Anda di halaman 1dari 22

Ambya

Perkembangan Daerah Otonom Baru (DOB)


Di Provinsi Lampung (Model Tipologi Klassen)

Perkembangan Daerah Otonom Baru (DOB)


Di Provinsi Lampung (Model Tipologi Klassen)

Ambya

Abstrak

Pertimbangan pembentukan DOB antara lain yaitu adanya kesamaan


kelompok (preference for homogeneity), dan ikatan sosial dalam satu etnik
(historical etnic) yang diyakini dapat mewujudkan kesejahteraan bersama.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perkembangan DOB yang dikelompokkan
dalam kreteria model Tipologi Klassen. Variabel yang di gunakan yaitu
pendapatan perkapita dengan laju pertumbuhan ekonomi DOB dibandingkan
dengan Provinsi. Hasilnya menunjukan bahwa semua DOB yang terbentuk,
masuk pada kelompok daerah relative tertinggal, kecuali kabupaten Lampung
timur. Kondisi ini disebabkan karena daerah otonom baru yang relative muda.
Potensi yang dimiliki belum sepenuhnya di kelola dengan maksimal karena
keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki daerah terutama keuangan daerah.

Keyword: Perkembangan DOB, Tipologi Klassen.

Abstract

Considerations of the district area to make a division include, among others,


the existence of group similarities (preference for homogeneity), and social ties in
one ethnicity (historical etnic) believed to be able to realize shared prosperity .
This study aims to see the development of DOB which is grouped with theModel
criteria Klassen Typology. The variable used is income per capita with the rate of
economic growth of new autonomous regions compared to provinces. The results
show that all DOB belong to the relatively disadvantaged regional groups, except
in East Lampung Regency. This condition is caused by the relatively young new
autonomous regions. Their potential has not been fully managed to the maximum
due to the limitations of the region, especially regional finance.

Keyword: Development of DOB, Klassen Typology.

Pendahuluan yang bervariasi. Berdasarkan


Proses desentralisasi fiskal Peraturan Pemerintah Republik
(1999) telah berdampak terhadap Indonesia Nomor 129 tahun 2000
pemerintah daerah untuk melakukan tentang persyaratan pembentukan
pemekaran kabupaten/kota atau dan kriteria pemekaran,
propinsi dengan pertimbangan penghapusan, dan penggabungan
jumlah penduduk yang semakin daerah pada pasal 2 menyatakan
banyak, wilayah yang sangat luas, bahwa tujuan pemekaran adalah
karakteristik dan potensi ekonomi meningkatkan kesejahteraan rakyat

JEP-Vol. 8, N0 3, Nopember 2019 | 329


Ambya
Perkembangan Daerah Otonom Baru (DOB)
Di Provinsi Lampung (Model Tipologi Klassen)

melalui peningkatan pelayanan Pemerintahan daerah memiliki


kepada masyarakat, percepatan kekuatan untuk mempertahankan
pertumbuhan kehidupan demokrasi, tingkat pajak yang dikehendaki untuk
pembangunan perekonomian menyediakan pelayanan kepada
daerah, pengelolaan potensi daerah, masyarakat secara efisien.
serta peningkatan hubungan yang Pemerintah memiliki kewenangan
serasi antara pusat dan daerah. mengijinkan setiap individu
Pengalaman pemekaran yang masyarakat untuk mengekspresikan
dilakukan di beberapa negara preferensinya pada setiap jenis
seperti Slovakia dan Hungaria pelayanan dari berbagai tingkat
menjadi issu perdebatan antara pemerintahan yang berbeda.
akademisi dan politisi. Fox dan Pemekaran di Indonesia dapat
Gurley (2005) menjelaskan bahwa berupa satu provinsi yang
setiap negara memiliki pertimbangan dimekarkan menjadi dua provinsi
yang berbeda seperti latar belakang, atau lebih. Hal yang sama dapat
tujuan dan motivasi politiknya. dilakukan pada level kabupaten/kota
Pertimbangan utama adalah yaitu pemekaran satu
tersedianya biaya transisi yang kabupaten/kota menjadi dua
cukup terhadap kegiatan kabupaten/kota atau lebih.
pemerintahan yang baru. Pemekaran kabupaten/kota atau
Pemekaran ini berbeda dengan pembentukan DOB menggunakan
pemekaran wilayah yang terjadi di dasar hukum Undang-Undang No.
Maroko dan Tunisia, dengan 22 dan 25 tahun 1999 tentang
pertimbangan bahwa pada wilayah Pemerintahan Daerah dan
yang lebih kecil dan masyarakat Perimbangan Keuangan Antara
yang homogen, pemerintah pusat Pemerintah Pusat dan Daerah.
dapat dengan mudah melakukan Kemudian direvisi dengan Undang-
kontrol terhadap kebijakan yang Undang No. 32 dan 33 tahun 2004
dijalankan. tentang Pemerintahan Daerah dan
Secara teoretis, yang pertama Perimbangan Keuangan antara
mengungkapkan konsep pemekaran Pemerintah Pusat dan Pemerintah
adalah Tiebout (1956), Ia Daerah. Pada saat ini, pemekaran
menjelaskan bahwa pemekaran kabupaten/ kota harus merujuk pada
dianalogikan sebagai model Peraturan Pemerintah Republik
ekonomi persaingan sempurna. Indonesia Nomor 78 tahun 2007

| 330 Jurnal Ekonomi Pembangunan


Ambya
Perkembangan Daerah Otonom Baru (DOB)
Di Provinsi Lampung (Model Tipologi Klassen)

