Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil
menyelesaikan Laporan Praktikum Pengolahan Air dan Limbah Industri ini tepat
pada waktunya yang berjudul “Analisa Kualitas Air Limbah : Ammonium dan
Nitrit-”
Laporan praktikum ini berisikan informasi tentang cara Penetapan Kadar
NH4+ dan NO2- Dalam Air. Laporan praktikum ini dapat saya selesaikan berkat
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
untuk itu dalam kesempatan ini, saya menghaturkan rasa hormat dan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan
laporan praktikum ini.
Saya menyadari laporan praktikum ini masih jauh dari sempurna oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat diharapkan oleh
saya. Akhirnyasaya berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang berkompeten. Akhir kata saya sampaikan terima kasih.
( Penulis )
i
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... iv
DAFTAR TABEL......................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1. Tujuan Praktikum...................................................................... 1
1.2. Landasan Teori.......................................................................... 1
1.2.1. Uji Kinerja Membran Nanofiltrasi Zeolit Untuk
Menapis Nitrat Dan Amonium Air Limbah Produksi
Tahu
.......................................................................................
.......................................................................................
1
1.2.2. Air ................................................................................ 14
1.2.3. Karakteristik Air............................................................ 15
1.2.4. Pengolahan Air Menjadi Air Minum............................ 16
1.2.5. Ammonium dan Nitrit................................................... 17
1.2.6. Siklus Nitrogen.............................................................. 18
BAB II METODOLOGI............................................................................. 19
2.1. Alat dan Bahan.......................................................................... 19
2.2. Tahapan Pengolahan Air dan AnalisaNH4+ dan NO2-................ 20
2.2.1. Perancangan Alat ........................................................... 20
2.2.2. Prosedur Kerja Pembuatan Reagen................................. 21
2.2.3. Prosedur Kerja Pengolahan Air....................................... 21
2.2.4. Prosedur Kerja Penentuan NH4+ dalam Air..................... 21
2.2.5. Prosedur Kerja Penentuan NO2- dalam Air...................... 23
2.2.6. Bagan Tahapan Pengolahan Air dan NH4+ serta NO2-..... 25
BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA.......................................... 26
3.1. Data Pengamatan....................................................................... 26
3.2. Pengolahan Data........................................................................ 30
3.2.1.Pembuatan Reagen........................................................... 30
3.2.2. Perhitungan Kadar NH4+................................................. 30
3.2.3. Perhitungan Kadar NO2-.................................................. 31
3.2.4. Reaksi ............................................................................. 32
ii
DAFTAR ISI (Lanjutan)
Halaman
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................. 34
BAB V KESIMPULAN............................................................................... 35
5.1. Kesimpulan............................................................................... 35
5.2. Saran.......................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 36
LAMPIRAN
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Variasi Uji Membran.......................................................................... 4
Tabel 1.2. Hasil Analisis Awal Kadar Nitrat...................................................... 5
Tabel 1.3. Hasil Analisis Awal Kadar Amonium............................................... 5
Tabel 1.4. Pengaruh Ukuran Partikel Zeolit, Waktu Durasi Centrifuge dan
Volume Air Limbah Terhadap Prosentase Removal Nitrat................ 7
Tabel 1.5. Pengaruh Ukuran Partikel Zeolit, Waktu Durasi Centrifuge dan
Volume Air Limbah Terhadap Prosentase Removal Amonium......... 8
Tabel 1.6. Nilai Fluks (J) pada Volume Air Limbah 25%
dan Aquadest 75%.............................................................................. 9
Tabel 3.1. Data Pengamatan NH4+...................................................................... 27
Tabel 3.2. Data Pengamatan Larutan Stock NH4+............................................... 27
Tabel 3.3. Data Pengamatan NO2-....................................................................... 29
Tabel 3.4. Data Pengamatan Larutan Stock NO2-............................................... 29
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
menerapkan sistem pengolahan limbah dengan sistem kombinasi
anaerob-aerob dalam penyempurnaan hasil akhir pengolahan limbah
cair tahu tanpa menimbulkan bau.
Metode arang aktif dengan menggunakan ampas kopi sebagai
adsorben atau bahan penyerap yang kemudian oleh Irmanto dan
digunakan untuk pengolahan limbah cair tahu dalam menurunkan
kadar nitrat dan amonium. Sebelumnya, pada tahun 2007, Irmanto dan
Suyata melakukan suatu penelitian dengn menggunakan sistem zeolit
teraktivasi dan terimpregnasi TiO2 dalam menurunkan kadar
amonium, nitrat dan nitrit pada limbah cair tahu.
ABR (Anaerobic Buffled Reactor) dalam penelitian untuk
mendegradasi senyawa organik dalam limbah cair tahu. Penggunaan
arang tempurung sebagai absorben dengan enceng gondok secara
fitoremediasi dalam pengolahan limbah tahu.
Membran dengan pendorong tekanan adalah teknologi membran
yang paling banyak digunakan dalam aplikasi pengolahan air
Meskipun, penggunaan pemisahan gas, pervaporasi, dan membran
electrochemical untuk pemisahan industri dan lingkungan juga telah
meningkat secara dramatis dalam beberapa dekade terakhir.
