Anda di halaman 1dari 8

Suryadinata.

Amerta Nutr (2018) 317-324 317


DOI : 10.2473/amnt.v2i4.2018.317-324

LITERATURE REVIEW Open Access

Pengaruh Radikal Bebas Terhadap Proses Inflamasi pada Penyakit Paru


Obstruktif Kronis (PPOK)

Effect of Free Radicals on Inflammatory Process in Chronic Obstructive


Pulmonary Disease (COPD)

Rivan Virlando Suryadinata*1

ABSTRAK
Latar Belakang : Penyakit PPOK ditimbulkan akibat paparan asap rokok yang terus menerus. Radikal bebas
yang dibawa oleh asap rokok terhirup masuk kedalam saluran napas dapat menimbulkan eksaserbasi.
Tujuan : Menjelaskan proses eksaserbasi yang dipengaruhi oleh proses inflamasi pada penderita PPOK
akibat peningkatan radikal bebas.
Ulasan : Pada tubuh manusia, radikal bebas merupakan produk hasil metabolisme dari sel normal. Pada
keadaan normal, Radikal bebas berfungsi sebagai salah satu sistem pertahanan tubuh. Radikal bebas dapat
berupa Reactive Oxygen Spesies (ROS) dan Reactive Nitrogen Spesies (RNS), keduanya dapat diperoleh
melalui dari dalam (endogen) maupun dari luar tubuh (eksogen). Pada keadaan patologis akibat paparan
asap rokok menimbulkan ketidakseimbangan antara jumlah radikal bebas yang dihasilkan dalam tubuh
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya stress oksidatif.
Kesimpulan: Peningkatan jumlah radikal bebas secara langsung akan berpengaruh pada mediator
inflamasi pada tubuh. Peningkatan radikal bebas akan memicu proses inflamasi secara lokal pada saluran
napas dan sistemik sehingga meningkatkan angka kejadian eksaserbasi pada penderita PPOK.

Kata Kunci: radikal bebas, PPOK, inflamasi, rokok

ABSTRACTS
Background: Chronic Obstructive Pulmonary Disease is diseases caused by exposure to cigarette smoke.
Cigarette smoke carries free radicals into the airways which can lead to acute exacerbations in patients.
Objectives: explanation of inflammatory processes in the airways in patients with PPOK due to an increase
in free radicals.
Discusion: In the human body, free radicals are metabolic products from normal cells and function as one
of the body's defense systems. Free radicals can be Reactive Oxygen Species (ROS) and Reactive Nitrogen
Species (RNS), both of which can be obtained from the inside (endogenous) or from outside the body
(exogenous). In the pathological, exposure to cigarette smoke causes an imbalance between the amount
of free radicals produced in the body so that it can lead to oxidative stress.
Conclusion: An increase in the number of free radicals will directly affect inflammatory mediators in the
body. Increased free radicals will trigger the inflammatory process locally in the airways and systemically,
so increasing the rate of exacerbations in COPD patients.

Keywords: free radical, COPD, inflammation, cigarette smoke

©2018. Suryadinata. Open access under CC BY – SA license.


Received: 30-3-2018, Accepted: 16-10-2018, Published online: 01-12-2018
doi: 10.20473/amnt.v2.i4.2018.317-324
Suryadinata. Amerta Nutr (2018) 317-324 318
DOI : 10.2473/amnt.v2i4.2018.317-324

*Koresponden:
rivan.virlando.suryadinata@gmail.com
1
Departemen Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran - Universitas Surabaya, Indonesia