tentang Tata Cara Pembentukan, Regional Bruto (PDBR). Upaya


Penghapusan, dan Penggabungan meningkatkan PDRB dapat
Daerah. dilakukan dengan memperbanyak
Dalam peraturan tersebut, kegiatan pembangunan sektor
pembentukan kabupaten/ kota harus ekonomi. Kegiatan pembangunan
memenuhi tiga syarat yaitu daerah ditentukan oleh
administrasi, teknis, dan fisik. Syarat kemampuan Anggaran Pendapatan
administrasi meliputi persetujuan dan Belanja Daerah (APBD).
DPRD kabupaten/kota, Proporsi belanja pemerintah daerah
bupati/walikota induk, DPRD merupakan komitmen seorang
Provinsi, Gubernur serta kepala daerah terhadap pem-
rekomendasi Mendagri. Syarat bangunan sekaligus sebagai upaya
teknis meliputi faktor kemampuan memenuhi janji kampayenya pada
ekonomi, potensi daerah, sosial saat pemilihan kepala daerah
budaya, sosial politik, kependu- (pilkada).
dukan, luas daerah, pertahanan, Dampak dari belanja pemerintah
keamanan, kemampuan keuangan, daerah terhadap pertumbuhan
tingkat kesejahteraan masyarakat, ekonomi suatu daerah dapat diukur
dan rentang kendali penyeleng- melalui Produk Domistik Regional
garaan pemerintahan daerah. Syarat Bruto (PDBR). Pada dasarnya,
fisik kewilayahan meliputi cakupan PDRB adalah jumlah keseluruhan
wilayah, lokasi calon ibu kota, dari nilai tambah (value added) yang
sarana dan prasarana peme- dihasilkan sebagai akibat adanya
rintahan. Syarat cakupan wilayah aktivitas ekonomi. PDRB dapat
untuk pembentukan kabupaten dijadikan tolak ukur bagi pemerintah
minimal lima kecamatan, dan dan pihak-pihak lain untuk
pembentukan kota minimal empat mengevaluasi keberhasilan pem-
kecamatan. Faktor-faktor tersebut bangunan ekonomi, dan dapat
dinilai dalam suatu studi kelayakan digunakan untuk mengetahui
yang mendalam dan menghasilkan perkembangan ekonomi daerah
satu rekomendasi bahwa suatu secara keseluruhan atau per sektor.
daerah layak dimekarkan atau tidak. PDRB atas dasar harga konstan
Keberhasilan pembangunan (constant price) memberikan
ekonomi daerah (DOB) dapat diukur gambaran pertumbuhan ekonomi
dengan pencapaian Produk Domistik daerah secara riil, sedangkan PDRB

JEP-Vol. 8, N0 3, Nopember 2019 | 331


Ambya
Perkembangan Daerah Otonom Baru (DOB)
Di Provinsi Lampung (Model Tipologi Klassen)

atas dasar harga yang berlaku (at Adanya penyebaran wilayah


curent price) memberikan gambaran administratif (administrative
tentang kontribusi atau pangsa dari dispersion) dapat mengatasi rentang
setiap sektor dalam struktur kendali pemerintahan mengingat
perekonomian daerah sekaligus daerah-daerah yang dimekarkan
dapat digunakan untuk menyusun memiliki wilayah yang luas sehingga
prioritas kebijakan pembangunan. pelayanan kepada masyarakat
Tarigan (2010) menjelaskan mudah dijangkau.
bahwa pertimbangan daerah Studi Bappenas yang
kabupaten melakukan pemekaran bekerjasama dengan UNDP tahun
antara lain yaitu adanya kesamaan 2008 pada Daerah Otonom Baru
kelompok (preference for (DOB) yang terbentuk tahun 2000-
homogeneity), dan ikatan sosial 2005 secara umum menyimpulkan
dalam satu etnik (historical etnic) perkembangan pembangunan yang
yang diyakini dapat mewujudkan relatif kurang baik dibandingkan
kesejahteraan bersama. daerah induknya; perkembangan
Pertimbangan lain ialah adanya pembangunan ekonomi relatif lebih
insentif fiskal ( fiscal spoil) berupa kecil dibandingkan wilayah induknya;
Dana Alokasi Umum (DAU), Dana tingkat kesejahteraan yang diukur
Alokasi Khusus (DAK), dan dana dengan PDRB per kapita masih
transfer pusat. Dana-dana dari ketinggalan dibandingkan daerah
pemerintah pusat menumbuhkan induk. Sementara itu, pada aspek
keyakinan bahwa pelaksanaan pelayanan publik, khususnya
pemerintahan dapat dibiayai. pendidikan menunjukkan bahwa
Jaminan tersebut diharapkan DOB belum berkembang. Kondisi ini
juga berdampak terhadap dilihat dari ketersediaan pendidik
meningkatnya aktivitas perekono- tingkat menengah dan infrastruktur
mian, baik melalui belanja langsung pendukung. Kondisi yang sama juga
pegawai maupun belanja barang terjadi pada kualitas dan kuantitas
dan jasa. tenaga kesehatan. Pelayanan publik
Pertimbangan lain ialah aspek yang di ukur dari ketersediaan dan
politik, yaitu dengan adanya DOB kualitas jalan yang ada pada DOB
akan muncul wilayah kekuasan memiliki lebih rendah dibandingkan
politik baru sehingga aspirasi politik daerah induknya.
masyarakat semakin terwadahi.

| 332 Jurnal Ekonomi Pembangunan


Ambya
Perkembangan Daerah Otonom Baru (DOB)
Di Provinsi Lampung (Model Tipologi Klassen)

Studi tersebut menegaskan tersebut sebagian DOB memiliki


bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi pendapatan daerah yang bersumber
di DOB lebih rendah dibandingkan dari Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dengan pertumbuhan ekonomi di yang relatif kecil. Kegiatan
daerah induk. Secara umum pembangunannya sebagian besar
pertumbuhan ekonomi daerah induk dibiayai melalui dana pusat dalam
lebih stabil dengan kisaran 5-6% per bentuk Dana Perimbangan (daper).
tahun, sedangkan pertumbuhan Secara umum pada awal
ekonomi di daerah otonom baru dibentuknya DOB sumber
lebih bervariasi. Faktor lain yang pendapatan daerah didominasi oleh
menjadi penentu keberhasilan dana perimbangan. Selama sepuluh
tersebut adalah belanja investasi tahun dana perimbangan untuk
dimana rasio belanja modal kabupaten rata-rata 89,73 persen.
pemerintah terhadap total belanja Data ini menunjukkan bahwa
(Capital Expenditure) yang keberhasilan pembangunan di DOB
digunakan untuk mengukur masih tergantung dari pemerintah
seberapa jauh kebijakan pemerintah pusat.
dalam penganggaran berorientasi Setiap daerah memiliki sektor
kepada manfaat jangka panjang basis yang berbeda-beda sesuai
atau investasi. Studi yang dilakukan dengan potensi daerah yang
Bappenas juga menjelaskan bahwa dimilikinya. Identifikasi sektor basis
pemerintah daerah memiliki dapat dilakukan dengan
ketergatungan yang cukup besar mengelompokkan daerah menjadi
terhadap alokasi anggaran beberapa tipologi. Tipologi DOB
pemerintah pusat. APBD Pemerintah ditentukan berdasarkan kemampuan
provinsi menghabiskan antara 70–80 menciptakan pertumbuhan ekonomi
persen APBD bersumber dari pusat, dan pendapatan per kapita. Sektor
sedangkan kabupaten/kota 80–90 basis di setiap tipologi DOB
persen APBD bersumber dari merupakan keunggulan daerah
pemerintah pusat. sekaligus merupakan daya saing
DOB yang dibentuk di Provinsi daerah.
Lampung pada tahun 1999 meliputi Tinjauan Pustaka
Daya Saing Ekonomi DOB
3 kabupaten dan 1 kota. Sampai
Menurut Glasson (1974), konsep
saat ini (2011) DOB tersebut telah
dasar teori basis ekonomi membagi
berusia 10 tahun. Pada usia
perekonomian menjadi dua sektor,