Keunggulan penggunaan membran terdapat pada pengoperasian
pengolahan air limbah yaitu tidak membutuhkan energi yang terlalu
besar karena tidak melibatkan perubahan fase dan tidak terlalu
menggunakan energi dalam bentuk panas sehingga komponen di
dalamnya dapat dipertahankan. Akan tetapi masih banyak yang
beranggapan bahwa teknologi membran relatif mahal karena berasal
dari luar negeri, sehingga perlu dibuat suatu rekayasa membran yang
bahan bakunya murah dan mudah didapat seperti zeolit. Akhir-akhir
ini membran zeolit banyak memperoleh perhatian para peneliti karena
struktur porinya yang beragam, stabilitasnya terhadap panas dan
kekuatan mekanisnya yang baik serta tahan terhadap lingkungan kimia
yang ekstrim. Struktur pori zeolit yang berbeda-beda membuat zeolit
2
banyak digunakan untuk pemisahan berbagai molekul kecil.
Sedangkan untuk jenis membran yang sering digunakan adalah
membran nanofiltrasi. Membran nanofiltrasi mempunyai ukuran pori
sebesar 0.001 µm dan dapat menyaring air limbah dengan kadar
organik yang tinggi. Membran nanofiltrasi yang dihasilkan akan
dijalankan pada sebuah reaktor dengan aliran cross flow untuk
mencegah fouling dini.
Metoda
Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan, mulai bulan September
2013 – Januari 2014 di Laboratorium Teknik Lingkungan ITS.
Prosedur dalam penelitian
Pembuatan Membran zeolit nanofiltrasi dengan variasi ukuran
partikel awal zeolit 40 mesh dengan metode alkalifussion, kemudian
ditambahkan 2-propanol 35 ml dilanjutkan dengan proses centrifuge
kecepatan 600 rpm pada masing-masing durasi 10 menit. Selanjutnya,
campuran tersebut ditambahkan 3,5 gram NH4Cl sebagai surfaktan
kationik yang telah dilarutkan dalam 300 ml aquades. Campuran
tersebut kemudian diaduk dengan magnetic stirrer selama 1 jam agar
terbentuk pori membran yang berukuran nano. Proses pencetakan
membran diawali dengan menambahkan, 5 ml PEG 400 ke dalam
campuran. Selanjutnya membran dicetak menggunakan cawan petri
dan dijemur di bawah sinar matahari sampai kering selama 30 jam.
Membran dioven pada suhu 70ºC selama 1 jam untuk memperkuat
struktur membran dan tidak mudah sobek.
Reaktor dengan aliran cross flow sebagai alat uji kinerja
membran zeolit nanofiltrasi yang telah dibuat. Seperti tampak Gambar
1.1 di bawah ini.
3
Gambar 1.1 Reaktor Membran.
Pengujian untuk mendapatkan koefisien rejeksi (R%) dilakukan
pada menit ke-80 yaitu hasil permeat pada proses penyaringan.
Sedangkan dalam memperoleh nilai fluks dilakukan selama 80 menit,
dan setiap selang 20 menit diambil permeatnya dan diukur volumenya.
Reaktor dengan aliran cross flow dalam pengujian membran zeolit
nanofiltrasi dengan ukuran partikel 40 mesh dengan durasi centrifuge
10 menit pada masing-masing variasi volume limbah cair tahu dengan
aquadest , yaitu dengan perbandingan 75%:25% :50%:50%;25%:75%.
Variasi uji membran dapat dilihat pada Tabel 1.1 di bawah ini.
Tabel 1.1 Variasi Uji Membran
4
limbah dengan volume aquadest. Seperti tampak pada Tabel 1. 2 dan
Tabel 1.3.
Dilihat dari hasil penelitian awal kadar nitrat dalam sampel cair
limbah tahu, terdapat perbedaan kadar/konsentrasi baik pada 25%
volume limbah sampai pada 75% volume limbah. Dalam proses
pengujian membran zeolit nanofiltrasi dari awal hingga akhir, sampel
diambil terlebih dahulu dari pabrik produksi tahu yang kemudian
disimpan dalam lemari es/frezeer.
Tabel 1.3. Hasil Analisis Awal Kadar Amonium
5
perlakuan/proses yang terjadi dalam limbah cair tahu tersebut.
Perlakuan sampel limbah cair tahu antara lain :
1. Menyimpan di dalam lemari es/frezeer dengan suhu berkisar 8oC,
2. Rentang waktu yang cukup lama dalam pengujian membran
dengan variasi volume limbah.
Sehingga sampel limbah cair tahu dalam kondisi anaerob yang
memungkinkan terjadinya proses denitrifikasi, yaitu proses reduksi
nitrat menjadi nitrit dan kemudian diubah menjadi gas nitrogen. Tahap
anaerobik yang melibatkan pengurangan NO3- untuk gas nitrogen oleh
bakteri denitrifikasi. Denitrifikasi telah terbukti sebagai proses yang
terjadi di luar penyaring dengan menggunakan, di mana substrat
(nitrat dan organik C) diperlukan untuk denitrifikasi. Hasil analisa
awal amonium pada penelitian ini, dengan perlakuan sampel cair
limbah tahu disimpan dalam lemari es/frezeer dengan suhu sekitar 8oC
pada awal pengujian menunjukkan peningkatan kadar amonium dalam
sampel pada 25% volume limbah dan 50% volume limbah. Terjadi
peningkatan kadar amonium dengan peningkatan persentase volume
limbah.
