Anda di halaman 1dari 8

MODUL

SEMANTIK BAHASA INDONESIA

Rina Sartika, M. Pd.


Ria Satini, M. Pd

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
STKIP PGRI SUMATERA BARAT
2020
TINJAUAN MATA KULIAH
A. DESKRIPSI MATA KULIAH

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis makna dan
dasar pengelompokannya, meliputi: makna leksikal dan makna gramatikal, makna referensial
dan makna nonreferensial, makna denotatif dan makna konotatif, makna kias, makna
idiomatik, serta makna kata dan makna istilah.
B. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


Mahasiswa mampu menjelaskan konsep semantik (KU2, P1)
CMPK- Mahasiswa mampu menjelaskan, memahami, dan menguasai teori pembelajaran
1 tentang pembelajaran semantik bahasa indonesia secara mandiri dan terukur
(KU9,KU2, P1)
CPMK- Mampu mengidentifikasi dan mengelompokan semantik bahasa indonesia dari
2 berbagai bidang ilmu linguistik (KK1)
Mampu melakukan proses evaluasi diri terhadap kelompok kerja yang berada
di bawah tanggung jawabnya, dan mampu mengelola pembelajaran secara mandiri.
CPMK- (S8, KK1, P1, KU2)
3 Mahasiswa mampu merumuskan semantik bahasa indonesia dari berbagai macam
ilmu linguistik yaitu secara morfologi, fonologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik.
CPMK- (KU2, KU9, KK2, P1.
4 Mahasiswa mampu menentukan kajian semantik bahasa indonesia
dari berbagai bidang bahasa (KU9,KU2, P1)
Mahasiswa mampu menentukan dan menganalisis makna dari
CPMK- berbagai bidang kajian. (KU9,KU2, P1)
5

CPMK-
6

CPMK-
7

C. URUTAN PENYAJIAN
Modul ini terdiri dari beberapa bagian, yakni:
1. Materi
2. Latihan
3. Rangkuman
4. Umpan balik atau tindak lanjut
5. Daftar pustaka
D. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Anda perlu memperhatikan petunjuk penggunan modul ini.


1. Kegiatan belajar yang anda lakukan harus secara berurutan. Hal ini untuk
mempermudah Anda memahami materi.
2. Mulailah dengan membaca materi yang disajikan dalam materi.
3. Mengerjakan latihan tanpa melihat kunci jawaban.
4. Membaca rangkuman.
5. Mengerjkan soal yang terdapat pada tes formatif.
6. Untuk mengukur kemampuan Anda, silahkan melihat kunci jawaban dan
memberikan penilaian terhadap tes yang telah Anda lakukan.
MEDAN MAKNA, ANALISIS KOMPONEN MAKNA,
KESESUAIAN SEMANTIS DAN GRAMATIS
A. PENDAHULUAN

Pada bagian ini, anda akan memperoleh informasi terkait capaian pembelajaran, ruang
lingkup bahan/modul/urutan yang akan dibahas.
1. Capaian Pembelajaran

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa mampu menjelaskan konsep medan


