Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasi ASIA Vol. 7 No.

1, Februari 2013

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL UNTUK PENGENALAN RETINA DENGAN


JARINGAN SARAF TIRUAN HOPFIELD DISKRIT
Broto Poernomo1, Yuliana Melita2
1.. STMIK ASIA Malang, 2.. iSTTS

e-mail: wongbluluk@yahoo.com , ymp@stts.edu

ABSTRAK
Penelitian ini berisi tentang implementasi pengolahan citra digital dan jaringan saraf
tiruan hopfield diskrit pada sistem identifikasi citra retina. Serta menggunakan
perhitungan hamming distance untuk mencari nilai kesalahan identifikasi citra retina
tersebut. Tahap perancangan sistemnya dari proses resize, grayscale, deteksi tepi
dengan sobel, binerisasi citra, jaringan saraf tiruan hopfield, dan hamming distance.
Dengan sistem identifikasi ini nanti akan menghasilkan nilai hamming distance dan
prosentase kemiripan dari identifikasi antara retina yang di uji dengan data latih yang
ada di database. Dari hasil pengujian 7 data citra retina milik orang yang sama namun
dengan citra yang sedikit berbeda dengan dipengaruhi posisi, translasi dan noise sistem
ini mampu mengenali dengan keberhasilan 42,86 %. Hal ini terjadi karena sistem ini
tidak melakukan proses transform terhadap citra yang akan di identifikasi

Kata kunci: Sistem, Pengolahan Citra Diggital, Identifikasi Retina, Jaringan Saraf Tiruan
hopfield, Hamming Distance

ABSTRACT

This study contains the implementation of digital image processing and discrete
Hopfield neural networks in retinal image identification system. As well as using the
Hamming distance calculations to find the value of the retinal image misidentification.
System design phase of the process resize, grayscale, edge detection with Sobel,
binerisasi image, Hopfield neural network, and the Hamming distance. With this
identification system would later result in the value of the Hamming distance and the
percentage of similarity between the retina identification test in training data in the
database. From the test results 7 data retinal images of the same person but with a
slightly different image to the affected position, translation and noise the system is able
to recognize the success of 42.86%. This happens because the system does not make the
process transform the image to be identified

Keywords: Systems, Image Processing Diggital, Retina identification, Hopfield Neural


Network,Hamming Distance

PENDAHULUAN salah satu jenis dari teknologi tersebut


Perkembangan teknologi dewasa adalah pengenalan retina (retinal
ini sungguh sangat pesat, terutama recognition). Biometrik adalah suatu
tekhnologi dibidang tekhnologi cabang keilmuan yang menggunakan
informasi yang dapat dimanfaatkan luas data atau properti unik dari anggota
di banyak bidang lainnya. Salah satu tubuh makhluk hidup, dalam hal ini
teknologi yang berkembang pesat manusia, untuk tujuan identifikasi atau
adalah pada bidang pemindaian verifikasi. Beberapa bagian tubuh atau
biometrik (biometrics scanning), dan properti yang lazim digunakan untuk

Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer ASIA Malang 37


Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasi ASIA Vol. 7 No. 1, Februari 2013