Hal ini disebabkan proses oksidasi tidak terjadi pada amonium
atau dalam kondisi ini aktif pada mikroorganisme yang ada serta
rentang waktu yang cukup lama dalam pengujian membran pada 50%
volume limbah dari 25% volume limbah selama dalam penyimpanan
di lemari es. Tetapi kadar amonium pada persentase volume limbah
75% mengalami penurunan dari 50% volume limbah. Hal ini
disebabkan antara lain, rentang waktu pengujian membran zeolit pada
50% volume limbah dengan 75% volume limbah pendek dan
memungkinkan terjadi proses oksidasi di dalam limbah cair tersebut.
Hal ini juga didukung adanya peningkatan kadar nitrat pada 75%
volume limbah dari kadar nitrat 50% volume limbah. Terjadi oksidasi
pada amonium menjadi nitrat. seperti reaksi dibawah ini :
NO2- + 1/2O2 => NO3- …………….. (1)
6
NH4+ + 2O2 => NO3- + 2H++ H2O ….. (2)
Proses nitrifikasi yang terjadi adalah suatu proses konversi dari
amonia menjadi nitrit yang kemudian menjadi nitrat yang dilakukan
oleh bakteri autotropik dan heterotropik. Bahan organik berupa
protein yang terdapat dalam limbah cair industri tahu terdekomposisi
menjadi amonia dengan bantuan mikroorganisme pengurai yang
terdapat dalam limbah cair industri tahu. Pada kondisi aerobik amonia
teroksidasi menjadi nitrit, kemudian nitrit dioksidasi lagi menjadi
nitrat. Hasil dari perhitungan koefisien rejeksi nitrat pada membran 40
mesh durasi centrifuge 10 menit dengan volume limbah 25% yang
terbesar dengan nilai 57.72%. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 1.4.
Dengan Konsentrasi awal atau C25-75 nitrat 14.90 mg/l, pada
pengambilan permeat menit ke-80.
Tabel 1.4. Pengaruh Ukuran Partikel Zeolit, Waktu Durasi Centrifuge
dan Volume Air Limbah Terhadap Prosentase Removal
Nitrat
Keterangan Tabel 4 :
• 25% : 75% => volume limbah 75% dengan volume aquadest 25%
• C25-7 => konsentrasi awal nitrat pada volume limbah 75%
dengan volume aquadest 25%
• 10’ => waktu durasi centrifuge selama 10 menit
• 40 mesh => ukuran partikel 40 mesh
• R => Koefisien Rejeksi
Ukuran partikel dari bubuk awal juga memiliki efek pada sifat
pendukung membran, menyatakan bahwa semakin kecil ukuran
partikel serbuk awal, maka semakin kecil pori-pori, permeabilitas
7
serta porositas air rendah. Ukuran pori dan kepadatan kerangka adalah
faktor utama yang menjadi perhatian ketika mempertimbangkan zeolit
untuk pemisahan air, ukuran pori menentukan selektivitas ion dan
kepadatan kerangka menentukan permeabilitas air. Ditinjau dari
proses centrifuge, durasi 10 menit memperlihatkan hasil yang optimal
pada proses kerja membran dalam menapis ion nitrat.
Tabel 1.5. Pengaruh Ukuran Partikel Zeolit, Waktu Durasi Centrifuge
dan Volume Air Limbah Terhadap Prosentase Removal
Amonium.
Keterangan Tabel 5 :
• 75:25 => volume limbah 75% dengan volume aquadest 25%
• C75-25 => konsentrasi awal nitrat pada volume limbah 75%
dengan volumeaquadest 25%
• 10’ => waktu durasi centrifuge selama 10 menit
• 40 mesh => ukuran partikel 40 mesh
• R => Koefisien Rejeksi
Sehingga durasi centrifuge memberikan hasil yang optimum.
Sedangkan pada ukuran partikel 40 mesh diperlukan waktu durasi
yang lebih lama yaitu 20 menit, untuk medapatkan kerapatan kerangka
yang mempengaruhi selektivitas membran terhadap ion amonium.
PEG sebagai anti fouling bekerja lebih optimal pada membran ini.
Koefisien rejeksi yang terbaik pada kondisi ini adalah membran
40 mesh durasi centrifuge 10 menit yaitu 98.18%. Dengan konsentrasi
awal atau C75-25 amonium 11.00 mg/l, pada pengambilan permeat
menit ke-80. Bisa dilihat pada Tabel 1.5. Seperti penjelasan pada
penapisan nitrat, bahwa ukuran pori dan kepadatan kerangka adalah
faktor utama yang menjadi perhatian ketika mempertimbangkan zeolit
8
untuk pemisahan air, ukuran pori menentukan selektivitas ion dan
kepadatan kerangka menentukan permeabilitas air. Ukuran pori
ditentukan oleh ukuran partikel serbuk awal sehingga dalam proses
penapisan amonium yang optimal dengan menggunakan membran
zeolit nanofiltrasi 40 mesh yang memiliki selektivitas terhadap ion
amonium. Serta didukung centrifuge yang optimal pada durasi 10
menit.
