Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI PASVA PANEN

ANALISIS VITAMIN PADA ALGA COKELAT (Sargassum sp)

Oleh:
KELOMPOK 8
ANGGI ANGGRAINI (1804111464)
FEBRINA TUMANGGER (1804124628)
HABIL BRILIANT AZHARI (1804113366)
HARFAN DANI (1804124102)
VIVI ALFIONITA (1804111116)

KELAS THP A

DOSEN PENGAMPU : Dr. ANDARINI DIHARMI, S.Pi, M.Si

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT berkat taufik dan hidayah-Nya

penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum fisiologi pasca panen tentang analisis

vitamin pada alga cokelat (Sargassum sp). Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata

kuliah fisiologi pasca panen serta sebagai kajian terhadap pemahaman pembaca mengenai

analisis vitamin pada alga cokelat (Sargassum sp).

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah fisiolofi

pasca panen yaitu Dr. Andarini Diharmi, S.Pi, M.Si. dan kepada semua pihak yang telah

berpartisipasi dalam moril maupun materil dalam pembuatan laporan praktikum ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan laporan praktikum ini masih terdapat

kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan dan kritikan dari semua

pihak yang terkait dengan relevansi laporan praktikum ini agar bisa menjadi lebih baik di

masa yang akan datang.

Pekanbaru, 11 Januari 2021

Kelompok 8
DAFTAR ISI

Isi Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktikum .............................................................................. 2

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kadar Air pada Ikan Tawar Segar ..................................................... 3
2.2 Kadar Air pada Ikan Asin .................................................................. 4
2.3 Kadar Air pada Nugget ...................................................................... 5

III. BAHAN DAN METODE


3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................. 7
3.2 Bahan dan Alat .................................................................................. 7
3.3 Metode Pelaksanaan .......................................................................... 7
3.4 Prosedur Praktikum ........................................................................... 7

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Praktikum ................................................................................. 11
4.2 Pembahasan ....................................................................................... 12

V. SIMPULAN SAN SARAN


5.1 Simpulan ............................................................................................ 17
5.2 Saran .................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar didunia, Indonesia

memiliki perairan yang luas dengan perbandingan luas perairan dan daratan mencapai

3.257.483 km3 dan 1.922.570 km3. Kondisi perairan Indonesia yang luas ini dapat

dimanfaatkan sebagai penghasilan maupun sebagai bahan pangan. Sebagai negara

kepulauan, Indonesia mempunyai panjang pantai kurang lebih 81.000 km dengan luas

perairan pantai sekitar 6.846.000 km2. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia mempunyai

potensi yang baik untuk mengembangkan dan memanfaatkan kekayaan lautnya, salah

satunya rumput laut (Sulistyawati, 2003).

Rumput laut merupakan salah satu flora yang terdapat di dalam lautan, rumput laut

banyak tersebar di perairan, rumput laut tidak hanya tersedia di alam saja namun sudah

ada di budidayakan, rumput laut merupakan komoditas hasil laut yang memiliki nilai

ekonomis penting di dalam masyarakat maupun bidang industri, rumput laut

dimanfaatkan sebagai bahan pangan oleh masyarakat dan dimanfaatkan bidang industry

makanan maupun bukan makanan (industri kosmetik, tekstil, dan farmasi), untuk

memenuhi permintaan dalam negeri maupun luar negeri (Indriani dan Sumiarsih, 1992).

Manfaat rumput laut sebagai bahan pangan sudah lama diketahui. Rumput laut sudah

banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai produk atau makan seperti sayur, lalapan,

acar, kue, puding, agar- agar dan manisan. Rumput laut juga banyak dimanfaatkan di

bidang perikanan seperti pemanfaatan rumput laut sebgai fortifikasi ataupun lainnya.

Salah satu rumput laut yang dapat di manfaatkan adalah Sargassum sp., yang merupakan

golongan ganggang coklat (Phaeophyta) terbesar di laut tropis. Rumput laut ini
mempunyai kelimpahan dan sebaran yang sangat tinggi, terdapat hampir di seluruh

wilayah laut Indonesia (Atmadja et al., 1996). Dari beberapa penelitian, dilaporkan bahwa

Sargassum sp mempunyai kandungan nutrisi/zat gizi cukup tinggi, seperti protein dan

beberapa mineral esensial, hanya saja analisis komposisi nutrisinya masih belum lengkap.

(Mursyidin et al., 2002).