JEP-Vol. 8, N0 3, Nopember 2019 | 333


Ambya
Perkembangan Daerah Otonom Baru (DOB)
Di Provinsi Lampung (Model Tipologi Klassen)

yaitu sektor basis dan non-basis. strategy). Strategi pertama merebut


Sektor basis adalah sektor yang pasar dengan harga murah melalui
memiliki kemampuan mengekspor pengurangan biaya produksi;
barang dan jasa ke luar daerah atau strategi kedua memanfaatkan
memenuhi kebutuhan masyarakat kekhasan model atau menciptakan
yang datang ke daerah tersebut. kualitas terbaik; dan strategi ketiga
Sektor non-basis adalah sektor yang menggunakan kombinasi dari
hanya mampu menyediakan barang strategi pertama dan kedua.
dan jasa untuk masyarakat daerah Pengadopsian pemikiran Porter,
yang bersangkutan. Bendavid dapat dimanfaatkan untuk
(1991) mengatakan studi basis menciptakan keunggulan DOB, yaitu
dilakukan untuk menemukenali dengan menekan biaya, meningkat-
sumber utama (basic) yang kan kualitas produk dan jasa, dan
merupakan basis ekonomi daerah. mempertahankan segmen pasar.
Pertumbuhan ekonomi daerah Asumsi pemikiran ini yakni DOB
sebagian besar ditentukan oleh tertinggal harus aktif dan proaktif.
sektor dasar (basic sector). Thompson & Perry, (2006) dan
Daya saing daerah merupakan Agranoff (1966) mengemukakan
suatu strategi yang potensial untuk bahwa kerjasama antardaerah dapat
diterapkan di DOB tertinggal dalam diperhitungkan sebagai alternatif
rangka meningkatkan kesejahteraan meningkatkan daya saing daerah
masyarakat. Strategi ini tidak dapat termasuk DOB.
berdiri sendiri karena lebih bersifat Henry (1995) mengemukakan
supply-side. Sisi demand side bentuk dan metode kerjasama antar
kurang diperhatikan karenanya pemerintah daerah meliputi (1)
usulan untuk membangun melalui intergovernmental service contract;
kerjasama antar daerah dapat yaitu pembentukan kerjasama
meningkatkan daya saing DOB apabila suatu daerah membayar
tertinggal. Upaya menciptakan daya daerah yang lain untuk
saing, menurut Porter (1985), dapat melaksanakan jenis pelayanan
dilakukan dengan memilih salah tertentu seperti penjara, pem-
satu dari tiga strategi yaitu strategi buangan sampah, kontrol hewan
cost leadership, differentiation, dan atau ternak, (2) joint service
focus (secara umum semuanya agreement, dilakukan untuk
dikenal dengan nama competitive menjalankan fungsi perencanaan,

| 334 Jurnal Ekonomi Pembangunan


Ambya
Perkembangan Daerah Otonom Baru (DOB)
Di Provinsi Lampung (Model Tipologi Klassen)

anggaran dan pemberian pelayanan Pembangunan Ekonomi Daerah


tertentu kepada masyarakat daerah Sejak pelaksanaan otonomi
yang terlibat, misalnya dalam daerah (1999), terjadi perubahan
pengaturan perpustakaan wilayah, paradigma penyelenggaraan peme-
komunikasi antar polisi dan rintahan dari pola sentralisasi
pemadam kebakaran, kontrol menjadi pola otonomi daerah. Hal
kebakaran, pembuangan sampah, ini membawa implikasi mendasar
(3) intergovernmental service terhadap keberadaan tugas, fungsi,
transfer yaitu merupakan transfer dan tanggung jawab pelaksanaan
permanen suatu tanggung jawab otonomi daerah. Implikasi di bidang
dari satu daerah ke daerah lain ekonomi yaitu terwujudnya pertum-
seperti bidang pekerjaan umum, buhan ekonomi, pemerataan
prasarana dan sarana, kesehatan antardaerah, dan upaya pencarian
dan kesejahteraan, pemerintahan sumber-sumber pembiayaan untuk
dan keuangan publik. pembangunan dengan cara
Menurut Agranoff (1996), menggali potensi ekonomi yang
pengaturan kerjasama antar dimiliki oleh daerah. Menurut
pemerintah daerah dapat dilakukan Bendavid-Val (1991), pembangunan
dalam bidang-bidang yang ekonomi daerah sangat ditentukan
disepakati untuk mencapai nilai oleh kebijakan daerah dalam
efisiensi dan kualitas pelayanan menentukan sektor-sektor basis
yang lebih baik. Kerjasama yang mampu mendorong ekonomi
(cooperation) antara pemerintah daerah, sedangkan sektor non-basic
daerah telah lama dikenal dan hanya merupakan sektor pen-
dirasakan manfaatnya sebagai suatu dukung, misalnya perdagangan dan
sumber efisiensi dan kualitas jasa-jasa.
pelayanan (Patterson, 2008; Rosen, Samuelson dan Nordhaus (2005)
1993). Keuntungan kerjasama menyebutkan bahwa ada empat
semacam ini adalah dapat faktor sebagai sumber pertumbuhan
tercapainya skala ekonomi ekonomi. Faktor-faktor tersebut
(economies of scales). adalah sumberdaya manusia,
Pembelanjaan atau pembelian sumberdaya alam, pembentukan
bersama dalam skala besar akan modal, dan teknologi. Peran
lebih menguntungkan daripada skala pengeluaran pemerintah dalam
kecil. pembentukan modal yaitu melalui

JEP-Vol. 8, N0 3, Nopember 2019 | 335


Ambya
Perkembangan Daerah Otonom Baru (DOB)
Di Provinsi Lampung (Model Tipologi Klassen)