Pada Tabel 1.6 menunjukkan bahwa nilai fluks terbesar
didapatkan pada membran ukuran partikel zeolit 40 mesh, durasi
centrifuge 10 menit pada pengambilan pertama yaitu menit ke 20
sebesar 3.81 L/m².jam dan terjadi penurunan nilai fluks di setiap
pertambahan waktu. Dalam proses pembuatan membran,
memungkinkan kerja yang optimal sehingga distribusi pori dengan
penambahan NH4Cl sebagai porogen merata serta penambahan PEG
dengan yang optimal dalam mengurangi terjadinya proses fouling dini.
Pada penelitian ini, Pengaruh fouling serta polarisasi pada mesh 40
dengan durasi 10 menit menunjukkan peningkatan yang cepat dalam
proses penapisan. Sehingga permeabilitas membran rendah. Peran
PEG sebagai anti fouling tidak bekerja secara maksimal.
Tabel 1.6. Nilai Fluks (J) pada Volume Air Limbah 25%
dan Aquadest 75%
9
Gambar 1.3. Nilai Fluks (J) pada Ukuran Partikel Zeolit 40 mesh,
Waktu Durasi Centrifuge 10 dan Volume Air Limbah
25%.
Salah satu cara untuk mengetahui morfologi membran adalah
dengan uji SEM. Dengan uji ini dapat diketahui struktur permukaan
dan penampang melintang suatu membran menggunakan mikroskop
elektron. Analisa SEM menunjukkan bentuk dan perubahan atau
morfologi permukaan dari sampel yang dianalisis. Pada prinsipnya
bila terjadi perubahan suatu bahan misalnya perubahan struktur
permukaan, maka bahan tersebut cenderung mengalami perubahan
energi. Energi yang telah berubah tersebut dapat dipancarkan,
dipantulkan, dan diserap serta diubah bentuknya menjadi fungsi
gelombang elektron yang dapat ditangkap dan dibaca hasilnya.
Pada penelitian ini, membran zeolit nanofiltrasi yang telah dibuat
merupakan jenis membran anorganik berdasarkan morfologinya.
Membran ini biasanya multi-lapis, yang berarti bahwa mereka yang
terdiri satu atau lebih lapisan pendukung bagi lapisan atas. Lapisan
pendukung (PEG) memberikan kekuatan mekanik sedangkan lapisan
atas bertanggung jawab atas sifat pemisahan membran. Kekuatan
lapisan pendukung harus stabil pada temperatur tinggi dan tahan
terhadap pelarut agar dapat digunakan dalam jangka waktu yang
panjang. Dapat dilihat pada Gambar di bawah ini yang merupakan
penampang melintang membran sebelum dan sesudah pengujian pada
membran. Hasil SEM penampang melintang membran zeolit
10
nanofiltrasi dengan perbesaran 200 kali. Pada gambar tersebut
terdapat rongga-rongga yang sangat kecil dan struktur membran
terlihat asimetris. Dari Gambar yang ditampilkan di atas, membran
yang dihasilkan dalam penelitian ini sebagai membran anorganik yang
memiliki keung- gulan antara lain:
1. Partikel dapat tersebar secara efektif dalam fase cair dengan
pengadukan.
2. Pencampuran partikel dapat berlangsung secara homogen.
3. Hasil sentrifuge dalam struktur padat, seragam, bebas cacat dan
memiliki permukaan yang halus.
Sedangkan kekurangan dalam proses pembuatan membran ini adalah :
1. Waktu produksi lama karena pemisahan partikel cair
2. Segresi yang tidak diingikan akibat gravitasi.
Distribusi pori dapat dilihat pada gambar penampang melintang
membran, merata pada seluruh bagian membran. Hal ini ditunjukkan
adanya serat-serat pada bagian dalam, seperti pada Gambar 1.3.
bagian samping (sesudah uji kinerja dalam reaktor) menunjukkan
adanya aliran air dalam hal ini adalah sebagai permeat.
(a) (b
11
Sebagaimana penelitian yang dilakukan Puspayana dan
Damayanti (2013) dengan penambahan NH4Cl sebagai porogen yaitu
pembentuk serta penyeragam pori dan juga penambahan PEG sebagai
bahan organik pembentuk pori salah satunya yang dilakukan oleh.
Dalam proses pembuatan membran zeolit nanofiltrasi ini untuk
membentuk permukaan yang halus serta merata dilakukan
penambahan air serta pengadukan yang stabil sebelum membran
dicetak.
Serta ditunjang proses centrufuge selama 10 menit yang
merupakan durasi optimal dalam membentuk struktur membran yang
padat dan seragam. Seperti terlihat pada Gambar di bawah ini,
merupakan hasil analisis SEM pada permukaan membran zeolit
nanofiltrasi sebelum dan sesudah uji pada reaktor. Dapat dilihat
dengan jelas pada Gambar 1.4 , perbedaan membran sebelum dan
sesudah uji pada reaktor menunjukkan adanya zat/partikel yang
menempel pada membran.