pemindaian biometrik ini diantaranya pada fisiologi dan karakteristik tingkah


sidik jari, retina mata, iris mata, wajah, laku mereka.
dan suara. Teknologi ini sangat berguna Dengan menggunakan biometrik
untuk mencegah pemalsuan identitas, ini dimungkinkan untuk
karena sangat sulit untuk memalsukan mengkonfirmasikan atau menetapkan
data yang berasal dari anggota tubuh suatu identitas individu. Ukuran yang
seperti ini. memadai untuk bisa dikategorikan
Sesuai dengan namanya, retinal sebagai sebuah biometrik adalah
recognition menggunakan retina sebagai a. Universal / Universality : berarti
bahan untuk identifikasi. Pada eye bahwa tiap orang harus mempunyai
biometrics terdapat dua bagian mata karakteristik tersebut
yang sering digunakan yaitu iris dan b. Keunikan / Distinctiveness :
retina. Bila dianalaogikan dengan mengindikasikan bahwa tidak ada
kamera, iris adalah bagian bukaan dua orang yang memiliki kesamaan
(apperture) kamera sedangkan retina karakteristik
adalah bagian film dari kamera. Retina c. Permanen / Permanence :
mengandung banyak lapisan dari karakteristik tidak banyak berubah
jaringan sensor dan jutaan fotoreseptor terhadap suatu periode waktu
yang berfungsi untuk mengubah cahaya tertentu
terang menjadi impuls listrik. Pada d. Dapat dikumpulkan / Collectability :
retina juga terdapat pembuluh- berarti bahwa karakteristik dapat
pembuluh darah yang menjadi fondasi diukur secara kuantitatif
dari retinal recognition. Retina terletak Dalam suatu sistem biometrik (
di bagian belakang mata dan tidak yaitu suatu sistem yang menggunakan
tersentuh oleh lingkungan luar, oleh biometrik untuk pengenalan individu),
karena itu dalam biometrik retina ada beberapa hal yang harus
sangat stabil. dipertimbangkan, yaitu :
Seperti telah dijelaskan
sebelumnya, retina mengandung banyak Performance
pembuluh darah yang membentuk pola Capaian yang mana mengacu pada
yang unik bagi setiap orang. Pola inilah ketelitian pengenalan yang dicapai dan
yang digunakan pada retinal kecepatannya, sumber daya yang
recognition. diperlukan untuk mencapai ketelitian
kecepatan pengenalan yang diinginkan,
Pengenalan retina akhir-akhir ini
seperti halnya faktor operasional dan
memang mendapat banyak perhatian
faktor lingkungan yang mempengaruhi
untuk dibuat sebuah aplikasi-aplikasi.
ketelitian dan kecepatan.
Antara lain, seperti aplikasi
Acceptability
pengamanan gedung, alat identifikasi,
Kemampuan menerima yang menandai
password akun seseorang, dan lain-lain.
adanya tingkat penerimaan masyarakat
Ada banyak teknik pengenalan retina
terhadap penggunaan perangkat
yang dapat digunakan, salah satunya
pengidentifikasi biometrik tertentu (
adalah dengan Pengolahan citra dengan
karakteristik) dalam kehidupan sehari-
Metode Sobel dan Jaringan saraf tiruan
hari.
Hopfield Diskrit.
Circumvention
KAJIAN TEORI Pengelakan yang mencerminkan
1. BIometrik bahwa sistem dapat dikelabuhi dengan
Sistem biometrik merupakan mudah atau tidak.
sistem yang mengacu pada pengenalan
otomatis terhadap individu berdasarkan

38 Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer ASIA Malang


Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasi ASIA Vol. 7 No. 1, Februari 2013

2. Iris dengan teknologi tinggi dan biaya


Tekstur visual dari iris manusia mahal. Pembuluh darah retina juga
ditentukan oleh proses morfogenik yang dapat memetakan kondisi medis
kacau selama perkembangan embrio seperti darah tinggi.
manusia dan diposisiskan agar menjadi
unik untuk masing-masing manusia dan
setiap mata. Suatu gambar mata
biasanya diambil menggunakan proses
citra tanpa kontak menggunakan
kamera CCD dengan resolusi 512 dpi.
Tingkat kesalahan identifikasi
menggunakan teknologi iris lebih kecil
dan kode invarian posisi panjang Gambar 2 : Retina mata
konstan mengijinkan adanya metode
Retina adalah lapisan mata yang
pengenalan iris yang cepat. 5. Telinga
paling peka terhadap cahaya, yang
Telah diketahui bahwa pola telinga dan
berfungsi sebagai penerima cahaya yang
struktur dari jaringan kartilagenus dari
masuk melalui lensa mata dan kemudian
pinna adalah istimewa. Ciri-ciri dari
mengirimkan ke otak melalui saraf
telinga tidak diharapkan unik untuk
optik, ketika mata dilihat lebih dalam
masing-masing individu. Pendekatan
menggunakan ophthalmoscope ataupun
pengenalan telinga berdasar pada
menggunakan kamera fundus akan
penyesuaian vektor jarak dari bagian
terlihat bagian retina seperti Gambar 3.
penting pada pinna dari suatu lokasi
yang dikenal. Tidak ada sistem
komersial yang tersedia saat ini dan
autentikasi identitas individu yang
berdasar pada pengenalan telinga
hingga kini masih menjadi topik
penelitian.
Gambar 3 : Citra Retina mata
4. Jaringan Saraf Tiruan (Neural
Network)
Jaringan saraf tiruan (JST) atau
neural network adalah suatu metode
komputasi yang meniru sistem jaringan
Gambar 1 : Iris mata saraf biologis. Metode ini menggunakan
elemen perhitungan non-linier dasar
3. Pengenalan Retina
yang disebut neuron yang
Pembuluh darah pada retina
diorganisasikan sebagai jaringan yang
strukturnya sangat kaya dan sangat
saling berhubungan, sehingga mirip
khas pada setiap individu dan pada
dengan jaringan saraf manusia. Jaringan
masing-masing mata. Retina dianggap
saraf tiruan dibentuk untuk
sebagai biometrik yang paling aman
memecahkan suatu masalah tertentu
karena retina tidak mudah untuk
seperti pengenalan pola atau klasifikasi
mengubah atau meniru pembuluh
karena proses pembelajaran.
darah retina. Pembacaan retina,
Layaknya neuron biologi, JST juga
banyak digunakan pada film-film dan
merupakan sistem yang bersifat “fault
instalasi militer, dan seringkali
tolerant” dalam 2 hal. Pertama, dapat
digunakan pada teknologi biometrik
mengenali sinyal input yang agak

Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer ASIA Malang 39


Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasi ASIA Vol. 7 No. 1, Februari 2013

berbeda dari yang pernah diterima mengalami masa vakum selama


sebelumnya. Sebagai contoh, manusia beberapa tahun.
sering dapat mengenali seseorang yang
wajahnya pernah dilihat dari foto atau 5. Jaringan Saraf Tiruan Hopfield
dapat mengenali sesorang yang Terdapat beberapa versi algoritma
wajahnya agak berbeda karena sudah dari jaringan Hopfield. Pada penjelasan
lama tidak menjumpainya. Kedua, tetap pertama Hopfield (1982) menggunakan
mampu bekerja meskipun beberapa input vektor biner. Untuk menyimpan
neuronnya tidak mampu bekerja dengan suatu pola biner S(p), p = 1,…, p, dimana
baik. Jika sebuah neuron rusak, neuron S(p) = (S1(p),…, Si(p), …, Sn(p)),
lain dapat dilatih untuk menggantikan untuk matriks bobotnya W = {wij}
fungsi neuron yang rusak tersebut. diperoleh dengan
Jaringan saraf tiruan, seperti
manusia, belajar dari suatu contoh
karena mempunyai karakteristik yang Dan wii = 0
adaptif, yaitu dapat belajar dari data- Pada penjelasan lainnya Hopfield (1984)
data sebelumnya dan mengenal pola menggunakan input bipolar. Untuk
data yang selalu berubah. Selain itu, JST menyimpan pola bipolar, matriks bobot
merupakan sistem yang tak terprogram, yang digunakan W = {wij}, diperoleh
artinya semua keluaran atau kesimpulan dengan
yang ditarik oleh jaringan didasarkan
pada pengalamannya selama mengikuti
proses pembelajaran/pelatihan.
Hal yang ingin dicapai dengan Dan wii = 0
melatih JST adalah untuk mencapai Proses pembelajaran terjadi pada
keseimbangan antara kemampuan saat neuron yang saling terhubung aktif
memorisasi dan generalisasi. Yang pada saat yang bersamaan. Jika ini
dimaksud kemampuan memorisasi terjadi, maka nilai bobot harus berubah.
adalah kemampuan JST untuk Dalam proses perubahan bobot Hopfield
mengambil kembali secara sempurna menggunakan aturan Hebb, yang mana:
sebuah pola yang telah dipelajari. Wi (baru) = wi (lama) + xiy
Kemampuan generalisasi adalah Aplikasi dari algoritma jaringan
kemampuan JST untuk menghasilkan Hopfield dapat dilihat:
respons yang bisa diterima terhadap Langkah 1. Inisialisasi bobot untuk
pola-pola input yang serupa (namun menyimpan pola dengan menggunakan
tidak identik) dengan pola-pola yang aturan Hebb.
sebelumnya telah dipelajari. Hal ini Jika aktivasi jaringan belum mencapai
sangat bermanfaat bila pada suatu saat konvergen ulangi langkah 2 sampai 8.
ke dalam JST itu diinputkan informasi Langkah 2. Untuk setiap input vektor x,
baru yang belum pernah dipelajari, lakukan Langkah 3 sampai 7.
maka JST itu masih akan tetap dapat Langkah 3. Tentukan aktivasi awal
memberikan tanggapan yang baik, jaringan sama dengan input eksternal
memberikan keluaran yang paling vektor x.
mendekati.
Jaringan saraf tiruan berkembang secara Langkah 4. Lakukan langkah 5 sampai 7
pesat pada beberapa tahun terakhir. untuk setiap Yi, perubahan unit adalah
Jaringan saraf tiruan telah acak.
dikembangkan sebelum adanya suatu
komputer konvensional yang canggih
dan terus berkembang walaupun pernah