pengeluaran pemerintah di berbagai komoditas yang dihasilkan oleh


bidang, seperti sarana dan daerah tersebut.
prasarana. Pembentukan modal di Metode Analisis
bidang sarana dan prasarana Penelitian ini fokus pada analisis
menjadi social overhead capital ekonomi daerah dan perkembangan
(SOC) yang penting dalam daerah pada sektor ekonomi basis
mendorong pertumbuhan ekonomi. (unggulan). Model analisis akan
SOC ini sangat penting karena pihak dilakukan dengan empat tahap.
swasta tidak akan mau menyediakan Secara berturut-turut model analisis
berbagai fasilitas publik. Tanpa pada masing-masing tahapan yaitu
adanya fasilitas publik ini, pihak Analisis Tipologi Klassen, Model
swasta tidak berminat untuk Location Quation (LQ), dan Model
menanamkan modalnya. Adanya Shift-Share. Secara rinci masing-
berbagai fasilitas publik akan masing model analisis
mendorong perekonomian daerah diformulasikan sebagai berikut.
dan peningkatan pertumbuhan Model Tipologi Klassen
ekonomi. Model Tipologi Klassen
Glasson (1974), menyatakan digunakan untuk mengetahui
bahwa teori pertumbuhan regional karateristik DOB berdasarkan
jangka panjang harus memper- indikator pertumbuhan ekonomi dan
hitungkan mobilitas faktor-faktor pendapatan perkapita. Metode ini
produksi terutama tenaga kerja dan digunakan untuk menentukan
modal. Pada umumnya orang berapa jumlah DOB untuk masing-
sependapat bahwa pertumbuhan masing tipologi. Klasifikasi DOB
regional dapat terjadi sebagai akibat dibagi menjadi empat tipologi yaitu
dari faktor endogen atau eksogen, daerah cepat maju dan cepat
yakni faktor-faktor yang terdapat tumbuh (high growth and high
pada daerah yang bersangkutan income), daerah maju tetapi tertekan
ataupun dari luar daerah atau (high income but low growth),
kombinasi dari keduanya. Faktor dari daerah berkembang cepat (high
dalam daerah meliputi distribusi growth but low income), dan daerah
faktor-faktor produksi seperti tanah, relatif tertinggal (low growth and low
tenaga kerja dan modal, sedangkan income). Klasifikasi tipologi daerah
faktor dari luar daerah yang penting secara jelas disajikan pada Tabel 1.
adalah tingkat permintaan terhadap berikut ini.

| 336 Jurnal Ekonomi Pembangunan


Ambya
Perkembangan Daerah Otonom Baru (DOB)
Di Provinsi Lampung (Model Tipologi Klassen)

Tabel 1. Tipologi Daerah Otonom Baru


PDRB/kapita
(y)
(yi > y) (yi < y)
Laju Pertum (r)
Tipe I
Tipe II
(ri > r) Daerah Cepat Maju dan
Berkembang
cepat tumbuh
Tipe III
Tipe IV
(ri < r) Daerah Maju
Daerah Relatif tertinggal
Tertekan
Keterangan: r : Rata-rata pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota (DOB)
y: Rata-rata PDRB per kapita kabupaten/kota (DOB)
ri : Pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota (DOB) yang diamati
yi : PDRB per kapita kabupaten/kota (DOB) yang diamati

Analisis Location Quation (LQ),


Mengacu A. Bendavid (1991) LQ
adalah suatu indeks yang digunakan
Keterangan:
untuk mengukur perbandingan LQ = Location Quotient
= PDRB Sektori DOBj
relative sumbangan nilai tambah
= PDRB Total di DOBJ
suatu sektor ekonomi daerah (DOB) = PNB sektor i Nasional
terhadap nilai tambah sektor yang N = PNB
Keteria perhitungan LQ yang
sama pada tingkat nasional. Teknik
digunakan yaitu: Jika LQ > 1 berarti
ini digunakan untuk mengidentifikasi
merupakan sektor basis dan
potensi ekonomi yang digolongkan
merupakan sektor unggulan. Jika LQ
menjadi dua yaitu sektor basis dan
< 1 berarti bukan sektor basis dan
non-basis. Identifikasi dan
bukan sektor unggulan. Jika LQ = 1
penentuan sektor basis pada DOB
berarti tingkat spesialisasi DOB
digunakan model LQ. Model ini
sama dengan Nasional
menyajikan perbandingan relatif
Model Analisis Shift and Share,
antara kemampuan suatu sektor di
Menurut Glasson (1974) analisis
DOB dengan sektor yang sama di
ini digunakan untuk menentukan
tingkat nasional. Data yang
kinerja/produktifitas, pergeseran
digunakan Produk Domestik
struktur dan posisi relatif sektor
Regional Bruto (PDRB) atas dasar
ekonomi, identifikasi sektor ekonomi
harga konstan dan Produk Nasional
potensial, dibandingkan dengan
Bruto (PNB) diformulasi sebagai
nasional.
berikut:
Pengembangan sektor ekonomi
potensial adalah upaya
meningkatkan kondisi yang ada

JEP-Vol. 8, N0 3, Nopember 2019 | 317


Ambya
Perkembangan Daerah Otonom Baru (DOB)
Di Provinsi Lampung (Model Tipologi Klassen)

pada sektor-sektor ekonomi pendapatan per kapita lebih besar,


potensial untuk meningkatkan PDRB tetapi tingkat pertumbuhan
secara umum. Komponen share ekonominya lebih kecil dibanding
adalah pertambahan PDRB suatu rata-rata Provinsi Lampung; (3)
daerah jika pertambahannya sama Daerah berkembang Cepat, daerah
dengan pertambahan PDBR secara yang memiliki tingkat pertumbuhan
nasional selama periode waktu besar, tetapi tingkat pendapatan per
terentu. Komponen net shift adalah kapita lebih kecil dibanding rata-rata
komponen nilai untuk menunjukkan Provinsi Lampung; (4) Daerah relatif
penyimpangan dari komponen share tertinggal adalah daerah yang
(Nj) dalam suatu daerah. Komponen memiliki tingkat pertumbuhan
differential shift adalah komponen ekonomi dan pendapat per kapita
untuk mengukur besarnya shift netto yang lebih kecil dibanding rata-rata
yang digunakan oleh sektor tertentu Provinsi Lampung . Dikatakan
yang tumbuh lebih cepat atau lebih “besar” apabila indikator di suatu
lambat di daerah tersebut di kabupaten/kota lebih besar
bandingkan dengan nasional. dibandingkan rata-rata seluruh
Sedangkan komponen proporsional kabupaten/kota di Provinsi Lampung
shift adalah komponen yang dan digolongkan “kecil” apabila
digunakan untuk menghasilkan indikator di suatu daerah lebih kecil
besarnya shift netto sebagai akibat dibandingkan rata-rata seluruh
dari PDRB daerah yang kabupaten/kota di Provinsi
bersangkutan berubah. Lampung.
Hasil dan Pembahasan Perkembangan PDRB per kapita
Tipologi Klassen Kabupaten/Kota untuk tiap kabupaten/kota selama
di Provinsi Lampung
tahun 2007-2011 dapat dijelaskan
Dalam penelitian ini kriteria yang
bahwa ada dua Kabupaten dan satu
digunakan untuk membagi daerah
kota yang memiliki PDRB per-kapita
kabupaten/kota adalah sebagai
yang lebih besar dari PDRB per-
berikut: (1) Daerah cepat-maju dan
kapita provinsi Lampung.
cepat-tumbuh, daerah yang memiliki
Kabupaten dan Kota tersebut
tingkat pertumbuhan ekonomi dan
adalah Lampung Utara, Tulang
pendapatan per kapita yang lebih
Bawang, dan Bandar Lampung.
besar dibanding rata-rata Provinsi
Sedangkan kabupaten dan kota
Lampung; (2) Daerah maju tapi
yang memiliki PDRB per-kapita yang
tertekan, daerah yang memiliki