PENDAHULUAN yang disebabkan oleh peningkatan jumlah sel


goblet, hiperplasia mukus, fibrosis dan
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) penyempitan saluran udara. Peningkatan enzim
merupakan kondisi penyakit yang dapat dicegah proteolitik (MMP-2, MMP-9, MMP-12, cathepsin
dan diobati, serta ditandai dengan adanya K, L dan S dan neutrophil elastase) diakibatkan
keterbatasan aliran udara yang bersifat progresif karena adanya peradangan dan stres oksidatif
dan berkaitan dengan respons inflamasi kronis yang terjadi pada PPOK. Hiper sekresi lendir dan
pada saluran napas dan paru-paru akibat partikel inflamasi pada sekitar kelenjar submukosa
atau gas yang beracun1. Angka kejadian PPOK dikaitkan dengan peningkatan kejadian
telah mencapai lebih dari 5 persen total populasi eksaserbasi dan tingkat keparahan peradangan
dan berhubungan dengan peningkatan pada saluran udara3.
morbiditas dan mortalitas. Di Amerika telah Respon peradangan pada saluran udara
menjadi penyebab kematian peringkat ketiga perifer dan parenkim paru akibat paparan asap
dengan angka kematiannya mencapai lebih dari rokok akan dapat menyebabkan iritasi pada
120.000 orang setiap tahun2. Pada tahun 2020 saluran napas. Pada pathogenesis terjadinya
diperkirakan PPOK akan menjadi penyebab PPOK, makrofag memiliki peranan utama.
kematian ketiga di dunia setelah penyakit Makrofag merupakan salah satu sistem
jantung iskemik dan penyakit serebrovaskular3. pertahanan tubuh yang dapat melepaskan
Di Indonesia, angka kejadian PPOK telah mediator inflamasi dan faktor kemotaktik berupa
mencapai 3,7% dari total populasi. Pada tahun tumor necrosis factor-α (TNF-α), interleukin IL -6,
2013, angka mortalitas PPOK telah mencapai interleukin IL -8, leukotriene LTB4, Monocyte
peringkat ke 6 dari 10 penyebab kematian. Chemotactic Peptide (MCP)-1 dan spesies
Prevalensi PPOK tertinggi ditemukan di propinsi oksigen reaktif, serta memicu pengeluaran enzim
Nusa Tenggara Timur (10%), Sulawesi Tengah proteolitik terutama MMP-9 dan MMP-12.
(8%), serta Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan Pengaruh faktor kemotaktik yang disekresikan
(6,7%)4. terutama IL-8 dan LTB-4, dapat merangsang
Asap rokok menjadi faktor risiko utama pergerakan neutrofil menuju saluran pernapasan
penyebab terjadinya penyakit PPOK. Asap rokok dan menyebabkan hipersekresi mukus pada
mengandung sekitar 1015-1017 oksidan atau submukosa dan sel goblet pada saluran napas6,7.
radikal bebas dan sekitar 4700 bahan kimia yang PPOK dapat diklasifikasikan berdasarkan
berbahaya, termasuk aldehydes/carbonyls, NO2, tingkat keparahan fungsi paru-paru yaitu
dan SO2. Paparan asap tembakau dan asap yang emfisema, bronkitis kronis dengan obstruksi
berasal dari pembakaran bahan bakar biomassa saluran napas, dan penyakit saluran napas, tetapi
juga dapat menyebabkan stres oksidatif dan kebanyakan pasien menunjukkan kombinasi.
memicu respons inflamasi pada paru5. Emfisema ditandai dengan kerusakan septa
alveolar, hilangnya elastisitas, pembesaran ruang
DISKUSI udara pada alveoli, dan hilangnya difusi gas.
Bronkitis kronis mempengaruhi saluran udara
Penyakit Paru Obstruksi Kronis yang lebih besar melalui peradangan saluran
Peradangan kronis pada saluran napas napas (peran neutrofil, makrofag, dan sel-sel
memiliki peran penting dalam kejadian PPOK imun-inflamasi lainnya), hiperplasia sel goblet

©2018. Suryadinata. Open access under CC BY – SA license.


Received: 30-3-2018, Accepted: 16-10-2018, Published online: 01-12-2018
doi: 10.20473/amnt.v2.i4.2018.317-324
Suryadinata. Amerta Nutr (2018) 317-324 319
DOI : 10.2473/amnt.v2i4.2018.317-324

