Anda di halaman 1dari 10

HISTOLOGI I

Nama : Anggy Suryani


NIM : B1A017046
Rombongan : A2
Kelompok :4
Asisten : Dian Ageng Nagri

LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO

2018
I. PENDAHULUAN

Jaringan merupakan kumpulan sel-sel yang memiliki struktur dan fungsi yang


sama serta mengadakan koordinasi satu sama lainya yang mendukung pertumbuhan
suatu tumbuhan (Kimball, 2003). Jaringan dewasa merupakan jaringan yang
terbentuk dari hasil diferensiasi sel-sel yang dihasilkan jaringan meristem, sehingga
memenuhi suatu fungsi tertentu. Jaringan parenkim adalah jaringan dasar yang
terdapat hampir pada semua bagian jaringan tumbuhan dan juga mengisi jaringan
tumbuhan baik pada akar, batang, daun, biji dan buah (Nofrizal et al., 2011).

Jaringan epidermis merupakan jaringan yang berfungsi menutupi permukaan


tumbuhan. Sel-sel dengan struktur khusus yang berfungsi sebagai jaringan pelindung
dengan adalah sel-sel epidermis beserta derivatnya. Jaringan pelindung berperan
untuk mencegah air, kerusakan mekanis, melindungi perubahan suhu yang ekstrim,
dan menjaga kehilangan zat-zat makan dari tumbuhan (Hidayat, 1995).

II. TUJUAN

Tujuan dari praktikum acara histologi I adalah :


1. Mengamati bentuk-bentuk sel epidermis pada tumbuhan dan derivatnya,
antara lain sel silika, sel gabus, stomata, dan trikomata.
2. Mengamati macam-macam jaringan dasar (parenkim), antara lain aerenkim
dan aktinenkim.
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum acara histologi diantaranya


mikroskop, object glass, cover glass, silet dan pipet tetes.

Bahan-bahan yang digunakan adalah Ø. B epidermis batang Saccharum


officinarum (Tebu), Ø. B daun Rhoeo discolor (sosongkokan), Ø. B daun Zea mays
(Jagung), Ø. L daun Orthosiphon stamineus (Kumis Kucing), Ø epidermis bawah
daun Durio zibethinus (Durian), Ø. L tangkai daun Canna sp. (tasbih) dan air.

B. Metode

Metode yang dilakukan dalam praktikum acara histologi I antara lain:


1. Seluruh bahan disiapkan termasuk bahan (preparat) yang ingin diamati.
2. Preparat disayat setipis mungkin secara membujur daun Rhoeo discolor (Adam
Hawa) dan secara melintang tangkai daun Canna sp. (Kana), juga kerik bagian
epidermis bawah daun Durio zibethinus (Durian).
3. Hasil sayatan dan hasil kerikan ditampung pada object glass. kemudian ditetesi
dengan sedikit air.
4. Preparat ditutup dengan cover glass dan kemudian diamati di bawah
mikroskop.
5. Preparat awetan Ø. B daun Zea mays (Jagung), Ø. B daun Saccharum
officinarum (Tebu) dan Ø. L daun Orthosiphon stamineus (Kumis Kucing)
yang telah disiapkan juga diamati di bawah mikroskop.
6. Hasil yang terlihat pada mikroskop digambar kemudian diberi keterangan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1
Keterangan :
2 1. Porus
2. Sel penutup
3
3. Sel tetangga
4 4. Epidermis
Tipe stoma : Graminae
Gambar 1. Ø.B. Daun Zea mays (Jagung) Perbesaran 400X

1 Keterangan :
1. Epidermis
2 2. Sel silika
3. Sel gabus
3

Gambar 2. Ø.B. Epidermis Batang Saccharum officinarum (Tebu) Perbesaran


400X

1 Keterangan :

2 1. Sel penutup
2. Porus
3 3. Epidermis
4. Sel tetangga
4
Tipe stoma : Amarillydaceae
Gambar 3. Ø.B. Epidermis Daun Rhoeo discolor (sosongkokan) Perbesaran
400X
1 Keterangan :
2 1. Epidermis atas
2. Jaringan palisade
3
3. Jaringan spons
4 4. Epidermis bawah
5 5. Trikoma
Tipe trikoma : Glanduler
Gambar 4. Ø.L. Daun Orthosiphon stamineus (Kumis Kucing) Perbesaran 400X