Rumput laut coklat yang melimpah dan memiliki kandungan gizi yang tinggi maka

dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan utama ataupun tambahan, sebagai bahan

tambahan rumput laut ini dapat difortifikasi di dalam sebuah produk dengan menjadikan

tepung dan lainnya agar dapat mengoptimalkan pemanfaatan rumput laut sebagai bahan

pangan. Kandungan nutrisi/zat gizi yang tinggi pada rumput laut coklat maka baik

dilakukan sebagai bahan baku praktikum mengenai analisis kandungan vitamin pada

rumput laut coklat, agar dapat dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat, dengan

dikerahui nilai vitamin di dalam rumput laut di harapkan pemanfaatan tidak hanya di

masyakat pesisir namun juga oleh seluruh masyarakat, dan juga dapat menaikkan minat

masyarakat untuk mengkonsumsi rumput laut coklat ini.

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum tentang analisis vitamin pada alga cokelat (Sargassum sp)

yaitu sebagai berikut.

1. Agar mahasiswa dapat memahami bagaimana mekanisme pengerjaan analisis

kandungan vitamin pada alga coklat (Sargassum sp).

2. Agar mahasiswa mengetahui kandungan nutrisi atau nilai gizi yang terdapat di alga

coklat (Sargassum sp).


II. TINJAUAN PUSTAKA

Di Indonesia terdapat 15 spesies Sargassum (Kadi 2005). Alga coklat berbentuk

benang atau lembaran, bahkan ada yang menyerupai tumbuhan tingkat tinggi dengan

bagian-bagian serupa akar, batang, dan daun. Menurut Atmadja (2012), habitat alga

coklat tumbuh di perairan pada kedalaman 0.5–10 m ada arus dan ombak. Alga coklat

hidup di daerah perairan yang jernih yang mempunyai substrat dasar batu karang dan

dapat tumbuh subur pada daerah tropis. Menurut Majid (2012) alga coklat berupa

tumbuh-tumbuhan bercabang berbentuk benang kecil yang halus (Ectocarpus),

bertangkai pendek dan bertalus lebar (Copstaria, Alaria, dan Laminaria, beberapa

diantaranya mempunyai lebar 2 m).

Klasifikasi Sargassum adalah sebagai berikut (Dawes, 1981; Estiati 1994;

Tjitrosoepomo, 2001; 2005) : Divisi : Thallophyta, Kelas : Phaeophyceae , Ordo : Fucales

, Famili : Sargassaceae , Genus : Sargassum , Spesies : Sargassum sp (J. Agardh 1884).

Spesies-spesies Sargassum sp. yang dikenal di Indonesia ada sekitar 12 spesies, yaitu : S.

duplicatum, S. histrix, S. echinocarpum, S. gracilimun, S. obtusifolium, S. binderi, S.

policystum, S. crassifolium, S. microphylum, S. aquofilum, S. vulgare, dan S.

polyceratium (Atmadja et al., 1996; Rachmat, 1999).

Rumput laut mengandung berbagai vitamin dalam konsentrasi tinggi seperti vitamin

D, K, Karotenoid (prekursor vitamin A), vitamin B kompleks, dan tokoferol. Kandungan

polisakarida yang tinggi sebanding dengan glukan (polimer glukosa) dan polisakarida

tersulfatisasi (Soraya, 2005). Menurut Kadi (2005), Sargassum sp. mengandung bahan

alginat dan iodin yang digunakan pada industri makanan, farmasi, kosmetik dan tekstil.

Selain itu juga, Sargassum sp. mengandung senyawasenyawa aktif steroida, alkaloida,
fenol, dan triterpenoid berfungsi sebagai antibakteri, antivirus, dan anti jamur

(Kusumaningrum et al. 2007). Kadar air pada rumput laut coklat yang kurang dari 32%,

kadar abu pada rumput laut coklat yaitu sekitar 36% (Masduqi et al., 2014).

Zat yang dapat diekstraksi dari Sargassum berupa alginat yaitu suatu garam dari asam

alginik yang mengandung ion sodium, kalsium dan barium. Hasil ekstraksi Sargassum

sp. berupa alginat banyak digunakan industri makanan untuk memperkuat tekstur atau

stabilitas dari produk olahan, seperti es krim, sari buah, pastel isi, dan kue. Sargassum sp.

juga telah dimanfaatkan di bidang farmasi dan ternak (Tjitrosoepomo, 2005; Poncomulyo

et al., 2006). Santoso et al. (2004), menyebutkan bahwa antioksidan pada alga cokelat

Sargassum sp. mampu menurunkan oksidasi yang terjadi pada emulsi minyak ikan selama

penyimpanan pada suhu 50 ºC selama 24 jam yang ditandai dengan rendahnya nilai

peroksida (59,1 meq/kg) dibanding kontrol (308,5 meq/ kg). Jenis Sargassum sp.