40 Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer ASIA Malang


Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasi ASIA Vol. 7 No. 1, Februari 2013

Langkah 5. Hitung jaringan input: 1. Pre pengolahan


Proses pra-pengolahan adalah
langkah pengolahan citra untuk
menonjolkan karakter citra yang ingin
Langkah 6. Tentukan aktivasi (sinyal diekstraksi. Sub-proses nya seperti
output) sebagai berikut :
a) Proses resize
Proses pengambilan citra retina
diambil secara offline, yang mana citra
retina itu datanya didapat dari internet
Untuk ambang, θi,biasanya bernilai nol. berupa file jpeg yang kemudian
Langkah 7. Masukkan nilai yi ke dalam disimpan dalam folder di eksplorer.
unit-unit lainnya. (terjadi perubahan Citra retina tersebut juga sudah
vektor aktivasi). disesuaikan ukuran dimensinya yaitu
Langkah 8. Uji apakah terjadi 64x64 pixel serta dengan kualitas
konvergensi Analisa pada fungsi gambar yang bagus juga, sehingga kami
Lyapunov (biasa juga disebut sebagai tidak butuh melakukan proses
fungsi energi) untuk jaringan Hopfield perbaikan untuk citra retina tersebut.
adalah bagian penting yang akan Tapi saat mengambil citra retina
menunjukkan bahwa telah terjadi tersebut, citra langsung diproses ukuran
konvergensi, dimana sebelumnya bobot dimensinya menjadi 20x20 pixel. Contoh
telah berubah secara asinkron dan nilai citra retina yang kami gunakan seperti
0 pada diagonalnya. pada Gambar 5 di bawah ini.

PEMBAHASAN
Proses identifikasi retina ini dibagi
menjadi dua tahap utama, yang pertama
adalah pra pengolahan (pre-processing)
dan yang kedua adalah proses
identifikasi menggunakan jaringan saraf
tiruan (neural network) hopfield diskrit.
Secara keseluruhan skema proses Gambar 5 Contoh citra retina yang
tersebut terlihat pada Gambar 4. di gunakan 64x64 pixel
Pada saat pengambilan citra
tersebut, kemudian sistem secara
Pra
Pengolahan otomatis langsung me-risize nya
menjadi ukuran 20x20 pixel. Hasil resize
seperti Gambar 6 dibawah ini.
Resize

Grayscal
e Proses Neural Network
Hopfield diskrit
Sobel
Citra Detec Latih Identifik Hasil
Digit tion Jarin asi Ide
al gan ntifi
Citra kasi
Biner Gambar 6 Contoh citra retina yang
di resize menjadi 20x20 pixel
Gambar4 : Blok system

Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer ASIA Malang 41


Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasi ASIA Vol. 7 No. 1, Februari 2013

Sedangkan alur pengambilan citra c) Proses deteksi tepi dengan sobel


dan resize nya adalah sebagai berikut : Pada tahap ini, bisa dibilang tahap
inti dari pra-proses pengenalan retina
Mulai itu sendiri. Karena pada tahap deteksi
tepi dengan metode sobel ini nanti yang
Ambil citra asli dapat menunjukkan ciri-ciri dari retina
tersebut. Dari proses ini juga akan
Tentukan pengali skala,
n= 10/32
tampak perbedaan pembuluh retina dari
masing-masing retina dengan garis-
Ekstraksi R,G,B garis ciri yang berbeda-beda. Contoh
hasil deteksi tepi dari citra retina
Set citra asli dengan dikalikan
skala (n)
tersebut yaitu seperti ditunjukkan pada
Gambar 8 dibawah ini.
Tampilkan hasil
resize

Selesai

b) Proses grayscale
Pada proses ini, citra retina hasil
resize sebelum dilakukan deteksi tepi
dilakukan proses menyederhanakan
pixel citra dengan merubah citra retina
itu menjadi grayscale. Contoh hasil
proses grayscale seperti Gambar 7
dibawah ini. Gambar8 Deteksi tepi dengan metode
sobel