1 Keterangan :
1. Trikom bentuk bintang
2. Trikom bentuk sisik
2 Tipe trikoma : Non glanduler

Gambar 6. Epidermis Bawah Daun Durio zibethinus (Durian) Perbesaran 100X

1 Keterangan :
1. Aerenkim
2
2. Aktinenkim

Gambar 5. Ø.L. Tangkai Daun Canna sp. (Tasbih) Perbesaran 400X


B. Pembahasan

Jaringan epidermis yang berfungsi sebagai pelindung biasanya terdiri atas deretan
sel tunggal yang menutupi dan melindungi semua bagian tumbuhan. Epidermis,
seperti halnya kulit pada tubuh kita, yang merupakan komponen perlindungan
pertama untuk melawan kerusakan fisik dan organisme-organisme patogenik.
Jaringan parenkim disebut jaringan dasar karena dijumpai hampir di setiap bagian
tumbuhan. Sel parenkim adalah sel dengan dindig tipis membentuk jaringan dasar
sebagai pembentukan korteks. Ciri-ciri dari jaringan parenkim adalah:
1. Sel-sel parenkim dewasa memiliki dinding primer yang relatif tipis dan
fleksibel dan sebagian besar tidak memiliki dinding sekunder.
2. Sel-sel parenkim dewasa umumnya memiliki vakuola besar di tengah.
3. Melaksanakan sebagian besar fungsi metabolik tumbuhan, yaitu menyintesis
dan menyimpan berbagai produk organik.
4. Memiliki kemampuan untuk membelah dan berdiferensiasi (Campbell et al.,
2008).
Jaringan epidermis juga mampu melakukan diferensiasi membentuk derivat
epidermis. Derivat epidermis adalah suatu bangunan/alat tambahan pada epidermis
yang berasal dari sel inisial yang sama dengan epidermis tertentu namum memiliki
struktur dan fungsi yang berlainan dengan epidermis itu sendiri. Derivat epidermis
terdiri dari:
1. Stomata (mulut daun)
Berfungsi sebagai tempat pertukaran gas (O2, CO2, dan uap air/H2O). Stomata
berupa ruang antar sel yang dibatasi oleh dua sel khas yan disebut sel
penjaga.
2. Trikoma
Tonjolan epidermis dan tersusun atas beberapa sel yang mengalami
penebalan sekunder. Trikoma berfungsi mengurangi penguapan, meneruskan
rangsang, melindungi tumbuhan dari gangguan hewan, membantu
penyebaran biji dan sebagai penghasil nektar.
3. Lentisel
Berfungsi seperti stomata yaitu sebagai tempat keluar masuknya gas-gas ke
dalam tumbuhan yang terdapat pada batang.
4. Velamen
Velamen merupakan lapisan sel mati di bagian dalam jaringan epidermis
pada akar gantung (akar udara) tumbuhan anggrek dan berfungsi sebagai
tempat penyimpanan air.
5. Sel kipas
Tersusun dari beberapa sel berdinding tipis. Bila terjadi penguapan air yang
relatif besar, sel kipas akan menggulung sehingga daun akan menggulung
untuk mengurangi penguapan yang lebih lanjut.
6. Sel silica/sel gabus
Berfungsi untuk menguatkan epidermis. Sel silika berbentuk lebih pendek
dibandingkan dengan sel gabus.
7. Litokis
Sel yang mengandung sistolit. Litosis berupa penebalan ke arah sentripetal
yang tersusun atas tangkai selulosa dengan deposisi Ca-karbonat (kalsium
karbonat) yang membentuk bangunan seperti sarang lebah yang disebut
sistolit (Mulyani, 2006).
Berdasarkan fungsinya, parenkim dibedakan menjadi beberapa macam:
1. Parenkim asimilasi, yaitu parenkim yang bertugas melakukan proses
pembuatan zat-zat makanan, terletak di bagian tumbuhan berwarna hijau.
2. Parenkim penimbun, berfungsi sebagai jaringan penyimpan cadangan
makanan sebagai larutan dalam vakuola, bentuk partikel padat, atau cairan
dalam siroplasma.
3. Parenkim air, dijumpai pada tumbuhan hidup di daerah kering (xerofit),