| 338 Jurnal Ekonomi Pembangunan


Ambya
Perkembangan Daerah Otonom Baru (DOB)
Di Provinsi Lampung (Model Tipologi Klassen)

lebih kecil dari PDRB per-kapita pertumbuhan ekonomi rata-rata


Provinsi Lampung tetapi mendekati yang tinggi yaitu mencapai masing-
Provinsi yaitu Lampung tengah dan masing 6,53% dan 6,26%.
Pesawaran. Perkembangan PDRB Kabupaten yang memiliki rata-rata
per kapita untuk tiap kabupaten/kota pertumbuhan yang lebih besar dari
dalam kurun waktu tahun 2007- rata-rata Provinsi Lampung adalah
2011, beserta rata-ratanya untuk Kabupaten Lampung Tengah dan
seluruh kabupaten/kota Provinsi Lampung Utara yaitu 5,90 % dan
Lampung, terlihat pada Tabel 2 5,89% sedangkan rata-rata provinsi
Perkembangan pertumbuhan mencapai 5,89%. Perkembangan
ekonomi tanpa migas di masing- Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Migas
masing kabupaten dan kota selama Kabupaten/Kota Se-Provinsi
tahun 2007-2011 menunjukkan Lampung Tahun 2007-2011 (persen)
bahwa Kota Bandar Lampung dan dapat dilihat pada Tabel 3.
Lampung Timur yang memiliki

Tabel 2. BDRB per Kapita Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung


Tahun 2007-2011 (juta rupiah)
Kab/Kota 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata
Lampung Barat 4.66 5.50 6.15 6.74 7.98 6.21
Tanggamus 9.29 11.21 7.92 8.89 10.29 9.52
Lampung selatan 7.23 8.46 9.88 11.19 12.20 9.79
Lampung Timur 7.68 8.70 9.48 11.06 12.41 9.87
Lampung Tengah 8.07 9.65 11.75 14.22 16.36 12.01
Lampung Utara 8.51 9.69 11.40 13.95 17.68 12.25
Way Kanan 4.95 5.53 6.32 7.39 8.43 6.52
Tulang Bawang 21.44 26.88 12.23 14.27 16.16 18.20
Pesawaran 7.20 8.59 10.45 12.87 15.00 10.82
Pringsewu 0.00 6.22 6.97 8.11 8.97 6.05
Tulang B. Barat 0.00 0.00 10.47 12.84 15.66 7.79
Mesuji 0.00 0.00 14.07 15.70 17.09 9.37
Bandar Lampung 12.49 15.92 19.63 22.04 25.03 19.02
Metro 5.56 6.28 7.16 8.03 8.98 7.20
Provinsi 8.29 9.91 11.82 14.24 16.70 12.19
Sumber: BPS Prov. Lampung 2012

JEP-Vol. 8, N0 3, Nopember 2019 | 339


Ambya
Perkembangan Daerah Otonom Baru (DOB)
Di Provinsi Lampung (Model Tipologi Klassen)

Tabel 3 Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Migas Kabupaten/Kota


Se-Provinsi Lampung Tahun 2007-2011 (persen)

Kab/Kota 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata


Lampung Barat 5.82 5.15 5.64 5.72 4.54 5.37
Tanggamus 7.72 8.96 -34.38 5.79 6.41 -1.10
Lampung Selatan 6.48 5.09 5.28 5.71 6.03 5.72
Lampung Timur 6.18 5.92 6.29 6.36 6.55 6.26
Lampung Tengah 6.20 5.66 5.94 5.88 5.75 5.89
Lampung Utara 6.27 5.69 6.32 4.98 6.23 5.90
Way Kanan 5.52 4.60 5.04 5.17 5.49 5.16
Tulang Bawang 6.93 6.79 -51.13 6.19 5.50 -5.14
Pesawaran 5.88 5.34 5.69 5.91 6.41 5.85
Pringsewu 0.00 0.00 5.80 6.95 7.10 3.97
Tulang B.Barat 0.00 0.00 0.00 5.89 6.36 2.45
Mesuji 0.00 0.00 0.00 5.92 6.13 2.41
Bandar Lampung 6.83 6.93 6.01 6.33 6.53 6.53
Metro 6.24 5.21 5.32 5.89 6.40 5.81
Provinsi Lampung 6.14 5.42 5.52 5.99 6.40 5.89
Sumber: BPS Prov. Lampung 2012

Berdasarkan data pada Tabel 2 berkembang cepat meliputi


dan 3 di atas, dapat digunakan untuk Kabupaten Lampung Tengah dan
membagi kabupaten/kota di Provinsi Lampung Timur. Sedangkan
Lampung menjadi 4 klasifikasi kabupaten Tanggamus, Pringsewu,
sesuai dengan Tipologi Klassen. Pesawaran, Lampung selatan, Way
Daerah yang termasuk dalam Kanan, Tulang Bawang Barat,
klasifikasi daerah cepat maju dan Mesuji, Lampung Barat dan Kota
cepat tumbuh meliputi Kabupaten Metro masuk dalam klasifikasi
Lampung Utara dan Kota Bandar daerah relative tertinggal. Klasifikasi
Lampung. Daerah dalam klasifikasi Kab/Kota Provinsi Lampung Menurut
daerah maju tetapi tertekan adalah Tipologi Klassen disajikan pada
Kabupaten Tulang Bawang. Daerah Tabel 4 berikut.
dalam klasifikasi daerah

| 340 Jurnal Ekonomi Pembangunan


Ambya
Perkembangan Daerah Otonom Baru (DOB)
Di Provinsi Lampung (Model Tipologi Klassen)

Tabel 4. Klasifikasi Kab/Kota Provinsi Lampung


Menurut Tipologi Klassen, 2007-2011

PDRB perkapita
(yi)
(yi > y) (yi < y)
Pertumbuhan
Ekonomi (ri)
Daerah Cepat Maju Cepat Daerah Berkembang
Tumbuh:
(ri > r) Lampung Tengah
Bandar Lampung Lampung Timur
Lampung Utara
Daerah Relatif Tertinggal:
Metro
Tanggamus
Pringsewu
Daerah Maju Tertekan:
Pesawaran
(ri < r) Lampung selatan
Tulang Bawang
Way Kanan
Tulang Bawang Barat
Mesuji
Lampung Barat
Sumber: diolah dari Tabel 2 dan 3

