Anda di halaman 1dari 158

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN

METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS KECAMATAN KALIDERES TAHUN 2015

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh :
Ismi Dzalva Alfiah
NIM: 1111101000057

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M/ 1436 H

0
i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PROMOSI KESEHATAN
Skripsi, Juli 2015
Ismi Dzalva Alfiah, NIM : 1111101000057

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi


Jangka Panjang di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun
2015

xiii + 116 halaman, 2 gambar, 32 tabel, 3 lampiran

ABSTRAK

Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat menimbulkan


permasalahan kependudukan, dan merupakan penyebab tidak langsung terhadap
peningkatan AKI. Berdasarkan hasil SDKI tahun 2012, penggunaan kontrasepsi di
Indonesia didominasi oleh penggunaan kontrasepsi jenis suntik (34,3%) dan pil
(13,9%). Akan tetapi penggunaan kontrasepsi tersebut memiliki angka putus pakai
yang cukup tinggi dibandingkan dengan alat/ cara kontrasepsi modern lainnya yaitu
40,7% pada jenis pil dan 24,7% pada kontrasepsi jenis suntik. Dalam
mengantisipasi kemungkinan putus pakai alat/ cara kontrasepsi dan untuk
mengendalikan pertumbuhan penduduk, maka program KB Nasional di Indonesia
lebih diarahkan kepada pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP).
Kecamatan Kalideres merupakan wilayah yang memiliki penduduk kedua
terbanyak dengan jumlah bayi lahir hidup tertinggi, namun proporsi peserta KB
aktif pengguna MKJP berada pada posisi yang rendah yaitu 17,66%. Tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Kalideres tahun 2015. Penelitian menggunakan desain cross sectional
dengan pengambilan sampel secara systematic random sampling. Sampel dalam
penelitian ini adalah 90 orang akseptor KB. Hasil penelitian uji statistik
menggunaan uji chi square pada ∝ = 5% menunjukkan ada hubungan yang
signifikan antara kepercayaan (p = 0.007, OR = 7.759) dan keterampilan terkait
kontrasepsi (p = 0.002, OR = -) dengan penggunaan MKJP. Sementara variabel
pengetahuan (OR = 0.683), sikap (OR = 1.231), keterpaparan informasi kontrasepsi
(OR = 0.298), dukungan suami (OR = -), dukungan teman (OR = -), dukungan
tenaga kesehatan (OR = 1.286), serta dukungan pemimpin dalam komunitas (OR =
0.772) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan penggunaan MKJP. Oleh
karena itu, kepada Puskesmas Kecamatan Kalideres diharapkan mempertahankan
dan meningkatkan keterampilan tenaga kesehatan terkait kontrasepsi, untuk
akseptor KB diharapkan berperan aktif dalam setiap kegiatan yang berkaitan
dengan kontrasepsi terutama MKJP serta kepada sektor terkait diharapkan
meningkatkan pengetahuan masyarakat dan melakukan klarifikasi terhadap mitos
mengenai MKJP.
Kata Kunci: Keluarga Berencana, MKJP, Kecamatan Kalideres
Daftar Bacaan : 40 (1980-2014)

ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEATH STUDY PROGRAM
HEALTH PROMOTION
Undergraduate Thesis, July 2015

Ismi Dzalva Alfiah, NIM: 1111101000057

Factors Associated with Long-Term Use of Contraceptive Methods in


Kalideres sub-district Puskesmas 2015

xiii + 116 pages, 2 pictures, 32 tables, 3 attachments

ABSTRACT

Uncontrolled population growth can lead to problems of population and it


can be the indirect cause of the increase in maternal mortality. Based on the results
IDHS in 2012, the use of contraceptives in Indonesia is dominated by the use of
injections (34.3%) and pill (13.9%). However, the use of contraceptives has the
dropout use rate that are higher than other modern contraceptive method that is
40.7% on the type of pill and 24.7% on injection. In anticipating the dropout use of
contraceptive method, and to control population growth, the national family
planning program in Indonesia is directed to Long TermUse of Contraceptive
Method (MKJP). Kalideres is a region which has the second largest population
with the highest number of babies born alive, but the proportion of MKJP’s active
users are at a low position (17.66%). The research objective was to determine the
factors associated with long-term use of contraceptive methods in Puskesmas
Kalideres 2015. The study used cross sectional design with systematic random
sampling. The sample in this study were 90 acceptors. Results of the study used
Chi-square test at α = 5% showed there is a significant relationship between
confidence (p= 0.007, OR= 7.759) and related skills contraception (p= 0.002) with
the use of MKJP. While knowledge (OR= 0.683), attitude (OR= 1.231), information
exposure contraception (OR= 0.298), husband support, friend support, the support
of health professionals (OR= 1.286), and the support of leaders in the community
(OR= 0.772) have no significant relationship with the use of MKJP. Therefore,
Puskesmas Kalideres expected to maintain and improve the skills of health workers
related to contraception, family planning acceptors are expected to play an active
role in every activity related to contraception especially MKJP, and to related
sectors expected to increase community knowledge and do clarification on myths
about MKJP.

Keywords: Family Planning, Long Term Use of Contraceptive Methode,


Puskesmas Kalideres
Reading List: 39 (1980-2014)

iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

PERSONAL DATA

Nama : Ismi Dzalva Alfiah


Tempat & Tanggal Lahir : Bogor, 14 Agustus 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Kewarganegaraan : WNI
Agama : Islam
Nomor Hp : 085695769577
Email : ismidzalvaalfiah@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL

 1999 – 2005 :SDI Muslimat


 2005 – 2008 :SMP Negeri 45 Jakarta
 2008 – 2011 :SMF DITKESAD
 2011 – 2015 :UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Program Studi Kesehatan Masyarakat

vi
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat

dan karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya skripsi yang berjudul “Faktor-

Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015”. Sholawat dan

salam juga disampaikan kepada Rasulullah SAW, pembawa rahmat bagi semesta

alam.

Dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D selaku Kepala Program Studi Kesehatan

Masyarakat sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Dr. M. Farid Hamzens, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan dukungan dan arahan dalam

penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Raihana Nadra Al Kaff, SKM, M.MA., Ibu Yuli Amran, SKM, MKM.,

serta Ibu Febrina, SKM, M.Si selaku penguji skripsi yang telah memberikan

arahan demi perbaikan dalam skripsi ini.

5. Bapak Dirhamul Nugraha selaku Kepala Kesbangpol Kota Administrasi

Jakarta Barat, Ibu drg. R. Dewi Satiasari S, MKM selaku Kepala Suku Dinas

Kota Administrasi Jakarta Barat, serta Bapak dr. Darus Sahmedi selaku

vii
Kepala Puskesmas Kecamatan Kalideres yang telah memberikan izin untuk

melaksanakan penelitian.

6. Ummi dan Abi dengan segala keikhlasan dan kesabarannya yang selalu

mendoakan, memberikan cinta dan kasih sayang, serta memberi dukungan

baik moril maupun materil. Jazakumullah ahsanal jaza. Terima kasih pula

kepada kedua adikku, Farha dan Idan yang telah mendoakan, mendukung

dan menghibur dikala jenuh dalam penyelesaian skripsi ini.

7. 18 sahabatku tempat berbagi suka dan duka, Promkes 2011. Terima kasih

banyak atas segala dukungan dan doanya. Terima kasih atas kebersamaan

yang takkan terlupa. Semoga kita semua sukses dunia – akhirat.

8. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Kesehatan Masyarakat

angkatan 2011, teman-teman Infernity serta teman-teman Qur’anic

Generation. Semoga kesuksesan dan keberkahan selalu menghampiri.

9. Serta ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi

dalam penyusunan skripsi ini. Hanya Allah yang dapat membalas segala

kebaikan dengan sebaik baik balasan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan

tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik

yang membangun dari berbagai pihak agar skripsi ini menjadi lebih baik. Semoga

skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak.

Jakarta, Juli 2015

Penulis

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. i


ABSTRAK ............................................................................................................ ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI .....................................................v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................1


1.1 Latar Belakang ...........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................5
1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................6
1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................7
1.5 Manfaat Penelitian .....................................................................8
1.6 Ruang Lingkup Penelitian .........................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................10


2.1 Program Keluarga Berencana ..................................................10
2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana .....................................10
2.1.2 Tujuan Keluarga Berencana ...........................................11
2.2 Alat Kontrasepsi .......................................................................11
2.2.1 Pengertian Kontrasepsi ...................................................11
2.2.2 Jenis-jenis Kontrasepsi ....................................................... 13
2.2.3 Mitos dan Fakta Seputar Kontrasepsi .............................. 13
2.3 Metode Kontrasepsi Jangka Panjang .......................................... 16
2.4 Konsep Perilaku ............................................................................. 23
2.5 Perilaku Kesehatan ........................................................................ 25
2.5.1 Faktor Predisposisi............................................................... 27
2.5.2 Faktor Pemungkin ................................................................ 30
2.5.3 Faktor Penguat...................................................................... 30
2.6 Penelitian Terdahulu Terkait Penggunaan MKJP ....................31
2.6.1 Pengetahuan .......................................................................... 31
2.6.2 Kepercayaan ......................................................................... 33
2.6.3 Sikap ...................................................................................... 33
2.6.4 Keterpaparan terhadap Informasi MKJP .......................... 34

ix
2.6.5 Keterampilan Terkait Kontrasepsi ..................................... 36
2.6.6 Dukungan Suami .................................................................. 36
2.6.7 Dukungan Teman ................................................................. 38
2.6.8 Dukungan Tenaga Kesehatan ............................................. 39
2.6.9 Dukungan Pemimpin dalam Komunitas ........................... 40
2.7 Kerangka Teori .............................................................................. 41

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN


HIPOTESIS ..................................................................................42
3.1 Kerangka Konsep ....................................................................42
3.2 Definisi Operasional.................................................................44
3.3 Hipotesis...................................................................................50

BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................51


4.1 Disain Penelitian ......................................................................51
4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................51
4.3 Populasi dan Sampel ................................................................52
4.4 Metode Pengumpulan Data ......................................................55
4.5 Instrumen Pengumpulan Data ..................................................56
4.6 Manajemen Data ......................................................................59
4.7 Analisis Data ............................................................................60

BAB V HASIL ...........................................................................................62


5.1.Analisa Univariat ....................................................................62
5.2.Analisa Bivariat .......................................................................78

BAB VI PEMBAHASAN ...........................................................................87


6.1.Keterbatasan Penelitian ............................................................87
6.2.Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................87
6.2.1 Penggunaan MKJP ......................................................87
6.2.2 Faktor Predisposisi ......................................................88
6.2.3 Faktor Pemungkin .......................................................98
6.2.4 Faktor Penguat ..........................................................102

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ........................................................112


7.1 Simpulan ................................................................................112
7.2 Saran ......................................................................................113

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................115

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan ...........................41


Gambar 3.1 Kerangka Konsep ...........................................................................43

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Dependen.......................................44


Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel Independen ....................................45
Tabel 4.1 Besar Sampel ..................................................................................55
Tabel 5.1 Gambaran Penggunaan Alat Kontrasepsi pada akseptor KB ........62
Tabel 5.2 Distribusi Penggunaan MKJP .......................................................63
Tabel 5.3 Gambaran Pengetahuan Responden ..............................................63
Tabel 5.4 Distribusi Pengetahuan Responden ...............................................65
Tabel 5.5 Gambaran Kepercayaan Responden .............................................65
Tabel 5.6 Distribusi Kepercayaan Responden ..............................................66
Tabel 5.7 Gambaran Sikap Responden .........................................................67
Tabel 5.8 Distribusi Sikap Responden ..........................................................69
Tabel 5.9 Gambaran Keterpaparan Terhadap Informasi MKJP ....................70
Tabel 5.10 Distribusi Keterpaparan Terhadap Informasi MKJP .....................71
Tabel 5.11 Gambaran Keterampilan Terkait Kontrasepsi ...............................71
Tabel 5.12 Distribusi Keterampilan Terkait Kontrasepsi ...............................72
Tabel 5.13 Gambaran Dukungan Suami .........................................................73
Tabel 5.14 Distribusi Dukungan Suami ..........................................................73
Tabel 5.15 Gambaran Dukungan Teman ........................................................74
Tabel 5.16 Distribusi Dukungan Teman .........................................................74
Tabel 5.17 Gambaran Dukungan Tenaga Kesehatan ......................................75
Tabel 5.18 Distribusi Dukungan Tenaga Kesehatan .......................................76
Tabel 5.19 Gambaran Dukungan Pemimpin dalam Komunitas ......................76
Tabel 5.20 Distribusi Dukungan Pemimpin dalam Komunitas .......................77
Tabel 5.21 Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan MKJP ....................78
Tabel 5.22 Hubungan Kepercayaan dengan Penggunaan MKJP ....................79
Tabel 5.23 Hubungan Sikap dengan Penggunaan MKJP ................................80
Tabel 5.24 Hubungan Keterpaparan Informasi dengan Penggunaan MKJP ...81
Tabel 5.25 Hubungan Keterampilan dengan Penggunaan MKJP ...................82
Tabel 5.26 Hubungan Dukungan Suami dengan Penggunaan MKJP .............83
Tabel 5.27 Hubungan Dukungan Teman dengan Penggunaan MKJP ............84
Tabel 5.28 Hubungan Dukungan Nakes dengan Penggunaan MKJP .............85
Tabel 5.29 Hubungan Dukungan Pemimpin dengan Penggunaan MKJP .......86

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Melaksanakan Penelitian


Lampiran 2 Kuesioner Penelitian
Lampiran 3 Output SPSS

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Dalam rangka mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga

berkualitas, pemerintah menetapkan kebijakan keluarga berencana melalui

penyelenggaraan program keluarga berencana. Menurut Undang-Undang

Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga, yang dimaksud dengan Keluarga Berencana (KB)

adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan,

mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai

dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.

Salah satu upaya yang dilaksanakan dalam program KB adalah melalui

penggunaan alat kontrasepsi. Berdasarkan data World Health Organization

(WHO) jika dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya, penggunaan alat

kontrasepsi di Indonesia sebesar 61% sudah melebihi rata rata ASEAN (58.1%).

Akan tetapi masih lebih rendah dibandingkan dengan Vietnam (78%), Kamboja

(79%) dan Thailand (80%). Padahal jumlah Wanita Usia Subur (WUS) tertinggi

di ASEAN adalah di Indonesia yaitu 65 juta orang (Kementerian Kesehatan,

2013b). Proporsi penggunaan KB di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas

tahun 2010 adalah 55,8% menurut hasil Survey Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) 2012 yaitu 57,9% serta 59,7% pada hasil Riskesdas 2013.

Penggunaan KB di Indonesia berdasarkan hasil SDKI tahun 2012 didominasi

oleh penggunaan KB jenis suntik (32%) dan pil (14%).

1
2

Dalam RPJMN tahun 2010-2014 program KB Nasional di Indonesia lebih

diarahkan kepada pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP).

MKJP adalah metode kontrasepsi yang dikenal efektif karena dapat

memberikan perlindungan dari risiko kehamilan untuk jangka waktu hingga 10

tahun tergantung jenisnya. Alat kontrasepsi yang termasuk MKJP adalah jenis

susuk/ implan, Intra Uterine Device (IUD), Metode Operasi Pria (MOP) serta

Metode Operasi Wanita (MOW) (BKKBN, 2011). Berdasarkan SDKI tahun

2012, proporsi pengguna MKJP di Indonesia sejak tahun 1994 hingga tahun

2012 terus mengalami penurunan.

Pada tahun 2012, total pengguna MKJP sebesar 10.6% sementara target

Nasional pengguna MKJP adalah 27.5% (BKKBN, 2013d). Berdasarkan hasil

SDKI tahun 2012 diketahui penggunaan alat kontrasepsi non MKJP didominasi

oleh jenis suntik (32%) dan pil (14%). Kontrasepsi suntik dan pil memerlukan

kontrol bulanan untuk melakukan suntik ulang maupun untuk memperoleh pil

KB (Sinclair, 2009). Diharuskannya kontrol untuk mendapatkan pelayanan

kontrasepsi ulang mengakibatkan angka putus pakai pada metode tersebut

cukup tinggi dibandingkan dengan alat kontrasepsi yang tergolong metode

kontrasepsi jangka panjang. Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa angka putus

pakai KB tertinggi yaitu pada pengguna kontrasepsi pil (40.7%) yang diikuti

oleh kontrasepsi jenis suntik (24.7%).

Kedua kondisi tersebut akan berdampak pada fertilitas yang akan

mendorong jumlah persalinan. Berdasarkan hasil sensus penduduk Indonesia,

jumlah penduduk tahun 2000 sebanyak 205,1 juta jiwa dan pada tahun 2010

sebanyak 237,6 juta jiwa. Artinya, selama 10 tahun terakhir Indonesia memiliki
3

laju pertumbuhan penduduk sebesar 1.49% (BPS, 2010). Padahal target

pertumbuhan penduduk yang ingin dicapai pada tahun 2010 adalah 1.27%

(BKKBN, 2013a).

Selain mempengaruhi pertumbuhan penduduk, jumlah persalinan yang

tinggi berisiko meningkatkan angka kematian ibu. Program KB juga ditujukan

untuk mengendalikan kelompok “4 terlalu” (terlalu muda, terlalu banyak,

terlalu sering, dan terlalu tua untuk hamil) yang merupakan salah satu diantara

berbagai penyebab tidak langsung kematian ibu (Kemenkes, 2008). Target rasio

kematian ibu yang harus dicapai pada tahun 2015 adalah 102 per 100.000

kelahiran hidup. Target tersebut merupakan salah satu indikator Millennium

Develpoment Goals (MDG) yang harus dicapai pada tahun 2015. Diketahui

bahwa rasio kematian ibu pada SDKI 2002-2003 adalah 307 kematian per

100.000 kelahiran hidup. Angka ini kemudian turun menjadi 228 kematian per

100.000 kelahiran hidup pada SDKI 2007. Namun angka tersebut kemudian

meningkat pada SDKI 2012 menjadi 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup

(BPS, etc, 2012).

Dalam mengatasi permasalahan kependudukan tersebut, BKKBN memiliki

fokus intensifikasi penggarapan pembangunan KB pada 10 Provinsi (BKKBN,

2013b). Difokuskan kepada 10 Provinsi karena provinsi tersebut

meyumbangkan 73% penduduk dari seluruh total penduduk Indonesia (BPS,

2010). Ke 10 Provinsi tersebut adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah,

Jawa Timur, Banten, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi

Selatan, serta Nusa Tenggara Barat.


4

Salah satu provinsi yang memiliki permasalahan kependudukan yang

kompleks adalah DKI Jakarta. Dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia, DKI

Jakarta memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu 14.440 orang per km²

sementara kepadatan penduduk di Indonesia hanya 124 orang per km² (BPS,

2010). Selain itu, berdasarkan hasil SDKI 2012 TFR Provinsi DKI Jakarta

meningkat dari 2.1 (SDKI 2007) menjadi 2,3 (BPS, etc, 2013).

Provinsi DKI Jakarta terdiri dari lima kota administrasi dan satu kabupaten.

Diantara kabupaten dan kota tersebut, daerah yang memiliki penduduk

terbanyak namun angka pengguna MKJP rendah (8,2%) adalah Jakarta Barat

(BKKBN, 2013b). Dalam Profil Kesehatan DKI Jakarta tahun 2012, total

penduduk Jakarta Barat adalah 23.9% dari seluruh penduduk DKI Jakarta.

Jakarta Barat memiliki delapan kecamatan. Salah satu kecamatan yang

memiliki penduduk terbanyak (17.31%) dengan jumlah bayi lahir hidup yang

tinggi (17.36%) pada tahun 2014 adalah Kecamatan Kalideres (Suku Dinas

Kesehatan Jakarta Barat, 2014). Selain itu, berdasarkan hasil studi pendahuluan

pada laporan kantor KB Kota Administrasi Jakarta Barat tahun 2014, kecamatan

dengan pencapaian peserta KB aktif pengguna MKJP terhadap Pasangan Usia

Subur (PUS) terendah adalah Kecamatan Kalideres (17.66%).

Rendahnya penggunaan MKJP dapat disebabkan karena beberapa faktor

seperti: ketidaktahuan peserta tentang kelebihan MKJP, kualitas pelayanan KB

yang dilihat dari segi ketersediaan alat kontrasepsi dan ketersediaan tenaga yang

terlatih, kemampuan medis teknis petugas pelayanan kesehatan, biaya

pelayanan MKJP yang mahal, adanya hambatan dukungan dari suami dalam
5

pemakaian MKJP, serta nilai yang timbul dari adanya sikap yang didasarkan

kepercayaan dan norma-norma di masyarakat (BKKBN, 2006).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fienalia (2012), variabel

pengetahuan memiliki hubungan dengan penggunaan MKJP. Akseptor KB

yang memiliki pengetahuan tinggi memiliki peluang sebesar 2.6 kali lebih besar

untuk menggunakan MKJP. Sejalan dengan penelitian tersebut, hasil penelitian

yang dilakukan oleh Purba (2009) menyatakan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara variabel pengetahuan, sikap, dan dukungan suami terhadap

penggunaan MKJP. Sementara pada analisis lanjutan SDKI 2007 yang

dilakukan oleh Asih dan Hadriah (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan

yang bermakna antara keterpaparan informasi KB dengan penggunaan MKJP.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang di wilayah

kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres.

1.2.Rumusan Masalah

Dalam mengantisipasi kemungkinan putus pakai alat/ cara kontrasepsi dan

untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk, program KB Nasional di

Indonesia lebih diarahkan kepada pemakaian MKJP. Berdasarkan studi

pendahuluan, didapatkan bahwa diantara delapan Kecamatan yang ada di

wilayah Jakarta Barat, Kecamatan Kalideres merupakan wilayah yang memiliki

penduduk kedua terbanyak dengan jumlah bayi lahir hidup tertinggi, namun
6

proporsi peserta KB aktif pengguna MKJP berada pada posisi yang rendah yaitu

17,66%. Sementara target pengguna MKJP adalah 27.5%. Kesenjangan tersebut

kemudian menimbulkan masalah kependudukan maupun masalah kesehatan.

Adapun faktor yang diduga berhubungan dengan cakupan penggunaan MKJP

adalah faktor pengetahuan, kepercayaan, sikap, keterpaparan informasi MKJP,

keterampilan terkait kontrasepsi, dukungan suami, dukungan teman, dukungan

tenaga kesehatan, serta dukungan pemimpin dalam komunitas. Hal-hal tersebut

kemudian menjadi sebuah landasan bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan

sebagai berikut:

Faktor apa saja yang berhubungan dengan penggunaan metode kontrasepsi

jangka panjang di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres tahun 2015?

1.3.Pertanyaan Penelitian

1.3.1 Bagaimana gambaran penggunaan MKJP dan Non MKJP di wilayah

kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015?

1.3.2 Bagaimana gambaran faktor predisposisi (pengetahuan, kepercayaan,

serta sikap) akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Kalideres Tahun 2015?

1.3.3 Bagaimana gambaran faktor pemungkin (keterpaparan terhadap

informasi MKJP dan keterampilan terkait kontrasepsi) di wilayah

kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015?

1.3.4 Bagaimana gambaran faktor penguat (dukungan suami, dukungan

teman, dukungan tenaga kesehatan, serta dukungan pemimpin dalam


7

komunitas) di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun

2015?

1.3.5 Bagaimana hubungan faktor predisposisi (pengetahuan, kepercayaan,

serta sikap) dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Kalideres Tahun 2015?