Fouling dapat terjadi pada membran tetapi tidak hanya di bagian
permukaan atas atau lapisan luar membran saja, tetapi juga terjadi
pada bagian spinger atau lapisan dalam membran. Pengotor yang
masuk kedalam lapisan dalam tersebut terjadi akibat adanya tekanan
yang diberikan selama proses operasi membran, tekanan akan
mendorong deposisi partikel pada permukaan membran atau lapisan
atas untuk masuk ke dalam lapisan dalam membran.
Hal ini dapat dilihat dari hasil fluks yang mengalami penurunan
seiring dengan waktu berjalan. Untuk mengurangi terjadinya fouling,
dilakukan penambahan PEG, sebagai anti fouling, seperti terdapat
dalam yang menyebutkan bahwa PEG adalah senyawa biocompatible,
highly hydrophilic dan anti fouling.
12
Gambar 1.5. Penampang permukaan membran zeolit nanofiltrasi
ukuran 40 mesh, durasi centrifuge 10 menit pada 75%
volume limbah dan 25% volume aquadest.(Perbesaran
5000 kali). Sebelum (a) dan sesudah (b) uji kinerja pada
reactor.
Kesimpulan
Setelah melalui proses penelitian dalam pembuatan dan menapis
nitrat dan amonium pada limbah cair tahu dengan menggunakan
membran zeolit nanofiltrasi maka dapat disimpulkan: Membran zeolit
nanofiltrasi dapat dibuat pada variasi komposisi ukuran partikel 40
dengan berat 2.00 mg melalui proses alkalifussion dengan
penambahan 35.00 ml 2-propanol durasi centrifuge 10 menit,
penambahan NH4Cl 1.20% magnet stirer selama 1 jam, penambahan
2.00 ml PEG 400, serta penambahan 30.00 ml aquadest.
Hasil pengamatan dengan menggunakan SEM pada penampang
melintang dan permukaan, terdapat rongga-rongga yang berdasarkan
prinsip pemisahannya merupakan jenis membran asimetris dan
berdasarkan morfologinya, merupakan jenis membran anorganik.
Kinerja membran zeolit nanofiltrasi sangat baik dan efektif dalam
menapis nitrat dan amonium, yaitu : Permeabilitas/fluks membran
zeolit tertinggi pada ukuran partikel 40 mesh dengan durasi 10 menit
dengan nilai 3.81 L/m2.jam pada volume limbah 25% dan volume
aquadest 75%.
13
Permselektivitas/koefisien rejeksi (R%) membran zeolit
tertinggi dalam menapis amonium pada ukuran partikel 40 mesh
dengan durasi 10 menit dengan nilai 98.18% pada volume limbah
75% dan volume aquadest 25%. Permselektivitas/koefisien rejeksi (R
%) membran zeolit tertinggi dalam menapis nitrat pada ukuran
partikel 40 mesh dengan durasi 10 menit dengan nilai 57.72% pada
volume limbah 25% dan volume aquadest 75%.
1.2.2. Air
Air merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang sangat
vital, sebagai sumber daya alam yang ketersediaannya mutlak
diperlukan sepanjang masa, baik bagi manusia sendiri maupun
mahkluk hidup lainnya. Tubuh manusia sendiri sebagaian besar berisi
air (cairan), yaitu sekitar 60% hingga 70%, sehingga paling tidak
manusia membutuhkan air yang masuk ke dalam tubuhnya dua liter
per hari. Jumlah kebutuhan manusia akan air pada umumnya
mencapai 2,1-3,4 liter per hari. Hal ini bukan hanya karena tubuh
manusia secara biologis memang membutuhkan air, namun juga untuk
menunjang kebutuhan-kebutahan hidup lainnya sehari-hari.
Sebenarnya bumi banyak menyediakan sumber air. Ada air
permukaan (sungai, danau,laut), air angkasa ( air hujan,salju) dan ada
pula air tanah (air tanah dangkal dan dalam), masing-masing
mempunyai kualitas sendiri untuk dapat dikonsumsi oleh manusia. Air
yang paling rentan terkena pencemaran adalah air permukaan.
Menurut Undang-undang No.7 Tahun 2004 tentang sumber daya
air pasal 1 butir 2, yang dimaksud dengan air adalah semua air yang
terdapat pada, di atas maupun di bawah permukaan tanah,termasuk
dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut
yang dimanfaatkan di darat.
14
1.2.3. Karakteristik Air
1. pH
Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa,
korosifitas air dan efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan
basa lebih toksid dalam bentuk molekuler. Dimana disosiasi
senyawa asam dan basa lebih toksid dalam bentuk molekur, dimana
disosiasi senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi oleh pH.
2. DO (Disolved Oxygen)
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal
dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Semakin banyak
jumlah DO maka kualitas air semakin baik. Satuan DO biasanya
dinyatakan dalam persentase saturasi.
3. BOD (Biological Oxygent Demand)
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan organik (zat
pencemar) yang terdapat didalam air buangan secara biologi. BOD
dan COD digunakan untuk memonitoring kapasitas self
purification badan air penerima.
Zat organik + m.o + O2 CO2 + m.o + sisa material
organik (CHONSP)
4. COD (Chemical Oxygent Demand)
COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan-bahan organik secara, kimia.