Potensi Ekonomi Provinsi pasarkan. Hal ini bertujuan


Lampung
untuk meningkatkan penda-
patan petani dan devisa
Secara umum kegiatan ekonomi
negara dari hasil ekspor.
Provinsi Lampung dibagi menjadi
c. Subsektor peternakan dan
sembilan sektor, yaitu:
hasilnya; pembangunan pada
1. Sektor Pertanian, yang terdiri dari:
subsektor ini diarahkan pada
a. Subsektor tanaman pangan;
peningkatan produksi daging,
pembangunan pada subsektor
telur dan susu untuk
ini diarahkan pada pening-
memenuhi gizi masyarakat.
katan produksi tanaman padi
d. Subsektor kehutanan; kegiatan
dan palawija dalam rangka
yang dilalukan meliputi
mempertahankan swasem-
pembangunan kayu, peng-
bada pangan.
ambilan hasil-hasil hutan dan
b. Subsektor tanaman per-
perburuan binatang liar.
kebunan; pembangunan pada
e. Subsektor perikanan; pem-
subsektor ini diarahkan untuk
bangunan pada subsektor ini
menunjang peningkatan
diarahkan untuk peningkatan
produksi tanaman perkebunan
produksi dalam upaya
terutama yang mudah di
pemenuhan gizi mayarakat.

JEP-Vol. 8, N0 3, Nopember 2019 | 341


Ambya
Perkembangan Daerah Otonom Baru (DOB)
Di Provinsi Lampung (Model Tipologi Klassen)

2.Sektor Pertambangan dan Galian menyerap tenaga kerja lebih


a. Subsektor tanpa migas, banyak.
meliputi pengambilan dan 4. Sektor Listrik, gas dan air minum,
persiapan pengolahan lan- terdiri dari:
jutan benda padat, baik a. Subsektor listrik meliputi
dibawah maupun pada pembangunan dan
permukaan bumi serta seluruh penyaluran tenaga listrik yang
kegiatan lainnya yang diselenggarakan oleh PLN
bertujuan mendapatkan biji maupun non PLN. Yang
logam dan hasil tambang dimaksud non PLN adalah
lainnya. perusahaan listrik yang
b. Subsektor penggalian, ini dilakukan oleh perusahaan
mencakup penggalian dan swasta atau peseorangan.
dan penganbilan segala jenis b. Subsektor air minum; kegiatan
barang galian batu-batuan, ini meliputi proses
pasir besi, biji perak serta pembersihan, pemurnian dan
komoditas tambang selain proses kimia lain untuk
kegiatan yang mencakup yaitu menghasilkan air minum
penggalian batu-batuan, pasir, termasuk penyaluran melalui
tanah, batu gunung, batu kali, pipa baik pada rumah tangga,
batu kapur, batu koral, krikil, instansi pemerintah maupun
dan batu marmer. swasta.
3. Sektor Industri Pengolahan 5. Sektor Bangunan
Pembangunan pada bidang ini Kegiatan ini meliputi usaha
terutama diarahkan untuk industri pembangunan atau pembuatan,
pengolahan hasil pertanian, perluasan, perbaikan berat dan
pemanfaatan limbah pertanian, ringan, perombakan bangunan
industri rumah tangga, baik di tempat tinggal, jalan, jembatan
pedesaan maupun di perkotaan. bendungan, jaringan listrik,
Penekanan pembangunan pada telekomunikasi dan konstruksi.
industri, selain untuk 6. Sektor perdagangan, Hotel dan
meningkatkan produksi tapi juga Restoran yang terdiri dari:
untuk menunjang pertumbuhan a. Subsektor perdagangan besar
ekonomi dan diharapkan dapat dan eceran; subsektor
perdagangan memainkan

| 342 Jurnal Ekonomi Pembangunan


Ambya
Perkembangan Daerah Otonom Baru (DOB)
Di Provinsi Lampung (Model Tipologi Klassen)

peranan penting dalam a. Subsektor angkutan darat,


perekonomian Provinsi meliputi angkutan jalan raya,
Lampung, karena mendorong jasa penunjang angkutan darat
pertumbuhan dan produksi. seperti parker dan terminal.
Perdagangan mampu Akan tetapi yang termasuk
menjamin kelancaran dalam perhitungan hanya
pemasaran dan pembelian jasa terbatas pada segala jenis
dari konsumen ke produsen. angkutan jalan raya seperti
b. Subsektor perhotelan, kegiatan bus, truk, becak dan oplet.
ini meliputi penyediaan b. Subsektor angkutan laut,
akomodasi yang menggunakan meliputi kegiatan pelayanan
sebagian atau keseluruhan angkutan, pelayanan samudra,
bangunanberupa tempat perairan pantai, sungai dan
penginapan, baik yang terbuka jasa penumpang angkutan
untuk umum atau hanya laut, namun yang termasuk
sebagian anggota suatu dalam penghitungan terbatas
organisasi tertentu. Termasuk pada angkutan perairan pantai
pula aktifitas penyediaan saja.
makanan dan minuman serta c. Subsektor komunikasi; meliputi
pentediaan fasilits lainnya bagi jasa komunikasi untuk umum
para tamu penginapan, yang seperti pengiriman surat, paket
seluruh kegiatan tersebut dan weselyang diusahakan
berada dalam suatu kesatuan oleh Perum Pos dan Giro,
manajemen penginapan. pengiriman berita dengan
c. Subsektor restoran; kegiatan ini menggunakan telepon, telex,
mencakup usaha penjualan dan telegram yang diusahakan
untuk penyediaan makan dan oleh Perum Telekomunikasi.
minuman, yang pada 8. Sektor Keuangan, Persewaan dan
umumnya dikonsumsi di Jasa Perusahaan, yang terdiri dari:
tempat penjualan, di suatu a. Subsektor keuangan (Bank),
tempat sendiri atau pun kegiatan ini meliputi jasa
dijajakan. pelayanan di bidang keuangan
7. Sektor Pengangkutan dan kepada pihak lain, seperti
Komunikasi, yang terdiri dari; menerima simpanan dalam
bentuk giri dan tabungan,