1.3.6 Bagaimana hubungan faktor pemungkin (keterpaparan terhadap

informasi MKJP dan keterampilan terkait kontrasepsi) dengan

penggunaan MKJP di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres

Tahun 2015?

1.3.7 Bagaimana hubungan faktor penguat (dukungan suami, dukungan

teman, dukungan tenaga kesehatan, serta dukungan pemimpin dalam

komunitas) dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Kalideres Tahun 2015?

1.4.Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan

MKJP di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kalideres tahun 2015.

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Diketahui gambaran penggunaan MKJP dan Non MKJP di

wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015.

b. Diketahui gambaran faktor predisposisi (pengetahuan,

kepercayaan, serta sikap) akseptor KB di wilayah kerja

Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015.


8

c. Diketahui gambaran faktor pemungkin (keterpaparan terhadap

informasi MKJP dan keterampilan terkait kontrasepsi) di wilayah

kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015.

d. Diketahui gambaran faktor penguat (dukungan suami, dukungan

teman, dukungan tenaga kesehatan, serta dukungan pemimpin

dalam komunitas) di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Kalideres Tahun 2015.

e. Diketahui hubungan faktor predisposisi (pengetahuan,

kepercayaan, serta sikap) dengan penggunaan MKJP di wilayah

kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015.

f. Diketahui hubungan faktor pemungkin (keterpaparan terhadap

informasi MKJP dan keterampilan terkait kontrasepsi) dengan

penggunaan MKJP di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Kalideres Tahun 2015.

g. Diketahui hubungan faktor penguat (dukungan suami, dukungan

teman, dukungan tenaga kesehatan, serta dukungan pemimpin

dalam komunitas) dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja

Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015.

1.5.Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi akseptor KB

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

akseptor KB terkait penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang.


9

1.5.2 Bagi Puskesmas Kecamatan Kalideres

Diharapkan dapat menjadi bahan kajian dalam meningkatkan

derajat kesehatan ibu melalui peningkatkan penggunaan metode

kontrasepsi jangka panjang.

1.5.3 Bagi Peneliti

Penelitian ini sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat (SKM), menambah pengetahuan, wawasan

serta pengalaman peneliti.

1.5.4 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Diharapkan penelitian ini menjadi bahan referensi terkait metode

kontrasepsi jangka panjang.

1.6.Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi semester VIII peminatan promosi

kesehatan Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang di wilayah kerja

Puskesmas Kecamatan Kalideres. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret –

Juni 2015. Sampel dalam penelitian ini adalah wanita akseptor KB. Dalam

penelitian ini memerlukan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh

dengan menyebarkan kuesioner kepada responden, sementara data sekunder

terkait laporan cakupan penggunaan KB. Penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif yang menggunakan desain cross sectional.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Program Keluarga Berencana

2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana

Menurut UU No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, yang dimaksud dengan

Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak,

jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui

promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi

untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.

Penyelenggaraan program KB yaitu untuk mewujudkan penduduk

tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas. Program ini dilaksanakan

untuk membantu calon atau pasangan suami istri dalam mengambil

keputusan dan mewujudkan hak reproduksi secara bertanggung

jawab tentang:

a. Usia ideal perkawinan;

b. Usia ideal untuk melahirkan;

c. Jumlah anak ideal;

d. Jarak ideal kelahiran anak; dan

e. Penyuluhan kesehatan reproduksi.

10
11

2.1.2 Tujuan Keluarga Berencana

Kebijakan program Keluarga Berencana bertujuan untuk:

a. Mengatur kehamilan yang diinginkan;

b. Menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi,

dan anak;

c. Meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan,

konseling, dan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan

reproduksi;

d. Meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktik

keluarga berencana; dan

e. Mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya untuk

menjarangkan jarak kehamilan.

2.2 Alat Kontrasepsi

2.2.1 Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata “Kontra” yang berarti mencegah atau

melawan dan “Konsepsi” yang berarti pertemuan antara sel telur

yang matang dan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi,

kontrasepsi adalah upaya mencegah pertemuan sel telur matang dan

sperma untuk mencegah kehamilan (BKKBN, 2011).

Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi

semua klien karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan

kecocokan individual bagi setiap klien (BKKBN, 2011).


12

Namun secara umum, menurut BKKBN tahun 2011, persyaratan

metode kontrasepsi adalah:

a. Aman

Artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat jika

digunakan.

b. Berdaya guna

Jika digunakan sesuai dengan aturan akan dapat mencegah

kehamilan. Ada beberapa komponen dalam menentukan

keefektifan dari suatu metode kontrasepsi. Diantaranya adalah

keefektifan teoritis, dan keefektifan praktis.

Keefektifan teoritis yaitu kemampuan dari suatu cara kontrasepsi

untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan,

apabila cara tersebut digunakan secara terus menerus dan sesuai

dengan petunjuk yang diberikan tanpa kelalaian. Sedangkan

keefektifan praktis adalah keefektifan yang terlihat dalam

kenyataan di lapangan setelah pemakaian jumlah besar, meliputi

segala sesuatu yang mempengaruhi pemakaian seperti kesalahan,

penghentian, kelalaian, dll.

c. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh

lingkungan budaya di masyarakat.

Ada dua macam penerimaan terhadap kontrasepsi yakni

penerimaan awal dan penerimaan lanjut. Penerimaan awal

tergantung pada bagaimana motivasi dan persuasi yang diberikan

oleh petugas KB. Penerimaan lanjut dipengaruhi oleh banyak


13

faktor seperti umur, motivasi, budaya, sosial ekonomi, agama,

sifat yang ada pada alat kontrasepsi dan faktor daerah (desa/

kota).

d. Harga terjangkau oleh masyarakat

Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan

segera kembali kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap.

2.2.2 Jenis-jenis Kontrasepsi

a. Berdasarkan kandungannnya, jenis kontrasepsi terbagi menjadi:

1) Kontrasepsi hormonal, seperti pil, suntikan, implan dan akhir-

akhir ini diperkenalkan IUD-mirena atau LNG-IUS.

2) Kontrasepsi non hormonal seperti kondom, IUD-TCu, MOW,

dan MOP

b. Berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dibagi menjadi:

1) Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

yang termasuk dalam kategori ini adalah jenis susuk/ implan,

IUD, MOP, serta MOW

2) Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP)

yang termasuk metode ini adalah kondom, pil, suntik, dan

metode lain selain yang disebutkan dalam MKJP.

2.2.3 Mitos dan Fakta Seputar Kontrasepsi

Metode kontrasepsi dapat membantu mengurangi masalah-

masalah kewanitaan yang paling dasar dan utama bagi kesehatan

reproduksi. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana


14

merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kematian ibu

yang meningkat setiap tahun.

Banyak masyarakat Indonesia yang masih menganggap bahwa

penggunaan alat kontrasepsi sarat dengan efek samping dan stigma-

stigma yang kurang tepat. Padahal seiring dengan berkembangnya

penelitian di bidang kesehatan, penggunaan metode KB memiliki

potensi yang besar untuk pengobatan pada wanita seperti gangguan

haid atau jerawat.

a. Pil KB

Pil KB adalah kontrasepsi oral hormonal yang diminum

secara rutin setiap hari untuk mencegah kehamilan. Hormon

yang terkandung di dalam pil KB, yaitu hormon estrogen dan

progesteron, adalah hormon yang sama yang diproduksi oleh

tubuh wanita. Meminum pil KB secara teratur akan membantu

menstabilkan level kedua hormon di dalam tubuh. Kedua hal

tersebut yang membantu dalam pencegahan kehamilan.

Mitos: Pil KB membuat badan gemuk.

Fakta: Kandungan hormon yang ada pada setiap butir pil KB

berdosis rendah sehingga tidak akan membuat berat badan naik.

Mitos: Pil KB membuat kulit tidak sehat dan berjerawat.

Fakta: Pil KB memiliki kandungan hormon estrogen yang

membantu menjaga kehalusan dan kesehatan kulit.

Mitos: Pil KB membuat tulang menjadi rapuh.


15

Fakta: Kandungan dua hormon yang ada pada setiap butir pil

KB membantu pencegahan pengapuran dini pada tulang atau

yang lebih sering disebut dengan osteoporosis.

Mitos: Pil KB beresiko pada kandungan.

Fakta: Secara klinis, konsumsi pil KB secara teratur akan

membantu mencegah risiko kehamilan di luar rahim, kista, atau

pun kanker rahim.

Mitos: Pil KB mengurangi kesuburan.

Fakta: Pil KB mampu menjaga tingkat kesuburan dan cukup

menghentikan pemakaian untuk kembali memeroleh kehamilan.

b. IUD

Selain memiliki tingkat efektivitas 99,4% dalam mencegah

kehamilan, batang plastik yang dililit tembaga ini juga mampu

melindungi dari kehamilan ektopik. Konsultasi secara rutin

dengan bidan/ dokter terdekat sekali dalam setahun diperlukan

untuk memastikan kondisi IUD di dalam rahim. IUD sangat

kecil, berbentuk huruf T, berukuran hanya 3 cm, sehingga

nyaman digunakan.

Mitos: Batang IUD dapat menempel di kepala bayi setelah

melahirkan.

Fakta: Saat diketahui seorang wanita positif hamil, dokter

atau bidan akan langsung mengeluarkan/ melepas IUD dari

rahim.

Mitos: IUD biasa berpindah tempat setelah dipasang.


16

Fakta: IUD tidak dapat berpindah tempat, namun mungkin

bergeser sedikit dari sejak waktu pemasangan. Oleh karena itu

penting untuk melakukan pemeriksaan rutin setahun sekali ke

bidan/ dokter untuk memeriksa keadaan IUD di dalam rahim.

c. Implan

Implan adalah alat kontrasepsi hormonal jangka panjang. Alat

kontrasepsi ini mengandung hormon levonorgestrel dan

dipasang di dalam lengan bagian atas. Implan sangat praktis dan

efektif mencegah kehamilan hingga 4 tahun.

Mitos: Implan dapat berpindah tempat.

Fakta: Implan dipasang di lengan bagian atas dan efektif

mencegah kehamilan selama 4 tahun.

2.3 Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

MKJP adalah metode kontrasepsi yang dikenal efektif karena dapat

memberikan perlindungan dari risiko kehamilan untuk jangka waktu sampai

sepuluh tahun yang terdiri dari Metode Operasi Wanita (MOW) dan Metode

Operasi Pria (MOP), serta Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).

Sedangkan implan atau yang dikenal dengan susuk KB merupakan alat

kontrasepsi bawah kulit dengan masa berlaku tiga tahun (BKKBN, 2011).

Alat kontrasepsi yang termasuk dalam MKJP adalah:

a. AKDR atau Intra Uterine Device (IUD) adalah alat kontrasepsi yang

dipasang di dalam rahim, sangat efektif dan aman. Memiliki

efektivitas penggunaan hingga 10 tahun, tergantung dengan


17

jenisnya. Mudah untuk berhenti dan dapat dilepas kapan saja

(BKKBN, 2011).

Cara kerja AKDR:

1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi

2) Mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum

uteri

3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum

bertemu

4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam

uterus

Keuntungan AKDR:

1) Memiliki efektifitas tinggi (6 kegagalan dalam 1000

kehamilan)

2) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan

3) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A

dan tidak perlu diganti)

4) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat

5) Tidak mempengaruhi hubungan seksual dan meningkatkan

kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil lagi

6) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-

380A)

7) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

8) Kesuburan segera kembali setelah IUD diangkat


18

9) Dapat diulang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus

(apabila tidak terjadi infeksi)

10) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih

setelah haid terakhir)

11) Tidak ada interaksi dengan obat-obatan

12) Membantu mencegah hamil ektopik

AKDR baik bagi wanita yang:

1) Menginginkan kontrasepsi dengan tingkat efektifitas yang

tinggi, dalam jangka panjang

2) Tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan anak

3) Memberikan ASI

4) Berada dalam masa postpartum dan tidak memberikan ASI

5) Berada dalam masa pasca aborsi

6) Mempunyai risiko rendah terhadap PMS

7) Tidak dapat mengingat untuk minum pil sebutir setiap hari

8) Lebih menyukai untuk tidak menggunakan metode hormonal

atau yang memang tidak boleh menggunakannya, yang benar-

benar membutuhkan alat kontrasepsi darurat.

Kontra indikasi dari AKDR adalah:

1) Hamil atau diduga hamil

2) Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita

penyakit kelamin

3) Pernah menderita radang rongga panggul

4) Penderita pendarahan pervaginam yang abnormal


19

5) Riwayat kehamilan ektopik

6) Penderita kanker alat kelamin

Efek samping yang umum terjadi adalah sebagai berikut:

1) Perdarahan dank ram selama minggu-minggu pertama setelah

pemasangan. Kadang ditemukan keputihan yang bertambah

banyak. Disamping itu, pada saat senggama terjadi expulsi

(IUD bergeser dari posisi) sebagian atau seluruhnya

2) Pemasangan IUD mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman

dan dihubungkan dengan risiko infeksi rahim

3) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan

kurang setelah tiga bulan)

4) Haid lebih lama, banyak dan lebih sakit saat haid

5) Perdarahan antar menstruasi

b. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) atau lebih dikenal dengan

istilah susuk KB (implan) adalah alat kontrasepsi berbentuk kapsul

kecil yang ditanam dibawah kulit. Efektif digunakan untuk

mencegah kehamilan sampai dengan 3 hingga 5 tahun, tergantung

jenisnya. Aman bagi hampir semua wanita yang menggunakan,

namun harus segera dilepas apabila sudah habis batas waktu

penggunaan (BKKBN, 2011).

Cara kerja implan adalah dengan mengganggu serviks menjadi

kental, mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga


20

sulit terjadi implantasi dan mengurangi transportasi sperma serta

menekan ovulasi.

Keuntungan dari penggunaan implan adalah:

1) Sekali pasang untuk lima tahun

2) Tidak mempengaruhi produksi ASI

3) Tidak mempengaruhi tekanan darah

4) Pemeriksaan panggul tidak diperlukan sebelum pemakaian

5) Baik untuk wanita yang tidak ingin punya anak lagi tapi

belum mantap untuk tubektomi

6) Baik untuk wanita yang ingin metode yang praktis

7) Tinggal di daerah terpencil

8) Tidak khawatir jika tak dapat haid

Kontraindikasi dari penggunaan implan adalah:

1) Hamil atau disangka hamil

2) Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya

3) Tumor/ keganasan

4) Penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis

Efek samping dari implan antara lain:

1) Kadang pada saat pemasangan akan terasa nyeri

2) Ditemukan haid yang tidak teratur, sakit kepala, kadang

terjadi spotting atau anemia karena perdarahan yang kronis


21

c. Metode Operasi Pria (MOP) merupakan metode kontrasepsi dengan

tindakan operasi kecil pada saluran vas differens pria. Aman bagi

hampir semua pria dan tidak mempengaruhi kemampuan seksual.

Metode ini bersifat permanen walaupun melalui perkembangan

teknologi kedokteran dapat disambung kembali, namun tidak

dianjurkan bagi pasangan usia subur (PUS) yang masih

menginginkan punya anak (BKKBN, 2011).

d. Metode Operasi Wanita (MOW) merupakan metode kontrasepsi

dengan cara melakukan tindakan operasi. Ibu masih tetap bisa

menstruasi, tidak ada efek samping dalam jangka panjang. Metode

ini tidak mudah dikembalikan ke semula dan bersifat permanen

sehingga hanya dianjurkan bagi PUS yang sudah tidak

menginginkan anak lagi (BKKBN, 2011).

Kebijakan tentang Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (BKKBN,

2011):

a. PERKA BKKBN NO.151/PER/E1/2011 yang bertujuan untuk

meningkatkan akses, kualitas serta menjamin pelayanan KB pasca

persalinan di seluruh fasilitas pelayanan yang memberikan

pelayanan jampersal melalui:

1) Pemberian jaminan ketersediaan alat, obat, dan cara kontrasepsi

bagi seluruh PB dalam jampersal;


22

2) Dukungan sarana pelayanan KB (IUD kit, implant kit, obgyn

bed)

3) Peningkatan kompetensi provider dalam pelayanan KB

4) Pemberian ayoman pemakaian MKJP

b. PERKA BKKBN NO. 165/PER/E1/2011 yang dikembangkan

dalam rangka pemberian pelayanan KB MKJP mencakup dua aspek

yaitu:

1) Aspek pelayanan (supply) difokuskan pada peningkatan kualitas

pelayanan melalui:

a) Penyediaan alat kontrasepsi MKJP untuk semua klinik KB

pemerintah termasuk milik TNI, Polri, swasta dan LSOM

yang telah memiliki nomor kode klinik KB atau memiliki

kerjasama dengan pengelola jamkesmas dan pengelola BOK

di Kabupaten atau Kota

b) Penyediaan sarana pendukung pelayanan KB MKJP

c) Peningkatan kompetensi provider dalam pelayanan KB

MKJP

d) Peningkatan kualitas pencatatan dan pelaporan

2) Aspek penggerakan (demand) difokuskan pada peningkatan

penerimaan PUS terhadap KB MKJP melalui:

a) Peningkatan KIE dan promosi tentang MKJP

b) Peningkatan pencitraan dan promosi tempat pelayanan

c) Advokasi kepada para stakeholders, eksekutif dan legislatif


23

d) Peningkatan partisipasi masyarakat

2.4 Konsep Perilaku

Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya

stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak

langsung (Sunaryo, 2004).

Berdasarkan pandangan biologis, perilaku merupakan suatu

kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Pada hakikatnya,

perilaku manusia adalah aktivitas manusia itu sendiri. Oleh karena itu,

perilaku manusia mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup:

berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, bahkan kegiatan internal seperti

berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia

(Notoatmodjo, 2007).

Menurut Notoatmodjo (2007) secara lebih operasional perilaku

dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan

dari luar objek tersebut. Respon tersebut terbagi dalam dua macam yaitu:

a. Perilaku tertutup (covert behavior) yaitu respon yang terjadi di

dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh

orang lain, misalnya sikap, persepsi, pengetahuan.

b. Perilaku terbuka (overt behavior) yaitu apabila perilaku itu dapat

diamati secara langsung yang berupa tindakan nyata.

Dalam Notoatmodjo (2007) perilaku seseorang terhadap sakit dan

penyakit akan menyesuaikan dengan tingkat-tingkat pencegahan, yaitu:


24

a. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan

kesehatan (health promotion behavior), seperti makan makanan

bergizi, olahraga teratur.

b. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior)

adalah respon untuk melakukan pencegahan penyakit, misalnya

tidur memakai kelambu, imunisasi.

c. Perilaku sehubungan dengan pecarian pengobatan (health

seeking behavior) yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari

pengobatan, misalnya berusaha mengobati sendiri penyakitnya,

atau mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan.

d. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health

rehabilitation behavior) yaitu perilaku yang berhubungan

dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari

suatu penyakit. Misalnya melakukan diet, mematuhi anjuran

dokter dalam rangka pemulihan kesehatannya.

Sementara itu, Kasl dan Cobb (1966) dalam Niven (2002)

menggolongkan perilaku kesehatan sebagai berikut:

a. Perilaku kesehatan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh

individu yang meyakini dirinya sehat untuk tujuan mencegah

penyakit atau mendeteksinya dalam tahap asimptomatik.

b. Perilaku sakit yaitu aktivitas apapun yang dilakukan oleh

individu yang merasa sakit, untuk mendefinisikan keadaan

kesehatannya dan untuk menemukan pengobatan mandiri yang

tepat.
25

c. Perilaku peran-sakit, yaitu aktivitas yang dilakukan untuk tujuan

mendapatkan kesejahteraan, oleh individu yang

mempertimbangkan diri mereka sendiri sakit. Hal ini mencakup

mendapatkan pengobatan dari ahli terapi yang tepat, secara

umum mencakup seluruh rentang perilaku mandiri dan

menimbulkan beberapa derajat penyimpangan tehadap tugas

kebiasaan seseorang.

2.5 Perilaku Kesehatan

Untuk membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, intervensi

atau upaya yang dilakukan kepada faktor perilaku sangat penting dan

strategis, mengingat pengaruh yang ditimbulkannya. Berdasarkan berbagai

hasil penelitian dan literatur, didapatkan bahwa perilaku masyarakat yang

erat kaitannya dengan upaya peningkatan pengetahuan masyarakat

terbentuk melalui kegiatan yang disebut pendidikan kesehatan (Maulana,

2009). Pendidikan kesehatan adalah proses yang menjembatani gap antara

informasi kesehatan dengan perilaku kesehatan. Pendidikan kesehatan

memberikan motivasi kepada orang-orang untuk menerima informasi dan

melakukan sesuatu atas dasar informasi tersebut untuk membuat dirinya

lebih sehat dengan menjauhi tindakan yang berbahaya, dan membentuk

kebiasaan yang bermanfaat. Pengertian tersebut memberi kesan bahwa,

pendidikan kesehatan memiliki hubungan dengan perilaku kesehatan baik

dalam membantu orang-orang untuk memelihara gaya hidupnya maupun


26

membantu meningkatkan gaya hidup untuk meningkatkan status kesehatan

(Green, 1980).

Aktivitas pendidikan kesehatan yang terorganisir didasari oleh

keinginan untuk turun tangan pada proses peningkatan dan perubahan untuk

mempertahankan perilaku kesehatan yang positif atau memecahkan pola

perilaku yang terkait dengan peningkatan risiko penyakit, kecacatan, atau

kematian. Perilaku biasanya dikendalikan oleh orang yang bersangkutan,

namun seringkali dikendalikan oleh mereka yang mengontrol sumber daya

atau memberi keuntungan seperti pemimpin dalam komunitas, orang tua,

teman, guru, serta tenaga kesehatan. Digunakannya kerangka PRECEDE

(Predisposing; Reinforcing; and Enabling Causes in Educational

Diagnosis and Evaluation) akan membuat wawasan mengenai evaluasi

tertentu. Hal tersebut juga memberikan target yang sangat fokus untuk

dilakukannya intervensi (Green, 1980).

Menurut Green (1980), pendidikan kesehatan mempunyai peranan

penting dalam mengubah dan menguatkan faktor perilaku, sehingga

menimbulkan perilaku positif dari masyarakat. Faktor yang menyebabkan

perilaku kesehatan dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu predisposisi,

pemungkin, dan penguat. Masing- masing faktor memiliki tipe yang

berbeda dalam mempengaruhi perilaku.

Faktor predisposisi adalah faktor yang mendahului perilaku yang

menjadi dasar pemikiran atau motivasi untuk dilakukannya perilaku.

Variabel yang termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan, sikap,

kepercayaan dan nilai. Faktor pemungkin adalah faktor yang mendahului


27

perilaku yang memfasilitasi suatu motivasi untuk dapat diwujudkan dalam

kenyataan. Yang termasuk dalam faktor ini adalah keahlian dan sumber

daya pada individu maupun sumber daya pada masyarakat. Faktor penguat

adalah faktor yang mendahului perilaku melalui imbalan atau intensif atau

hukuman untuk perilaku dan kontribusi kepada perilaku yang dilakukan

terus menerus. Yang termasuk dalam faktor ini adalah keuntungan sosial

maupun fisik dan bukti yang nyata maupun yang telah dibayangkan, atau

imbalan yang telah dialami oleh orang lain (Green, 1980).