dan hipersekresi lendir. Selain penurunan fungsi (HNO2), nitrosil kation (NO+), anion nitroksil (NO-
paru, pada pasien PPOK akan mengalami ), dinitrogen trioksida (N2O3), dinitrogen
produksi sputum kronis yang berlebih tetraoksida (N2O4), nitronium (nitryl) kation
(hipersekresi lendir), batuk, dan sering dispnea. (NO2+), peroksida organik (ROOH), aldehid
Penyakit saluran napas kecil terutama (HCOR) dan peroksinitrit (ONOOH). Spesies non
mempengaruhi bronkiolus yang disebabkan radikal ini bukan radikal bebas tetapi dengan
peradangan saluran napas dan metaplasia sel mudah dapat menyebabkan reaksi radikal bebas
Clara. Patogenesis PPOK melibatkan beberapa pada organisme hidup10.
proses, seperti stres oksidatif, peradangan paru- Radikal bebas pada tubuh manusia tidak
paru, peradangan sistemik, ketidakseimbangan hanya diperoleh dari endogen (hasil produk
protease / antiprotease, penurunan sistem imun, metabolisme sel secara normal), namun juga
apoptosis, remodeling matriks ekstraseluler, dapat diperoleh dari sumber eksogen (polusi
gangguan perbaikan jaringan, perubahan udara, asap kendaraan, asap rokok dsb). Pada
proliferasi sel, dan penuaan seluler atau penuaan sumber endogen, metabolisme sel normal
dini. Semua proses ini terkait dengan stres merupakan sumber utama unruk menghasilkan
oksidatif sistemik dan paru-paru8. Radical Oxygen Species (ROS) dan memainkan
peran penting dalam aktivasi jalur sinyal pada sel
Radikal Bebas yang mempengaruhi metabolisme intra dan
Radikal bebas didefinisikan sebagai ekstraseluler. Sebagian besar ROS diproduksi
molekul yang membawa satu atau lebih elektron dalam sel melalui mitokondria. Selama reaksi
tak berpasangan dan mampu eksis secara metabolisme endogen, ROS akan dihasilkan oleh
independen. Radikal bebas memiliki jumlah sel aerobik (berupa anion superoksida, radikal
elektron ganjil sehingga berumur pendek, sangat hidroksil dan hidrogen peroksida) sebagai produk
reaktif, dan tidak stabil. Radikal bebas dapat dari biologis oksigen molekuler. Dalam situasi
bereaksi dengan cepat dengan molekul lain hipoksia, mitokondria juga dapat menghasilkan
dengan menangkap elektron untuk menjadi nitrit oksida (NO) yang menghasilkan Radical
stabil. Radikal bebas akan menjadi seimbang Nitrogen Species (RNS). Radikal bebas akan
dengan mengambil elektron pada molekul memicu timbulnya spesies reaktif tambahan
terdekat. Sementara itu molekul yang diserang lainnya, misalnya reaktif aldehida-
akan menjadi radikal bebas yang disebabkan malondialdehida dan 4-hidroksinonenal, akibat
kehilangan elektron dan memulai reaksi berantai dari menginduksi peroksidasi lipid yang
sehingga menyebabkan kerusakan pada sel. berlebihan. Lipid dan protein adalah target
Contoh radikal bebas adalah radikal termasuk penting untuk serangan oksidatif dan perubahan
Superoksida (O2⦁), Radikal oksigen (O2⦁⦁), molekul-molekul ini dapat meningkatkan proses
Hidroksil (OH⦁), Alkoxyradical (RO⦁), radikal mutagenesis11. Radikal bebas yang diperoleh dari
Peroxyl (ROO⦁), Nitrat oxide (nitrogen sumber eksogen dapat berupa polusi lingkungan,
monoksida) (NO⦁) dan nitrogen dioxide (NO2⦁). asap kendaraan, dan asap rokok. Berbagai
Spesies oksigen reaktif (ROS) adalah turunan macam polusi lingkungan dapat menimbulkan
radikal seperti singlet oksigen dan hidrogen resiko kesehatatan, seperti pencemaran
peroksida9. lingkungan yang berasal dari logam (arsenik,
Reaktivitas tinggi dari radikal ini adalah tembaga, dan timbal), senyawa halogenasi
karena adanya satu elektron tak berpasangan (kloroform dan karbon tetraklorida), polutan
sehingga cenderung menyumbangkannya atau udara (ozon dan sulfur dioksida, sulfur trioksida,
untuk mendapatkan elektron lain untuk hidrazin) dan berbagai jenis obat (arsenik
mencapai stabilitas. Spesies non radikal trioksida dan hydralazine) yang sering digunakan
termasuk hidrogen peroksida (H2O2), asam sebagai pengobatan kanker dan hipertensi12.
hipoklorit (HOCl), asam hypobromous (HOBr), Arsenik anorganik sering didapatkan
ozon (O3), oksigen singlet (1O2), asam nitrat sebagai kontaminan pada tanah, air dan udara.