JEP-Vol. 8, N0 3, Nopember 2019 | 343


Ambya
Perkembangan Daerah Otonom Baru (DOB)
Di Provinsi Lampung (Model Tipologi Klassen)

memberi pinjaman, mengirim swasta mulai dari taman


uang, memindahkan rekening kanak-kanak sampai
koran, membeli atau menjual perguruan tinggi, termasuk
surat-surat berharga dan guru perorangan yang
memberi jaminan bank. berusaha sendiri dan kursus-
b. Subsektor keuangan non bank, kursus, jasa kesehatan
meliputi pelayanan asuransi mencakup segala lembaga
baik jiwa atau pun bukan jiwa kesehatan swasta yang
seperti asuransi kebakaran, berbentuk rumah sakit maupun
kecelakaan, kerusakan dan poliklinik, jasa sosial lainnya
sebagainya, termasuk juga mencakup panti asuhan,
agen perasuransian, unit rumah ibadah dan sebagainya.
penyaluran dana pensiun dan 2. Subsektor kebudayaan dan
sebagainya. hiburan, meliputi segala
c. Sektor persewaan dan jasa macam perusahaan dan
perusahaan, meliputi kegiatan lembaga swasta yang bergerak
pemberian jasa pada pihak lain pada jasa hiburan, rekreasi
seperti jasa hukum, jasa serta kebudayaan seperti
angkutan, jasa periklanan, jasa pembuatan dan distribusi film,
penyewaan mesin dan usaha penyiaran film dan
peralatan, jasa bangunan dan penyiaran radio swasta. Dari
jasa arsitek. Tetapi yang kegiatan tersebut di atas, yang
termasuk dalam perhitungan termasuk dalam penghitungan
terbatas pada jasa hukum terbatas pada kegiatan
(advokat/pengacara), notaris pemutaran film dan penyiaran
dan jasa konsultan. radio swasta niaga.
9. Sektor Jasa, terdiri dari: 3. Subsektor perorangan dan
a. Pemerintahan umum, meliputi rumah tangga, meliputi jasa
jasa pelayanan sosial seperti yang diberikan untuk
rumah sakit umum dan panti perorangan dan rumah tangga
asuhan. seperti jasa reparasi, jasa
b. Swasta, meliputi: binatu, tukang cukur, tukang
1. Subsektor jasa sosial jahit, tukang las dan jasa
kemasyarakatan, meliputi jasa perorangan lainnya.
pendidikan dan pendidikan

| 344 Jurnal Ekonomi Pembangunan


Ambya
Perkembangan Daerah Otonom Baru (DOB)
Di Provinsi Lampung (Model Tipologi Klassen)

Simpulan Kabupaten Lampung timur


1. Perkembangan Daerah Otonom daerah ini masih
Baru di Provinsi Lampung yang mengangandalkan sector
dikelompokkan dalam empat pertanian, sedikit didukung
klasifikasi sebagai berikut yaitu: sector keuangan dan jasa.
Daerah yang termasuk dalam Sedangnkan daerah, maju tapi
klasifikasi daerah cepat maju dan tertekan yaitu Kabupaten
cepat tumbuh meliputi Tunlang bawang merupakan
Kabupaten Lampung Utara dan daerah baru daru lampung utara
Kota Bandar Lampung. Daerah yang masih mengandalkan
dalam klasifikasi daerah maju sector pertanian.
tetapi tertekan adalah Kabupaten 3. Khusus daerah dengan
Tulang Bawang. Daerah dalam klasifikasi relative tertinggal,
klasifikasi daerah berkembang merupakan daerah otonom baru
meliputi Kabupaten Lampung yang relative muda. Potensi yang
Tengah dan Lampung Timur. dimiliki belum sepenuhnya di
Sedangkan kabupaten kelola dengan maksimal
Tanggamus, Pringsewu, dikarenakan kemampuang
Pesawaran, Lampung selatan, daerah sangat terbatas, terutama
Way Kanan, Tulang Bawang keuangan daerah.
Barat, Mesuji, Lampung Barat
dan Kota Metro masuk dalam Daftar Pustaka
klasifikasi daerah relative Adesoye A.B., Olukayo, E.M. and
Akinwande,A.A. (2010).
tertinggal.
Dynamic Analysis of
2. Daerah dengan kreteria cepat Government Spending and
Economic Growth in Nigeria,
maju dan cepat tumbuh daerah
Journal of Management and
tersebut memiliki keunggulan Society, Vol. 1, No. 2, pp. 27-
37.
potensi yang di kembangkan
antara sektor keuangan, Agranoff, R. (1996). Managing
Intergovernmental Porcesses.
persewaan dan jasa perusahaan;
Handbook of Public
sektor jasa, Sektor perdagangan, Administration. Perry, J.L. Ed.
San Fransisco: Jossey-Bass.
Hotel dan Restoran. Daerah
pp. 210–231.
Berkembang ternyata
Alexiou, C. (2009). Government
merupakan daerah lampung
Spending and Economic
tengah lama Kab Induk bersama Growth: Econometric Evidence
from the South Eastern Europe

JEP-Vol. 8, N0 3, Nopember 2019 | 345


Ambya
Perkembangan Daerah Otonom Baru (DOB)
Di Provinsi Lampung (Model Tipologi Klassen)

(SEE). Journal of Economic composition of Public


and Social Research, Vol. 11, Expenditure and Economic
No. 1. pp 1-16. growth. Journal of Monetary
Economics, Vol.37, pp. 313-
Awan, R.U., Azid, T. and Sher, T. 344.
(2011). Growth Implications of
Government Expenditures in Dobson P, Ken, S, and John, R.
Pakistan:An Empirical (2004). Strategic Management:
Analysis. Interdisciplinary Issues and Cases. Oxford:
Journal Of Contemporary Blackwell Publishing.
Research In Business Institute
Of Interdisciplinary Business Donald, L. M. (2008). The impact of
Research 451, Vol. 3, No. 3. government structure on local
public Expenditures, Public
Baltagi, B. H. (2003). Econometric Choice, Vol. 136, pp 457–473
Analysis of Panel Data,
Second edition, New York: Fisher C. R. (1996). State And Local
John Wiley&Son, Ltd, Public Finance. United States
Chicester. Of Amerika.

Bappenas, UNDP. (2007). Studi Folster, S. and Henrekson. M.


Evaluasi Pemekaran Daera. (1998). Growth and the Public
Building and Reinventing Sector : A Critique of the
Decentralized Governance Critics. Forthcoming European
Project, Version of July 4, 2007 Journal of Political Economy.

Bendavid. V, Avrom. (1991). Glasson, J. (1974). An Introduction


Regional and Local Economic to Regional Planning
Analysis for Practitioners, Concepts, Theory and
fourth edition. Praeger Practice. Hutchinson & Co
Publisher, New york. (Publishers) Ltd.

Bradbury, J. C. and Stephenson, Glasson, J, 1997, An Introduction to


E.F. (2003). Local Regional Planning, London
Government Structure and Hutchinson
Public Expenditures. Public Educational
Choice Vol.115, pp 185-198.
Gregoriou, A. and Ghosh, S. (2009).
Chang, W.Y. Chen, Y.A and Kao, The Impact Of Government
M.R. 2008. Social Status, Expenditure On Growth:
Education and Government Empirical Evidence From A
Spending in Two-Sector Model Heterogeneous Panel. Bulletin
of Endogenous Growth. The of Economic Research, Vol.
Japanese Economic Review 61, No.1, pp 0307-3378.
Vol. 59. No. 1
Grossman, P.J. (1988). Government
Damodar Gujarati. (2009). Basic and Economic Growth. A
Econometrics. Fifth Edition, non-linear Relationship. Public
Mc Graw- Hill, inc. New Choice, Vol. 56, pp.193-200.
York.
Grossman, P.J. (1992). Fiscal
Devarajan, S., Swaroop, V. and Decentralization and Public
Zou, H. (1996). The Sector Size in Australia. The

| 346 Jurnal Ekonomi Pembangunan


Ambya
Perkembangan Daerah Otonom Baru (DOB)
Di Provinsi Lampung (Model Tipologi Klassen)

Economic Record, Vol. 68, Daerah. Penerbit Andi,


No.202, pp. 240-6. Yogyakarta.