Beberapa perilaku kesehatan dapat dijelaskan sebagai sebuah fungsi dari

pengaruh kolektif ketiga faktor tersebut. Dugaan dari penyebab kolektif,

atau penyebab yang berkontribusi merupakan bagian yang penting karena

perilaku adalah sebuah fenomena yang memiliki banyak dimensi (Green,

1980). Tidak ada suatu perilaku atau tindakan yang disebabkan hanya

dengan satu faktor. Masing-masing faktor dapat meningkatkan atau

menurunkan kemungkinan akan dilakukannya perilaku, dengan berbagai

faktor yang berpotensi mempengaruhi faktor lainnya (Green, 1991).

2.5.1 Faktor predisposisi, diantaranya pengetahuan, sikap, kepercayaan,

nilai, dan persepsi, berhubungan dengan motivasi individu atau

kelompok untuk melakukan suatu tindakan. Meskipun variasi pada

faktor demografi seperti status sosioekonomi, umur, jenis kelamin,

dan jumlah anggota keluarga merupakan variabel penting sebagai

faktor predisposisi, akan tetapi variabel tersebut tidak dapat

dipengaruhi dengan mudah secara langsung melalui program

pendidikan kesehatan (Green, 1980).


28

a. Pengetahuan

Sebuah peningkatan dalam pengetahuan tidak selalu

menyebabkan perubahan perilaku. Beberapa macam pengetahuan

kesehatan mungkin dibutuhkan sebelum terjadinya suatu perilaku

kesehatan pribadi. Akan tetapi, perilaku sehat mungkin tidak

terjadi kecuali jika seseorang menerima isyarat yang cukup kuat

untuk memotivasi dirinya untuk bertindak sesuai dengan

pengetahuannya (Green, 1980). Pengetahuan merupakan sebuah

kebutuhan tetapi biasanya pengetahuan bukan merupakan faktor

yang cukup untuk merubah perilaku individu maupun kelompok.

Perilaku tidak secara tiba-tiba berubah sebagai respon terhadap

pengetahuan baru, akan tetapi efek kumulatif dari peningkatan

kesadaran akan meningkatkan pemahaman yang lebih baik dari

meresapnya fakta ke dalam sistem kepercayaan, nilai, sikap,

kepercayaan diri, serta akhirnya ke dalam perilaku (Green, 1991).

b. Kepercayaan, Nilai, dan Sikap

Variabel kepercayaan, nilai, dan sikap merupakan konsep yang

berdiri sendiri. Perbedaan diantara variabel tersebut sangat halus

dan kompleks. Kepercayaan adalah sebuah keyakinan bahwa

suatu fenomena atau suatu objek adalah benar atau nyata. Agama/

keyakinan, kepercayaan, dan kebenaran adalah kata-kata yang

digunakan untuk menyatakan atau mengartikan kepercayaan.

Pernyataan terkait dengan keyakinan terhadap kesehatan seperti:

“Saya tidak percaya bahwa pengobatan tersebut akan berhasil”;


29

“Jika diet ini tidak menghasilkan efek padanya, maka diet ini juga

tidak akan memberikan efek padaku”; “Latihan tidak akan

membuat perbedaan” (Green, 1980).

Nilai. Kebudayaan, perspektif turun temurun terhadap akibat

dari hal yang dilakukan orang. lain. Nilai dipelihara oleh

kelompok dalam suatu suku dan generasi dimana orang-orang

memiliki kesamaan sejarah dan identitas secara geografis. Nilai

merupakan sebuah dasar pembenaran pada tindakan seseorang

dalam syarat etika atau moral. Nilai menjadi pondasi yang benar

dan yang salah, dimensi baik dan buruk dari pandangan orang –

orang kepada perilaku tertentu (Green, 1991).

Sikap merupakan salah satu dari yang samar namun

merupakan kata yang sering digunakan dalam kamus ilmu

perilaku. Mucchielli menggambarkan sikap sebagai “sebuah

kecenderungan dalam pikiran atau perasaan yang konstan ke arah

suatu kategori tertentu dari seseorang, suatu objek atau situasi.”

Kirscht menyatakan bahwa sikap merepresentasikan sebuah

koleksi dari kepercayaan yang selalu dimasukkan dalam suatu

aspek evaluasi; sikap selalu dapat dinilai dalam istilah baik –

buruk atau positif – negatif (Green, 1980).

Dua konsep kunci dalam sikap adalah (1) sikap merupakan

sesuatu perasaan cukup konstan yang langsung terhadap suatu

objek (seseorang, perilaku, situasi, atau ide); dan (2) yang


30

melekat pada struktur sebuah sikap adalah evaluasi, dimensi baik

– buruk (Green, 1991).

2.5.2 Faktor pemungkin adalah keterampilan dan sumber daya yang

diperlukan untuk melakukan suatu perilaku kesehatan. Sumber daya

yang dimaksud dalam faktor ini seperti fasilitas pelayanan kesehatan,

manajemen, sekolah, balai pengobatan yang terjangkau, atau sumber

daya lain yang serupa. Faktor pemungkin juga menyinggung

kemudahan dalam mencapai sumber daya. Biaya, jarak, ketersediaan

transportasi juga termasuk ke dalam faktor pemungkin (Green, 1980).

2.5.3 Faktor penguat merupakan faktor yang menentukan apakah

perilaku kesehatan didukung. Sumber penguatan akan berubah-ubah

tergantung dari tujuan dan jenis program. Dalam program pendidikan

kesehatan kerja, faktor penguat misalnya diberikan oleh rekan kerja,

pengawas, serikat kepemimpinan, serta keluarga. Dalam program

pendidikan kesehatan di sekolah, faktor penguat mungkin diberikan

oleh teman sebaya, guru, staf sekolah, serta orangtua. Secara umum,

faktor penguat yang terdiri dari variabel dukungan masyarakat, tokoh

masyarakat, serta pemerintah sangat bergantung dari sarana dan jenis

program yang dilaksanakan. Oleh karena itu, pembuat program harus

berhati-hati dalam memperkirakan faktor penguat. Hal ini

dimaksudkan untuk memastikan bahwa peserta program memiliki

peluang untuk mendapatkan dukungan selama proses perubahan

perilaku (Green, 1980).


31

2.6 Beberapa Penelitian terdahulu yang Terkait dengan Penggunaan MKJP

2.6.1 Pengetahuan

Pengetahuan tentang pengendalian kelahiran dan keluarga

berencana merupakan prasyarat dari penggunaan metode kontrasepsi

yang tepat dengan cara yang efektif dan efisien. Informasi mengenai

penggunaan kontrasepsi diperlukan untuk mengukur keberhasilan

program KB (BPS, etc, 2012). Melalui pengetahuan yang baik

tentang kontrasepsi, tentu dapat memberikan peluang untuk dapat

memilih kontrasepsi dengan baik dan benar sesuai dengan tujuan ber

KB (Asih dan Hadriah, 2009). Analisis lanjutan SDKI 2012 yang

dilakukan oleh Arief, dkk (2013) menyatakan tingkat pengetahuan

WUS sebagian besar dalam kategori baik. Hal tersebut berhubungan

dengan pemilihan WUS terhadap MKJP.

Analisis lanjut hasil mini survey BKKBN 2011 yang dilakukan

oleh Nasution (2011) menyatakan bahwa pentingnya pengetahuan

seseorang, dimana wanita yang mempunyai pengetahuan KB ‘baik’

cenderung lebih banyak memakai kontrasepsi MKJP dibandingkan

dengan wanita yang pengetahuan ber KB nya kurang. Wanita yang

mempunyai pengetahuan KB lebih baik, mempunyai kecenderungan

sebesar 1,5 kali untuk memakai kontrasepsi MKJP. Hal tersebut

mengindikasikan pentingnya KIE/ konseling kepada pasangan usia

subur, bila ingin meningkatkan kesertaan KB-MKJP.

Melalui program promosi dan advokasi untuk mendorong

seseorang untuk memilih kontrasepsi jangka panjang. Pemberian


32

informasi melalui kegiatan-kegiatan pelayanan KB dan kesehatan

reproduksi oleh petugas baik maupun melalui pasangan dianggap

tepat dalam peningkatan pemakaian kontrasepsi (Nasution, 2011).

Sementara melalui penelitian yang dilakukan oleh Verawaty

(2013) diketahui bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan

dengan pemilihan MKJP. Pengetahuan responden yang baik ataupun

kurang tentang MKJP tidak mempengaruhi mereka dalam memilih

metode atau alat kontrasepsi yang akan digunakan dalam hal ini

MKJP. Mereka memiliki keleluasaan atau kebebasan pilihan dengan

mempertimbangkan hal-hal seperti kecocokan, pilihan efektif atau

tidaknya, kenyamanan dan keamanan dari efek samping alat

kontrasepsi, juga dalam memilih tempat pelayanan yang sesuai dan

lengkap.

Menurut Green (1980) beberapa macam pengetahuan kesehatan

mungkin dibutuhkan sebelum munculnya sebuah kesadaran terhadap

perilaku kesehatan pribadi. Akan tetapi, perilaku sehat mungkin tidak

terjadi kecuali jika seseorang menerima isyarat yang cukup kuat

untuk memotivasi dirinya untuk bertindak sesuai dengan

pengetahuannya.

2.6.2 Kepercayaan

Kepercayaan adalah sebuah keyakinan bahwa suatu fenomena

atau suatu objek adalah benar atau nyata. Ketika seseorang percaya

bahwa suatu perilaku kesehatan akan bermanfaat bagi dirinya, hal


33

tersebut akan meningkatkan motivasi untuk melakukan perilaku

kesehatan tersebut sehingga kemungkinan untuk dilakukannya

perilaku kesehatan semakin besar (Green, 1980). Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Harahap (2009), diketahui variabel

kepercayaan memiliki hubungan yang searah (positif) terhadap

penggunaan IUD. Penggunaan kontrasepsi IUD akan meningkat

apabila akseptor KB mempunyai kepercayaan yang positif.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Yanti, dkk (2012) diketahui

ada hubungan kepercayaan dengan penggunaan kontrasepsi IUD. Hal

tersebut disebabkan karena masih banyak masyarakat yang memiliki

kepercayaan negatif terkait penggunaan IUD. Kepercayaan yang

negatif mengenai penggunaan IUD dikarenakan masyarakat masih

memegang teguh adat istiadat dari suku mereka, petuah orang tua dan

juga faktor agama.

2.6.3 Sikap

Menurut Green (1981), konsep kunci dalam sikap ada dua yaitu

(1) sikap merupakan sesuatu perasaan cukup konstan yang langsung

terhadap suatu objek (seseorang, perilaku, situasi, atau ide); dan (2)

yang melekat pada struktur sebuah sikap adalah evaluasi, dan dimensi

baik – buruk. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap

objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap

objek. Seperti sikap setuju atau tidaknya mereka terhadap informasi

alat kontrasepsi dan KB, pengertian alat kontrasepsi dan manfaatnya,

serta hal lain yang berkaitan dengan kontrasepsi (Purba, 2008).


34

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arief, dkk (2013),

diketahui bahwa semakin positif sikap WUS terhadap MKJP, maka

semakin tinggi pula probabilitas WUS untuk mengunakan MKJP.

Sejalan dengan pernyataan tersebut, hasil penelitian yang dilakukan

oleh Purba (2008) menyatakan bahwa ada pengaruh sikap terhadap

pemakaian alat kontrasepsi.

Sementara pada penelitian yang dilakukan oleh Verawaty (2013)

diketahui bahwa tidak ada perbedaan antara responden yang bersikap

positif dan responden yang bersikap negatif terhadap penggunaan

MKJP. Artinya, walaupun responden memberi penilaian baik

terhadap manfaat dan efek samping dari penggunaan MKJP, hal

tersebut tidak akan mempengaruhi keputusannya dalam

menggunakan MKJP.

2.6.4 Keterpaparan terhadap informasi MKJP

Program komunikasi, edukasi, dan informasi (KIE) KB di

Indonesia merupakan kegiatan penerangan dan sosialisasi program

KB melalui berbagai media. Media memiliki peranan penting dalam

mensosialisasikan keluarga berencana. Informasi mengenai

keterpajanan media penting bagi perencana program untuk

menentukan target populasi yang efektif dalam pelaksanan KIE

program KB. Baik media cetak (koran/majalah, pamflet, poster)

maupun media eletronik (radio dan televisi) digunakan oleh berbagai

kalangan masyarakat untuk menyebarluaskan pesan KB. Kegiatan

KIE untuk acara televisi dilakukan oleh stasiun TV pemerintah dan


35

swasta di pusat dan daerah. KIE untuk radio juga dilakukan melalui

stasiun radio pemerintah dan swasta di seluruh wilayah Indonesia

(BKKBN, 2012).

Berdasarkan analisis lanjutan SDKI tahun 2007 yang dilakukan

oleh Asih dan Hadriah, diketahui bahwa semua variabel akses

informasi yang mencakup media elektonik, media cetak, dan sumber

informasi lain, menunjukkan hubungan yang bermakna dengan

pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang. Pernah mendapatkan

informasi dari media cetak diketahui memberikan peluang untuk

memakai kontrasepsi MKJP sebanyak 1 kalinya (OR=1,36).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aryanti (2014) menyatakan

tidak ada hubungan informasi KB dengan penggunaan kontrasepsi.

Sementara menurut Aryanti, tidak adanya hubungan penggunaan

MKJP dengan keterpaparan informasi MKJP disebabkan karena

jumlah petugas lapangan KB tidak sebanding dengan akseptor KB

yang ada di Desa tersebut. Selain itu responden telah mendapatkan

informasi MKJP dari sumber lain walaupun informasi yang diterima

tidak lengkap dan akurat.

Dalam penelitian Christiani, dkk (2014) meskipun sosialisasi

tentang program KB telah dilakukan melalui berbagai kegiatan

seperti kegiatan posyandu, pengajian, maupun metode jemput bola

serta obrolan santai, tetap saja penggunaan MKJP belum mencapai

target yang diharapkan. Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh

pelaksanaan sosialisasi yang belum terlaksana secara maksimal


36

karena acara tersebut masih tergabung dengan acara lain sehingga

masyarakat belum betul-betul memahami tentang program KB

khususnya MKJP.

2.6.5 Keterampilan Terkait Kontrasepsi

Keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam menerapkan

pengetahuan kedalam bentuk tindakan. Keterampilan seorang

karyawan diperoleh melalui pendidikan dan latihan. Pelatihan dapat

memberikan pegawai lama maupun pegawai baru sebuah

keterampilan yang mereka butuhkan untuk melaksanakan pekerjaan

(Sirait, 2006).

Petugas kesehatan merupakan komponen penting dalam

pelaksanaan suatu layanan kesehatan. Oleh karena itu keterampilan

petugas kesehatan merupakan faktor pemungkin yang mempengaruhi

pemanfaatan suatu pelayanan kesehatan (Syahrir, 2014). Menurut

penelitian Faizahlaili (2009) terdapat hubungan yang bermakna

antara petugas yang melayani KB dengan WUS non akseptor KB

(p<0,05).

2.6.6 Dukungan Suami

Menurut BKKBN (2000), penggunaan kontrasepsi merupakan

tanggung jawab pria dan wanita sebagai pasangan, sehingga metode

kontrasepsi yang dipilih mencerminkan kebutuhan serta keinginan

suami dan istri. Suami dan istri harus saling mendukung dalam

penggunaan metode kontrasepsi karena keluarga berencana bukan

hanya urusan pria atau wanita saja.


37

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Purba (2008) menyatakan

bahwa ada hubungan antara dukungan suami dengan pemakaian alat

kontrasepsi (p value: 0.01). berbeda dengan pernyataan tersebut,

dalam penelitian yang dilakukan oleh Syafrina, dan Thobagus (2008)

diketahui ada dukungan positif antara persepsi kesetaraan gender

pada laki-laki dengan keterlibatan istri pada pengambilan keputusan

publik dalam rumah tangga. Semakin positif persepsi kesetaraan

gender pada laki-laki akan diikuti pula dengan tingginya keterlibatan

istri pada pengambilan keputusan publik dalam rumah tangga.

Menurutnya, di dalam rumah tangga, pembagian peran antara suami

dan istri mempengaruhi keterlibatan istri pada pengambilan

keputusan publik. Persepsi kesetaraan gender pada laki-laki dapat

diwujudkan dengan memberikan persamaan kesempatan sehingga

istri mempunyai peran yang sama dalam pengambilan keputusan

dalam rumah tangga.

Dalam instruksi Presiden No. 9 Tahun 2008, gender adalah

konsep yang mengacu pada peran-peran dan tanggung jawab laki-laki

dan perempuan yang terjadi akibat dari, dan dapat berubah oleh

keadaan sosial dan masyarakat. Sementara yang dimaksud dengan

kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan

perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai

manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan

politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan nasional,

serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut.


38

2.6.7 Dukungan Teman

Dukungan sosial mengacu kepada suatu dukungan yang

dipandang sebagai sesuatu yang bermanfaat (Faizahlaili, 2009).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Faizahlaili (2009),

diketahui ada hubungan yang bermakna antara dukungan teman

sebaya dengan non akseptor KB. Menurut Edmeades (2008),

pengalaman masa lalu dari orangtua/ nenek moyang mempengaruhi

pemilihan penggunaan kontrasepsi.

Menurut hasil penelitian Landi, dkk (2012) tidak ada hubungan

dukungan tenaga kesehatan dengan pemakaian kontrasepsi suntik.

Pada penelitian tersebut, dikatakan bahwa tenaga kesehatan termasuk

salah satu pihak yang berwenang mengkampanyekan program KB

kepada masyarakat, namun dalam pelaksanaannya, tugas tersebut

belum dapat dilakukan dengan optimal karena keterbatasan dana,

keterbatasan tenaga, serta beban kerja yang tinggi.

Sejalan dengan hasil penelitian tersebut, hasil analisa data yang

dilakukan oleh Oktavia (2014) diperoleh informasi bahwa program

Bina Keluarga Mandiri (BKM) tidak berpengaruh terhadap

pengambilan keputusan menggunakan alat kontrasepsi. BKM

merupakan suatu organisasi yang digunakan untuk memberikan

informasi dan mendorong keluarga dalam memilih dan menggunakan

kontrasepsi dengan tepat melalui pembinaan yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan. Tidak adanya pengaruh antara BKM dengan

pengambilan keputusan kontrasepsi disebabkan karena kelompok


39

akseptor telah memiliki pilihan menggunakan metode kontrasepsi

tertentu berdasarkan pengalaman sebelumnya atau berdasarkan

lingkungan masyarakat.

2.6.8 Dukungan Tenaga Kesehatan

Dukungan sosial mengacu kepada suatu dukungan yang

dipandang sebagai sesuatu yang bermanfaat. Dukungan ini salah

satunya bersumber dari tenaga kesehatan. Dengan mendapatkan

dukungan dari petugas kesehatan maka pengetahuan WUS

meningkat sehingga akan memantapkan WUS untuk menjadi

akseptor KB (Faizahlaili, 2009).

Menurut hasil penelitian Landi, dkk (2012) tidak ada hubungan

dukungan tenaga kesehatan dengan pemakaian kontrasepsi suntik.

Pada penelitian tersebut, dikatakan bahwa tenaga kesehatan termasuk

salah satu pihak yang berwenang mengkampanyekan program KB

kepada masyarakat, namun dalam pelaksanaannya, tugas tersebut

belum dapat dilakukan dengan optimal karena keterbatasan dana,

keterbatasan tenaga, serta beban kerja yang tinggi.

Sejalan dengan hasil penelitian tersebut, hasil analisa data yang

dilakukan oleh Oktavia (2014) diperoleh informasi bahwa program

Bina Keluarga Mandiri (BKM) tidak berpengaruh terhadap

pengambilan keputusan menggunakan alat kontrasepsi. BKM

merupakan suatu organisasi yang digunakan untuk memberikan

informasi dan mendorong keluarga dalam memilih dan menggunakan

kontrasepsi dengan tepat melalui pembinaan yang dilakukan oleh


40

tenaga kesehatan. Tidak adanya pengaruh antara BKM dengan

pengambilan keputusan kontrasepsi disebabkan karena kelompok

akseptor telah memiliki pilihan menggunakan metode kontrasepsi

tertentu berdasarkan pengalaman sebelumnya atau berdasarkan

lingkungan masyarakat.

2.6.9 Dukungan Pemimpin dalam Komunitas

Dukungan sosial mengacu kepada suatu dukungan yang

dipandang sebagai sesuatu yang bermanfaat (Faizahlaili, 2009).

Untuk mengubah atau mendidik masyarakat seringkali diperlukan

pengaruh dari tokoh atau pemimpin masyarakat (Purba, 2008).

Termasuk dalam dukungan sosial yang dapat mempengaruhi

penggunaan MKJP adalah dukungan pemimpin dalam komunitas.

Pemimpin dalam komunitas tentunya memiliki wewenang untuk

menyelenggarakan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan

kontrasepsi khususnya MKJP.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Febriyanti (2011),

diketahui tidak ada hubungan antara dukungan tokoh masyarakat

terhadap self efficacy pasangan usia subur untuk menjadi peserta KB

baru MOW.

2.7 Kerangka Teori

Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, maka dalam penelitian

ini, teori yang akan digunakan adalah teori Perilaku Kesehatan oleh Green

(1980).
41

Gambar 2.1.

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan

Faktor Predisposisi

 Pengetahuan
 Kepercayaan
 Nilai
 Sikap

Faktor Pemungkin

 Ketersediaan sumber daya kesehatan


 Keterpaparan terhadap sumber daya
kesehatan
 Komunitas/ peraturan pemerintah,
prioritas, dan komitmen kepada Perilaku
kesehatan
 Keterampilan yang berkaitan dengan
kesehatan

Faktor Penguat

 Keluarga
 Teman sebaya
 Guru
 Penyedia layanan kesehatan
 Pemimpin dalam komunitas
 Pengambil keputusan

Sumber : Lawrence W. Green (1980)


BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang, tinjauan pustaka, dan teori Lawrence Green

mengenai perilaku, maka variabel yang diteliti dalam faktor-faktor yang

berhubungan dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang antara

lain variabel pengetahuan, kepercayaan, sikap, keterpaparan terhadap informasi

MKJP, keterampilan terkait kontrasepsi, dukungan suami, dukungan teman,

dukungan tenaga kesehatan serta dukungan pemimpin dalam komunitas.

Variabel yang akan diteliti dapat dilihat pada gambar 3.1.

Sedangkan variabel yang tidak diteliti adalah:

1. Variabel nilai tidak diteliti karena sulit untuk menentukan cara ukur, alat

ukur, serta indikator dari variabel tersebut.

2. Variabel ketersediaan sumber daya kesehatan tidak diteliti karena

penelitian dilakukan pada satu puskesmas sehingga ketersediaan sumber

daya kesehatan (sumber pelayanan, jumlah tenaga kesehatan,

ketersediaan alat kontrasepsi) akan bersifat homogen.

3. Variabel komitmen komunitas/ pemerintah terhadap kesehatan tidak

diteliti, karena variabel ini akan menghasilkan data yang homogen.

Komitmen pemerintah terhadap penggunaan metode kontrasepsi jangka

panjang telah tertuang dalam RPJMN 2010 – 2014.

42
43

4. Variabel dukungan keluarga tidak diteliti karena berdasarkan penelitian

terdahulu, dukungan keluarga tidak berhubungan dengan penggunaan

MKJP.

Dengan demikian, kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar 3.1.