+95% terurai
Zat Organik + O2 CO2 + H2O
5. Kesadahan
Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektivitas
pemakaian sabun, namun sebaliknya dapat memberikan rasa yang
segar. Didalam pemakaian untuk industri (Air Ketel,
Pendingin/Pemanas) adanya kesadahan dalam air tidak
15
dikehendaki. Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya
kadar residu terlarut yang tinggi didalam air.
6. Senyawa-senyawa kimia yang beracun
Kehadiran unsur arsen ( As) pada dosis yang rendah sudah
merupakan racun terhadap manusia sehingga perlu di pembatasan
yang agak kuat ( ±0,05 mg/L). Kehadiran besi (Fe) dalam air bersih
akan menyebabkan timbulnya rasa dan bau ligam, menimbulkan
warna koloid merah ( karat) akibat oksidasi oleh oksigen terlarut
yang dapat menjadi racun bagi manusia.
1.2.4. Pengolahan Air menjadi Air Minum
Tujuan pengolahan air minum merupakan upaya untuk
mendapatkan air yang bersih dan sehat sesuai dengan standard mutu
air. Proses pengolahan air minum merupakan proses perubahan sifat
fisik,kimia, dan biologi air baku agat memenuhi syarat untuk
digunakan sebagai air minum.
Pada dasarnya, pengolahan air minum dapat diawali dengan
perjenihan air, pengurangan kadar bahan-bahan kimia terlarut dalam
air sampai batas dianjurkan, penghilangan miktoba patogen,
memperbaiki derajad keasaman (pH) serta memisahkan gas-gas
terlarut yang dapat menggangu estetika dan kesehatan.
Air tidak jenih umumnya mengandung residu. Residu tersebut
dapat dihilangkan dengan proses penyaringan (filtrasi) dan
pengendapan (sedimentasi). Untuk mempercepat proses penghilangan
residu tersebut perlu ditammbahkan koagulan. Bahan koagulan yang
sering dipakai adalah alum (tawas). Untuk memaksimalkan proses
penghilangan residu, koagulan sebaiknya dilarutkan dalam air
sebelum dimasukkan ke dalam tangki pengendapan.
Penghilangan mikroba patogen dapat dilakukan dengan
menggunakan desinfektan. Bahan-bahan desinfektan yang banyak
dipakai adalah kaporit dan ozon. Umumnya bahan-bahan desinfektan
ini bersifat oxidator, sehingga dapat membutuh mikroba patogen.
16
Dalam mencari kebutuhan kaporit, harus ditentukan besar daya sergap
chlornya. Daya sergap klor adalah banyaknya klor aktif yang dipakai
oleh senyawa pereduksi yang ada dalam air. Jika daya sergap klor
telah dapat ditentukan, maka kebutuhan kaporit dapat ditentukan.
Penghilangan gas-gas terlarut yang mengganggu didalam air
(misalnya H2S dan CO2) dilakukan dengan proses aerasi. Proses aerasi
juga dapat bermanfaat untuk memisahkan besi dan mangan terlarut
dalam air.
Nitrit (NO2-)
Nitrit merupakan bentuk nitrogen yang hanya sebagian
teroksidasi. Nitrit tidak ditemukan dalam air limbah yang segar
melainkan dalam limbah yang sudah basi atau lama. Nitrit tidak
dapat bertahan lama dan merupakan keadaansementara proses
oksidasi antara amoniak dan nitrit. Nitrit bersumber dari bahan-
bahan yang bersifat korosif dean banyal dipergunakan dipabrik-
pabrik.
17
1.2.6. Siklus Nitrogen
18
BAB II
METODOLOGI
2.1. Alat dan Bahan
2.1.1. Alat
1. Pipet tetes : 1 buah
2. Beaker glass 300 ml : 1 buah
3. Beaker glass 250 ml : 2 buah
4. Batang pengaduk : 1 buah
5. Pipet ukur 5 ml : 2 buah
6. Pipet ukur 1 ml : 1 buah
7. Bola hisap : 2 buah
8. Pipet ukur 10 ml : 1 buah
9. Tabung Nessler 50 ml : 5 buah
10. Erlemeyer 100 ml : 3 buah
11. Gelas ukur 100 ml : 1 buah
2.1.2 Bahan
1. Air limbah tahu :2L
2. Air limbah tahu sesudah filtrasi : 500 ml
3. Larutan Pereaksi Nessler : 9 ml
4. Larutan Garam Rochelle : 9 ml
5. Larutan stock NH4+ (10 ppm) : 30 ml
6. Asam asetat : 10 ml
7. Larutan stock NO2- : 11,2 ml
8. Asam sulfonil : 10 ml
9. Napthyl amine : 10 ml
10. Aquades : 135 ml
19
2.2. Tahapan Pengolahan Air dan Analisa NH4+ dan NO2-
2.2.1. Perancangan Alat
1. Alat dan bahan praktikum disediakan.
2. Dirancang alat dengan menggunakan 1 set toples yang telah
dirangkai.
3. Kemudian dicuci bersih bahan yang akan digunakan seperti
kapas, pasir silica, kerikil besar, arang, kerikil, dan ijuk.