Sedangkan alur deteksi tepi dengan


metode sobel itu sendiri adalah sebagai
berikut :
Mulai

Ambil citra hasil


Gambar 7 Contoh citra retina grayscale
grayscale
Inisialisasi matrik sobel
Sedangkan alur proses grayscale
itu sendiri adalah sebagai berikut : Perkalian citra dengan
matrik operator sobel

Mulai

Ambil citra resize


Matrik hasil
>= 255
Ekstraksi RGB citra retina
Tidak
Ya
Nilai R, G, B Matrik hasil
Matrik hasil=255 <= 0 Tidak
Kalkulasi nilai grayscale
Matrik hasil deteksi tepi Ya
sobel
Matrik hasil=0
Hasil Kalkulasi

Selesai
Selesai

42 Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer ASIA Malang


Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasi ASIA Vol. 7 No. 1, Februari 2013

d) Proses Menjadikan ke citra biner. 2. Pengenalan Citra Retina dengan


Kemudian untuk tahap pra-proses Jaringan Saraf Tiruan Hopfield
yang terakhir adalah memproses hasil Diskrit
deteksi sobel tadi menjadi citra berupa Pada tahap ini, ada terjadi
biner. Karena dengan citra biner ini beberapa proses yang kami bahas untuk
nanti akan semakin tampak perbedaan mengenali atau mengidentifikasi citra
ciri antar tepi dari pembuluh darah retina, yaitu diantaranya adalah proses
retina itu. Contoh hasil binerisasi dari pelatihan jaringan, proses identifikasi
citra retina tersebut adalah seperti dengan
Gambar 3.11 dibawah ini

jaringan hopfield, dan algoritma


identifikasi dengan hamming distance.

a) Proses Pelatihan Jaringan


Dalam melakukan pengenalan
citra, tentunya harus mempunyai dulu
data latih. Disini penulis data latih yang
digunakan dalam sistem adalah citra
retina yang awalnya berbentuk RBG
Gambar 3.11 Citra hasil binerisasi dirubah menjadi ke bentuk citra biner.
Yang mana citra biner itu pola nya
Sedangkan alur binerisasi itu dalam bentuk 0 dan 1 saja. Pola itu
sendiri adalah sebagai berikut : didapat dari proses binerisasi citra
retina. Kemudian pola itu nanti
Mulai
disimpan dalam data base sebagai data
latih yang akan dikenali. Untuk analisa
ini, penulis menggunakan pemisalan
Ambil citra hasil pola citra biner retina karena data latih
deteksi sobel
retina yang sangat panjang bila di
Ekstraksi nilai RGB dengan mencari
masukkan dalam tabel. Tabel di bawah
rata-rata RGB tersebut ini pemisalan untuk pola data latih
retina.
Tabel 1 : Data Training
Rata-rata Username Pola Latih Retina
>= 80 Tidak ansori 1110
Ahn 0101
Y ahnjung 1011
a
b) Proses Identifikasi dengan
Matrik hasil=255
Jaringan Hopfield
Proses identifikasi sebelumnya
Tampilkan hasil citra biner sama seperti proses untuk
menghasilkan data latih pada Tabel 3.1
Matrik hasil=0
diatas, yaitu citra retina dirubah
menjadi jadi pola biner. Setelah itu
diproses citra biner itu dengan jaringan
Selesai
saraf tiruan hopfield, selanjutnya akan
dihitung juga kedekatan antar pola input
dengan pola pada data latih
menggunakan hamming distance. Dalam

Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer ASIA Malang 43


Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasi ASIA Vol. 7 No. 1, Februari 2013

contoh ini di misalkan mendapatkan Tentukan nilai output Y awal yaitu


input citra biner retina dengan pola vektor input x (0,0,1,0).
0010 dan mau dicocokkan dengan pola
retina milik “username : ansori” dengan Pilih unit Y1 untuk melakukan
pola 1110. Maka proses pengenalannya perubahan aktivasi.
dengan hopfield adalah sebagai berikut:

Langkah pertama untuk medapatkan Y_in1 = x1 + ∑ yj (wj1)


bobot jaringan di rubah data latih
tersebut (1110) kedalam bentuk
= 0 + [0 0 1 0] x [ ]
bipolar, sehingga untuk 0 akan berubah
menjadi -1 dan angka 1 tetap.sehingga
menjadi : =0+0+0+1+0=2