Kerangka Konsep

Faktor Predisposisi
 Pengetahuan
 Kepercayaan
 Sikap

Faktor Pemungkin
Penggunaan metode
 Keterpaparan terhadap
kontrasepsi jangka
informasi MKJP
panjang
 Keterampilan terkait
kontrasepsi

Faktor Penguat
 Dukungan suami
 Dukungan teman
 Dukungan tenaga kesehatan
 Dukungan pemimpin dalam
komunitas
3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1

Definisi Operasional pada Variabel Dependen

1. Variabel Dependen

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1. Penggunaan Suatu cara yang dipilih oleh Pengisian Lembar 0.NON MKJP, jika alat Ordinal

Metode wanita akseptor KB sebagai Kuesioner Kuesioner kontrasepsi yang digunakan

Kontrasepsi alat yang digunakan untuk berupa pil atau suntik.

Jangka menjarangkan atau membatasi 1.MKJP, jika kontrasepsi yang

Panjang kelahiran digunakan berupa susuk/

implant atau AKDR

44
Tabel 3.2

Definisi Operasional pada Variabel Independen

2. Variabel independen

Cara Alat Skala


No Variabel Definisi Hasil Ukur
Ukur Ukur Ukur
1. Pengetahuan Hal-hal yang dipahami Pengisian Lembar Jika yang menjawab benar diberi nilai 1, jika Ordinal
wanita akseptor KB terkait Kuesioner Kuesioner salah maka nilai 0, lalu nilai tersebut
metode kontrasepsi dijumlahkan. Jumlah skor dikategorikan menjadi
2 kelompok dengan cut off point median.
0 = kurang baik, jika skor diperoleh < median.
1 = baik, jika skor yang diperoleh ≥ median.

45
2. Kepercayaan Sebuah keyakinan Pengisian Lembar Favorable (+) Unfavorable (-) Ordinal
mengenai hal yang Kuesioner Kuesioner 0 = Tidak Percaya 2 = Tidak Percaya
berkaitan dengan 1 = Ragu-ragu 1 = Ragu-ragu
kontrasepsi adalah benar 2 = Percaya 0 = Percaya
atau nyata Jika responden memilih percaya pada pernyataan
sikap positif, maka akan diberi skor 2, dan
seterusnya. Jumlah skor dikategorikan menjadi 2
kelompok dengan cut off point median.
0 = Kepercayaan Negatif, skor < nilai median
1 = Kepercayaan Positif jika skor ≥ nilai median

3. Sikap Reaksi atau respon wanita Pengisian Lembar Favorable (+) Unfavorable (-) Ordinal
akseptor KB terhadap hal Kuesioner Kuesioner 0 = Tidak setuju 2 = Tidak setuju
yang berkaitan dengan 1 = Kurang setuju 1 = Kurang setuju
pemilihan metode 2 = Setuju 0 = Setuju
kontrasepsi. Dalam hal ini (Azwar, 2009)
sikap ditunjukkan dengan Jika responden memilih setuju pada pernyataan
pernyataan setuju, atau sikap positif, maka akan diberi skor 2, dan
kurang setuju, atau tidak seterusnya. Jumlah skor dikategorikan menjadi 2
setuju kelompok dengan cut off point median.
0 = Sikap Negatif : skor < nilai median

46
1 = Sikap Positif, jika skor ≥ nilai median
(Azwar, 2011)

4. Keterpaparan Kondisi melihat atau Pengisian Lembar Jika responden terpapar dari satu sumber Ordinal
terhadap mendengar informasi Kuesioner Kuesioner informasi maka akan diberi skor 1, jika tidak
MKJP mengenai MKJP dari satu maka akan diberi nilai 0 kemudian dijumlahkan.
sumber atau lebih Jumlah skor dikategorikan menjadi 2 kelompok
dengan cut off point median.
0.Tidak terpapar, jika skor diperoleh < median.
1.Terpapar, jika skor yang diperoleh ≥ median.

5. Keterampilan Penilaian responden Pengisian Lembar Jika responden menjawab “ya” maka akan
terkait terhadap perlakuan yang Kuesioner Kuesioner mendapat skor 1, sedangkan jawaban “tidak”,
kontrasepsi diberikan oleh tenaga akan diberi skor 0. Lalu skor tersebut
kesehatan ketika dijumlahkan. Jumlah skor dikategorikan menjadi
memberikan pelayanan 2 kelompok dengan cut off point median.
kontrasepsi 0.Tidak terampil, jika skor diperoleh < median.
1.Terampil, jika skor yang diperoleh ≥ median.

47
6. Dukungan Sikap/ tindakan suami Pengisian Lembar Jika suami menyetujui dan memberikan Ordinal
suami terhadap metode Kuesioner Kuesioner dorongan untuk menggunakan alat kontrasepsi
kontrasepsi yang maka diberi nilai 1, jika tidak maka diberi nilai
digunakan istrinya 0 lalu nilai dijumlahkan. Jumlah skor
dikategorikan menjadi 2 kelompok dengan cut
off point median.
0 = kurang mendukung, jika skor diperoleh <
median.
1 = mendukung, jika skor yang diperoleh ≥
median.
7. Dukungan Sikap/ tindakan teman Pengisian Lembar Jika teman sebaya menyetujui dan memberikan Ordinal
teman sebaya dalam penggunaan Kuesioner Kuesioner dorongan untuk menggunakan alat kontrasepsi
metode kontrasepsi maka diberi nilai 1, jika tidak maka diberi nilai
0 lalu nilai dijumlahkan. Jumlah skor
dikategorikan menjadi 2 kelompok dengan cut
off point median.
0 = kurang mendukung, jika skor diperoleh <
median.
1 = mendukung, jika skor yang diperoleh ≥
median.

48
8. Dukungan Sikap atau tindakan tenaga Pengisian Lembar Jika tenaga kesehatan menyetujui dan Ordinal
tenaga kesehatan dalam Kuesioner Kuesioner memberikan dorongan untuk menggunakan alat
kesehatan penggunaan metode kontrasepsi maka diberi nilai 1, jika tidak maka
kontrasepsi diberi nilai 0 lalu nilai dijumlahkan. Jumlah skor
dikategorikan menjadi 2 kelompok dengan cut
off point median.
0 = kurang mendukung, jika skor diperoleh <
median.
1 = mendukung, jika skor yang diperoleh ≥
median.
9. Dukungan Sikap atau tindakan tokoh Pengisian Lembar Jika pemimpin dalam komunitas menyetujui dan Ordinal
pemimpin agama/ tokoh masyarakat/ Kuesioner Kuesioner memberikan dorongan untuk menggunakan alat
dalam kader kesehatan dalam kontrasepsi maka diberi nilai 1, jika tidak maka
komunitas penggunaan metode diberi nilai 0 lalu nilai dijumlahkan. Jumlah skor
kontrasepsi dikategorikan menjadi 2 kelompok dengan cut
off point median.
0 = kurang mendukung, jika skor< median
1 = mendukung, jika skor yang diperoleh ≥
median.

49
50

3.3 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan

dengan penggunaan metode kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Kalideres tahun 2015 adalah:

1. Ada hubungan antara faktor predisposisi (pengetahuan, kepercayaan,

serta sikap) dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Kalideres Tahun 2015.

2. Ada hubungan antara faktor pemungkin (keterpaparan terhadap

informasi MKJP dan keterampilan terkait kontrasepsi) dengan

penggunaan MKJP di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres

Tahun 2015.

3. Ada hubungan antara faktor penguat (dukungan suami, dukungan

teman, dukungan tenaga kesehatan, serta dukungan pemimpin dalam

komunitas) dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Kalideres Tahun 2015.


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Disain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan desain cross

sectional. Oleh karena itu, variabel dependen (penggunaan MKJP) dan

independen (pengetahuan, kepercayaan, sikap, keterpaparan terhadap informasi

MKJP, keterampilan terkait kontrasepsi, dukungan suami, dukungan teman,

dukungan tenaga kesehatan, serta dukungan pemimpin dalam komunitas)

diamati pada waktu yang sama untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang

berhubungan dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang.

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai Juni 2015 di wilayah

kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres. Pemilihan lokasi penelitian disebabkan

karena Kecamatan Kalideres memiliki jumlah penduduk kedua terbanyak dan

laju pertumbuhan tertinggi, serta proporsi peserta KB aktif pengguna MKJP

yang rendah dibandingkan dengan kecamatan lain yang berada dalam wilayah

Kota Jakarta Barat.

51
52

4.3 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah WUS yang merupakan akseptor

KB di Puskesmas Kecamatan Kalideres.

2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara acak (probability sampling)

agar semua unit dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk

terpilih menjadi sampel dalam penelitian ini. Pengambilan sampel

menggunakan metode sistematic random sampling dengan membuat

undian, nomor berapa yang akan menjadi acuan kelipatan yang

dijadikan sampel. Nomor kelipatan tersebut kemudian diterapkan pada

nomor urut pasien poli KB Puskesmas Kecamatan Kalideres. Kriteria

sampel yang akan diambil adalah wanita akseptor KB yang sudah

menikah yang datang ke Puskesmas untuk mendapatkan pelayanan

kontrasepsi serta bersedia menjadi sampel penelitian.

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

menggunakan rumus uji hipotesis beda 2 proporsi:

𝛼 2
{𝑍1− 2 √(2𝑃(1−𝑃) + 𝑍1− 𝛽 √𝑃1 (1−𝑃1)+ 𝑃2 (1−𝑃2) }
𝑛= (𝑃1 −𝑃2 )2

Keterangan:
n : besar sampel
𝛼
P1 : proporsi kejadian 1 Z1- 2 : derajat kemaknaan 5%
P2 : proporsi kejadian 2 Z1 – 𝛽: kekuatan uji 90%
P : rata rata P1 dan P2
53

Tabel 4.1.
Besar Sampel
Variabel Peneliti P1 P2 n

Pengetahuan Ayunda, 2013 0.324 0.676 82

Sikap Erman, 2012 0.698 0.302 64

Keterpaparan Asih dan 0.683 0.317 76


informasi Hadriah, 2009

Dukungan suami Fienalia, 2012 0.7 0.3 62

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa pada variabel keterpaparan

informasi dan variabel pengetahuan memiliki jumlah sampel terbesar,

yaitu 82. Untuk menghindari terjadinya missing jawaban dari responden

maka perlu ditambahkan 10% dari jumlah sampel sehingga jumlah sampel

keseluruhan sebanyak 90 orang.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu melalui

pengumpulan data secara langsung dengan cara menyebar kuesioner pada

pasien poli KB di Puskesmas Kecamatan Kalideres, serta data sekunder berupa

laporan cakupan penggunaan KB Puskesmas Kecamatan Kalideres.

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 90 orang. Sementara jumlah

pasien poli KB pada bulan April 2015 adalah 190 orang. Dari angka tersebut

dapat diketahui bahwa angka yang dijadikan acuan untuk lompatan adalah

190⁄ sehingga diperoleh angka 2. Kemudian dilakukan pengocokan pada


90

angka 1 dan 2. Angka yang keluar adalah angka 1, maka pasien poli KB yang
54

menjadi responden dalam penelitian ini adalah yang memiliki nomor urut 1, 3,

5, dan seterusnya.

Sebelum mengisi kuesioner peneliti menjelaskan terlebih dahulu cara

mengisi kuesioner kepada responden, dibagikan, dan tidak boleh dibawa

pulang. Pada saat pengisian kuesioner, peneliti menunggu sampai selesai agar

responden mengisi dengan sungguh-sungguh dan apabila terdapat hal yang

belum jelas, peneliti akan memberikan penjelasan. Setelah pengisian selesai,

kuesioner dikumpulkan dan diperiksa kembali kelengkapan datanya.

4.5 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi

pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan faktor yang berhubungan

dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang di wilayah kerja

Puskesmas Kecamatan Kalideres. Pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam

kuisioner telah digunakan sebelumnya dalam Riskesdas 2013, SDKI 2012 serta

Faizahlaili, 2009. Kuesioner terdiri dari pertanyaan mengenai perilaku

penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang, pengetahuan, kepercayaan,

sikap, keterpaparan terhadap informasi MKJP, keterampilan terkait kontrasepsi,

dukungan suami, dukungan teman, dukungan tenaga kesehatan, serta dukungan

pemimpin dalam komunitas.


55

Adapun pengukuran data dari setiap variabel dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Perilaku penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang

Pada variabel penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang,

responden yang menjawab penggunaan kontrasepsi suntik atau pil diberi

nilai 0 dan dikategorikan pengguna non MKJP, sedangkan responden

yang menjawab penggunaan kontrasepsi IUD/ spiral/ implan/ susuk

diberi nilai 1 dan dikategorikan pengguna MKJP.

2. Pengetahuan

Pada variabel pengetahuan, responden yang menjawab pertanyaan

dengan benar akan diberi nilai 1, sementara jika salah akan diberi nilai

0. Kemudian nilai tersebut dijumlahkan. Responden yang memiliki

pengetahuan baik akan mendapat skor 1, dan responden yang memiliki

pengetahuan kurang baik akan mendapat skor 0.

3. Kepercayaan

Pada variabel ini, responden yang percaya pada pernyataan positif

akan diberi skor 2, ragu ragu mendapat skor 1, tidak percaya akan

mendapat skor 0 dan sebaliknya. Dari hasil tersebut responden akan

terbagi dalam kelompok responden positif dan negatif.

4. Sikap

Pada variabel sikap, responden yang menjawab setuju pada

pertanyaan favorable mendapat skor 2, kurang setuju mendapat skor 1,

serta tidak setuju mendapat skor 0. Demikian sebaliknya. Responden


56

yang memiliki sikap negatif termasuk kategori 0, sedangkan yang

memiliki sikap positif termasuk kategori 1.

5. Keterpaparan terhadap informasi MKJP

Pada variabel ini, responden yang terpapar informasi dari satu

sumber akan diberi nilai 1, kemudian nilai tersebut dijumlahkan.

Responden yang terpapar informasi MKJP termasuk kategori 1, dan

responden yang tidak terpapar informasi MKJP termasuk kategori 0.

6. Keterampilan terkait kontrasepsi

Pada variabel keterampilan terkait kontrasepsi, responden yang

menjawab “ya” akan diberi nilai 1, kemudian nilai tersebut dijumlahkan.

Responden yang menganggap tenaga kesehatan yang memberikan

pelayanan kontrasepsi terampil, termasuk golongan 1. Dan responden

yang mendapatkan pelayanan kontrasepsi dari tenaga kesehatan yang

dianggap kurang terampil, termasuk golongan 0.

7. Dukungan suami

Pada variabel dukungan suami, responden yang menjawab “ya” dan

alat kontrasepsi yang digunakan sesuai dengan yang disarankan suami

akan mendapat skor 1, jawaban sebaliknya akan mendapat skor 0. Skor

jawaban akan dijumlahkan. Responden akan terbagi dalam kelompok

kurang mendukung dan mendukung.

8. Dukungan teman

Pada variabel ini, responden yang menjawab “ya” akan mendapat

skor 1. Yang menjawab tidak, akan mendapat skor 0. Responden akan

terbagi dalam kelompok kurang mendukung dan mendukung.


57

9. Dukungan tenaga kesehatan

Pada variabel ini, responden yang menjawab “ya” akan mendapat

skor 1. Yang menjawab tidak, akan mendapat skor 0. Responden akan

terbagi dalam kelompok kurang mendukung dan mendukung.

10. Dukungan pemimpin dalam komunitas

Pada variabel ini, responden yang menjawab “ya” akan mendapat

skor 1. Yang menjawab tidak, akan mendapat skor 0. Responden akan

terbagi dalam kelompok kurang mendukung dan mendukung.

4.6 Manajemen Data

Data yang diperoleh dari penelitian kuantitatif adalah berupa kode yang

merupakan hasil coding dari pilihan jawaban yang telah disediakan. Setelah

data tersebut terkumpul, kemudian dilakukan sebuah kegiatan yaitu me-manage

data. Tahapan dalam kegiatan tersebut adalah:

1. Coding data

Yaitu proses pemberian kode pada setiap pilihan jawaban sesuai dengan

klasifikasinya agar memudahkan ketika memasukkan data hasil

penelitian ke software yang digunakan.

2. Editing data

Yaitu kegiatan yang dilakukan di lapangan pada saat pengambilan data.

Peneliti melakukan pemeriksaan kelengkapan pengisian kuesioner.


58

3. Entry data

Yaitu kegiatan memasukkan data ke software berdasarkan

klasifikasinya.

4. Cleaning

Yaitu kegiatan pengecekan kembali data yang telah dimasukkan ke

software agar sesuai dengan hasil pada kuesioner sehingga data siap

untuk dianalisis.

4.7 Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis yang dilakukan untuk melihat frekuensi dan persentase dari

masing-masing variabel dependen dan variabel independen. Variabel

tersebut adalah penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang,

pengetahuan, kepercayaan, sikap, keterpaparan terhadap informasi

MKJP, keterampilan terkait kontrasepsi, dukungan suami, dukungan

teman, dukungan tenaga kesehatan, serta dukungan pemimpin dalam

komunitas.

2. Analisis Bivariat

Analisis yang dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan

yaitu mempelajari hubungan antar variabel. Uji ini digunakan untuk

mengetahui hubungan antara variabel independen (pengetahuan,

kepercayaan, sikap, keterpaparan terhadap informasi MKJP,

keterampilan terkait kontrasepsi, dukungan suami, dukungan teman,

dukungan tenaga kesehatan, serta dukungan pemimpin dalam


59

komunitas) dengan variabel dependen (penggunaan metode kontrasepsi

jangka panjang). Data dalam penelitian ini merupakan data kategorik,

oleh karena itu analisis ini dilakukan menggunakan uji Chi square.

(Ο−Ε)2
Rumus Chi-Square yaitu: 𝑋2 = Σ Ε

Keterangan

𝑋 2 : Kai kuadrat atau Chi square


O : Frekuensi yang diperoleh berdasarkan data
\\\\ E : Frekuensi yang diharapkan
BAB V
HASIL

5.1 Analisa Univariat

5.1.1. Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

Tabel 5.1
Gambaran Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Akseptor KB di
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015
No Topik N %
1. Alat kontrasepsi yang saat ini digunakan
a. Suntik 60 66.7
b. Pil 19 21.1
c. IUD/ Spiral 9 10
d. Implan/ Susuk 2 2.2

Hasil penelitian menunjukkan bahwa akseptor KB di wilayah

kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres tahun 2015 lebih banyak yang

menggunakan kontrasepsi suntik (66.7%) dibandingkan dengan

kontrasepsi pil (21.1%), IUD/ spiral (10%) maupun kontrasepsi

implan/ susuk (2.2%). Kemudian hasil tersebut dikelompokkan.

Pengguna kontrasepsi suntik dan pil termasuk katregori non MKJP,

sementara pengguna kontasepsi IUD/ spiral dan implan/ susuk

termasuk kategori MKJP. Hasil pengelompokkan tersebut dapat

terlihat pada tabel 5.2.

60
61

Tabel. 5.2
Distribusi Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015
No. Penggunaan MKJP N %
1 Non MKJP 79 87.8
2 MKJP 11 12.2
Jumlah 90 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui sebagian besar wanita

akseptor KB (87.8%) di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Kalideres menggunakan metode kontrasepsi non MKJP.

5.1.2. Gambaran Faktor Predisposisi

a. Pengetahuan

Tabel 5.3
Gambaran Pengetahuan Akseptor KB di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015
No Topik N %
1. Alat kontrasepsi merupakan suatu alat, obat, dan 90 100
cara yang digunakan untuk dapat mencegah
kehamilan
2. Yang termasuk jenis alat kontrasepsi adalah
a. Suntik 83 92.2
b. Pil 66 73.3
c. Kondom 41 45.6
d. IUD/ Spiral 36 40
e. Implan/ Susuk 46 51.1
f. Sterilisasi wanita 42 46.7
g. Sterilisasi pria 10 11.1
3. Tujuan penggunaan alat kontrasepsi adalah
a. Untuk menunda kehamilan 81 90
b. Untuk menjarangkan kehamilan 46 51.1
c. Untuk kesejahteraan & kebahagiaan 55 61.1
keluarga
d. Tidak ingin hamil lagi 23 25.6
62

4. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah


a. Alat kontrasepsi yang dimasukkan ke
dalam rahim 32 35.6
b. Alat kontrasepsi yang terbuat dari bahan
plastik dan tembaga 18 20
c. Alat kontrasepsi yang hanya boleh
dipasang oleh dokter atau bidan terlatih 38 42.2
5. AKDR boleh dipasang di
a. Rahim 27 30
b. Alat kemaluan 20 22.2
c. Bokong 14 15.6
6. Lokasi pemasangan susuk KB/ implant
a. Lengan 66 73.3
b. Tangan 7 7.8
c. Paha 7 7.8

Dari tabel 5.3 diperoleh informasi seluruh responden

mengetahui bahwa alat kontrasepsi merupakan suatu alat, obat,

dan cara yang digunakan untuk dapat mencegah kehamilan.

Hampir seluruh responden (92.2%) mengetahui kontrasepsi

suntik. Selain itu, hampir seluruh responden (90%) mengetahui

bahwa tujuan penggunaan kontrasepsi adalah untuk menunda

kehamilan. Sementara pada pengertian AKDR, responden lebih

banyak mengetahui bahwa AKDR adalah alat kontrasepsi yang

hanya boleh dipasang oleh dokter atau bidan terlatih (42.2%).

Hanya 30% responden yang mengetahui bahwa AKDR adalah

alat kontrasepsi yang dipasangkan di dalam rahim. Sedangkan

sebagian besar responden (73.3%) mengetahui bahwa implan/

susuk dipasangkan di lengan.

Pada hasil uji normalitas diketahui bahwa data pada variabel

pengetahuan tidak berdistribusi normal, sehingga untuk kategori


63

pengetahuan digunakan cut off point median. Oleh karena itu,

kategori pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel. 5.4
Distribusi Pengetahuan Akseptor KB di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015
No. Pengetahuan N %
1 Kurang Baik 50 55.6
2 Baik 40 44.4
Jumlah 90 100

Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan sebagian besar

akseptor KB (55.6%) di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Kalideres memiliki pengetahuan kurang baik mengenai MKJP.

b. Kepercayaan

Tabel 5.5
Gambaran Kepercayaan Akseptor KB di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015
No Topik N %
1. Percaya bahwa alat kontrasepsi yang 82 91.1
digunakan dapat menunda kehamilan
2. Percaya bahwa alat kontrasepsi yang 88 97.8
digunakan dapat menjarangkan kehamilan
3. Percaya bahwa alat kontrasepsi yang 71 78.9
digunakan dapat meningkatkan kesejahteraan
dan kebahagiaan keluarga
4. Tidak percaya bahwa batang IUD dapat 40 44.4
menempel di kepala bayi saat bayi lahir pada
pengguna IUD
5. Tidak percaya bahwa IUD dapat berpindah 26 28.9
tempat setelah dipasang
6. Tidak percaya bahwa implant/ susuk dapat 30 33.3
berpindah tempat setelah dipasang

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden

percaya bahwa alat kontrasepsi yang digunakan dapat menunda


64

(91.1%) dan menjarangkan kehamilan (97.8%) serta dapat

meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga (78.9%).

Hampir separuh responden (44.4%) tidak percaya jika batang

IUD dapat menempel di kepala bayi saat bayi lahir. Sebagian

kecil responden tidak percaya bahwa IUD dapat berpindah

tempat setelah dipasang, serta 33.3% responden tidak percaya

jika implan/ susuk dapat berpindah tempat setelah dipasang.

Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui bahwa data pada

variabel kepercayaan tidak berdistribusi normal, sehingga untuk

kategori kepercayaan digunakan cut off point median. Oleh

karena itu, kategori kepercayaan dapat dilihat pada tabel di

bawah ini.

Tabel. 5.6
Distribusi kepercayaan akseptor KB di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015
No. Kepercayaan N %
1 Negatif 52 57.8

2 Positif 38 42.2

Jumlah 90 100

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

akseptor KB (57.8%) di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Kalideres memiliki kepercayaan yang negatif terkait metode

kontrasepsi jangka panjang.


65

c. Sikap

Tabel 5.7
Gambaran Sikap Akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Kalideres Tahun 2015
No Topik N %
1. Tidak setuju pada pernyataan “Sampai saat 41 45.6
ini, ibu X tidak mau ber-KB, meskipun
telah memiliki 5 orang anak yang
kesemuanya laki-laki, alasannya karena
belum memiliki anak perempuan”
2. Tidak setuju dengan pepatah yang 34 37.8
mengatakan “banyak anak banyak rejeki”
3. Setuju pada pernyataan “Memiliki 2 orang 55 61.1
anak sudah cukup, laki-laki maupun
perempuan”
4. Tidak setuju pada pernyataan “Ibu Z tidak 39 43.3
mau ber KB, karena menurutnya dengan
menggunakan alat kontrasepsi membuat
seseorang tidak dapat memiliki anak lagi”
5. Setuju dengan pernyataan “Jumlah anak 44 48.9
yang banyak mendorong ibu untuk
menggunakan KB IUD (spiral, copper T)/
implan/ susuk”
6. Setuju dengan pernyataan “KB IUD (spiral, 37 41.1
copper T) tidak menyebabkan gemuk”
7. Setuju dengan pendapat “Pemasangan IUD 34 37.8
dianggap tabu karena langsung
dipasangkan ke leher rahim”
8. Setuju dengan pernyataan “KB IUD (spiral, 15 16.7
copper T) tidak dapat menyebabkan orang
sakit menahun (jantung, gula darah, dll)”
9. Setuju bahwa KB implan/ susuk tidak 25 27.8
mengganggu produksi ASI
10. Setuju bahwa KB implan/ susuk praktis 46 51.1
dalam pemakaian
11. Tidak setuju bahwa KB implan/ susuk 33 36.7
dapat meningkatkan berat badan
66

Menurut hasil analisis diketahui hampir separuh responden

(45.6 %) tidak setuju jika seorang ibu tidak ber KB meskipun

telah memiliki 5 orang anak yang kesemuanya laki-laki, dengan

alasan karena belum memiliki anak perempuan. 37.7%

responden tidak setuju dengan pepatah yang mengatakan

“banyak anak banyak rejeki”. Sebagian besar (61.1%) responden

setuju dengan pernyataan memiliki 2 orang anak sudah cukup,

laki-laki maupun perempuan. Sementara hampir separuh

(43.3%) responden tidak setuju dengan pernyataan

menggunakan alat kontrasepsi membuat seseorang tidak dapat

memiliki anak lagi. Sedangkan 48.9% responden setuju bahwa

jumlah anak yang banyak mendorong ibu untuk menggunakan

MKJP.

Hampir separuh (41.1%) responden setuju bahwa IUD

(spiral, copper T) tidak menyebabkan gemuk. 37.8% responden

menganggap tabu penggunaan IUD karena langsung

dipasangkan di leher rahim. Sementara sebagian kecil

responden (16.7%) setuju bahwa IUD tidak dapat menyebabkan

orang sakit menahun. 27.8% responden setuju jika implan/ susuk

tidak mengganggu produksi ASI. Lebih dari separuh responden

(51.1%) setuju jika implan/ susuk praktis dalam pemakaian.

Sedangkan 36.7% responden tidak setuju bahwa implan/ susuk

dapat meningkatkan berat badan.


67

Uji normalitas menunjukkan data pada variabel sikap tidak

berdistribusi normal, sehingga untuk kategori sikap digunakan

cut off point median. Oleh karena itu, kategori sikap dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel. 5.8
Distribusi Sikap Akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Kalideres Tahun 2015
No. Sikap N %
1 Negatif 50 50
2 Positif 50 50
Jumlah 90 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui sebagian akseptor KB

di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres memiliki

sikap positif terhadap metode kontrasepsi jangka panjang,

sementara sebagian lainnya memiliki sikap yang negatif.


68

5.1.3. Gambaran Faktor Pemungkin

a. Keterpaparan Terhadap Informasi MKJP

Tabel 5.9
Gambaran Keterpaparan terhadap Informasi MKJP Akseptor
KB di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun
2015
No Topik N %
1. Dalam 6 bulan terakhir, apakah pernah
mendapatkan informasi mengenai MKJP
(Kontrasepsi spiral/ susuk/ IUD/ implan dari
a. Radio 30 33.3
b. Televisi 65 72.2
c. Koran/ majalah 31 34.4
d. Poster 43 47.8
e. Pamflet 15 16.7
f. Tokoh agama 26 28.9
g. Dokter 68 75.6
h. Bidan/ perawat 87 96.7
i. Kader kesehatan 27 30
j. Tokoh masyarakat 49 54.4

Sesuai dengan tabel 5.9 diperoleh informasi bahwa sebagian

besar akseptor KB (96.7%) pernah mendapatkan informasi

mengenai MKJP dari bidan/ perawat. Dari hasil uji normalitas

menunjukkan data pada variabel keterpaparan terhadap

informasi MKJP tidak berdistribusi normal, sehingga untuk

kategori keterpaparan terhadap informasi MKJP digunakan cut

off point median. Oleh karena itu, kategori keterpaparan

terhadap informasi MKJP dapat dilihat pada tabel berikut.


69

Tabel. 5.10
Distribusi Keterpaparan Terhadap Informasi MKJP Akseptor
KB di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun
2015
Keterpaparan Terhadap
No. N %
Informasi MKJP
1 Tidak terpapar 43 47.8
2 Terpapar 47 52.2
Jumlah 90 100

Menurut tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa lebih

banyak kelompok akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Kalideres yang terpapar dengan informasi MKJP

(52.2%).

b. Keterampilan Terkait Kontrasepsi

Tabel 5.11
Gambaran Keterampilan Terkait Kontrasepsi di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015
No Topik N %
1. Petugas menanyakan riwayat penyakit ibu 60 66.7
sebelum menggunakan alat kontrasepsi
2. Petugas memberikan penjelasan tentang 71 78.9
macam-macam alat kontrasepsi
3. Sebelum menggunakan alat kontrasepsi, 44 48.9
petugas menjelaskan tentang efek samping
dari alat kontrasepsi yang akan digunakan
4. Sebelum menggunakan alat kontrasepsi anda 44 48.9
diberikan lembar persetujuan sebelum
diberikan tindakan

Hasil analisis menunjukkan sebagian besar responden

menyatakan bahwa petugas menanyakan riwayat penyakit ibu

sebelum menggunakan alat kontrasepsi (66.7%) dan memberi

penjelasan tentang macam-macam alat kontrasepsi (78.9).


70

sementara 48.9% responden menyatakan telah diberikan

informasi tentang efek samping dari alat kontrasepsi yang akan

digunakan, dan diberikan lembar persetujuan sebelum diberi

tindakan.

Uji normalitas menunjukkan data pada variabel

keterampilan terkait kontrasepsi tidak berdistribusi normal,

sehingga untuk kategori keterampilan terkait kontrasepsi

digunakan cut off point median. Oleh karena itu, kategori

keterampilan terkait kontrasepsi dapat dilihat pada tabel di

bawah ini.

Tabel. 5.12
Distribusi Keterampilan Terkait Kontrasepsi di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015
Keterampilan Terkait
No. N %
Kontrasepsi
1 Tidak Terampil 43 47.8
2 Terampil 47 52.2
Jumlah 90 100

Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa sebagian

besar (52.2%) akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Kalideres menganggap bahwa tenaga kesehatan

yang melayani penggunaan KB memiliki keterampilan yang

baik.
71

5.1.4. Gambaran Faktor Penguat

a. Dukungan Suami

Tabel 5.13
Gambaran Dukungan Suami di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Kalideres Tahun 2015
No Topik N %
1. Suami setuju dengan alat kontrasepsi yang 85 94.4
digunakan sekarang
2. Suami memberikan dukungan untuk ber 90 100
KB
3. Alat kontrasepsi apa yang disarankan oleh 90 100
suami sesuai dengan alat kontrasepsi yang
digunakan saat ini

Dari tabel di atas, diperoleh informasi bahwa sebagian besar

(94.4%) suami setuju dengan alat kontrasepsi yang digunakan

sekarang, dan seluruh responden menyatakan bahwa suami

memberikan dukungan untuk ber KB, dan alat kontrasepsi yang

digunakan saat ini sesuai dengan apa yang disarankan suami.

Hasil uji normalitas menunjukkan data pada variabel dukungan

suami tidak berdistribusi normal, sehingga untuk kategori

dukungan suami digunakan cut off point median. Oleh karena

itu, kategori dukungan suami dapat dilihat pada tabel 5.14

berikut.

Tabel. 5.14
Distribusi Dukungan Suami di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Kalideres Tahun 2015
No. Dukungan Suami N %
1 Kurang Mendukung 5 5.6
2 Mendukung 85 94.4
Jumlah 90 100
72

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa hampir seluruh

suami akseptor KB (94.4%) di wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Kalideres mendukung istrinya untuk menggunakan

alat kontrasepsi.

b. Dukungan Teman

Tabel 5.15
Gambaran Dukungan Teman di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Kalideres Tahun 2015
No Topik N %
1. Teman sebaya memberikan dukungan/ 89 98.9
dorongan untuk ber-KB
2. Teman sebaya setuju dengan alat 83 92.2
kontrasepsi yang saat ini digunakan

Dari tabel di atas diperoleh informasi bahwa sebagian besar

responden memperoleh dukungan dari temannya untuk ber-KB

(98.9%) dan memperoleh persetujuan dari teman atas alat

kontrasepsi yang digunakan saat ini (92.2%). Melalui uji

normalitas diketahui data pada variabel dukungan teman tidak

berdistribusi normal, sehingga untuk kategori dukungan teman

digunakan cut off point median. Oleh karena itu, kategori

dukungan teman dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel. 5.16
Distribusi Dukungan Teman di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Kalideres Tahun 2015
No. Dukungan Teman N %
1 Kurang Mendukung 8 8.9
2 Mendukung 82 91.1
Jumlah 90 100
73

Berdasarkan tabel di atas diketahui sebagian besar (91.1%)

akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres

diberikan dukungan oleh temannya untuk menggunakan alat

kontrasepsi.

c. Dukungan Tenaga Kesehatan

Tabel 5.17
Gambaran Dukungan Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015
No Topik N %
1. Petugas kesehatan pernah menyarankan 40 44.4
untuk menggunakan KB IUD (spiral,
copper T)/ implan/ susuk
2. Petugas kesehatan memberi kesempatan 76 84.4
atau kebebasan untuk memilih alat
kontrasepsi yang digunakan

Dari tabel 5.17 diperoleh informasi bahwa tidak sampai

separuh responden (44.4%) yang pernah disarankan oleh petugas

kesehatan untuk menggunakan MKJP. Sementara itu, sebagian

besar responden diberikan kebebasan untuk memilih alat

kontrasepsi yang akan digunakan. Berdasarkan hasil uji

normalitas diketahui data pada variabel dukungan tenaga

kesehatan tidak berdistribusi normal, sehingga untuk kategori

dukungan tenaga kesehatan digunakan cut off point median.

Oleh karena itu, kategori dukungan tenaga kesehatan dapat

dilihat pada tabel berikut.


74

Tabel. 5.18
Distribusi Dukungan Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015
No. Dukungan Tenaga Kesehatan N %
1 Kurang Mendukung 10 11.1
2 Mendukung 80 88.9
Jumlah 90 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui sebagian besar (88.9%)

akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres

diberikan dukungan oleh tenaga kesehatan untuk menggunakan

alat kontrasepsi.

d. Dukungan Pemimpin dalam Komunitas

Tabel 5.19
Gambaran Dukungan Pemimpin dalam Komunitas di Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015
No Topik N %
1. Pernah ada kegiatan yang berkaitan dengan
MKJP yang diselenggarakan oleh
a. Tokoh masyarakat 27 30
b. Tokoh agama 5 5.6
c. Kader kesehatan 42 46.7

Berdasarkan hasil analisis diketahui hampir separuh

responden (46.7%) menyatakan pernah ada kegiatan terkait

MKJP yang diselenggarakan oleh kader kesehatan. Sementara

hanya 5% responden yang menyatakan pernah ada kegiatan

tersebut yang diselenggarakan oleh tokoh agama. Melalui hasil

uji normalitas diperoleh informasi bahwa data pada variabel

dukungan pemimpin dalam komunitas tidak berdistribusi

normal, sehingga untuk kategori dukungan pemimpin dalam


75

komunitas digunakan cut off point median. Oleh karena itu,

kategori dukungan pemimpin dalam komunitas dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel. 5.20
Distribusi Dukungan Pemimpin dalam Komunitas di Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015
Dukungan Pemimpin dalam
No. N %
Komunitas
1 Kurang Mendukung 44 48.9
2 Mendukung 46 51.1
Jumlah 90 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui lebih dari separuh

(51.1%) akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Kalideres memiliki dukungan dari pemimpin dalam

komunitasnya untuk menggunakan MKJP.


76

5.2 Analisis Bivariat

5.2.1. Hubungan Faktor Predisposisi dengan Penggunaan MKJP

a. Hubungan Pengetahuan Akseptor KB dengan Penggunaan

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

Tabel 5.21
Hubungan Pengetahuan Akseptor KB dengan Penggunaan
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
Penggunaan MKJP
Pengetahuan Non MKJP MKJP Total P.Value OR
N % N % N %
Kurang baik 43 86.0 7 14.0 50 100.0 0.749 0.683
Baik 36 90.0 4 10.0 40 100.0 0.185-2.519
Total 79 87.8 11 12.2 90 100.0

Berdasarkan tabel di atas diperoleh informasi bahwa diantara

akseptor KB yang memiliki pengetahuan kurang baik, ada 43

dari 50 ibu (86.0%) yang menggunakan non MKJP. Uji statistik

pada tingkat kemaknaan 5% menghasilkan p.value sebesar

0.749, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

yang signifikan antara pengetahuan akseptor KB dengan

penggunaan MKJP.

Selain itu diperoleh nilai OR sebesar 0.683 yang artinya

akseptor KB yang berpengetahuan kurang baik memiliki

kecenderungan untuk menggunakan non MKJP sebesar 0.683

kali lebih besar dibandingkan dengan akseptor yang memiliki

pengetahuan baik.
77

b. Hubungan Kepercayaan Akseptor KB dengan Penggunaan

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

Tabel 5.22
Hubungan Kepercayaan Akseptor KB dengan Penggunaan
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
Penggunaan MKJP
Kepercayaan Non MKJP MKJP Total P.Value OR
N % N % N %
Negatif 50 96.2 2 3.8 52 100.0 0.007 7.759
Positif 29 76.3 9 23.7 38 100.0 1.568-38.391
Total 79 87.8 11 12.2 90 100.0

Hasil analisis hubungan antara kepercayaan dengan

penggunaan MKJP diperoleh bahwa diantara 52 akseptor KB

yang memiliki kepercayaan negatif, ada 50 orang (96.2%) yang

tidak menggunakan MKJP. Uji statistik pada ∝ = 5%

menghasilkan p.value sebesar 0.007 sehingga dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepercayaan

akseptor KB dengan penggunaan MKJP. Selain itu diketahui

nilai OR sebesar 7.759 yang artinya akseptor KB dengan

kepercayaan negatif memiliki kecenderungan 7.759 kali lebih

besar untuk menggunakan non MKJP dibandingkan dengan

akseptor dengan kepercayaan positif.


78

c. Hubungan sikap akseptor KB dengan Penggunaan Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang

Tabel 5.23
Hubungan Sikap Akseptor KB dengan Penggunaan Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang
Penggunaan MKJP
Sikap Non MKJP MKJP Total P.Value OR
N % N % N %
Negatif 40 88.9 5 11.1 45 100.0 1.00 1.231
Positif 39 86.7 6 13.3 45 100.0 0.347-4.366
Total 79 87.8 11 12.2 90 100.0

Menurut tabel 5.23 dapat diketahui dari 45 akseptor KB yang

memiliki sikap negatif, 40 diantaranya (88.9%) menggunakan

non MKJP. Uji statistik pada ∝ = 5% menghasilkan p.value

sebesar 1.00 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara sikap akseptor KB dengan

penggunaan MKJP. Disamping itu, diketahui nilai OR sebesar

1.231 yang artinya akseptor KB dengan sikap negatif memiliki

kecenderungan 1.231 kali lebih besar untuk menggunakan non

MKJP dibandingkan dengan akseptor KB dengan sikap positif.


79

5.2.2. Hubungan Fakor Pemungkin dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi

Jangka Panjang

a. Hubungan Keterpaparan Terhadap Informasi MKJP dengan

Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

Tabel 5.24
Hubungan Keterpaparan Terhadap Informasi MKJP dengan
Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
Keterpaparan Penggunaan MKJP
Informasi Non MKJP MKJP Total P.Value OR
MKJP N % N % N %
Tidak terpapar 35 81.4 8 18.6 43 100.0 0.148 0.298
Terpapar 44 93.6 3 6.4 47 100.0 0.074-1.209
Total 79 87.8 11 12.2 90 100.0

Hasil analisa hubungan antara keterpaparan informasi MKJP

dengan penggunaan MKJP diketahui bahwa dari 43 orang

akseptor KB yang tidak terpapar informasi MKJP, 81.4%

diantaranya menggunakan non MKJP. Uji statistik pada tingkat

kemaknaan 5% diperoleh p.value sebesar 0.148, sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

keterpaparan informasi MKJP dengan penggunaan MKJP.

Selain itu diperoleh nilai OR sebesar 0.289 yang artinya akseptor

KB yang tidak terpapar informasi MKJP memiliki

kecenderungan 0.298 kali lebih besar untuk menggunakan non

MKJP dibandingkan akseptor KB yang terpapar informasi

MKJP.
80

b. Hubungan Keterampilan Terkait Kontrasepsi dengan

Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

Tabel 5.25
Hubungan Keterampilan Terkait Kontrasepsi dengan
Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
Keterampilan Penggunaan MKJP
Terkait Non MKJP MKJP Total P.Value OR
Kontrasepsi N % N % N %
Tidak terampil 43 100.0 0 0.0 43 100.0 0.002 -
Terampil 36 76.6 11 23.4 47 100.0
Total 79 87.8 11 12.2 90 100.0

Berdasarkan tabel 5.25 diketahui dari 43 akseptor yang

menganggap tenaga kesehatan tidak memiliki keterampilan terkait

kontrasepsi, seluruhnya (100%) menggunakan non MKJP. Uji

statistik pada ∝ = 5% menghasilkan p.value sebesar 0.002, sehingga

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara

keterampilan terkait kontrasepsi dengan penggunaan MKJP.


81

5.2.3. Hubungan Faktor Penguat dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi

Jangka Panjang

a. Hubungan Dukungan Suami dengan Penggunaan Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang

Tabel 5.26
Hubungan Dukungan Suami dengan Penggunaan Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang
Penggunaan MKJP
Dukungan Suami Non MKJP MKJP Total P.Value OR
N % N % N %
Kurang mendukung 5 100.0 0 0.0 5 100.0 1.00 -
Mendukung 74 87.1 11 12.9 85 100.0 -
Total 79 87.8 11 12.2 90 100.0

Menurut tabel di atas diperoleh informasi bahwa dari 5

akseptor KB yang kurang mendapat dukungan dari suami,

seluruhnya (100%) menggunakan non MKJP. Uji statistik pada

∝ = 5% menghasilkan p.value sebesar 1.00 sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

dukungan suami dengan penggunaan MKJP.


82

b. Hubungan Dukungan Teman dengan Penggunaan Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang

Tabel 5.27
Hubungan Dukungan Teman dengan Penggunaan Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang
Penggunaan MKJP
Dukungan Teman Non MKJP MKJP Total P.Value OR
N % N % N %
Kurang mendukung 8 100.0 0 0.0 8 100.0 0.589 -
Mendukung 71 86.6 11 13.4 82 100.0
Total 79 87.8 11 12.2 90 100.0

Dari tabel di atas diketahui dari 8 orang yang kurang

mendapat dukungan dari teman, seluruhnya (100%)

menggunakan non MKJP. Uji statistik pada ∝ = 5%

menghasilkan p.value sebesar 0.589, sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

dukungan teman dengan penggunaan MKJP.


83

c. Hubungan Dukungan Tenaga Kesehatan dengan Penggunaan

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

Tabel 5.28
Hubungan Dukungan Tenaga Kesehatan dengan Penggunaan
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
Dukungan Penggunaan MKJP
Tenaga Non MKJP MKJP Total P.Value OR
Kesehatan N % N % N %
Kurang 9 90.0 1 10.0 10 100.0 1.00 1.286
mendukung 0.147-11.257
Mendukung 70 87.5 10 12.5 80 100.0
Total 79 87.8 11 12.2 90 100.0

Berdasarkan tabel 5.28 diketahui dari 10 akseptor yang kurang

mendapat dukungan dari tenaga kesehatan, 9 diantaranya (90%)

menggunakan non MKJP. Uji statistik pada derajat kemaknaan 5%

menghasilkan p.value sebesar 1.00 sehingga dapat disimpulkan

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan tenaga

kesehatan dengan penggunaan MKJP. Selain itu, diketahui nilai OR

sebesar 1.286 yang artinya akseptor KB yang kurang mendapat

dukungan dari tenaga kesehatan memiliki kecenderungan 1.286 kali

lebih besar untuk menggunakan non MKJP dibandingkan dengan

akseptor yang mendapat dukungan dari tenaga kesehatan.


84

d. Hubungan Dukungan Pemimpin dalam Komunitas dengan

Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

Tabel 5.29
Hubungan Dukungan Pemimpin dalam Komunitas dengan
Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
Dukungan Penggunaan MKJP
Pemimpin Non MKJP MKJP Total
P.Value OR
dalam N % N % N %
Komunitas
Kurang 38 86.4 6 13.6 44 100.0 0.937 0.772
mendukung 0.218-2.740
Mendukung 41 89.1 5 10.9 46 100.0
Total 79 87.8 11 12.2 90 100.0

Berdasarkan tabel di atas, diketahui dari 44 akseptor KB yang

kurang didukung oleh pemimpin dalam komunitas, 38

diantaranya (86.4%) menggunakan non MKJP. Uji statistik pada

derajat kemaknaan 5% menghasilkan p.value sebesar 0.937,

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara dukungan pemimpin dalam komunitas dengan

penggunaan MKJP. Disamping itu, diperoleh nilai OR sebesar

0.772 yang artinya akseptor yang kurang mendapat dukungan

dari pemimpin dalam komunitas berpeluang 0.772 kali lebih

besar menggunakan non MKJP dibandingkan dengan akseptor

yang mendapatkan dukungan pemimpin dalam komunitas.


BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil

penelitian. Keterbatasan tersebut terdapat dalam hal proses pengumpulan data.

Dalam proses pengumpulan data, terkadang timbul suasana yang kurang

mendukung seperti responden yang dipanggil untuk melakukan pemeriksaan,

responden yang berkomunikasi dengan responden lain, sehingga dapat

menyebabkan bias informasi.