©2018. Suryadinata. Open access under CC BY – SA license.


Received: 30-3-2018, Accepted: 16-10-2018, Published online: 01-12-2018
doi: 10.20473/amnt.v2.i4.2018.317-324
Suryadinata. Amerta Nutr (2018) 317-324 320
DOI : 10.2473/amnt.v2i4.2018.317-324

Senyawa tersebut mudah diserap pada tubuh oleh radikal bebas19. Sebagian besar kerusakan
manusia dan terbukti dapat menginduksi pada sel tidak terjadi secara langsung, namun
pembentukan tumor di kandung kemih, prostat, disebabkan oleh ROS yang dihasilkan seperti O2-
hati dan kulit13,14. Senyawa haloalkana terbentuk (radikal superoksida), OH (radikal hidroksil) dan
dari reaksi klorin dengan alkana yang telah H2O2 (hidrogen peroksida). Pada manusia,
digunakan dalam industri sebagai pelarut, peningkatan stress oksidatif dapat menyebabkan
pembersih, anestesi, dan sebagai antiseptik. gangguan metabolisme normal dan memicu
Beberapa haloalkan ditemukan sebagai terjadinya berbagai macam penyakit seperti
kontaminan dalam air minum dan diklorinasi kanker, parkinson, alzheimer, aterosklerosis,
pada kolam renang. Haloalkana secara umum gagal jantung dan infark miokard. Pada jumlah
bersifat sangat hepatotoksik dan dikenal sebagai yang tidak berlebih, radikal bebas berguna
karsinogen15. Sedangkan masalah utama polusi sebagai sistem pertahanan tubuh dengan cara
udara yang dapat memicu radikal bebas adalah menyerang dan membunuh patogen20.
smog. Senyawa tersebut berasal dari bentuk
polusi udara yang dihasilkan oleh reaksi sinar Pengaruh Radikal bebas pada PPOK Terhadap
matahari dengan hidrokarbon, senyawa Peradangan Saluran Napas
nitrogen, ozon dan gas lainnya terutama Proses inflamasi kronis pada PPOK
dilepaskan dalam knalpot mobil. Berbagai melibatkan kekebalan bawaan dan adaptif dan
senyawa berupa oksida nitrat, belerang dioksida paling berpengaruh pada dinding bronkus
dan ozon dikenal oksidan dan dapat saluran udara kecil. Karakteristik PPOK adalah
menyebabkan kerusakan organ dan seluler adanya eksaserbasi akut yang biasanya dikaitkan
melalui pembangkitan spesies radikal bebas. dengan peningkatan peradangan. Penyebab
Nitrit oksida cepat bereaksi dengan molekul eksaserbasi yang penting termasuk infeksi
oksigen untuk menghasilkan peroksinitrit yang (bakteri, virus dan gabungan virus atau bakteri)
sangat reaktif serta dapat mengoksidasi DNA, dan faktor lingkungan21. Eksaserbasi PPOK sangat
protein dan lipid16. terkait dengan kematian, rawat inap dan
Asap rokok juga menjadi faktor utama penurunan status fungsional. Merokok adalah
yang paling berpengaruh terhadap peningkatan faktor risiko utama untuk PPOK tetapi paparan
radikal bebas dalam tubuh. Secara alamiah lainnya terutama akibat dari ventilasi rumah
radikal bebas akan dinetralisir oleh antioksidan yang buruk22. Obstruksi saluran napas
sehingga menjadi stabil. Pada konsentrasi merupakan tanda adanya peradangan yang
rendah sampai sedang mereka berfungsi dalam disebabkan oleh akumulasi inflamasi lendir
proses sel fisiologis, namun pada konsentrasi eksudat dalam lumen dan peningkatan volume
tinggi, mereka menghasilkan modifikasi yang jaringan dinding bronkus. Peningkatan dalam
merugikan pada komponen sel seperti lipid, volume jaringan dinding bronkus ditandai oleh
protein dan DNA17. Keadaan patologis terjadi infiltrasi dinding oleh makrofag atau neutrofil
ketika jumlah radikal bebas dan antioksidan dan sel imun inflamasi adaptif (CD4, CD8 dan
dalam tubuh terjadi ketidakseimbangan. limfosit B) yang membentuk folikel limfoid23.
Peningkatan jumlah radikal bebas dalam tubuh Faktor-faktor yang mendorong
akan memicu terjadinya stress oksidatif dan peradangan pada PPOK adalah autoimunitas,
merangsang peroksidasi pada sel, sehingga dapat partikel asing atau logam berat dari merokok dan
menimbulkan kerusakan dan kematian pada sel infeksi bakteri kronis semuanya dapat memiliki
tubuh18. peran. Faktor utama yang terkait dengan
Stress oksidatif merupakan peradangan paru pada PPOK adalah
ketidakseimbangan antara manifestasi sistemik autoimunitas. Penyakit autoimun yang ditandai
dari radikal bebas berupa ROS terhadap dengan kehadiran antibodi antielastin dan T-
kemampuan sistem tubuh dalam menetralkan helper tipe 1. Bakteri yang paling umum terdapat
dan memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan pada paru-paru pasien dengan PPOK adalah