4. Kolom pertama diisi dengan kapas.
5. Kolom kedua diisi dengan kerikil besar dan biobol dan kapas.
6. Kolom ketiga diisi dengan kerikil kecil dan ijuk.
7. Kolom empat diisi dengan pasir (silica) dan filter aquarium.
8. Kolom kelima diisi dengan arang.
9. Kolom keenam diisi dengan ijuk
10. Kolom selanjutnya terakhir diisi dengan pasir (silica).
11. Kran diair diletakkan dibagian samping bawah toples dank ran
dipastikan tertutup saat proses penyaringan.
12.
ijuk
pasir
Kerikil kecil
Kerikil
kran
20
2.2.2. Prosedur Kerja Pembuatan Reagen
a. Prosedur kerja pembuatan reagen NH4+
1. Pereaksi Nessler
Larutkan 10 gram HgI2 dan 7 gram KI dengan aquadest,
campurkan larutan 50 ml NaOH 30% tambahkan aquadest jadi
100 ml, simpan dalam botol warna gelap.
2. Larutan garam Rochelle
Larutkan 50 gram KNaTartrat dalam 100 ml aquadest.
b. Prosedur kerja pembuatan reagen NO2-
1. Timbang teliti 2,5 gr napthyl amine dalam 150 ml asam asetat
pekat dan diencerkan dalam 300 ml aquadest.
2. Larutkan asam sulfonil 4 gram dalam 300 ml aquadest .
3. Timbang 0,375 gram NaNO2 dalam 1 liter aquadest.
2.2.3 Prosedur kerja pengolahan air
1. Alat dan bahan disediakan.
2. Alat filtrasi yang telah dibuat kemudian dicuci untuk membersihkan
bahan filtrasi hingga benar–benar bersih sebanyak 3 kali.
3. Setelah dicuci dan benar – benar bersih kemudian sampel air sungai
dimasukkan kedalam alat filtrasi lalu ditampung pada beaker glass
secukupnya.
2.2.4 Prosedur Kerja Penentuan NH4+ dalam air
a. Pembuatan larutan stock
1. Larutan NH4+ 10 ppm dipipet sebanyak 0 ml, 1 ml dan 5 ml,
masukkan kedalam tabung nessler.
2. Tambahkan 1 ml garam rochelle ke dalam masing-masing
tabung nessler.
3. Tambahkan 1 ml pereaksi nessler ke dalam masing-masing
tabung nessler.
4. Tambahkan aquades sampai 50 ml .
21
Gambar 2.2 Pembuatan larutan stock NH4+
b. Penentuan kadar NH4+ dalam air
1. Pipet air limbah tahu sebanyak 10 ml lalu ditambahkan 1 ml
garam rochelle kedalam sampel.
2. Tambahkan 1 ml garam rochelle ke dalam masing-masing
tabung nessler.
3. Tambahkan 1 ml pereaksi nessler ke dalam masing-masing
tabung nessler. Tambahkan aquades sampai 50 ml
4. Percobaan diulangi dengan cara yang sama untuk sampel air
tahu setelah filtrasi
5. Bandingkan warna standar dengan warna sampel
22
4. Tambahkan aquades sampai 50 ml .
5. Percobaan diulangi dengan cara yang sama untuk sampel air tahu
setelah filtrasi
23
2.2.6. Bagan Pengolahan Air dan Analisa NH4+ dan NO2-
Gambar 2.6. Bagan Pengolahan Air dan Analisa NH4+ dan NO2-
BAB III
24
DATA DAN PENGOLAHAN DATA
3.1. Data Pengamatan
Pengamatan :
1. Air limbah tahu sebelum filtrasi + garam Rochelle larutan tidak
berwarna
Larutan tidak berwarana + pereaksi nessler larutan kuning
Larutan kuning + aquadest larutan kuning
2. Air limbah tahu sesudah filtrasi + garam Rochelle larutan tidak
berwarna
Larutan tidak berwarana + pereaksi nessler larutan kuning muda
Larutan kuning muda + aquadest larutan kuning muda
25
3.1.2. Data Pengamatan larutan stock NH4+
Tabel 3.2. Data pengamatan larutan stock NH4+
No Sampel Volume Volume NH4 Volume Volume
sampel 10 ppm Rochell Nessller
(ml) (ml) e (ml)
(ml)
1 Larutan stock 0 - 0 1 1
2 Larutan stock 1 - 1 1 1
3 Larutan stock 5 - 5 1 1
Pengamatan :
1. Larutan Stock 0
Larutan Rochelle + Larutan Nessler Larutan Kuning muda
Larutan Kuning muda + Aquadest Larutan Kuning pucat
2. Larutan Stock II
Larutan NH4+ + Larutan Garam Rochelle Larutan Tidak Berwarna
Larutan Tidak Berwarna + Larutan Nessler Larutan kuning
Larutan Kuning + Aquadest Larutan Kuning
26
3.1.3. Data Pengamatan NO2-
Tabel 3.3. Data pengamatan NO2-
Pengamatan :
1. Air limbah tahu sebelum filtrasi + Asam Sulfonil larutan tidak berwarna
didiamkan
Larutan tidak berwarna + Asam Asetat larutan tidak berwarna
5 menit
Larutan tidak berwarna + Naptyl Amine larutan ungu muda
