلُ ْم قُلُوب ال يَ ْف َق ُهو َن ِِبَا َوََلُ ْم أَ ْع ُني ِ ْيا ِم َن ا ِْلِ ِِّن َواإلن ِ ولَ َق ْد َذرأْ َن ِِل َهن
ً هم َكثَ َ َ َ
كَ َِض ُّل أُولَئ َ ِص ُرو َن ِِبَا َوََلُ ْم آ َذان ال يَ ْس َم ُعو َن ِِبَا أُولَئ
َ ك َكاألنْ َع ِام بَ ْل ُه ْم أ ِ ال ي ْب
ُ
ُه ُم الْغَافِلُو َن
"Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam)
kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar(ayat-
ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.
mereka Itulah orang-orang yang lalai." (al-A'raaf (7):179)
Allah telah menciptakan manusia ke dunia ini dengan dua tugas utama yaitu
sebagai hamba dan wakil tuhan dalam mengelola bumi. Esensi dari hamba adalah
hukum-Nya yang berisi kebenaran hakiki dan absolut serta keadilan yang
sesungguhnya.
perusaknya.
10
Adapun sebagai wakil Tuhan di muka bumi ini, manusia memiliki tanggung
Umat Islam dari dulu sampai sekarang memiliki kesadaran yang memadai
belakangan ini. Hegemoni Amerika dan sekutunya semakin mendesak agar umat
Islam akrab dengan sains. Sehubungan dengan itu, maka dominasi doktrin agama
bahkan bid'ah harus dimbangi dengan apresiasi dan penalaran yang tinggi akan
Harapan dan tujuan akhir tanggung jawab ilmu adalah mengantar umat
Islam untuk dapat menyikapi secara rasional berbagai fenomena alam dan sosial
secara tepat baik dari kacamata agama maupun sains dan teknologi. Sikap rasional
11
BAB III
PENUTUP
mendikotomikan antara ilmu agama dan ilmu umum atau non-agama. al-Qur’an telah
berbagai macam ilmu pengetahuan. Dunia kini dan masa depan adalah dunia yang
dikuasai oleh sains dan teknologi. Mereka yang memiliki keduanya akan menguasai
dunia. Sains dan teknologi merupakan infrastruktur olehnya itu keduanya akan
bila Islam ingin memegang peranan dalam peradaban dunia tidak bisa tidak, harus
seharusnya sikap umat Islam dalam merespons temuan produk ilmu pengetahuan
tersebut.
12