Thalassemia
Disusun oleh :
Maria Magdalena Renjaan
112016252
Dokter Pembimbing :
dr. Edi Pasaribu, Sp.A, M.Kes
Terapi kelasi besi bertujuan untuk detoksifikasi kelebihan besi yaitu mengikat besi
yang tidak terikat transferin di plasma dan mengeluarkan besi dari tubuh. Kelasi
dimulai setelah timbunan besi dalam tubuh pasien signifikan, yang dapat dinilai dari
beberapa parameter seperti jumlah darah yang telah ditransfusikan, kadar feritin
serum, saturasi transferin, dan kadar besi hati/ liver iron concentration – LIC (biopsi,
MRI, atau feritometer).
LIC minimal 3000 ug/g berat kering hati merupakan batasan untuk memulai kelasi
besi namun biopsi adalah tindakan yang invasif sehingga beberapa parameter lain
menjadi pilihan. Pemberian kelasi besi dimulai bila kadar feritin serum darah sudah
mencapai 1000 ng/mL, atau saturasi transferin >70%, atau apabila transfusi sudah
diberikan sebanyak 10-20 kali atau sekitar 3-5 liter.
Kelasi besi kombinasi diberikan jika kadar feritin serum >2500 ng/mL yang menetap
minimal 3 bulan, apabila sudah terjadi kardiomiopati, atau telah terjadi hemosiderosis
jantung pada pemeriksaan MRI T2* (<20 ms).
Terapi kelasi besi memerlukan komitmen yang tinggi dan kepatuhan dari pasien dan
keluarga. Jenis kelasi besi yang terbaik adalah yang dapat digunakan pasien secara
kontinu, dengan mempertimbangkan efektifitas, efek samping, ketersediaan obat,
harga, dan kualitas hidup pasien. Tiga jenis kelasi besi yang saat ini digunakan adalah
desferoksamin, deferipron, dan deferasiroks.
Desferoksamin merupakan terapi lini pertama pada anak. Bila tingkat kepatuhan
buruk atau pasien menolak, deferipron atau deferaksiroks dapat menjadi alternatif.
Terapi kombinasi kelasi besi saat ini terbatas pada kondisi kelebihan besi yang tidak
dapat diatasi dengan monoterapi atau telah terdapat komplikasi ke jantung. Klinisi
perlu memperhatikan cost and benefit dalam memutuskan kelasi mana yang akan
digunakan dan berbagai kelebihan serta kekurangan kelasi besi harus diinformasikan
secara jelas kepada pasien dan orangtua. Keputusan yang diambil pada akhirnya
dibuat berdasarkan kesepakatan dan kenyamanan pasien.
Awalnya bekas suntikan akan mengalami kemerahan yang diikuti bisul berisi nanah
yang kemudian akan mengering dan menimbulkan jaringan parut. Jika anak belum
pernah terpapar oleh kuman TB, maka reaksi bisul BCG terjadi dalam kurun waktu 2
sampai 12 minggu (paling sering antara 4 sampai 6 minggu). Jika bisul muncul
kurang dari 1 minggu, kemungkinan besar bayi atau anak tersebut telah terpapar
kuman TB sebelumnya sehingga diperlukan pemeriksaan lanjutan. Reaksi ini disebut
reaksi cepat BCG (accelerated BCG reaction). Secara alamiah, bisul akan
menyembuh dan meninggalkan bekas berupa jaringan parut yang datar berdiameter 2
– 6 mm. Jaringan parut tersebut biasanya terbentuk dalam waktu 3 bulan.
Yolanda N. Scar BCG. Ikatan Dokter Anak Indonesia. : 2016. Diunduh pada : 29
Maret 2016 http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/skar-bcg