©2018. Suryadinata. Open access under CC BY – SA license.


Received: 30-3-2018, Accepted: 16-10-2018, Published online: 01-12-2018
doi: 10.20473/amnt.v2.i4.2018.317-324
Suryadinata. Amerta Nutr (2018) 317-324 321
DOI : 10.2473/amnt.v2i4.2018.317-324

nontypeable Haemophilus influenzae (NTHi). kadar IL-626. Selain itu, adanya korelasi antara
Bakteri ini juga telah terbukti dapat kadar serum TNF-α dan derajat hipoksemia pada
mengaktifkan Sel T paru-paru dan menyebabkan pasien PPOK. Kejadian hipoksia juga dapat
peningkatan ekspresi reaktif oksigen spesies dan menyebabkan peningkatan TNF-α, Macrophage
protease pada pasien dengan PPOK24. Inflammatory Protein (MIP) -1 b, dan Monocyte
Chemoattractant Protein (MCP)-1 MrnA.
Pengaruh radikal bebas pada PPOK terhadap Hiperinflasi juga terjadi pada penderita PPOK
peradangan sistemik akibat dari obstruksi jalan napas kronis.
Paru memiliki luas permukaan sebesar 80- Hiperinflasi dapat menyebabkan peningkatan
100 m2 dan volume pernafasan mencapai 10.000 sistemik TNF- α dan IL-8, IL-6, dan IL-1 b secara
hingga 20.000 L/hari yang mengakibatkan paru- sistemik. Peningkatan hiperinflasi dapat
paru sangat rentan terhadap radikal bebas. Asap memprediksi kematian pada pasien PPOK27.
rokok memiliki banyak radikal bebas dan memicu Peningkatan inflamasi sistemik
penurunan kapasitas antioksidan bahkan dalam berhubungannya dengan PPOK, yang sebagian
plasma. Radikal bebas dapat menonaktifkan merupakan akibat proses penuaan normal. PPOK
inhibitor α1-proteinase sehingga mengurangi adalah penyakit kronis, yang berkembang sangat
kemampuannya untuk mengikat substrat seperti lambat, dengan mayoritas pasien berusia tua.
elastase dari neutrofil. Proses peradangan akan Penuaan normal dikaitkan dengan peningkatan
menyebabkan stres karena berpotensi inflmasi sistemik tingkat rendah, termasuk
25
memproduksi ROS yang berlebihan . produksi sitokin seperti IL-6 dan TNF-α ditambah
Perubahan patofisiologis yang terjadi pada dengan adanya peningkatan oksida nitrat dan
paru dengan PPOK akan menyebabkan inflamasi spesies oksigen reaktif28. Namun, Proses menua
sistemik. Proses yang berperan dalam juga bukan merupakan satu-satunya penyebab
peradangan sistemik adalah hipoksia dan inflmasi sistemik pada PPOK. Beberapa
hiperinflasi. Hipoksia merupakan masalah umum penelitian yang membandingkan adanya
pada PPOK, pasien dengan PPOK ringan akan inflamasi sistemik pada pasien PPOK dengan
mengalami hipoksia dan terjadi peningkatan