6.2 Pembahasan Hasil Penelitian

6.2.1. Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Menurut BKKBN (2011), alat kontrasepsi yang termasuk MKJP

adalah MOW, MOP, AKDR, serta implan atau yang dikenal dengan

susuk KB. Sementara pada Puskesmas Kecamatan Kalideres,

pelayanan MKJP terbatas pada AKDR dan implan atau susuk.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa hanya sebagian

kecil (12.2%) akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Kalideres yang menggunakan kontrasepsi MKJP. Hal ini sesuai

dengan hasil studi pendahuluan melalui data sekunder yang

menunjukkan bahwa proporsi akseptor KB non MKJP di Puskesmas

Kecamatan Kalideres adalah 17.66%. Artinya, proporsi pengguna

MKJP masih jauh dari target sebesar 27.5%. Melalui hasil tersebut,

85
86

jika tidak ada peningkatan pengguna MKJP maka dapat diperkirakan

bahwa Kecamatan Kalideres tetap menjadi kecamatan dengan bayi

lahir hidup terbesar di Kota Administrasi Jakarta Barat.

Saat ini, jumlah penduduk Kecamatan Kalideres adalah 406.273

jiwa dengan kepadatan sebesar 13.350 penduduk/ km2. Jika bayi lahir

hidup tetap berada dalam jumlah yang cukup tinggi, tentunya

kepadatan penduduk akan terus bertambah dan berpotensi

menimbulkan permasalahan kesehatan.

6.2.2. Faktor Predisposisi

a. Pengetahuan

Pengetahuan tentang pengendalian kelahiran dan keluarga

berencana merupakan prasyarat dari penggunaan metode

kontrasepsi yang tepat dengan cara yang efektif dan efisien (BPS,

etc, 2012). Melalui pengetahuan yang baik tentang kontrasepsi,

tentu dapat memberikan peluang untuk dapat memilih kontrasepsi

dengan baik dan benar sesuai dengan tujuan ber KB (Asih dan

Hadriah, 2009).

Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh (55.6%)

akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres

tahun 2015 memiliki pengetahuan MKJP yang kurang baik. Pada

analisa bivariat diperoleh informasi bahwa dari 50 akseptor KB di

wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres yang memiliki


87

pengetahuan kurang baik, 86% diantaranya menggunakan

menggunakan non MKJP.

Hasil uji statistik, diketahui p value = 0.749, artinya pada ∝

= 5% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan akseptor KB dengan penggunaan MKJP. Diketahui

nilai OR sebesar 0.683 yang artinya akseptor KB yang

berpengetahuan kurang baik memiliki kecenderungan untuk

menggunakan non MKJP sebesar 0.683 kali lebih besar

dibandingkan dengan akseptor yang memiliki pengetahuan baik.

Pengetahuan akseptor KB terkait MKJP tergolong kurang

baik. Pengetahuan tergolong kurang baik apabila responden dapat

menjawab dengan benar minimal 17 pertanyaan. Pada kelompok

MKJP maupun non MKJP, terdapat kesamaan yaitu lebih banyak

akseptor yang memiliki pengetahuan kurang dibandingkan

pengetahuan yang baik. Pengetahuan yang kurang baik ini terlihat

dari jawaban responden yang meliputi: responden lebih banyak

mengetahui alat kontrasepsi seperti suntik dan pil, sementara alat

kontrasepsi yang lain kurang diketahui. Pada tujuan kontrasepsi,

hampir seluruh responden menjawab bahwa kontrasepsi bertujuan

untuk menunda kehamilan. Sementara hanya sebagian responden

yang menjawab bahwa kontrasepsi bertujuan untuk menjarangkan

kehamilan dan meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan

keluarga.
88

Tidak sampai separuh responden yang mengetahui bahwa

AKDR dimasukkan ke dalam rahim yang terbuat dari tembaga dan

hanya boleh dipasangkan oleh dokter atau bidan terlatih. Selain itu

hanya sebagian kecil (30.0%) responden yang mengetahui bahwa

AKDR dipasangkan di dalam rahim. Namun hampir seluruh

responden (73.3%) mengetahui bahwa susuk KB dipasangkan di

lengan. Jika disimpulkan, pengetahuan akseptor KB sudah

tergolong baik pada pertanyaan seputar tujuan KB. Sementara

pada pertanyaan terkait MKJP masih tergolong kurang baik.

Dengan demikian, perlu adanya peningkatan pengetahuan

akseptor KB terkait alat kontrasepsi MKJP.

Diketahui bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik,

lebih banyak yang menggunakan non MKJP. Namun demikian,

responden dengan pengetahuan kurang baik pun lebih banyak

yang menggunakan non MKJP. Hasil tersebut yang diperkirakan

menjadi alasan tidak adanya hubungan yang signifikan antara

pengetahuan dengan penggunaan MKJP.

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa pengetahuan yang

baik belum tentu membuat seseorang menggunakan kontrasepsi

sesuai dengan pengetahuannya, begitupun seseorang yang

memiliki pengetahuan yang kurang baik, tidak menghalangi

dirinya untuk menggunakan MKJP. Hal ini menunjukkan bahwa

ada variabel lain yang mempengaruhi penggunaan MKJP.


89

Melalui penelitian yang dilakukan oleh Verawaty (2013)

diketahui bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan

pemilihan MKJP. Pengetahuan responden yang baik ataupun

kurang tentang MKJP tidak mempengaruhi mereka dalam

memilih metode atau alat kontrasepsi yang akan digunakan dalam

hal ini MKJP. Mereka memiliki keleluasaan atau kebebasan

pilihan dengan mempertimbangkan hal-hal seperti kecocokan,

pilihan efektif atau tidaknya, kenyamanan dan keamanan dari efek

samping alat kontrasepsi, juga dalam memilih tempat pelayanan

yang sesuai dan lengkap.

Menurut Green (1980) beberapa macam pengetahuan

kesehatan mungkin dibutuhkan sebelum terjadinya suatu perilaku

kesehatan pribadi. Akan tetapi, perilaku sehat mungkin tidak

terjadi kecuali jika seseorang menerima isyarat yang cukup kuat

untuk memotivasi dirinya untuk bertindak sesuai dengan

pengetahuannya.

Meskipun tidak terdapat hubungan antara pengetahuan

dengan penggunaan MKJP, namun diketahui bahwa lebih banyak

akseptor yang memiliki pengetahuan kurang dibandingkan

akseptor yang memiliki pengetahuan baik. Dalam upaya

meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai MKJP agar

mempermudah dalam pemilihan alat/ cara kontrasepsi yang sesuai

dengan kebutuhannya, maka perlu diadakan kegiatan lintas sektor

terkait sosialisasi MKJP.


90

b. Kepercayaan

Kepercayaan adalah sebuah keyakinan bahwa suatu fenomena

atau suatu objek adalah benar atau nyata. Ketika seseorang

percaya bahwa suatu perilaku kesehatan akan bermanfaat bagi

dirinya, hal tersebut akan meningkatkan motivasi untuk

melakukan perilaku kesehatan tersebut sehingga kemungkinan

untuk dilakukannya perilaku kesehatan semakin besar (Green,

1980). Analisa univariat menunjukkan sebagian besar akseptor

KB (57.8%) di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres

memiliki kepercayaan negatif terkait MKJP. Kepercayaan ini

terkait mitos yang berkembang dalam masyarakat terkait efek

samping dari penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang. Mitos

yang dimaksud adalah batang IUD yang dapat menempel di kepala

bayi ketika bayi lahir, serta IUD dan implan/ susuk yang dapat

berpindah setelah dipasangkan.

Berdasarkan analisis bivariat, diketahui akseptor KB di

wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres yang merupakan

pengguna non MKJP lebih banyak yang memiliki kepercayaan

negatif (96.2%) dibandingkan kepercayaan positif (3.8%). Uji

statistik menghasilkan p value 0.007 sehingga dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepercayaan akseptor

KB dengan penggunaan MKJP. Selain itu diketahui nilai OR

sebesar 7.759 yang artinya akseptor KB dengan kepercayaan

negatif memiliki kecenderungan 7.759 kali lebih besar untuk


91

menggunakan non MKJP dibandingkan dengan akseptor dengan

kepercayaan positif.

Kepercayaan tergolong positif jika skor kepercayaan lebih dari

9. Sebagian besar responden mempercayai bahwa alat kontrasepsi

yang digunakannya sesuai dengan tujuan kontrasepsi yaitu dapat

menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan, serta

meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga. Namun

pada pernyataan terkait mitos pada alat kontrasepsi, kurang dari

separuh responden yang tidak percaya dengan mitos terkait alat

kontrasepsi. 44% responden yang tidak percaya bahwa batang

IUD dapat menempel di kepala bayi saat bayi lahir. Sebagian kecil

(28.9%) responden yang tidak percaya bahwa batang IUD dapat

berpindah tempat. Serta 33.3% reponden yang tidak percaya

bahwa implan/ susuk dapat berpindah tempat.

Responden yang memiliki kepercayaan negatif, lebih banyak

menggunakan non MKJP. Sementara responden yang memiliki

kepercayaan positif, lebih banyak yang menggunakan MKJP.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa semakin seseorang

percaya terhadap mitos mengenai alat kontrasepsi yang termasuk

MKJP, maka semakin memiliki kecenderungan untuk

menggunakan alat kontrasepsi non MKJP.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Yanti, dkk (2012)

diketahui ada hubungan kepercayaan dengan penggunaan

kontrasepsi IUD. Hal tersebut disebabkan karena masih banyak


92

masyarakat yang memiliki kepercayaan negatif terkait

penggunaan IUD. Kepercayaan yang negatif mengenai

penggunaan IUD dikarenakan masyarakat masih memegang teguh

adat istiadat dari suku mereka, petuah orang tua dan juga faktor

agama.

Kontrasepsi modern merupakan suatu alat yang dimasukkan

atau dipasangkan ke dalam tubuh manusia, yang terkadang akan

menimbulkan efek yang berbeda pada masing-masing individu.

Cerita mengenai efek samping alat kontrasepsi kemudian

menyebar dalam masyarakat tanpa diketahui kebenarannya. Hal

tersebut menjadi sebuah keyakinan yang melekat sehingga

membuat masyarakat takut atau enggan menggunakan alat

kontrasepsi yang termasuk MKJP. Hasil analisa univariat

menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden memiliki

kepercayaan negatif terkait MKJP, sementara responden

pengguna MKJP sebagian besar memiliki kepercayaan positif.

Berdasarkan hal tersebut maka tenaga kesehatan, kader kesehatan,

petugas penyuluh KB serta pihak lain yang terkait memiliki tugas

untuk melakukan edukasi khususnya mengenai mitos dan fakta

seputar alat kontrasepsi yang termasuk MKJP. Media memiliki

peranan penting dalam mensosialisasikan keluarga berencana.

Oleh karena itu, perlu dibuat media khusus untuk sosialisasi terkait

mitos dan fakta seputar MKJP. Media tersebut dapat berupa video,
93

karena melalui video, dapat memberikan pengetahuan melalui

gambar dan suara.

c. Sikap

Menurut Green (1981), konsep kunci dalam sikap ada dua yaitu

(1) sikap merupakan sesuatu perasaan cukup konstan yang

langsung terhadap suatu objek (seseorang, perilaku, situasi, atau

ide); dan (2) yang melekat pada struktur sebuah sikap adalah

evaluasi, dan dimensi baik – buruk. Dalam kaitannya dengan

kontrasepsi, menurut Purba (2008) sikap merupakan kesiapan

untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap objek. Seperti sikap setuju atau tidaknya

mereka terhadap informasi alat kontrasepsi dan KB, pengertian

alat kontrasepsi dan manfaatnya, serta hal lain yang berkaitan

dengan kontrasepsi.

Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Kalideres menunjukkan bahwa separuh akseptor KB di wilayah

kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres memiliki sikap positif

terhadap penggunaan MKJP, dan separuh lainnya memiliki sikap

negatif. Pada variabel ini diberikan pertanyaan terkait manfaat

dan akibat yang ditimbulkan dari penggunaan kontrasepsi. Pada

analisa bivariat, dapat diketahui pengguna non MKJP di wilayah

kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres lebih banyak yang

memiliki sikap negatif (88.9%) terhadap penggunaan MKJP


94

dibandingkan yang memiliki sikap positif (11.1%). Uji statistik

menunjukkan p value = 1. Dengan demikian tidak diperoleh

adanya hubungan yang signifikan antara sikap akseptor KB

dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Kalideres. Diketahui nilai OR sebesar 1.231 yang

artinya akseptor KB dengan sikap negatif memiliki kecenderungan

1.231 kali lebih besar untuk menggunakan non MKJP

dibandingkan dengan akseptor KB dengan kepercayaan positif.

Sikap tergolong positif jika skor sikap lebih dari 12.5. Dari tiga

pernyataan terkait prinsip dasar penggunaan kontrasepsi, lebih

dari separuh responden kurang setuju atas pernyataan tersebut.

Pada pertanyaan terkait efek samping IUD, dua pernyataan lebih

banyak yang menjawab kurang setuju, sedangkan dua pernyataan

lainnya lebih banyak yang menjawab setuju. Sementara pada

pernyataan terkait efek samping implan/ susuk, responden lebih

banyak yang menjawab kurang setuju. Hal tersebut membuat

jumlah responden yang memiliki sikap positif dan negatif

seimbang.

Jumlah pengguna non MKJP yang bersikap positif hampir

sama dengan yang bersikap negatif, meskipun lebih banyak

responden bersikap negatif yang menggunakan MKJP. Demikian

halnya pada pengguna MKJP. Jumlah responden yang bersikap

negatif hampir sama dengan responden yang bersikap positif.

Namun pada pengguna MKJP, lebih banyak yang memiliki sikap


95

positif. Sedikit perbedaan pada sikap masing masing pengguna

metode kontrasepsi dapat menjadikan alasan tidak adanya

hubungan antara sikap dengan penggunaan MKJP.

Penelitian yang dilakukan oleh Verawaty (2013) diketahui

bahwa tidak ada perbedaan antara responden yang bersikap positif

dan responden yang bersikap negatif terhadap penggunaan MKJP.

Artinya, walaupun responden memberi penilaian baik terhadap

manfaat dan efek samping dari penggunaan MKJP, hal tersebut

tidak akan mempengaruhi keputusannya dalam menggunakan

MKJP.

Sikap merupakan suatu perasaan yang melekat pada diri

seseorang. Perasaan yang positif, belum tentu diterjemahkan ke

dalam suatu perilaku yang positif. Berbagai hal lain dapat

mempengaruhi sikap seseorang untuk berperilaku tidak sesuai

dengan sikapnya. Pada penelitian ini, belum diketahui

kecenderungan masyarakat apakah memiliki sikap positif atau

negatif, karena separuh responden memiliki sikap positif dan

separuh lainnya bersikap negatif. Meskipun demikian, separuh

responden yang memiliki sikap positif terhadap MKJP belum

menggunakan MKJP. Hal ini tentunya disebabkan karena ada

pertimbangan lain/ faktor lain yang mempengaruhi seseorang

untuk tidak memilih kontrasepsi MKJP.


96

6.2.3. Faktor Pemungkin

a. Keterpaparan Terhadap Informasi MKJP

Program komunikasi, edukasi, dan informasi (KIE) KB di

Indonesia merupakan kegiatan penerangan dan sosialisasi program

KB melalui berbagai media. Media memiliki peranan penting

dalam mensosialisasikan keluarga berencana. Informasi mengenai

keterpajanan media penting bagi perencana program untuk

menentukan target populasi yang efektif dalam pelaksanan KIE

program KB. Baik media cetak (koran/majalah, pamflet, poster)

maupun media eletronik (radio dan televisi) digunakan untuk

menyebarluaskan pesan KB. Kegiatan KIE untuk acara televisi

dilakukan oleh stasiun TV pemerintah dan swasta di pusat dan

daerah. KIE untuk radio juga dilakukan melalui stasiun radio

pemerintah dan swasta di seluruh wilayah Indonesia (BKKBN,

2012).

Analisa univariat menunjukkan akseptor KB di wilayah kerja

Puskesmas Kecamatan Kalideres yang terpapar informasi MKJP

lebih besar (52.2%) dibandingkan dengan yang tidak terpapar

informasi MKJP (47.8%). Sementara pada analisa bivariat

diketahui bahwa dari 43 akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Kalideres yang tidak terpapar informasi, 81.4%

diantaranya menggunakan non MKJP. Uji statistik menunjukkan p

value sebesar 0.148 sehingga melalui hasil tersebut dapat diketahui

tidak ada hubungan yang signifikan antara keterpaparan terhadap


97

informasi MKJP dengan penggunaan MKJP. Selain itu diperoleh

nilai OR sebesar 0.289 yang artinya akseptor KB yang tidak

terpapar informasi MKJP memiliki kecenderungan 0.298 kali lebih

besar untuk menggunakan non MKJP dibandingkan akseptor KB

yang terpapar informasi MKJP.

Pada penelitian ini, responden yang terpapar informasi MKJP

adalah mereka yang pernah mendapatkan informasi minimal dari 7

sumber. Diketahui bahwa informasi MKJP terbanyak diperoleh

dari bidan/ perawat, namun pengetahuan responden masih

tergolong kurang baik. Hal ini dapat disebabkan karena informasi

yang diperoleh belum menyeluruh, atau informasi yang diperoleh

tidak melekat pada pengetahuan masyarakat. Masih terbatas pada

pernah mendapatkan informasi, namun belum sampai

meningkatkan pengetahuan maupun perilaku penggunaan MKJP.

Selain itu, diketahui jumlah pengguna MKJP lebih banyak yang

tidak terpapar informasi MKJP. Sementara pada pengguna non

MKJP, lebih banyak yang terpapar informasi MKJP. Hasil tersebut

diduga menjadi alasan tidak adanya hubungan antara keterpaparan

informasi MKJP dengan penggunaan MKJP.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aryanti (2014)

menyatakan tidak ada hubungan informasi KB dengan penggunaan

kontrasepsi. Menurut Aryanti, tidak adanya hubungan tersebut

disebabkan karena jumlah petugas lapangan KB tidak sebanding

dengan akseptor KB yang ada di Desa tersebut. Selain itu


98

responden telah mendapatkan informasi MKJP dari sumber lain

walaupun informasi yang diterima tidak lengkap dan akurat.

Dalam penelitian Christiani, dkk (2014) meskipun sosialisasi

tentang program KB telah dilakukan melalui berbagai kegiatan

seperti kegiatan posyandu, pengajian, maupun metode jemput bola

serta obrolan santai, tetap saja penggunaan MKJP belum mencapai

target yang diharapkan. Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh

pelaksanaan sosialisasi yang belum terlaksana secara maksimal

karena acara tersebut masih tergabung dengan acara lain sehingga

masyarakat belum betul-betul memahami tentang program KB

khususnya MKJP.

Tidak adanya hubungan antara keterpaparan informasi dengan

penggunaan MKJP dalam penelitian ini kemungkinan disebabkan

oleh informasi MKJP yang beredar di masyarakat lebih banyak

mengenai kontrasepsi secara umum yang belum banyak membahas

kontrasepsi jangka panjang. Seperti dalam hasil analisa univariat

pada variabel pengetahuan yang menunjukkan bahwa lebih dari

separuh akseptor KB memiliki pengetahuan yang kurang mengenai

MKJP. Hal ini menunjukkan bahwa perlu adanya penyebaran

informasi yang lebih luas kepada masyarakat mengenai MKJP,

terutama terkait klarifikasi informasi yang salah mengenai MKJP.


99

b. Keterampilan Terkait Kontrasepsi

Keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam menerapkan

pengetahuan kedalam bentuk tindakan. Keterampilan seorang

karyawan diperoleh melalui pendidikan dan latihan. Pelatihan

dapat memberikan pegawai lama maupun pegawai baru sebuah

keterampilan yang mereka butuhkan untuk melaksanakan

pekerjaan (Sirait, 2006).

Berdasarkan analisa univariat diketahui sebagian besar (52.2%)

akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres

menganggap tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan

kontrasepsi memiliki keterampilan yang baik. Sementara pada

analisa bivariat diketahui dari 43 akseptor KB di wilayah kerja

Puskesmas Kecamatan Kalideres yang menganggap tenaga

kesehatan tidak memiliki keterampilan terkait kontrasepsi,

seluruhnya (100%) menggunakan non MKJP. Hasil uji statistik

menunjukkan p value sebesar 0.002 sehingga dapat ditarik

kesimpulan bahwa keterampilan terkait kontrasepsi berhubungan

dengan penggunaan MKJP.

Keterampilan terkait kontrasepsi yang baik jika responden

memiliki skor minimal 5 pada variabel ini. Sebagian besar

responden ditanyakan riwayat penyakit dan dijelaskan macam

macam alat kontrasepsi sebelum digunakannya suatu alat

kontrasepsi. Sementara tidak sampai separuh responden yang

dijelaskan efek samping kontrasepsi dan diberikan lembar


100

persetujuan sebelum digunakannya alat kontrasepsi. Seluruh

pengguna MKJP menjawab bahwa tenaga kesehatan yang

memberikan pelayanan memiliki keterampilan yang baik.

Sementara pada pengguna non MKJP, lebih banyak yang

menganggap bahwa tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan

kurang terampil. Semakin terampil tenaga kesehatan akan membuat

akseptor KB menggunakan MKJP. Hal tersebut yang menjadikan

alasan adanya hubungan antara keterampilan tenaga kesehatan

dengan penggunaan MKJP.

Petugas kesehatan merupakan komponen penting dalam

pelaksanaan suatu layanan kesehatan. Oleh karena itu keterampilan

petugas kesehatan merupakan faktor pemungkin yang

mempengaruhi pemanfaatan suatu pelayanan kesehatan (Syahrir,

2014). Penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang merupakan

metode yang dalam pemasangannya membutuhkan tindakan medis.

Tentunya dalam hal ini dibutuhkan tenaga kesehatan yang terampil.

Dengan adanya tenaga medis yang terampil, hal tersebut membuat

seseorang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang.

6.2.4. Faktor Penguat

a. Dukungan Suami

Menurut BKKBN (2000), penggunaan kontrasepsi merupakan

tanggung jawab pria dan wanita sebagai pasangan, sehingga

metode kontrasepsi yang dipilih mencerminkan kebutuhan serta


101

keinginan suami dan istri. Suami dan istri harus saling mendukung

dalam penggunaan metode kontrasepsi karena keluarga berencana

bukan hanya urusan pria atau wanita saja.

Dukungan suami diartikan sebagai sikap/ tindakan suami

terhadap alat/ metode kontrasepsi yang digunakan istrinya.

Termasuk saran suami mengenai alat/ metode kontrasepsi apa yang

sebaiknya digunakan oleh istri. Berdasarkan analisis univariat

diketahui hampir seluruh suami akseptor KB (94.4%) di wilayah

kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres mendukung istrinya untuk

menggunakan alat kontrasepsi. Sementara pada analisis bivariat,

diketahui bahwa dari 5 akseptor KB yang kurang mendapat

dukungan dari suami, seluruhnya (100%) menggunakan non

MKJP. Pada uji statistik diperoleh p value 1 sehingga dapat ditarik

kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

dukungan suami dengan penggunaan MKJP.

Pada penelitian ini diketahui bahwa hampir seluruh suami

menyetujui alat kontrasepsi yang digunakan istrinya. Seluruh istri

yang menggunakan MKJP diberikan dukungan yang baik oleh

suami. Responden yang menggunakan non MKJP pun sebagian

besar memiliki dukungan yang baik dari suami. Berdasarkan hasil

tersebut diketahui bahwa suami memberi kebebasan dan dukungan

kepada istri untuk menggunakan alat kontrasepsi sesuai dengan

keinginan istri. Kategori dukungan baik adalah jika suami setuju,


102

suami mendukung, serta kontrasepsi yang disarankan suami sama

dengan yang digunakan oleh istri.