Mengandung Protein, Vitamin C, tannin, iodine, fenol, dan alginat yang umumnya

dimanfaatkan dalam bahan pangan, obat-obatan, kosmetik, serta tekstil (Kadi, 2005).

Alga coklat Sargassum memiliki kadar vitamin A (489,55 RE/100 g) dan vitami C

(49,01 mg/100 g), kadar ini terletak diantara rentangan vitamin A dan vitamin C sayuran

pada umumnya sehingga alga ini dapat digunakan sebagai makanan sumber vitamin A

dan Vitamin C (Handayani dkk, 2004). Kadar vitamin A dan vitamin C rumput laut S.

crassifolium ini terletak di antara rentangan kadar vitamin A dan vitamin C sayuran pada

umumnya, sebagaimana yang dilaporkan oleh Dep. Kes. RI (1964) dalam Sediaoetama

(2000).
III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum fisiologi pasca panen tentang analisis vitamin pada alga cokelat

(Sargassum sp) ini dilaksanakan di kediaman masing - masing, pada bulan Januari 2021.

3.2 Alat dan Bahan

Rumput laut S. crassifolium, reagen Lowry, BSA, akuades, asam klorida, natrium

hidroksida, larutan buffer, larutan ninhidrin, akuades. Gas nitrogen, standard asam amino,

asam nitrat, asam perklorat, asam sulfat, amonium molibdat, aminonaftol sulfonat,

standard mineral (Ca, Fe dan P), asam metafosfat, asam asetat, 2,6-diklorofenol

indofenol, aseton, heksana, kloroform, trifluoroasetat, standard vitamin A dan C,

petrolium eter, boron trifluorida, metana, natrium karbonat, kalsium karbonat dan

isopropanol (Handayani et al., 2004).

3.3 Metode Praktikum

Praktikum fisiologi pasca panen tentang analisis vitamin alga coklat (Sargassum sp)

ini dilakukan dengan metode narrative review dimana mahasiswa membaca jurnal

terakreditasi lalu menafsirkannya dalam bentuk laporan praktikum. Dimana berdasarkan

jurnal ini metode yang digunakan adalah eksperimental laboratorium.

3.4 Prosedur

3.4.1 Analisis β-karoten (vitamin A)

Karoten diukur dengan menggunakan metode dari Slamet et al., (1990). Rumput

laut yang telah dihaluskan diambil 3 gram, kemudian ditambah dengan 30 ml aseton-

heksan (3: 7), kemudian direfluks selama 1 jam. Ekstrak disaring dan diencerkan menjadi

50 ml dengan 9% aseton dalam heksan. Filtrat sebanyak 3 ml ditambah 2 ml


trifluoroasetat dalam kloroform (2:1). Larutan diukur absorbansinya pada panjang

gelombang 450 nm. Membuat standard β-karoten dengan konsentrasi 3, 6, 9, 12, dan 15

μg β-karoten per ml. Dibuat kurva standard β-karoten sehingga diperoleh garis regresi

hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi.

3.4.2 Analisis Vitamin C

Vitamin C dianalisis dengan menggunakan metode titrasi 2,6 D (Sudarmadji et al..,

1984). Rumput laut segar sebanyak 25 gram, diekstrak dengan 100 ml akuades. Diambil

10 ml filtrat dan ditambah dengan 10 ml reagen HPO3–asam asetat, kemudian digojog

sampai larutan merata. Diambil 5 ml larutan dan dititrasi dengan 2,6 D yang telah

distandardisasi. Membuat larutan blanko (cairan sampel diganti dengan akuades),

kemudian dititrasi denngan 2,6 D yang telah distandardisasi. Titrasi sampel dan blanko

masing-masing dibuat 3 ulangan.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.2 Pembahasan

4.3 Vitamin β-karoten (vitamin A)

Vitamin A termasuk vitamin larut dalam lemak, sehingga hanya terdapat dalam

bahan makanan yang mengandung lemak. Dari hasil pengukuran, diperoleh rata-rata

kadar β-karoten sebesar 489,55 μg RE/100 g berat kering (Tabel 1). Kadar β-karoten pada

rumput laut ini sesuai dengan pendapat Burtin (2003) yang menyatakan bahwa rumput

laut coklat mempunyai kadar βkaroten antara 300-2800 μg RE/100 g berat kering.

Berdasarkan rata-rata kadar β-karoten tersebut, S. crassifolium dapat digunakan sebagai

bahan makanan sumber vitamin A.