Gambar 1. Proses inflamasi akibat paparan asap rokok32

©2018. Suryadinata. Open access under CC BY – SA license.


Received: 30-3-2018, Accepted: 16-10-2018, Published online: 01-12-2018
doi: 10.20473/amnt.v2.i4.2018.317-324
Suryadinata. Amerta Nutr (2018) 317-324 322
DOI : 10.2473/amnt.v2i4.2018.317-324

kelompok control non PPOK dengan usia yang asap rokok akan semakin memperburuk
sama, didapatkan bahwa memiliki tingkat kesehatan. Hal ini dikarenakan terjadinya
inflamasi yang lebih besar Sebagai penyempitan saluran napas sehingga
contoh,kelompok kontrol yang non PPOK dengan menimbulkan eksaserbasi akut. Faktor lain yang
pasien PPOK terjadi peningkatan inflamasi memperberat peradangan pada PPOK adalah
sistemik, termasuk produksi TNF-α29. Selain itu, infeksi bakteri dan faktor lingkungan. Proses
peningkatan radikal bebas pada perokok30 dan peradangan sistemik juga dapat terjadi pada
penurunan sistem imun tubuh31. Hal tersebut penderita PPOK yang dipengaruhi oleh hipoksia
akan memicu timbulnya berbagai macam dan hiperinflasi paru. Hal ini akan semakin
penyakit sistemik lainnya seperti rheumatoid meningkatkan resiko mortalitas pada penderita
arthritis, diabetes melitus, neurodegeneratif, PPOK.
kanker, penyakit kardiovaskuler dan asma11,32.
Penelitian yang dilakukan oleh Chen et al., ACKNOWLEDGEMENT
2017 menunjukkan peningkatan eksaserbasi
PPOK berhubungan dengan peningkatan Penulis mengucapkan terima kasih kepada
mediator inflamasi dan peradangan saluran Trias Mahmudiono yang telah memberikan
napas. Peningkatan tingkat biomarker bimbingan dan pengajaran selama perkuliahan di
berhubungan dengan keparahan penyakit Program Pendidikan doktor, Fakultas Kesehatan
seperti tingkat eksaserbasi, lama inap di rumah Masyarakat, Universitas Airlangga.
sakit, dan mortalitas33. Selain itu, Kadar serum IL-
6 menjadi lebih tinggi pada virus dibanding non REFERENSI
virus. koinfeksi rhinovirus dan H. influenza pada
penderita PPOK juga dapat meningkatkan 1. Disease Global Initiative For Chronic
kejadian eksaserbasi34. Obstructive Lung. Pocket Guide To Copd
Diagnosis, Management, And Prevention
KESIMPULAN A Guide for Health Care Professionals
2017 EDITION.
Asap rokok mengandung berbagai bahan 2. Miniño, B. A. M., Murphy, S. L. & Xu, J.
kimia berbahaya yang berpotensi mengganggu National Vital Statistics Reports Deaths :
kesehatan. Bahan kimia dari asap rokok yang Final Data for 2008. 59, (2011).
masuk kedalam saluran napas mengandung 3. Angelis, N., Porpodis, K., Zarogoulidis, P.,
berbagai jenis radikal bebas seperti ROS Spyratos, D., Kioumis, I., Papaiwannou, A.,
(Reactive Oxygen Species). Radikal bebas yang Pitsiou, G. et al. Airway inflammation in
masuk kedalam saluran napas dapat dinetralisir chronic obstructive pulmonary disease. J.
oleh antioksidan yang dihasilkan dalam tubuh. Thorac. Dis. 6, 4–9 (2014).
Jumlah radikal bebas dan antioksidan yang tidak 4. Badan Penelitian dan Pengembangan
seimbang dapat mengakibatkan stress oksidatif Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
pada sel sehingga memicu terjadinya (RISKESDAS) 2013. Lap. Nas. 2013 1–384
peroksidase lipid. Asap rokok juga berkontribusi (2013). doi:1 Desember 2013
pada ketidakseimbangan oksidan / antioksidan 5. Rahman, I. Pharmacological Antioxidant
karena spesies oksigen reaktif eksogen (ROS). Strategies As Therapeutic Interventions
Selain itu, proses inflamasi dan disfungsi For COPD. Biochim Biophys Acta 1822,
mitokondria akibat radikal bebas juga dapat 714–728 (2012).
berkontribusi terhadap perkembangan penyakit 6. Barnes, P. J., Shapiro, S. D. & Pauwels, R.
PPOK. A. Chronic Obstructive Pulmonary
Pada pasien PPOK adanya proses Disease: Molecular and Cellular
peradangan, hipersekresi mukus dan Mechanisms. Eur. Respir. J. 22, 672–688
peningkatan jumlah sel goblet akibat paparan (2003).