Pada pengguna MKJP, seluruh responden memiliki dukungan

yang baik dari suami, sementara meskipun dukungan suami baik,

sebagian responden lainnya lebih memilih untuk menggunakan non

MKJP. Dukungan yang baik namun belum membuat akseptor KB

menggunakan MKJP diduga membuat tidak adanya hubungan

antara dukungan suami dengan penggunaan MKJP.

Selain itu, dukungan yang baik namun belum membuat

akseptor KB menggunakan MKJP menunjukkan kesetaraan gender

yang meningkatkan peran istri pada pengambilan keputusan dalam

keluarga. Menurut instruksi Presiden No. 9 Tahun 2008, gender

adalah konsep yang mengacu pada peran-peran dan tanggung

jawab laki-laki dan perempuan yang terjadi akibat dari dan dapat

berubah oleh keadaan sosial dan masyarakat. Sementara yang

dimaksud dengan kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi

laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-

haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi

dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan

keamanan nasional, serta kesamaan dalam menikmati hasil

pembangunan tersebut.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Syafrina, dan Thobagus

(2008) diketahui ada dukungan positif antara persepsi kesetaraan

gender pada laki-laki dengan keterlibatan istri pada pengambilan


103

keputusan publik dalam rumah tangga. Semakin positif persepsi

kesetaraan gender pada laki-laki akan diikuti pula dengan tingginya

keterlibatan istri pada pengambilan keputusan publik dalam rumah

tangga. Menurutnya, di dalam rumah tangga, pembagian peran

antara suami dan istri mempengaruhi keterlibatan istri pada

pengambilan keputusan publik. Persepsi kesetaraan gender pada

laki-laki dapat diwujudkan dengan memberikan persamaan

kesempatan sehingga istri mempunyai peran yang sama dalam

pengambilan keputusan dalam rumah tangga.

Dapat disimpulkan bahwa dukungan suami yang baik belum

tentu membuat seorang istri menggunakan MKJP. Dengan adanya

kesetaraan gender pada pengambilan keputusan dalam keluarga,

maka istri memiliki wewenang untuk memutuskan alat kontrasepsi

apa yang akan digunakan.

b. Dukungan Teman

Dukungan sosial mengacu kepada suatu dukungan yang

dipandang sebagai sesuatu yang bermanfaat (Faizahlaili, 2009).

Analisis univariat menunjukkan bahwa sebagian besar

responden (91.1%) mendapatkan dukungan dari temannya untuk

menggunakan alat kontrasepsi. Berdasarkan analisis bivariat,

diketahui dari 8 akseptor KB di wilayah kerja puskesmas

Kecamatan Kalideres yang kurang mendapat dukungan dari teman,

seluruhnya (100%) menggunakan non MKJP. Uji statistik


104

menghasilkan p value sebesar 0.589. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

dukungan teman dengan penggunaan MKJP.

Dalam penelitian ini, diketahui sebagian besar dukungan teman

tergolong positif. Seluruh pengguna MKJP memiliki dukungan

positif dari temannya. Namun jumlah responden yang mendapat

dukungan dari teman lebih banyak pada pengguna non MKJP

dibandingkan dengan pengguna MKJP. Hal ini diduga menjadi

alasan tidak adanya dukungan teman dengan penggunaan MKJP.

Kurangnya dukungan teman pada sebagian kecil akseptor non

MKJP kemungkinan disebabkan oleh beberapa pertimbangan atas

kondisi seorang akseptor KB. Pertimbangan tersebut dapat

diperoleh seseorang dari pengalaman masa lalu dirinya sendiri atau

orang lain disekitarnya. Menurut Edmeades (2008), pengalaman

masa lalu dari orangtua/ nenek moyang mempengaruhi pemilihan

penggunaan kontrasepsi.

c. Dukungan Tenaga Kesehatan

Analisis univariat menunjukkan sebagian besar (88.9%)

akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres

diberikan dukungan oleh tenaga kesehatan untuk menggunakan

kontrasepsi. Dukungan ini mencakup pemberian saran dari petugas

kesehatan untuk menggunakan MKJP, dan pemberian kebebasan

untuk memilih alat kontrasepsi yang diinginkan. Dari analisis


105

bivariat diketahui 10 akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Kalideres yang kurang mendapat dukungan dari tenaga

kesehatan, 9 diantaranya (90%) menggunakan non MKJP. Uji

statistik menunjukkan p value sebesar 1.00 yang artinya tidak ada

hubungan yang signifikan antara dukungan tenaga kesehatan

dengan penggunaan MKJP. Selain itu, diketahui nilai OR sebesar

1.286 yang artinya akseptor KB yang kurang mendapatkan

dukungan dari tenaga kesehatan memiliki kecenderungan 1.286

kali lebih besar untuk menggunakan non MKJP dibandingkan

dengan akseptor yang mendapat dukungan dari tenaga kesehatan.

Tenaga kesehatan dikatakan mendukung jika responden

diberikan saran untuk menggunakan MKJP dan diberikan

kesempatan/ kebebasan untuk memilih kontrasepsi yang

digunakan. Lebih banyak akseptor yang memperoleh dukungan

tenaga kesehatan dan menggunakan non MKJP dapat menjadikan

alasan tidak adanya hubungan antara dukungan tenaga kesehatan

dengan penggunaan MKJP.

Menurut hasil penelitian Landi, dkk (2012) tidak ada hubungan

dukungan tenaga kesehatan dengan pemakaian kontrasepsi suntik.

Pada penelitian tersebut, dikatakan bahwa tenaga kesehatan

termasuk salah satu pihak yang berwenang mengkampanyekan

program KB kepada masyarakat, namun dalam pelaksanaannya,

tugas tersebut belum dapat dilakukan dengan optimal karena


106

keterbatasan dana, keterbatasan tenaga, serta beban kerja yang

tinggi.

Sejalan dengan hasil penelitian tersebut, hasil analisa data yang

dilakukan oleh Oktavia (2014) diperoleh informasi bahwa program

Bina Keluarga Mandiri (BKM) tidak berpengaruh terhadap

pengambilan keputusan menggunakan alat kontrasepsi. BKM

merupakan suatu organisasi yang digunakan untuk memberikan

informasi dan mendorong keluarga dalam memilih dan

menggunakan kontrasepsi dengan tepat melalui pembinaan yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan. Tidak adanya pengaruh antara

BKM dengan pengambilan keputusan kontrasepsi disebabkan

karena kelompok akseptor telah memiliki pilihan menggunakan

metode kontrasepsi tertentu berdasarkan pengalaman sebelumnya

atau berdasarkan lingkungan masyarakat.

Tenaga kesehatan memiliki peran untuk menawarkan berbagai

alat/ metode kontrasepsi kepada seluruh akseptor. Kurang dari

separuh akseptor yang mendapat saran dari petugas kesehatan

untuk menggunakan MKJP. Tentunya ada alasan tertentu misalnya

umur akseptor, jumlah anak, dan hal lain yang menyebabkan tidak

disarankannya seluruh akseptor untuk menggunakan MKJP.

Namun demikian, meskipun secara keseluruhan dukungan tenaga

kesehatan tergolong baik, keputusan untuk menggunakan alat

kontrasepsi sepenuhnya berada di tangan akseptor.


107

d. Dukungan Pemimpin dalam Komunitas

Dukungan sosial mengacu kepada suatu dukungan yang

dipandang sebagai sesuatu yang bermanfaat (Faizahlaili, 2009).

Untuk mengubah atau mendidik masyarakat seringkali diperlukan

pengaruh dari tokoh atau pemimpin masyarakat (Purba, 2008).

Termasuk dalam dukungan sosial yang dapat mempengaruhi

penggunaan MKJP adalah dukungan pemimpin dalam komunitas.

Pemimpin dalam komunitas tentunya memiliki wewenang untuk

menyelenggarakan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan

kontrasepsi khususnya MKJP.

Pada penelitian ini, pemimpin dalam komunitas yang dimaksud

adalah tokoh masyarakat (Ketua RT, RW, Lurah, dll), tokoh agama,

serta kader kesehatan. Analisis univariat menunjukkan bahwa lebih

dari separuh responden (51.1%) menjawab adanya dukungan yang

diberikan oleh pemimpin dalam komunitas terkait MKJP.

Berdasarkan analisis bivariat, diketahui dari 44 akseptor KB di

wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres yang kurang

memperoleh dukungan dari pemimpin dalam komunitas, 38

diantaranya (86.4%) menggunakan non MKJP. Sementara itu, uji

statistik menghasilkan p value sebesar 0.937. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

antara dukungan pemimpin dalam komunitas dengan penggunaan

MKJP. Disamping itu, diperoleh nilai OR sebesar 0.772 yang

artinya akseptor yang kurang didukung oleh pemimpin dalam


108

komunitas berpeluang 0.772 kali lebih besar menggunakan non

MKJP dibandingkan dengan akseptor yang mendapatkan dukungan

pemimpin dalam komunitas.

Hampir separuh responden menjawab kader kesehatan pernah

menyelenggarakan kegiatan terkait MKJP. Dukungan pemimpin

yang baik belum membuat akseptor KB menggunakan MKJP.

Diketahui pengguna MKJP lebih banyak yang kurang mendapat

dukungan dari pemimpin dalam komunitas. Sementara yang

mendapat dukungan lebih banyak menggunakan non MKJP. Hal ini

diduga menjadi landasan tidak adanya hubungan antara dukungan

pemimpin dalam komunitas dengan penggunaan MKJP.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Febriyanti (2011),

diketahui tidak ada hubungan antara dukungan tokoh masyarakat

terhadap self efficacy pasangan usia subur untuk menjadi peserta

KB baru MOW. Pada penelitian ini, diketahui bahwa Kantor KB

Kota Administrasi Jakarta Barat secara berkala memberikan

pelayanan gratis pemasangan kontrasepsi jangka panjang. Selain

itu, telah dilakukan sosialisasi mengenai MKJP kepada masyarakat.

Tidak adanya hubungan antara dukungan pemimpin dalam

komunitas dengan penggunaan MKJP pada penelitian ini dapat

disebabkan karena kegiatan yang diselenggarakan belum tentu

diikuti oleh seluruh masyarakat di wilayah tersebut. Masyarakat

kemungkinan mengetahui bahwa akan diadakan kegiatan terkait

MKJP, namun belum berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Selain


109

itu, waktu penyelenggaraan kegiatan dapat mempengaruhi

partisipasi masyarakat dalam kegiatan yang berkaitan dengan

MKJP. Dengan demikian, meskipun dukungan pemimpin dalam

komunitas sudah baik, namun penggunaan kontrasepsi jangka

panjang masih rendah.

Melalui masing-masing variabel di atas, dapat diketahui bahwa

sebagian besar akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Kalideres memiliki pengetahuan yang kurang baik

mengenai MKJP, kepercayaan yang negatif terkait kontrasepsi,

serta sikap yang masih ragu untuk menerima MKJP. Kepercayaan

yang negatif dapat mengalahkan pengetahuan yang telah dimiliki.

Hal tersebut akan membuat seseorang ragu untuk menerima MKJP

sehingga pada akhirnya memutuskan untuk tidak menggunakan

MKJP. Lebih dari separuh akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Kalideres telah terpapar informasi MKJP dan

menganggap bahwa petugas yang melayani poli KB memiliki

keterampilan yang baik. Sementara dukungan yang baik dari suami,

teman, tenaga kesehatan maupun pemimpin dalam komunitas

belum cukup untuk membuat akseptor KB memilih menggunakan

MKJP.
BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

7.1.1 Akseptor KB pengguna MKJP di wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Kalideres tahun 2015 yaitu 12.2%, dan 87.8% lainnya

merupakan akseptor non MKJP.

7.1.2 Pada faktor predisposisi, sebagian besar akseptor KB memiliki

pengetahuan MKJP kurang baik (55.6%), akseptor KB yang memiliki

kepercayaan negatif sebesar 57.8% dan separuh akseptor KB di

wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres tahun 2015 memiliki

sikap positif.

7.1.3 Pada faktor pemungkin, lebih dari separuh akseptor KB (52.2%)

menganggap tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan

kontrasepsi memiliki keterampilan yang baik, dan lebih dari separuh

(52,2%) akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Kalideres tahun 2015 terpapar informasi MKJP.

7.1.4 Pada faktor penguat, hampir seluruh suami akseptor KB (94.4%)

mendukung istrinya untuk menggunakan alat kontrasepsi, sebagian

besar (91.1%) akseptor KB mendapatkan dukungan dari teman,

sebagian besar (88.9%) akseptor KB mendapatkan dukungan dari

tenaga kesehatan, serta lebih dari separuh (51.1%) akseptor KB di

110
111

wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres memiliki dukungan

dari pemimpin dalam komunitasnya untuk menggunakan alat

kontrasepsi.

7.1.5 Dari tiga variabel pada faktor predisposisi (pengetahuan, kepercayaan,

sikap), satu variabel memiliki hubungan yang signifikan dengan

penggunaan MKJP yaitu variabel kepercayaan dengan p value 0.007.

7.1.6 Dari dua variabel pada faktor penguat (keterpaparan informasi MKJP

dan keterampilan terkait kontrasepsi), variabel keterampilan terkait

kontrasepsi menghasilkan p value sebesar 0.002 yang menunjukkan

bahwa keterampilan terkait kontrasepsi memiliki hubungan yang

signifikan dengan penggunaan MKJP.

7.1.7 Dari empat variabel pada faktor penguat (dukungan suami, dukungan

teman, dukungan tenaga kesehtaan, serta dukungan pemimpin dalam

komunitas) tidak ada yang memiliki hubungan signifikan dengan

penggunaan MKJP.

7.2 Saran

7.2.1 Akseptor KB

Diharapkan akseptor KB berperan aktif jika terdapat kegiatan yang

berkaitan dengan kontrasepsi agar akseptor KB memperoleh informasi

yang benar dari sumber yang tepat, sehingga kepercayaan negatif

terkait kontrasepsi jangka panjang dapat berkurang.


112

7.2.2 Puskesmas Kecamatan Kalideres

Mempertahankan keterampilan yang dimiliki oleh petugas poli KB,

dan meningkatkan keterampilan tersebut yaitu melalui pelatihan yang

diikuti oleh petugas poli KB. Selain itu, diharapkan agar Puskesmas

sebagai institusi maupun petugas poli KB sebagai bagian dari

Puskesmas dapat meningkatkan edukasi kesehatan khususnya

mengenai kepercayaan terkait MKJP.

7.2.3 Kantor KB Jakarta Barat

Bersama sektor terkait seperti kelurahan, kecamatan, puskesmas

kelurahan maupun puskesmas kecamatan bekerja sama untuk

meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai MKJP, meluruskan

mitos mitos terkait MKJP yang berkembang di masyarakat.

7.2.4 Peneliti Selanjutnya

Dilakukan penelitian kualitatif mengenai kepercayaan sehingga

diketahui alternatif pemecahan masalah untuk variabel kepercayaan

tersebut.
113

DAFTAR PUSTAKA

Aryanti, Hery. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan


Kontrasepsi Kontrasepsi pada Wanita Kawin Usia Dini di Kecamatan Aikmel
Kabupaten Lombok Timur. Tesis. Denpasar: Fakultas Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Udayana.

Asih, Leli., Hadriah Oesman. 2009. Analisa Lanjut SDKI 2007: Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Jakarta:
BKKBN

Ayunda, Samira Sri. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan


Metode Kontrasepsi oleh PUS di Desa Peunyerat Kecamatan Banda Raya
Banda Aceh. Skripsi. STIKES U’budiyah Banda Aceh

Azwar, Saifuddin. 2009. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar

___________. 2011. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2006.


Pedoman Kebijakan Teknis Kb dan Kespro. Jakarta: Kantor Menteri Negara
Kependudukan.

____________. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pelayanan KB Metode Kontrasepsi


Jangka Panjang. Jakarta: BKKBN.

____________. 2013a. Pedoman Penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang


Keluarga Berencana Tahun 2014. Jakarta: BKKBN.

____________. 2013b. Pencapaian Program kependudukan dan KB untuk 10


Provinsi Penyangga. Jakarta: BKKBN.

____________. 2013c. Pemantauan Pasangan Usia Subur Melalui Mini Survey


Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Puslitbang Keluarga Berencana dan Keluarga
Sejahtera BKKBN.

____________. 2013d. Promosi MKJP Perlu Ditingkatkan. Diakses dari


www.bkkbn.go.id/_layouts/mobile/dispform.aspx?List=9c6767ad-abfe48e3-
9120-af89b76d56f4&View=174a5cf7-357b4b83-a7ac-
be983c5ddb0e&ID=816

Badan Pusat Statistik (BPS). 2010. Hasil Sensus Penduduk 2010: Data Agregat per
Provinsi. Jakarta: BPS.
114

Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana


Nasional (BKKBN), Kementerian Kesehatan, MEASURE DHS ICF
International. 2012. Laporan Pendahuluan SDKI 2012. Jakarta: BPS,
BKKBN, Kemenkes, ICF International.

_______________.2013. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012.


Jakarta: BPS, BKKBN, Kemenkes, ICF International.

Christiani, Charis, dkk. 2014. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemakaian


Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Provinsi Jawa Tengah. Serat
Acitya, Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang hal 74-84.

Dinas Kesehatan DKI Jakarta. 2012. Profil Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2012.
Jakarta: Dinas Kesehatan DKI Jakarta.

Erman, dan Elviani, 2012. Analisa Paritas dan Sikap Akseptor KB dengan
Penggunaan Alat Kontrasepsi Jangka Panjang di Kelurahan Muara Enim
Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Lubuklinggau Tahun 2012.
Program Studi Ilmu Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan
Palembang.

Febriyanti, Rina. 2011. Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Self Efficacy


Pasangan Usia Subur (PUS) untuk Menjadi Peserta KB Baru Metode
Kontraseosi Medis Operatif Wanita (MOW). Skripsi. Jember: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Jember

Fienalia, Rainy Alus. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan


Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di wilayah Kerja Puskesmas
Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011. Skripsi. Depok : Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia

Green, Lawrence W., etc. 1980. Health Education Planning: A Diagnostic


Approach. USA: Mayfield Publishing Company

Green and Kreuter. 1991. Health Promotion Planning: An Educational and


Environmental Approach. USA: Mayfield Publishing Company

Kantor Keluarga Berencana Kota Administrasi Jakarta Barat. 2014. Pencapaian


Peserta KB Aktif Terhadap Pus Desember 2014 Kota Administrasi Jakarta
Barat. Jakarta: Kantor KB Kota Administrasi Jakarta Barat

Kementerian Kesehatan. 2008. Program Kesehatan Reproduksi dan Pelayanan


Integratif di Tingkat Pelayanan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI

____________.2012. Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu. Jakarta:


Kemenkes RI
115

____________. 2013a. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan. Kemenkes RI

____________. 2013b. Situasi Keluarga Berencana di Indonesia. Buletin Jendela


Data dan Informasi Kesehatan, Volume 2 Semester II, 2013. hal 1-10.

Landi, Frans, dkk. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemakaian


Kontrasepsi Suntik pada Ibu Pasangan Usia Subur (PUS) di Desa Tunfeu
Kecamatan Nekamese Kabupaten Kupang Tahun 2011. Jurnal MKM vol.06
No. 02 hal 75-82

Niven. 2002. Psikologi Kesehatan. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta:


Rineka Cipta

Nurrizka, Rahmah Hida., Saputra, Wiko. 2013. Policy Update: Arah dan Strategi
Kebijakan Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi
(AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) di Indonesia. Jakarta: Prakarsa
Policy Update

Purba, Juanita Tatarini. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Alat


Kontrasepsi pada Istri PUS di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan
Hulu Tahun 2008. Tesis. Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara.

Puskesmas Kecamatan Kalideres. 2014. Profil Puskesmas Kecamatan Kalideres


Tahun 2014. Jakarta: Puskesmas Kecamatan Kalideres.

Sinclair, Constance. 2009. Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC

Sirait, Justine T. 2006. Memahami Aspek-aspek Pengelolaan Sumber Daya


Manusia dalam Organisasi. Jakarta: Grasindo

Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat. 2014. Data Sasaran
Program Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat
Tahun 2014. Jakarta: Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat.

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Syahrir, Wahyunita. 2014. Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Klinik


Voluntary Counseling And Testing (VCT) di Puskesmas Kota Makassar.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 Tentang


Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.
116

Verawaty, Reni. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan


Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) wanita pada Istri Pasangan
Usia Subur (PUS) di Kecamatan Bintan Timur Tahun 2013. Skripsi. Depok:
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

Yanti, dkk. 2014. Pengaruh Budaya Akseptor KB terhadap Penggunaan


Konttrasepsi IUD di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Jurnal
Darma Agung hal 1-16.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2

Nomor Responden

KUESIONER PENELITIAN

Kepada Yth,
Ibu
Di Tempat

Assalamualalikum Wr. Wb

Saya Ismi Dzalva Alfiah mahasiswi semester akhir Program Studi


Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta akan melakukan penelitian tentang “Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres”. Penelitian ini dilakukan dalam rangka
menyelesaikan tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Sehingga untuk keperluan tersebut saya mohon ibu mengisi kuesioner yang saya
sediakan dengan kejujuran serta apa adanya. Setiap jawaban ibu akan saya jaga
kerahasiaannya dari siapapun.

Akhir kata, saya ucapkan terimakasih atas kesediaan ibu untuk terlibat
dalam penelitian ini.

Wassalamualaikum Wr Wb.

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia mengisi kuesioner
penelitian ini dengan sadar tanpa paksaan. Jawaban yang terdapat didalamnya
adalah jawaban yang sebenar-benarnya.