2. Air limbah tahu sesudah filtrasi + Asam Sulfonil larutan tidak berwarna
didiamkan
Larutan tidak berwarna + Asam Asetat larutan tidak berwarna
5 menit
Larutan tidak berwarna + Naptyl Amine larutan ungu
27
Tabel 3.4 Data pengamatan larutan stock NO2-
Pengamatan :
1. Larutan stock I
didiamkan
Asam Sulfonil + Asam Asetat larutan tidak berwarna
5 menit
Larutan tidak berwarna + Naptyl Amine larutan ungu
Larutan ungu + aquadest larutan lembayung bening
2. Larutan stock II
Larutan NO2- + Asam Sulfonil larutan tidak berwarna
didiamkan
Larutan tidak berwarna + Asam Asetat larutan tidak berwarna
5 menit
Larutan tidak berwarna + Naptyl Amine larutan ungu
Larutan ungu + aquadest larutan lembayung muda
28
N1xV1 = N2xV2
100 ppm x V1 = 10 ppm x100 ml
V1 = 1000 ml /100
V1 = 10 ml
1 x μg
NH4+ ¿
Volume Sampel (ml)
1 x 10 μg NH 4
¿ ¿ 1 μg /ml
10 ml
1 x μg
NH4+ ¿
Volume Sampel (ml)
1 x 0 μg NH 4
¿ ¿ 0 μg/ml
10 ml
29
3.2.3. Kadar NO2-
Pengenceran larutan NO2- dari larutan NO2- 25 ppm
V1 x N1 = V2 x N2
10 ppm x 50 ml
V1 =
250 ppm
= 2 ml
μg NO 2
NO2 =
Volume sampel (ml)
1 ml larutan stock ~ 2.5 μg NO2
μg
NO2- ¿
Volume Sampel (ml)
=
¿ 0,25 ppm
μg
NO2- ¿
Volume Sampel (ml)
¿
¿ 0 ppm
30
3.2.4. Reaksi Kimia
a. Reaksi Pembentukan NO2-
31
b. Reaksi pembentukan NH4+
NH4+ + C4HKNaO6.4H2O NaNH4C4H4O6.4H2O + K+
NaNH4C4H4O6.4H2O + 2K2HgI4 + 4NaOH HgOHg(NH2)I +
C4H4KN4O6.4H2O + 4NaI + 3KI + 3H2O
32
BAB IV
PEMBAHASAN
Air merupakan senyawa kimia yang merupakan hasil ikatan dari unsur
hydrogen yang bersenyawa dengan unsur oksigen, dalam hal ini membentuk
senyawa H2O. Dalam pengolahan dari air kotor menjadi air bersih perlu dilakukan
beberapa uji kualitas salah satunya uji kualitas kadar NH4 dan NO2 pada air.
Ammonium adalah ion yang apabila dihidroksida menghasilkan ammonia. Nitrit
merupakan senyawa nitrogen yang terbentuk dari hasil ikatan nitrogen dan
oksigen melalui siklus nitrogen dengan bantuan bakteri nitrosomonas dan
nitrobacter. Pengertian lain dari ammonium yaitu merupakan besi bermuatan
positif yang cukup mampu eksis ion ialah sebagai bebas didalam larutan, sebagai
senyawa garam ionik yang membentuk struktur kisi dengan ananion. Nitrit atau
NO2 merupakan bahan yang sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia
apabila didapati dalam air minum atauoun air kemasan. Dalam SNI (Standar
Nasional Indonesia) kadar nitrit yang diperbolehkan hanya sebesar 0,005 mg/L.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar Amonium dan nitrit yaitu jenis
sampelyang digunakan, jenis alat filtrasi yang digunakan, dll. Jika sampel yang
difiltrasi akan semakin membuat kadar amonium dan kadar nitrit semakin rendah.
Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya kadar ammonium dan nitrit pada air
minum adalah pH, suhu, salinitas, kesadahan, dan jumlah oksigen terlarut dalam
air. Dan kadar ammonium dalam ar limbah tahu sebesar 1 μg / ml dan kadar nitrit
nya sebesar 0,25 ppm
33
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1. Dari praktikum yang dilakukan diperoleh nilai kandungan nitrit (NO 2)
pada air limbah tahu sebelum dan sesudah filtrasi masing-masing
sebesar 0,25 ppm, 0 ppm .
2. Dari praktikum yang dilakukan diperoleh nilai kandungan ammonium
(NH4+) pada air lindi sebelum fitrasi, air limbah tahu sesudah filtrasi
masing-masing sebesar larutan stock 1 ml , larutan stock 0 ml.
3. Dari hasil analisa kadar ammonium (NH 4+) dan nitrit (NO2) pada air
limbah tahu sebelum filtrasi mengandung ammonium dan nitrit dengan
pembanding pada larutan stock 1 ml
5.2 Saran
Sebaiknya pada saat praktikum dilakukan dengan hati-hati agar
praktikum berjalan dengan lancar, dan pada saat pengamatan warna antara
sampel dan larutan stock dilakukan dengan teliti agar hasil yang diperoleh
lebih akurat.
34
DAFTAR PUSTAKA
35