©2018. Suryadinata. Open access under CC BY – SA license.


Received: 30-3-2018, Accepted: 16-10-2018, Published online: 01-12-2018
doi: 10.20473/amnt.v2.i4.2018.317-324
Suryadinata. Amerta Nutr (2018) 317-324 323
DOI : 10.2473/amnt.v2i4.2018.317-324

7. Suryadinata, R. V. et al. Pengaruh antioxidants in normal physiological


perubahan hiperplasia sel goblet selama functions and human disease. Int. J.
28 hari paparan asap rokok dengan Biochem. Cell Biol. 39, 44–84 (2007).
pemberian antioksidan superoxide 18. Suryadinata, R. V., Wirjatmadi, B. &
dismutase. Indones. J. Public Heal. 11, 60– Adriani, M. Efektivitas Penurunan
68 (2016). Malondialdehyde dengan Kombinasi
8. Yao, H. & Rahman, I. Current concepts on Suplemen Antioksidan Superoxide
oxidative/carbonyl stress, inflammation Dismutase Melon dan Gliadin Akibat
and epigenetics in pathogenesis of Paparan Rokok. Glob. Med. Helath
chronic obstructive pulmonary disease. Commun. 5, 79–83 (2017).
Toxicol. Appl. Pharmacol. 254, 72–85 19. Birben, E., Sahiner, U. M., Sackesen, C.,
(2011). Erzurum, S. & Kalayci, O. Oxidative stress
9. Reuter, S., Gupta, S. C., Chaturvedi, M. M. and antioxidant defense. World Allergy
& Aggarwal, B. B. Oxidative stress, Organ. J. 5, 9–19 (2012).
inflammation, and cancer: how are they 20. Ozougwu, J. . The Role of Reactive Oxygen
linked? Free Radic. Biol. Med. 49, 1603– Species and Antioxidants in Oxidative
1616 (2010). Stress. Int. J. Res. Pharm. Biosci. 3, 1–8
10. Lobo, V., Patil, A., Phatak, A. & Chandra, (2016).
N. Free radicals, antioxidants and 21. Suissa, S., Dell’Aniello, S. & Ernst, P. Long-
functional foods: Impact on human term natural history of chronic
health. Pharmacogn. Rev. 4, 118–126 obstructive pulmonary disease: severe
(2010). exacerbations and mortality. Thorax 67,
11. Phaniendra, A., Jestadi, D. B. & 957–963 (2012).
Periyasamy, L. Free radicals: properties, 22. Vestbo, J. et al. Global strategy for the
sources, targets, and their implication in diagnosis , management , and prevention
various diseases. Indian J. Clin. Biochem. of chronic obstructive pulmonary disease
30, 11–26 (2015). GOLD executive summary. Am. J. Respir.
12. Sinha, B. . Roles of Free Radicals in the Crit. Care Med. 187, 347–365 (2013).
Toxicity of Environmental Pollutants and 23. Cosio, M. G., Saetta, M. & Agusti, A.
Toxicants. J. Clin. Toxicol. s12, 1–3 (2013). Immunologic Aspects of Chronic
13. Kojima, C. et al. Requirement of arsenic Obstructive Pulmonary Disease. N. Engl. J.
biomethylation for oxidative DNA Med. 360, 2445–2454 (2009).
damage. J. Natl. Cancer Inst. 101, 1670– 24. King, P. T. et al. Lung T-cell responses to
1681 (2009). nontypeable Haemophilus influenzae in
14. Obinaju, E. B. Mechanisms of arsenic patients with chronic obstructive
toxicity and carcinogenesis. Afrincan J. pulmonary disease. J. Allergy Clin.
Biochem. Res. 3, 232–237 (2009). Immunol. 131, 1314–1321.e14 (2013).
15. Weber, L. W. D., Boll, M. & Stampfl, A. 25. Domej, W., Oettl, K. & Renner, W.
Hepatotoxicity and Mechanism of Action Oxidative stress and free radicals in
of Haloalkanes: Carbon Tetrachloride as a COPD--implications and relevance for
Toxicological Model. Crit. Rev. Toxicol. 33, treatment. Int. J. Chron. Obstruct.
105–136 (2003). Pulmon. Dis. 9, 1207–1224 (2014).
16. Ranguelova, K. et al. Formation of 26. Sabit, R., Thomas, P., Shale, D. J., Collins,
reactive sulfite-derived free radicals by P. & Linnane, S. J. The effects of hypoxia
the activation of human neutrophils: an on markers of coagulation and systemic
ESR study. Free Radic. Biol. Med. 52, inflammation in patients with COPD.
1264–1271 (2012). Chest 138, 47–51 (2010).
17. Valko, M. et al. Free radicals and 27. Pini, L., Valsecchi, A., Boni, E., Guerini, M.,