Jakarta, ……………
Responden

( )
NO. PERTANYAAN JAWABAN
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Nama Responden
2. Umur
3. Alamat
B. PENGETAHUAN (Beri tanda silang (X) pada pilihan jawaban anda)
4. Alat kontrasepsi merupakan suatu alat, obat, dan cara
a. YA b. TIDAK
yang digunakan untuk dapat mencegah kehamilan
5. Apa saja jenis alat kontrasepsi yang ibu ketahui?
 Suntik a. YA b. TIDAK
 Pil a. YA b. TIDAK
 Kondom a. YA b. TIDAK
 IUD/ Spiral a. YA b. TIDAK
 Implan/ susuk a. YA b. TIDAK
 Sterilisasi wanita a. YA b. TIDAK
 Sterilisasi pria a. YA b. TIDAK
6. Menurut anda, apa tujuan penggunaan alat kontrasepsi?
 Untuk menunda kehamilan a. YA b. TIDAK
 Untuk menjarangkan kehamilan a. YA b. TIDAK
 Untuk kesejahteraan & kebahagiaan keluarga a. YA b. TIDAK
 Tidak ingin hamil lagi a. YA b. TIDAK
7. Apa yang ibu ketahui tentang alat kontrasepsi dalam
Rahim? (AKDR)?
 Alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam
a. YA b. TIDAK
Rahim
 Alat kontrasepsi yang terbuat dari bahan plastik
a. YA b. TIDAK
dan tembaga
 Alat kontrasepsi yang hanya boleh dipasang oleh
a. YA b. TIDAK
dokter atau bidan terlatih
8. Di bagian tubuh mana AKDR boleh dipasang?
 Rahim a. YA b. TIDAK
 Alat kemaluan a. YA b. TIDAK
 Bokong a. YA b. TIDAK
9. Lokasi pemasangan susuk KB atau implant adalah?
 Lengan a. YA b. TIDAK
 Tangan a. YA b. TIDAK
 Paha a. YA b. TIDAK
C. VARIABEL KEPERCAYAAN (Beri tanda silang (X) pada pilihan jawaban anda)
10. Apakah ibu percaya bahwa alat kontrasepsi yang ibu PERCAYA RAGU- TIDAK
gunakan dapat menunda kehamilan? (P) RAGU PERCAYA
(R) (TP)
11. Apakah ibu percaya bahwa alat kontrasepsi yang ibu P R TP
gunakan dapat menjarangkan kehamilan?
12. Apakah ibu percaya bahwa alat kontrasepsi yang P R TP
digunakan dapat meningkatkan kesejahteraan dan
kebahagiaan keluarga?
13. Apakah ibu percaya jika memakai IUD (spiral, P R TP
copper T), maka batang IUD dapat menempel di
kepala bayi saat bayi lahir?
14. Apakah ibu percaya jika memakai IUD (spiral, P R TP
copper T), maka IUD tersebut dapat berpindah tempat
setelah dipasang?
15. Apakah ibu percaya jika implant/ susuk dapat P R TP
berpindah tempat setelah dipasang?
D. VARIABEL SIKAP (Beri tanda silang (X) pada pilihan jawaban anda)
16. Sampai saat ini, ibu X tidak mau ber-KB, meskipun SETUJU KURANG TIDAK
telah memiliki 5 orang anak yang kesemuanya laki- (S) SETUJU SETUJU
laki, alasannya karena belum memiliki anak (KS) (TS)
perempuan. Bagaimana pendapat ibu terhadap kasus
tersebut?
17. Bagaimana pendapat ibu terhadap pepatah yang S KS TS
mengatakan “banyak anak banyak rejeki?
18. Memiliki 2 orang anak sudah cukup, laki-laki S KS TS
maupun perempuan. Bagaimana pendapat ibu?
19. Ibu Z tidak mau ber KB, karena menurutnya dengan S KS TS
menggunakan alat kontrasepsi membuat seseorang
tidak dapat memiliki anak lagi. Bagaimana pendapat
ibu mengenai kasus tersebut?
20. Jumlah anak yang banyak mendorong ibu untuk S KS TS
menggunakan KB IUD (spiral, copper T)/ implan/
susuk
21. KB IUD (spiral, copper T) tidak menyebabkan gemuk S KS TS
22. Pemasangan IUD dianggap tabu karena langsung S KS TS
dipasangkan ke leher rahim
23. KB IUD (spiral, copper T) tidak dapat menyebabkan S KS TS
orang sakit menahun (jantung, gula darah, dll).
24. KB implan/ susuk tidak mengganggu produksi ASI S KS TS
25. KB implan/ susuk praktis dalam pemakaian S KS TS
26. KB implan/ susuk dapat meningkatkan berat badan S KS TS
E. VARIABEL KETERPAPARAN TERHADAP INFORMASI MKJP (Beri tanda silang (X)
pada pilihan jawaban anda)
27.. Dalam 6 bulan terakhir, apakah ibu pernah
mendapatkan informasi mengenai MKJP
(Kontrasepsi spiral/ susuk/ IUD/ implan) dari:
 Radio a. YA b. TIDAK
 Televisi a. YA b. TIDAK
 Koran/ Majalah a. YA b. TIDAK
 Poster a. YA b. TIDAK
 Pamflet a. YA b. TIDAK
 Tokoh agama a. YA b. TIDAK
 Dokter a. YA b. TIDAK
 Bidan/ perawat a. YA b. TIDAK
 Kader kesehatan a. YA b. TIDAK
 Tokoh masyarakat a. YA b. TIDAK
F. VARIABEL KETERAMPILAN TERKAIT KONTRASEPSI (Beri tanda silang (X) pada
pilihan jawaban anda)
28. Apakah petugas menanyakan riwayat penyakit ibu
a. YA b. TIDAK
sebelum menggunakan alat kontrasepsi?
29. Apakah petugas memberikan penjelasan tentang
a. YA b. TIDAK
macam-macam alat kontrasepsi?
30. Apakah sebelum menggunakan alat kontrasepsi,
petugas menjelaskan tentang efek samping dari alat a. YA b. TIDAK
kontrasepsi yang akan digunakan?
31. Apakah sebelum menggunakan alat kontrasepsi anda
diberikan lembar persetujuan sebelum diberikan a. YA b. TIDAK
tindakan?
G. VARIABEL DUKUNGAN SUAMI (Beri tanda silang (X) pada pilihan jawaban anda)
32. Apakah suami ibu setuju dengan alat kontrasepsi
a. YA b. TIDAK
yang ibu gunakan sekarang?
33. Apakah suami ibu memberikan dukungan kepada ibu
a. YA b. TIDAK
untuk ber KB?
34. Alat kontrasepsi apa yang disarankan oleh suami ibu Suntik Pil IUD/ Implan/
? spiral Susuk
H. VARIABEL DUKUNGAN TEMAN (Beri tanda silang (X) pada pilihan jawaban anda)
35. Apakah teman sebaya ibu memberikan dukungan/
a. YA b. TIDAK
dorongan terhadap ibu untuk ber-KB?
36. Bagaimana pendapat teman sebaya ibu terhadap alat b. TIDAK
a. SETUJU
kontrasepsi yang ibu gunakan? SETUJU
I. VARIABEL DUKUNGAN TENAGA KESEHATAN (Beri tanda silang (X) pada pilihan
jawaban anda)
37. Apakah petugas kesehatan pernah menyarankan
kepada ibu untuk menggunakan KB IUD (spiral, a. YA b. TIDAK
copper T)/ implan/ susuk?
38. Apakah petugas kesehatan memberi kesempatan atau
kebebasan kepada ibu untuk memilih alat kontrasepsi a. YA b. TIDAK
yang ibu gunakan?
J. VARIABEL DUKUNGAN PEMIMPIN DALAM KOMUNITAS (Beri tanda silang (X)
pada pilihan jawaban anda)
39. Apakah di tempat tinggal anda pernah ada kegiatan
yang berkaitan dengan MKJP (Kontrasepsi spiral/
susuk/ IUD/ implan) yang diselenggarakan oleh:
- Tokoh masyarakat (Ketua RT/ RW/ Lurah) a. YA b. TIDAK
- Tokoh agama a. YA b. TIDAK
- Kader kesehatan a. YA b. TIDAK
K. VARIABEL PENGGUNAAN KONTRASEPSI (Beri tanda silang (X) pada jawaban anda)
40. Alat kontrasepsi apa yang saat ini ibu gunakan? Suntik Pil IUD/ Implan/
spiral Susuk
L. RIWAYAT PENGGUNAAN KONTRASEPSI
41. Alat kontrasepsi apa saja yang pernah ibu gunakan? 1.
2.
3.
LAMPIRAN 3
Output SPSS
1. Penggunaan MKJP
Statistics
penggunaan_MKJP
N Valid 90
Missing 0
penggunaan_MKJP
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 79 87.8 87.8 87.8
1 11 12.2 12.2 100.0
Total 90 100.0 100.0

2. Pengetahuan
Descriptives

Statistic Std. Error


skor_pengetahuan Mean 47.1000 .44723
95% Confidence Interval for Lower Bound 46.2114
Mean
Upper Bound 47.9886
5% Trimmed Mean 47.0432
Median 49.0000
Variance 18.001
Std. Deviation 4.24277
Minimum 40.00
Maximum 55.00
Range 15.00
Interquartile Range 8.00
Skewness -.078 .254
Kurtosis -1.123 .503

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


skor_pengetahuan .206 90 .000 .928 90 .000
a. Lilliefors Significance Correction
kategori_pengetahuan_1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 50 55.6 55.6 55.6
1 40 44.4 44.4 100.0
Total 90 100.0 100.0

3. Kepercayaan
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


skor_kepercayaan 90 100.0% 0 .0% 90 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error


skor_kepercayaan Mean 14.3111 .23525
95% Confidence Interval for Lower Bound 13.8437
Mean
Upper Bound 14.7785
5% Trimmed Mean 14.2901
Median 15.0000
Variance 4.981
Std. Deviation 2.23176
Minimum 8.00
Maximum 20.00
Range 12.00
Interquartile Range 2.25
Skewness .101 .254
Kurtosis .158 .503

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.


skor_kepercayaan .155 90 .000 .967 90 .021
a. Lilliefors Significance Correction

kategori_kepercayaan_1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 52 57.8 57.8 57.8
1 38 42.2 42.2 100.0
Total 90 100.0 100.0

4. Sikap
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


skor_sikap 90 100.0% 0 .0% 90 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error


skor_sikap Mean 14.0556 .25837
95% Confidence Interval for Lower Bound 13.5422
Mean
Upper Bound 14.5689
5% Trimmed Mean 14.0247
Median 14.0000
Variance 6.008
Std. Deviation 2.45115
Minimum 10.00
Maximum 20.00
Range 10.00
Interquartile Range 3.00
Skewness .136 .254
Kurtosis -.644 .503

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


skor_sikap .128 90 .001 .957 90 .005
a. Lilliefors Significance Correction
kategori_sikap_1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 45 50.0 50.0 50.0
1 45 50.0 50.0 100.0
Total 90 100.0 100.0

5. Keterpaparan Informasi MKJP


Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


skor_keterpaparan_informasi 90 100.0% 0 .0% 90 100.0%
Descriptives

Statistic Std. Error


skor_keterpaparan_informasi Mean 14.9000 .29479
95% Confidence Interval for Lower Bound 14.3142
Mean
Upper Bound 15.4858
5% Trimmed Mean 14.8457
Median 15.0000
Variance 7.821
Std. Deviation 2.79667
Minimum 10.00
Maximum 20.00
Range 10.00
Interquartile Range 4.00
Skewness .408 .254
Kurtosis -.797 .503

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


skor_keterpaparan_informasi .152 90 .000 .930 90 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Statistics
kategori_keterpaparan_informasi
N Valid 90
Missing 0

kategori_keterpaparan_informasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 43 47.8 47.8 47.8
1 47 52.2 52.2 100.0
Total 90 100.0 100.0

6. Keterampilan Terkait Kontrasepsi


Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
skor_keterampilan_KB 90 100.0% 0 .0% 90 100.0%
Descriptives

Statistic Std. Error


skor_keterampilan_KB Mean 6.4333 .13225
95% Confidence Interval for Lower Bound 6.1706
Mean
Upper Bound 6.6961
5% Trimmed Mean 6.4815
Median 7.0000
Variance 1.574
Std. Deviation 1.25465
Minimum 4.00
Maximum 8.00
Range 4.00
Interquartile Range 1.00
Skewness -.666 .254
Kurtosis -.298 .503

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


skor_keterampilan_KB .209 90 .000 .855 90 .000
a. Lilliefors Significance Correction

Statistics
kategori_keterampilan_kb
N Valid 90
Missing 0

kategori_keterampilan_kb

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 43 47.8 47.8 47.8
1 47 52.2 52.2 100.0
Total 90 100.0 100.0

7. Dukungan Suami
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


skor_dukungan_suami 90 100.0% 0 .0% 90 100.0%
Descriptives

Statistic Std. Error


skor_dukungan_suami Mean 4.9444 .02428
95% Confidence Interval for Lower Bound 4.8962
Mean
Upper Bound 4.9927
5% Trimmed Mean 4.9938
Median 5.0000
Variance .053
Std. Deviation .23034
Minimum 4.00
Maximum 5.00
Range 1.00
Interquartile Range .00
Skewness -3.947 .254
Kurtosis 13.884 .503

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


skor_dukungan_suami .540 90 .000 .241 90 .000
a. Lilliefors Significance Correction

Statistics
kategori_dukungan_suami
N Valid 90
Missing 0

kategori_dukungan_suami

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 5 5.6 5.6 5.6
1 85 94.4 94.4 100.0
Total 90 100.0 100.0

8. Dukungan Teman
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


skor_dukungan_teman 90 100.0% 0 .0% 90 100.0%
Descriptives

Statistic Std. Error


skor_dukungan_teman Mean 3.9111 .03017
95% Confidence Interval for Lower Bound 3.8512
Mean
Upper Bound 3.9710
5% Trimmed Mean 3.9568
Median 4.0000
Variance .082
Std. Deviation .28618
Minimum 3.00
Maximum 4.00
Range 1.00
Interquartile Range .00
Skewness -2.938 .254
Kurtosis 6.785 .503

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


skor_dukungan_teman .533 90 .000 .320 90 .000
a. Lilliefors Significance Correction

Statistics
kategori_dukungan_teman
N Valid 90
Missing 0

kategori_dukungan_teman

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 8 8.9 8.9 8.9
1 82 91.1 91.1 100.0
Total 90 100.0 100.0

9. Dukungan Tenaga Kesehatan


Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


skor_dukungan_nakes 90 100.0% 0 .0% 90 100.0%
Descriptives

Statistic Std. Error


skor_dukungan_nakes Mean 3.2889 .06932
95% Confidence Interval for Lower Bound 3.1512
Mean
Upper Bound 3.4266
5% Trimmed Mean 3.3210
Median 3.0000
Variance .432
Std. Deviation .65762
Minimum 2.00
Maximum 4.00
Range 2.00
Interquartile Range 1.00
Skewness -.385 .254
Kurtosis -.719 .503

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


skor_dukungan_nakes .270 90 .000 .775 90 .000
a. Lilliefors Significance Correction

Statistics
kategori_dukungan_nakes
N Valid 90
Missing 0

kategori_dukungan_nakes

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 10 11.1 11.1 11.1
1 80 88.9 88.9 100.0
Total 90 100.0 100.0

10. Dukungan Pemimpin dalam Komunitas


Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


skor_dukungan_pemimpin 90 100.0% 0 .0% 90 100.0%
Descriptives

Statistic Std. Error


skor_dukungan_pemimpin Mean 3.8222 .09941
95% Confidence Interval for Lower Bound 3.6247
Mean
Upper Bound 4.0197
5% Trimmed Mean 3.7469
Median 4.0000
Variance .889
Std. Deviation .94307
Minimum 3.00
Maximum 6.00
Range 3.00
Interquartile Range 2.00
Skewness .777 .254
Kurtosis -.563 .503

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


skor_dukungan_pemimpin .297 90 .000 .788 90 .000
a. Lilliefors Significance Correction

Statistics
kategori_dukungan_pemimpin
N Valid 90
Missing 0

kategori_dukungan_pemimpin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 44 48.9 48.9 48.9
1 46 51.1 51.1 100.0
Total 90 100.0 100.0

Bivariat

1. Pengetahuan
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


Pengetahuan *
90 100.0% 0 .0% 90 100.0%
Penggunaan__MKJP
Pengetahuan * Penggunaan__MKJP
Crosstab

Penggunaan__MKJP

MKJP Non MKJP Total


Pengetahuan Baik Count 4 36 40
% within Pengetahuan 10.0% 90.0% 100.0%
Kurang Baik Count 7 43 50
% within Pengetahuan 14.0% 86.0% 100.0%
Total Count 11 79 90
% within Pengetahuan 12.2% 87.8% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .331a 1 .565
Continuity Correctionb .063 1 .801
Likelihood Ratio .336 1 .562
Fisher's Exact Test .749 .405
Linear-by-Linear Association .328 1 .567
N of Valid Casesb 90
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.89.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Pengetahuan (Baik / Kurang Baik) .683 .185 2.519
For cohort Penggunaan__MKJP = MKJP .714 .225 2.269
For cohort Penggunaan__MKJP = Non MKJP 1.047 .899 1.219
N of Valid Cases 90

2. Kepercayaan
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


kategori_kepercayaan_1 *
90 100.0% 0 .0% 90 100.0%
Penggunaan_MKJP
kategori_kepercayaan_1 * Penggunaan_MKJP Crosstabulation

Penggunaan_MKJP

0 1 Total
kategori_kepercayaan_1 0 Count 50 2 52
% within
96.2% 3.8% 100.0%
kategori_kepercayaan_1
1 Count 29 9 38
% within
76.3% 23.7% 100.0%
kategori_kepercayaan_1
Total Count 79 11 90
% within
87.8% 12.2% 100.0%
kategori_kepercayaan_1

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 8.054a 1 .005
b
Continuity Correction 6.311 1 .012
Likelihood Ratio 8.281 1 .004
Fisher's Exact Test .007 .006
Linear-by-Linear Association 7.964 1 .005
N of Valid Casesb 90
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.64.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for kategori_kepercayaan_1 (.00 /
7.759 1.568 38.391
1.00)
For cohort Penggunaan_MKJP = .00 1.260 1.047 1.516
For cohort Penggunaan_MKJP = 1.00 .162 .037 .709
N of Valid Cases 90

3. Sikap
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


kategori_sikap_1 *
90 100.0% 0 .0% 90 100.0%
Penggunaan_MKJP
kategori_sikap_1 * Penggunaan_MKJP Crosstabulation

Penggunaan_MKJP

0 1 Total
kategori_sikap_1 0 Count 40 5 45
% within kategori_sikap_1 88.9% 11.1% 100.0%
1 Count 39 6 45
% within kategori_sikap_1 86.7% 13.3% 100.0%
Total Count 79 11 90
% within kategori_sikap_1 87.8% 12.2% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .104a 1 .748
b
Continuity Correction .000 1 1.000
Likelihood Ratio .104 1 .747
Fisher's Exact Test 1.000 .500
Linear-by-Linear Association .102 1 .749
N of Valid Casesb 90
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.50.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for kategori_sikap_1
1.231 .347 4.366
(.00 / 1.00)
For cohort Penggunaan_MKJP =
1.026 .879 1.197
.00
For cohort Penggunaan_MKJP =
.833 .274 2.535
1.00
N of Valid Cases 90

4. Keterpaparan informasi MKJP

Keterpaparan_informasi * Penggunaan__MKJP
Crosstab

Penggunaan__MKJP

MKJP Non MKJP Total


Keterpaparan_informasi Terpapar Count 3 44 47
% within Keterpaparan_informasi 6.4% 93.6% 100.0%
Tidak terpapar Count 8 35 43
% within Keterpaparan_informasi 18.6% 81.4% 100.0%
Total Count 11 79 90
% within Keterpaparan_informasi 12.2% 87.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 3.126a 1 .077
Continuity Correctionb 2.091 1 .148
Likelihood Ratio 3.208 1 .073
Fisher's Exact Test .109 .073
Linear-by-Linear Association 3.092 1 .079
N of Valid Casesb 90
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.26.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Keterpaparan_informasi (Terpapar /
.298 .074 1.209
Tidak terpapar)
For cohort Penggunaan__MKJP = MKJP .343 .097 1.210
For cohort Penggunaan__MKJP = Non MKJP 1.150 .979 1.351
N of Valid Cases 90

5. Keterampilan terkait kontrasepsi


Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


Keterampilan_terkait_KB *
90 69.2% 40 30.8% 130 100.0%
Penggunaan__MKJP

Keterampilan_terkait_KB * Penggunaan__MKJP Crosstabulation

Penggunaan__MKJP

MKJP Non MKJP Total


Keterampilan_terkait_KB 1 Count 11 36 47
% within
23.4% 76.6% 100.0%
Keterampilan_terkait_KB
2 Count 0 43 43
% within
.0% 100.0% 100.0%
Keterampilan_terkait_KB
Total Count 11 79 90
% within
12.2% 87.8% 100.0%
Keterampilan_terkait_KB
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 11.465a 1 .001
Continuity Correctionb 9.387 1 .002
Likelihood Ratio 15.692 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .000
Linear-by-Linear Association 11.338 1 .001
N of Valid Casesb 90
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.26.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


For cohort Penggunaan__MKJP
.766 .654 .897
= Non MKJP
N of Valid Cases 90

6. Dukungan suami

Dukungan_suami * Penggunaan__MKJP
Crosstab

Penggunaan__MKJP

MKJP Non MKJP Total


Dukungan_suami Mendukung Count 11 74 85
% within Dukungan_suami 12.9% 87.1% 100.0%
Kurang mendukung Count 0 5 5
% within Dukungan_suami .0% 100.0% 100.0%
Total Count 11 79 90
% within Dukungan_suami 12.2% 87.8% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .737a 1 .391
b
Continuity Correction .024 1 .876
Likelihood Ratio 1.344 1 .246
Fisher's Exact Test 1.000 .513
Linear-by-Linear Association .729 1 .393
b
N of Valid Cases 90
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .61.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
For cohort Penggunaan__MKJP
.871 .802 .945
= Non MKJP
N of Valid Cases 90

7. Dukungan teman

Dukungan_teman * Penggunaan__MKJP

Crosstab

Penggunaan__MKJP

MKJP Non MKJP Total


Dukungan_teman Mendukung Count 11 71 82
% within Dukungan_teman 13.4% 86.6% 100.0%
Kurang mendukung Count 0 8 8
% within Dukungan_teman .0% 100.0% 100.0%
Total Count 11 79 90
% within Dukungan_teman 12.2% 87.8% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1.223a 1 .269
b
Continuity Correction .292 1 .589
Likelihood Ratio 2.192 1 .139
Fisher's Exact Test .589 .337
Linear-by-Linear Association 1.209 1 .272
b
N of Valid Cases 90
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .98.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


For cohort Penggunaan__MKJP
.866 .795 .943
= Non MKJP
N of Valid Cases 90
8. Dukungan tenaga kesehatan

Dukungan_nakes * Penggunaan__MKJP
Crosstab

Penggunaan__MKJP

MKJP Non MKJP Total


Dukungan_nakes Mendukung Count 10 70 80
% within Dukungan_nakes 12.5% 87.5% 100.0%
Kurang mendukung Count 1 9 10
% within Dukungan_nakes 10.0% 90.0% 100.0%
Total Count 11 79 90
% within Dukungan_nakes 12.2% 87.8% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .052a 1 .820
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .054 1 .816
Fisher's Exact Test 1.000 .648
Linear-by-Linear Association .051 1 .821
N of Valid Casesb 90
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.22.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Dukungan_nakes
(Mendukung / Kurang 1.286 .147 11.257
mendukung)
For cohort Penggunaan__MKJP
1.250 .178 8.765
= MKJP
For cohort Penggunaan__MKJP
.972 .778 1.215
= Non MKJP
N of Valid Cases 90
9. Dukungan pemimpin dalam komunitas

Dukungan_pemimpin * Penggunaan__MKJP

Crosstab

Penggunaan__MKJP

MKJP Non MKJP Total


Dukungan_pemimpin Mendukung Count 5 41 46
% within
10.9% 89.1% 100.0%
Dukungan_pemimpin
Kurang mendukung Count 6 38 44
% within
13.6% 86.4% 100.0%
Dukungan_pemimpin
Total Count 11 79 90
% within
12.2% 87.8% 100.0%
Dukungan_pemimpin

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .160a 1 .689
Continuity Correctionb .006 1 .937
Likelihood Ratio .161 1 .689
Fisher's Exact Test .755 .468
Linear-by-Linear Association .159 1 .690
N of Valid Casesb 90
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.38.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for
Dukungan_pemimpin
.772 .218 2.740
(Mendukung / Kurang
mendukung)
For cohort Penggunaan__MKJP
.797 .262 2.425
= MKJP
For cohort Penggunaan__MKJP
1.032 .884 1.205
= Non MKJP
N of Valid Cases 90

Anda mungkin juga menyukai