1=1, 1=1, 1=1, 0=-1 y_in1 > 0 → y1 = 1


Sehinga diperoleh sebuah array 1
1 1 -1 Array ini kemudian digunakan Karena nilai y_in1 lebih besar dari
untuk membangun matriks kontribusi 0, maka aktivasi berubah dan
1110 dengan cara mengalikan dengan menjadikan nilai Y1 = 1.
transposenya Nilai output sementara adalah: Y1=1,
Y2=0, Y3=1, dan Y4=0 atau dalam bentuk
vektor (1, 0, 1, 0).
1 1 1 -1 x [ ]
Pilih unit Y2 untuk melakukan
Kemudian hasil perkalian nya perubahan aktivasi.
dalah sebagai berikut :
Y_in2 = x2 + ∑ yj (wj2)

[ ]
= 0 + [1 0 1 0] x [ ]

Langkah selanjutnya adalah =0+1+0+1+0=2


membuat 0 secara diagonal nilai dari y_in2 > 0 → y2 = 1
sudut kiri atas sampai sudut kanan
bawah. Hal ini dilakukan karena neuron
pada jaringan Hopfield tidak terhubung Karena nilai y_in2 lebih besar dari 0,
pada dirinya sendiri, sehingga matriks maka aktivasi berubah dan
diatas menjadi : menjadikan nilai Y2 = 1.
Nilai output sementara adalah: Y1=1,
Y2=1, Y3=1, dan Y4=0 atau dalam
W=[ ] bentuk vektor (1, 1, 1, 0).

Jika pola yang ingin dikenali hanya Pilih unit Y3 untuk melakukan
1110 maka matriks di atas menjadi perubahan aktivasi.
matriks bobotnya.
Kemudian matrik yang akan diuji Y_in3 = x3 + ∑ yj (wj3)
(input) 0010 dimasukkan kedalam
jaringan.
Dengan x1=0, x2=0, x3=1, x4=0

44 Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer ASIA Malang


Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasi ASIA Vol. 7 No. 1, Februari 2013

Dari keempat pola tersebut dapat


= 1 + [1 1 1 0] x [ ] dihitung dengan hamming distance
hasilnya adalah :

=1+1+1+0+0=3 Hamming distance = 0/4 = 0

y_in3 > 0 → y3 = 1 Persen kesamaan = ( 1 – 0 ) * 100% =


Karena nilai y_in3 lebih besar dari 0, 1*100% = 100 %
maka aktivasi berubah dan
menjadikan nilai Y3 = 1. Dalam perbandingan kedua vektor
Nilai output sementara adalah: Y1=1, tersebut, ternyata persen kesamaan
Y2=1, Y3=1, dan Y4=0 atau dalam bernilai 100 %, yang berarti input citra
bentuk vektor (1, 1, 1, 0). retina dikenali oleh sistem. Selanjutnya
Pilih unit Y4 untuk melakukan membandingkan input retina dengan
perubahan aktivasi. data latih di data base yang lain untuk
Y_in4 = x4 + ∑ yj (wj4) mengecek kemiripannya dengan
mengulangi proses dari 1-9 ini. Sampai
nanti juga didapat nilai kesamaan
= 0 + [1 1 1 0] x [ ] kemudian dipilih nilai kesamaan yang
paling besar sebagai hasil identifikasi.
Dalam penelitian ini digunakan nilai
=0+-1+-1+-1+0=-3 kesamaan diatas 80% untuk dianggap
y_in4 < 0 → y4 = 0 dikenali. Dibawah nilai itu citra input
dianggap tidak dikenali.
Karena nilai y_in4 lebih besar dari 0,
maka aktivasi berubah dan menjadikan 3. Data Pengujian
nilai Y4 = 0.
Nilai output terakhir adalah: Y1=1, Y2=1, Pengujian citra retina dengan orang
Y3=1, dan Y4=0 atau dalam bentuk yang sama tapi dengan citra retina yang
vektor (1, 1, 1, 0). agak berbeda :
Ulangi proses mulai 1-7 untuk data latih Citra input =
yang berbeda tapi dengan bobot yang
sama jika data latih dari citra retina
orang yang sama.
Selanjutnya dihitung jarak kedua vektor
nilai output jaringan dengan data latih
yang ada di database dengan metode
hammming distance, yaitu sebagai
beikut :
Out put jaringan = 1 1 1 0
Citra biner dalam data base = 1 1 1 0
Gambar 4.9 Citra retina uji