©2018. Suryadinata. Open access under CC BY – SA license.


Received: 30-3-2018, Accepted: 16-10-2018, Published online: 01-12-2018
doi: 10.20473/amnt.v2.i4.2018.317-324
Suryadinata. Amerta Nutr (2018) 317-324 324
DOI : 10.2473/amnt.v2i4.2018.317-324

Tantucci, C. Acute dynamic hyperinfl ation and Body Mass Index between Smoker
and systemic infl ammation in stable and Non-smoker in Adult. Indones. J. Clin.
COPD patients. in Am J Respir Crit Care Pharm. 6, 171–180 (2017).
Med 181 (2010). 32. Fischer, B. M., Voynow, J. A. & Ghio, A. J.
28. Sharma, G., Hanania, N. A. & Shim, Y. M. COPD: balancing oxidants and
The aging immune system and its antioxidants. Int. J. Chron. Obstruct.
relationship to the development of Pulmon. Dis. 10, 261–276 (2015).
chronic obstructive pulmonary disease. 33. Chen, H., Wang, D., Bai, C., Wang, X.
Proc. Am. Thorac. Soc. 6, 573–580 (2009). Proteomics-based biomarkers in chronic
29. Rabinovich, R. A. et al. Increased tumour obstructive pulmonary disease. J
necrosis factor-α plasma levels during Proteome Res 9, 2798–2808 (2010).
moderate-intensity exercise in COPD 34. Kawamatawong, T., Apiwattanaporn, A. &
patients. Eur. Respir. J. 21, 789–794 Siricharoonwong, W. Serum
(2003). inflammatory biomarkers and clinical
30. Pratiwi, S. R. et al. Asupan Vitamin C dan outcomes of COPD exacerbation caused
E dengan SQ-FFQ terhadap Fungsi Paru by different pathogens. Int. J. Chron.
Perokok. 14, 101–107 (2018). Obstruct. Pulmon. Dis. 12, 1625–1630
31. Suryadinata, R. V., Lorensia, A. & Sari, R. (2017).
K. Differences in Nutrition Food Intake

©2018. Suryadinata. Open access under CC BY – SA license.


Received: 30-3-2018, Accepted: 16-10-2018, Published online: 01-12-2018
doi: 10.20473/amnt.v2.i4.2018.317-324

Anda mungkin juga menyukai