makna, analisis komponen makna, dan kesesuaian semantis dan gramatis.
2. Ruang lingkup bahan modul
a. Medan makna
b. Analisis komponen makna
c. Kesesuaian semantis dan gramatis
a. Medan makna
Secara alami banyak kata yang membentuk kelompok-kelompok tertentu.
Pengelompokan kata tersebut terbentuk karena adanya kesamaan makna. Kelompok kata
yang memiliki kesamaan makna tersebut dapat disebut berada dalam satu medan makna.
Medan makna merupakan bagian dari sistem semantik bahasa yang menggambarkan
bagian dari kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu dan yang direalisasikan
oleh seperangkat unsur leksikal yang maknanya berhubungan. Oleh karena itu, dalam
kehidupan sehari-hari kita mengenal adanya medan makna binatang (sapi, kuda, harimau,
kambing), medan makna alat transportasi (mobil, bis, kereta api, pesawat terbang, kapal
laut, motor, becak), medan makna ilmu pengetahuan (astronomi, biologi, fisika, kimia,
antropologi, meteorologi), atau medan makna warna (hitam, putih, merah, ungu, biru,
abu-abu, coklat, kuning, hijau).
Kata-kata atau unsur-unsur leksikal yang berada dalam satu medan dapat
dikelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu kolokasi dan set. Kolokasi menunjuk pada
hubungan sintagmatik karena bersifat linier. Kata-kata atau unsur-unsur leksikal yang
berada dalam suatu kolokasi tidak dapat saling menggantikan. Misalnya, walaupun kata
“tampan”, “cantik”, dan “indah” memiliki makna yang hampir sama, ketiga kata tersebut
tidak dapat saling menggantikan jika berpasangan dengan kata lain. Kata “tampan” hanya
berkolokasi dengan kata “pemuda”, tidak dapat digantikan atau disubstitusiskan dengan
kata “cantik” atau “indah”. Sebaliknya, kata “cantik” hanya berkolokasi dengan kata
“gadis”, tidak dapat digantikan atau disubstitusikan dengan kata “tampan” atau “indah”.
Set menunjuk pada hubungan paradigmatik karena kata-kata atau unsur-unsur leksikal
yang berada dalam suatu set dapat saling menggantikan. Contoh kata-kata atau unsur-
unsur leksikal yang berada dalam satu set antara lain “bayi”, “kanak-kanak”, “remaja”,
“dewasa”, “tua”.
b. Analisis komponen makna
Setiap kata atau unsur leksikal terdiri atas satu atau beberapa komponen yang
bersama-sama membentuk makna kata atau makna unsur leksikal tersebut. Analisis
komponen makna yang terkandung dalam suatu kata atau unsur leksikal dapat digunakan
untuk membedakan makna kata atau unsur leksikal tersebut. Misalnya, kata “ayah”
memiliki komponen makna [+insan], [+dewasa], [+jantan], [+kawin]; kata “ibu” memiliki
komponen makna [+insan], [+dewasa], [-jantan], [+kawin]. Berdasarkan komponen-
komponen makna tersebut, kita dapat membedakan makna kata ”ayah” dan “ibu”. Kata
“ayah” memiliki komponen makna [+jantan], sedangkan kata “ibu” memiliki komponen
makna [-jantan].
Konsep analisis di atas disebut analisis biner. Ada tiga hal yang perlu dikemukakan
sehubungan dengan analisis biner tersebut, yaitu
1) ada pasangan kata yang satu di antaranya lebih bersifat netral, yang lain bersifat
khusus, misalnya kata “putra” dan “putri”; “siswa” dan “siswi”;
2) ada kata yang sulit dicari pasangannya karena mungkin tidak ada atau karena
memiliki pasangan lebih dari satu, misalnya kata yang berkaitan dengan warna;
3) sukar mengatur ciri-ciri semantis secara bertingkat, mana yang lebih umum dan mana
yang lebih khusus, misalnya kata “jantan” dan “dewasa”.
c. Kesesuaian semantis dan gramatis
Pemakaian kata-kata atau unsur-unsur leksikal tidak hanya memperhatikan aspek
gramatis, tetapi juga memperhatikan aspek semantis. Oleh karena itu, keberterimaan
pemakaian satuan-satuan bahasa (kata-kata yang membentuk kalimat) tidak hanya dilihat
dari segi gramatikal, tetapi juga dari segi semantik. Dengan kata lain, pemakaian satuan-
satuan bahasa harus memperhatikan kesejajaran antara struktur lahir dan struktur batin.
Secara gramatis kalimat “Ayah mengandung” berterima karena telah memenuhi aturan
gramatikal. Kata “ayah” berfungsi sebagai subjek, kata “mengandung” berfungsi sebagai
predikat. Namun, secara semantis kalimat tersebut tidak berterima karena komponen
makna [+mengandung] hanya dimiliki oleh kata “ibu”, tidak dimiliki oleh kata “ayah”.
Metode atau cara pengerjaan tugas:
D. Mencari sumber-sumber tentang konsep medan makna, analisis komponen makna,
Merekonstruksi dalam bentuk tulisan ilmiah (laporan bacaan dari hasil pemikiran
sendiri).
E. LATIHAN

1. apa itu medan makna dalam semantik?


2. Apa saja yang menjadi ruang lingkup dari medan makna dalam semantik?
3. buatlah contoh dari komponen makna?

F. RANGKUMAN
Kata-kata atau unsur-unsur leksikal yang berada dalam satu medan dapat
dikelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu kolokasi dan set. Kolokasi menunjuk pada
hubungan sintagmatik karena bersifat linier. Kata-kata atau unsur-unsur leksikal yang
berada dalam suatu kolokasi tidak dapat saling menggantikan. Misalnya, walaupun kata
“tampan”, “cantik”, dan “indah” memiliki makna yang hampir sama, ketiga kata tersebut
tidak dapat saling menggantikan jika berpasangan dengan kata lain. Kata “tampan” hanya
berkolokasi dengan kata “pemuda”, tidak dapat digantikan atau disubstitusiskan dengan
kata “cantik” atau “indah”. Sebaliknya, kata “cantik” hanya berkolokasi dengan kata
“gadis”, tidak dapat digantikan atau disubstitusikan dengan kata “tampan” atau “indah”.
Set menunjuk pada hubungan paradigmatik karena kata-kata atau unsur-unsur leksikal
yang berada dalam suatu set dapat saling menggantikan. Contoh kata-kata atau unsur-
unsur leksikal yang berada dalam satu set antara lain “bayi”, “kanak-kanak”, “remaja”,
“dewasa”, “tua”.

G. UMPAN BALIK ATAU TINDAK LANJUT


Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat
di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus
berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda.
jumlah jawaban yang benar
Tingkat p enguasaan= × 100
jumlah soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda perlu
banayak belajar lagi dan memahami materi pembelajaran tersebut.

H. Daftar Rujukan
Aminudin. 1988. Semantik: Pengantar Studi tentang Makna. Bandung: Sinar Baru.
Chaer, A. (2002). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Djajasudarma, T. F. 1993. Semantik 1 dan 2: Pemahaman Ilmu Makna. Bandung:
Eresco.
Manaf, Ngusman Abdul. (2008). Semantik Teori dan Terapannya dalam Bahasa
Indonesia. Padang: Sukabina Offset.
Nugroho, Atmoko. (2012). Build Journal Of Use Protege Ontology. The Journal,
Volume 10, No.1, Juli 2012 : 20 – 25.
Parera, J.D. (2004). Teori Semantik. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Pateda, M. 1986. Semantik Leksikal. Ende-Flores: Nusa Indah.
Tarigan, H.G. (1985) Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.
Ullman, Sthephen. (2007). Pengantar Semantik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Verhaar, J. W. M. 1987. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Anda mungkin juga menyukai