tumbuhan epifit, dan tumbuhan sukulen sebagai penimbun air untuk
menghadapi masa kering.
4. Parenkim udara, dijumpai pada alat pengapung tumbuhan sebagai tempat
penyimpanan udara.
5. Parenkim angkut, terdapat pada jaringan pengangkut yang sel-selnya
berbentuk memanjang menurut arah pengangkutannya (Fahn, 1995).
Berdasarkan hasil didapatkan bahwa daun Saccharum officinarum memiliki sel silika
dan sel gabus. silika pada tebu akan berakibat baik untuk pertumbuhan tanaman tebu,
aplikasi silika dapat meningkatkan hasil tebu dan hasil gula (Harjanti et al., 2014).
Stomata pada daun Zea mays memiliki tipe graminae, sedangkan pada daun Rhoeo
discolor memiliki tipe amarillydaceae (Mulyani, 2006). Stomata berfungsi sebagai
alat adaptasi tanaman terhadap cekaman kekeringan. Kondisi ini menyebabkan
stomata tertutup sebagai upaya menahan laju transpirasi (Mashud & Farida, 2015).
Selain itu, inyal umpan balik dari CO2 tinggi pada daun mendorong penutupan
stomata (Zoppellari et al., 2014). Berdasarkan pengamatan trikoma pada daun
Orthosiphon stamineus memiliki tipe glanduler, sedangkan pada epidermis bawah
daun Durio zibethinus memiliki tipe non glanduler. Menurut Fahn (1995), parenkim
memiliki beberapa macam bentuk. Berdasarkan pengamatan dapat dilihat bahwa
parenkim pada tangkai daun Canna sp. Memiliki bentuk seperti bintang.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasakan praktikum yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Epidermis mampu berdiferensiasi menjadi beberapa derivat, yaitu stomata,
trikoma, sel silika dan sel gabus, sel kipas, velamen, lentisel dan litokis.
2. Jaringan dasar strukturnya dapat dibedakan menjadi parenkim palisade dan
spons, aktinenkim, aerenkim dan parenkim berbentuk tidak teratur.
Berdasarkan fungsinya dibagi menjadi, parenkim asimilasi, parenkim air,
parenkim penimbun, parenkim udara dan parenkim pengankut.
B. Saran
Saran untuk praktikum ini adalah lebih menertibkan suasana saat praktikum
berlangsung, sehingga tidak menyebabkan kegaduhan.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A., Jane B.R., Lisa A.R., Michael L.C., Steven A.W., Peter V.M. &
Robert B.J. 2008. Biologi Jilid 1 Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Fahn, A. 1995. Anatomi Tumbuhan Edisi Ke-3. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Harjanti, R.A., Tohari, & Sri N.H.U. 2014. Pengaruh Takaran Pupuk Nitrogen dan
Silika terhadap Pertumbuhan Awal (Saccharum officinarum L.) pada
Inceptisol. Vegetalika. 3(1), pp. 35-44.
Hidayat, E .B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: Penerbit ITB.
Kimball, J.W. 2003. Biologi Jilid 1. Bandung : Erlangga.
Mashud, N & Farida O. 2015. Karakteristik Fisiologi Daun Aren Varietas Akel
Toumuung. B Palma. 16(1), pp. 49-56.
Mulyani, S. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
Nofrizal, M.A., Irwandy S. & Ied H. 2011. Kajian Awal Pemanfaatan Rumput Teki
(Fimbristylis sp), Linggi (Penicum sp) dan Sianik (Carex sp) sebagai Serat
Alami untuk Bahan Alat Penangkapan Ikan. Jurnal Natur Indonesia. 14(1),
pp. 100-106.
Zoppellari, F., Eligio M., Walter C., Claudio L., Federico S., Laura B. 2014.
Improvement of drought tolerance in maize (Zea mays L.) by selected
rhizospheric microorganisms. Italian Journal of Agrometeorology. 1, pp. 5-
18.

Anda mungkin juga menyukai