Aktivitas vitamin A dihitung berdasarkan kadar β-karoten dengan menggunakan nilai

setara retinol (Retinol Equivalen; RE). Tee dan Lim (1991) mengklasifikasikan nilai

retinol equivalen (RE) pada bahan makanan menjadi 4 kategori yaitu rendah (nilai RE

kurang dari 100 μg), sedang (nilai RE antara 100-499 μg), tinggi (nilai RE antara 500-

999 μg) dan sangat tinggi (nilai RE lebih dari 1000 μg). Berdasarkan klasifikasi tersebut,

maka nilai RE rumput laut ini adalah sedang. Pigmen pada kloroplas rumput laut coklat

lebih didominasi oleh fukosantin, sedangkan pigmen pada kloroplas yang berupa

karotenoid khususnya karoten persentasenya lebih kecil. Kadar β-karoten menentukan

aktivitas vitamin A, sehingga rumput laut ini mempunyai aktivitas vitamin A sedang.

4.4 Vitamin C

Vitamin C merupakan vitamin yang larut dalam air, sehingga jika konsentrasinya

dalam tubuh sudah jenuh maka akan dibuang. Pada penelitian ini diperoleh rata-rata kadar

vitamin C sebesar 49,01 mg/100 g berat basah (Tabel 1). Kadar vitamin C rumput laut ini

lebih rendah dibandingkan dengan kadar vitamin C rumput laut coklat secara umum.

Menurut Burtin (2003), kadar vitamin C rumput laut coklat sebesar 50300 mg/100 g berat

basah.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa vitamin A termasuk vitamin

larut dalam lemak, sehingga hanya terdapat dalam bahan makanan yang mengandung

lemak. Dari hasil pengukuran, diperoleh rata-rata kadar β-karoten sebesar 489,55 μg

RE/100 g berat kering. Rumput laut coklat mempunyai kadar β-karoten antara 300-2800

μg RE/100 g berat kering. Vitamin C merupakan vitamin yang larut dalam air, sehingga

jika konsentrasinya dalam tubuh sudah jenuh maka akan dibuang. Pada penelitian ini

diperoleh rata-rata kadar vitamin C sebesar 49,01 mg/100 g berat basah. Kadar vitamin C

rumput laut ini lebih rendah dibandingkan dengan kadar vitamin C rumput laut coklat

secara umum. Kadar vitamin C rumput laut coklat sebesar 50300 mg/100 g berat basah.

5.2 Saran

Kami menyadari bahwa laporan ini banyak sekali kesalahan dan sangat jauh dari

kesempurnaan. Tentunya, kami akan terus memperbaiki laporan dengan mengacu pada

sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, kami sangat

mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan laporan tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Atmadja, W.S., A. Kadi, Sulistidjo, dan Rachmaniar. 1996. Pengenalan Jenis-jenis


Rumput Laut. Jakarta: Puslitbang Oseanologi LIPI.

Burtin, P. 2003. Nutritional value of seaweed. Journal of Agricultural Food Chemistry 2


(4): 1-6.

Handayani, T. Sutarno. Setyawan, A, D. 2004. Analisis Komposisi Nutrisi Rumput Laut


Sargassum crassifolium J. Agardh. Biofarmasi 2 (2): 45-52, Agustus 2004, ISSN:
1693-2242.

Indriani, H. dan E. Sumiarsih. 1992. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Rumput Laut.
Jakarta: Penebar Swadaya.

Mursyidin, D.H., D.P. Perkasa, dan Prabowo. 2002. Pemanfaatan Rumput Laut
Sargassum sp. untuk Mengatasi Krisis Ekonomi, Pangan dan Zat Gizi Indonesia.
[Laporan Karya Tulis Ilmiah]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Ode, I., & Wasahua, J. 2014. Jenis-jenis alga coklat potensial di perairan pantai Desa
Hutumuri Pulau Ambon. Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan, 7(2), 39-45.

Pakidi, C. S., & Suwoyo, H. S. 2016. Potensi dan pemanfaatan bahan aktif alga cokelat
Sargassum Sp. Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau, Maros,
5(2), 488-498.

Slamet, D.S., M.K. Mahmud, Muhilal, D. Fardiaz, dan Simarmata. 1990. Pedoman
Analisis Zat Gizi. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, Dirjen Bina Gizi Masyarakat.

Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi. 1984. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan
dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty

Sulistyowati, H. 2003. Struktur komunitas seaweed (rumput laut) di Pantai Pasir Putih
Kabupaten Situbondo. Jurnal Ilmu Dasar 4 (1): 58-61.

Tee, E.S., and C.L. Lim. 1991. Carotenoid composition and content of Malaysian
vegetables and fruits by AOAC and HPLC methods. Journal of Food Chemistry 41:
303-319.

Anda mungkin juga menyukai