Gujarati, Damodar. 2003. Essentials Mello Jr., L.R.D. (2000). Fiscal


of Econometric. McGraw Hill Decentralization and
International Editions. Intergovernmental Fiscal
Relations: A Cros-Country
Guseh, J. S. (1997). Government Analysis. IMF, Washinton, DC.
Size and Economic Growth
in Developing Countries: A Michael, L. M. (1988). Fiscal
political-economy framework. Decentralization and
Journal of Macroeconomic Government Size. Public
Vol.19, pp.175-192. Choice Vol.56, No. 3, pp. 259-
269.
Halim, A. 2001. Bunga Rampai
Manajemen Keuangan Musgrave, R.A. and P.B. Musgrave.
Daerah. UPP AMP YKPN, (1976). Public Finance in
Yogjakarta. Theory and Practice. edisi
kedua, McGraw-Hill Book Co.
Halim, A. 2004. Manajemen Inc., Singapore.
Keuangan Daerah. Edisi
Revisi. UPP AMP YKPN, Naganathan, M. and Sivagnanam,
Yogjakarta. K.J. (1999). Federal Transfer
and Tax Efforts of States in
Henry, N. (1995). Public India. Indian Economic
Administration and Public Journal. Vol. 47, No. 4, pp.
Affairs. Sixth Edition. 101-110.
Englewood Cliffs, N.J. :
Prentice –Hall. Oates, W.E. (1993). Fiscal
Federalism and Economic
Kormendi, R. and Meguire.P. (1985). Development. Nasional Tax
Macroeconomic Determinants Journal, Vol.46, No.2, pp. 237-
of Growth: Cross Country 43.
evidence. Journal of Monetary
Economic, Vol.16, pp. 141- Oates, W.E. (1995). Comment on
164. Conflict and Dillemas of
Decentralization by Rudolf
Lin, J.Y., and Liu, Z. (2000). Fiscal Holmes. The world Bank
Desentralization and Economic Research Observer. Pp 351-
Growth in Cina. Journal 353
Economic Development and
Cultural Change Chicago, Patterson, D.A. (2008).
Vol.49, pp 1-21 Intergovernmental
Cooperation. Albany, NY: New
Mankiw, N.G.,D. Romer, dan D.N. York State Department of
Weil. (1992). A Contribution to State Division of Local
the Empirics of Economic Government Services.
Growth. Quarterly Journal of
Economics, Vol. 107, No. 2, Porter, M. (1985). Competitive
pp.407-37. Advantage: Creating and
Sustaining Superior
Mardiasmo. (2002). Otonomi dan Performance. New York: Free
Manajemen Keuangan Press/

JEP-Vol. 8, N0 3, Nopember 2019 | 347


Ambya
Perkembangan Daerah Otonom Baru (DOB)
Di Provinsi Lampung (Model Tipologi Klassen)

Republik Indonesia Undang-Undang


Rabin J., Hildrent B. W. and Miller J. No.34/2000 tentang
G. (1996). Budgeting: Perubahan atas UU Republik
Formulation and Execution. Indonesia No. 18.1997 tentang
Carl Vinson Institute Of Pajak Daerah dan Retribusi
Government The University Of Dearah, Jakarta.
Georgia.
Republik Indonesia Undang-Undang
Ram, R. (1986). Government Size RI No. 33 tahun 2004 tentang
and Economic Growth: a New Perimbangan Keuangan
Framework and Some antara Pemerintah Pusat dan
Evidence from Cross-section Pemerintah Daerah.
and Time Series Data.
American Economic review, Romer, D. (1996). Advanced
Vol. 15, pp. 367-391. Macroeconomics. McGraw-Hill
Book Co. Inc., New York.
Ramayandi, A. (2003). Economics
Growth and Government Size Rosen S. H., and Gayer, T. (2001).
in Indonesia : Some Lessons Public Finance, Eight edition.
for The Local Authorities. McGraw Hill, Irwin.
Departement of Economics, Rosen, E.D. (1993). Improving
Padjajaran University : Public Sector Productivity:
Bandung Concept and Practice. London:
Sage Publications,
Republik Indonesia Peraturan International Educational and
Pemerintah No. 129/2000 Professional Publisher.
tentang Persyaratan
Pembentukan, Pemekaran, Rudra, P. P. (2010). Modelling the
Penghapusan dan nexus between defense
Penggabungan Daerah, spending and economic growth
(www.Indonesia. go.id) in asean- 5: Evidence from
cointegrated panel analysis,
Republik Indonesia Peraturan African Journal of Political
Pemerintah No.78 tahun 2007 Science and International
tentang Tata Cara Relations, Vol. 4, No.8, pp.
Pembentukan, Penghapusan, 297-307.
dan Penggabungan Daerah,
Jakarta. Samuelson, P.A. and W.D.
Nordhaus. (2005). Economics.
Republik Indonesia Undang-Undang Eighteenth Edition.
No. 22 Tahun 1999 tentang International Edition.
Pemerintahan Daerah Singapore: McGraw-Hill Book
Co.
Republik Indonesia Undang-Undang
No. 25 tahun 1999 tentang Tarigan, A. (2010). Dampak
Perimbangan Keuangan antar Pemekaran Wilayah. Majalah
Pemerintah Pusat dan daerah, Triwulan Bappenas Edisi
Jakarta. 01/Tahun Xvi/2010 Issn 0854-
3709.
Republik Indonesia Undang-Undang
No. 32 tahun 2004 tentang Tarigan, R. (2006). Ekonomi
pemerintahan Daerah. Regional Teori dan Aplikasi.
Bumi Aksara, Jakarta.

| 348 Jurnal Ekonomi Pembangunan


Ambya
Perkembangan Daerah Otonom Baru (DOB)
Di Provinsi Lampung (Model Tipologi Klassen)

Tiebout, C.M. (1956). A Pure Theory


of Local Expenditures Author.
The Journal of Political
Economy, Vol. 64, No. 5, pp.
416-424.

JEP-Vol. 8, N0 3, Nopember 2019 | 349


Ambya
Perkembangan Daerah Otonom Baru (Dob)
Di Provinsi Lampung (Model Tipologi Klassen)

| 350 Jurnal Ekonomi Pembangunan

Anda mungkin juga menyukai