√ √ √ √
1 1 1 0

1 1 1 0
Gambar 3.15 Perbandingan matrik
biner

Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer ASIA Malang 45


Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasi ASIA Vol. 7 No. 1, Februari 2013

Hasil proses dengan data latih digital retina bisa digunakan untuk
sebagai berikut : melakukan pengenalan atau
identifikasi.
Tabel 2 Pengujian data b. Dalam proses pengenalan retina,
Citra Retina nilai nilai prosentase perangkat lunak pengenalan retina
Latih hammi err kemiripa
ng or n
dipengaruhi oleh :
0,19 76 81% 1. Jumlah data retina yang
tersimpan didalam database.
Semakin banyak data yang yang
tersimpan sebagai referensi
0 0 100% atau data latih retina maka
waktu yang dibutuhkan untuk
proses pengenalan retina juga
0,42 168 58% semakin lama.
2. Nilai Aktifasi
Untuk proses pengenalan pola
retina, nilai aktifasi yang
0,3925 157 60,75%
digunakan akan sangat
berpengaruh terhadap pola hasil
dari algoritma hopfield.
0,42 168 58% 3. Jaringan saraf Hopfield dalam
pembelajaran dan pengenalan
retina membutuhkan spesifikasi
0.38 152 62%
komputer yang bagus, karena
jaringan saraf ini berhubungan
dengan perhitungan matrik yang
sangat besar sehingga
0.0975 39 90.25 membutuhkan memory komputer
yang besar dan cepat.
4. Hasil pembelajaran dari jaringan
saraf hopfield ini adalah
Dari data pengujian diatas, dengan merupakan kombinasi dari sekian
orang yang sama namun citra ada banyak pola biner yang dihitung
perubahan sedikit, ternyata sistem dengan rumus penjumlahan dari
dengan nilai toleransi 80% hanya hasil perkalian koordinat dari
mampu mengidentifikasi tiga citra sumbu x dan y dari pola-pola
retina yang dianggap benar. Sehingga retina tersebut.
untuk prosentase keberhasilannya 5. Dari hasil pengujian milik data
adalah 3/7 * 100 % = 42,86 % retina orang yang sama tapi ada
perbedaan dalam posisi dan
PENUTUP pengaruh noise sebanyak 7 citra,
Kesimpulan dari penelitian sistem ini hanya mampu
Pengolahan Citra Digital Untuk mengenali 3 citra retina dengan
Pengenalan Retina Dengan Jaringan prosentase keberhasilan 46,28 %.
Saraf Tiruan Hopfield Diskrit adalah 6. Karena sistem tidak melakukan
sebagai berikut : proses transform terhadap retina
a. Kemampuan jaringan saraf tiruan yang akan dikenali, maka untuk
Hopfield yang diterapkan pada proses tingkat keberhasilan
perangkat lunak pengenalan citra pengenalannya sangat rendah jika

46 Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer ASIA Malang


Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasi ASIA Vol. 7 No. 1, Februari 2013

ada data uji yang mengalami


translasi dan rotasi.
Saran yang dapat diberikan untuk
mengembangkan pengenalan retina
dengan jaringan saraf tiruan hopfield
diskrit yaitu antara lain :
1. Dalam pembelajaran dan
pengenalan retina, jaringan saraf
tiruan hopfield membutuhkan
waktu yang lama. Metode lain yang
mungkin lebih baik adalah
menggunakan metode jaringan
saraf tiruan yang hybrid agar lebih
baik dan efisien.
2. Pengambilan retina yang secara
langsung atau online dengan retina
scanner , sehingga dalam
pengambilan citra digital retina
tidak manual lagi.
3. Untuk menanggulangi adanya
perbedaaan posisi dan
meningkatkan tingkat
keberhasilan pengenalan maka
disarankan untuk adanya proses
pengolahan transformasi citra
retina.

DAFTAR PUSTAKA
1. Darma, Putra. 2009. Pengolahan Citra
Digital. Andi Offset. Yogyakarta
2. Puspitaningrum, Diyah, ST, M.Kom.
2006. Pengantar Jaringan Saraf
Tiruan. Andi Offset. Yogyakarta
3. Kusumadewi, Sri. 2004. Membangun
Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan
MATLAB & EXCEL LINK. Graha Ilmu.
Yogyakarta

Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer ASIA Malang 47

Anda mungkin juga menyukai