Oleh:
KELOMPOK 8
ANGGI ANGGRAINI (1804111464)
FEBRINA TUMANGGER (1804124628)
HABIL BRILIANT AZHARI (1804113366)
HARFAN DANI (1804124102)
VIVI ALFIONITA (1804111116)
KELAS THP A
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT berkat taufik dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum fisiologi pasca panen tentang analisis
vitamin pada alga cokelat (Sargassum sp). Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah fisiologi pasca panen serta sebagai kajian terhadap pemahaman pembaca mengenai
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah fisiolofi
pasca panen yaitu Dr. Andarini Diharmi, S.Pi, M.Si. dan kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam moril maupun materil dalam pembuatan laporan praktikum ini.
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan dan kritikan dari semua
pihak yang terkait dengan relevansi laporan praktikum ini agar bisa menjadi lebih baik di
Kelompok 8
DAFTAR ISI
Isi Halaman
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktikum .............................................................................. 2
DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
memiliki perairan yang luas dengan perbandingan luas perairan dan daratan mencapai
3.257.483 km3 dan 1.922.570 km3. Kondisi perairan Indonesia yang luas ini dapat
kepulauan, Indonesia mempunyai panjang pantai kurang lebih 81.000 km dengan luas
perairan pantai sekitar 6.846.000 km2. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia mempunyai
potensi yang baik untuk mengembangkan dan memanfaatkan kekayaan lautnya, salah
Rumput laut merupakan salah satu flora yang terdapat di dalam lautan, rumput laut
banyak tersebar di perairan, rumput laut tidak hanya tersedia di alam saja namun sudah
ada di budidayakan, rumput laut merupakan komoditas hasil laut yang memiliki nilai
dimanfaatkan sebagai bahan pangan oleh masyarakat dan dimanfaatkan bidang industry
makanan maupun bukan makanan (industri kosmetik, tekstil, dan farmasi), untuk
memenuhi permintaan dalam negeri maupun luar negeri (Indriani dan Sumiarsih, 1992).
Manfaat rumput laut sebagai bahan pangan sudah lama diketahui. Rumput laut sudah
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai produk atau makan seperti sayur, lalapan,
acar, kue, puding, agar- agar dan manisan. Rumput laut juga banyak dimanfaatkan di
bidang perikanan seperti pemanfaatan rumput laut sebgai fortifikasi ataupun lainnya.
Salah satu rumput laut yang dapat di manfaatkan adalah Sargassum sp., yang merupakan
golongan ganggang coklat (Phaeophyta) terbesar di laut tropis. Rumput laut ini
mempunyai kelimpahan dan sebaran yang sangat tinggi, terdapat hampir di seluruh
wilayah laut Indonesia (Atmadja et al., 1996). Dari beberapa penelitian, dilaporkan bahwa
Sargassum sp mempunyai kandungan nutrisi/zat gizi cukup tinggi, seperti protein dan
beberapa mineral esensial, hanya saja analisis komposisi nutrisinya masih belum lengkap.
Rumput laut coklat yang melimpah dan memiliki kandungan gizi yang tinggi maka
dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan utama ataupun tambahan, sebagai bahan
tambahan rumput laut ini dapat difortifikasi di dalam sebuah produk dengan menjadikan
tepung dan lainnya agar dapat mengoptimalkan pemanfaatan rumput laut sebagai bahan
pangan. Kandungan nutrisi/zat gizi yang tinggi pada rumput laut coklat maka baik
dilakukan sebagai bahan baku praktikum mengenai analisis kandungan vitamin pada
rumput laut coklat, agar dapat dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat, dengan
dikerahui nilai vitamin di dalam rumput laut di harapkan pemanfaatan tidak hanya di
masyakat pesisir namun juga oleh seluruh masyarakat, dan juga dapat menaikkan minat
Adapun tujuan praktikum tentang analisis vitamin pada alga cokelat (Sargassum sp)
2. Agar mahasiswa mengetahui kandungan nutrisi atau nilai gizi yang terdapat di alga
benang atau lembaran, bahkan ada yang menyerupai tumbuhan tingkat tinggi dengan
bagian-bagian serupa akar, batang, dan daun. Menurut Atmadja (2012), habitat alga
coklat tumbuh di perairan pada kedalaman 0.5–10 m ada arus dan ombak. Alga coklat
hidup di daerah perairan yang jernih yang mempunyai substrat dasar batu karang dan
dapat tumbuh subur pada daerah tropis. Menurut Majid (2012) alga coklat berupa
bertangkai pendek dan bertalus lebar (Copstaria, Alaria, dan Laminaria, beberapa
Spesies-spesies Sargassum sp. yang dikenal di Indonesia ada sekitar 12 spesies, yaitu : S.
Rumput laut mengandung berbagai vitamin dalam konsentrasi tinggi seperti vitamin
polisakarida yang tinggi sebanding dengan glukan (polimer glukosa) dan polisakarida
tersulfatisasi (Soraya, 2005). Menurut Kadi (2005), Sargassum sp. mengandung bahan
alginat dan iodin yang digunakan pada industri makanan, farmasi, kosmetik dan tekstil.
Selain itu juga, Sargassum sp. mengandung senyawasenyawa aktif steroida, alkaloida,
fenol, dan triterpenoid berfungsi sebagai antibakteri, antivirus, dan anti jamur
(Kusumaningrum et al. 2007). Kadar air pada rumput laut coklat yang kurang dari 32%,
kadar abu pada rumput laut coklat yaitu sekitar 36% (Masduqi et al., 2014).
Zat yang dapat diekstraksi dari Sargassum berupa alginat yaitu suatu garam dari asam
alginik yang mengandung ion sodium, kalsium dan barium. Hasil ekstraksi Sargassum
sp. berupa alginat banyak digunakan industri makanan untuk memperkuat tekstur atau
stabilitas dari produk olahan, seperti es krim, sari buah, pastel isi, dan kue. Sargassum sp.
juga telah dimanfaatkan di bidang farmasi dan ternak (Tjitrosoepomo, 2005; Poncomulyo
et al., 2006). Santoso et al. (2004), menyebutkan bahwa antioksidan pada alga cokelat
Sargassum sp. mampu menurunkan oksidasi yang terjadi pada emulsi minyak ikan selama
penyimpanan pada suhu 50 ºC selama 24 jam yang ditandai dengan rendahnya nilai
peroksida (59,1 meq/kg) dibanding kontrol (308,5 meq/ kg). Jenis Sargassum sp.
Mengandung Protein, Vitamin C, tannin, iodine, fenol, dan alginat yang umumnya
dimanfaatkan dalam bahan pangan, obat-obatan, kosmetik, serta tekstil (Kadi, 2005).
Alga coklat Sargassum memiliki kadar vitamin A (489,55 RE/100 g) dan vitami C
(49,01 mg/100 g), kadar ini terletak diantara rentangan vitamin A dan vitamin C sayuran
pada umumnya sehingga alga ini dapat digunakan sebagai makanan sumber vitamin A
dan Vitamin C (Handayani dkk, 2004). Kadar vitamin A dan vitamin C rumput laut S.
crassifolium ini terletak di antara rentangan kadar vitamin A dan vitamin C sayuran pada
umumnya, sebagaimana yang dilaporkan oleh Dep. Kes. RI (1964) dalam Sediaoetama
(2000).
III. BAHAN DAN METODE
Praktikum fisiologi pasca panen tentang analisis vitamin pada alga cokelat
(Sargassum sp) ini dilaksanakan di kediaman masing - masing, pada bulan Januari 2021.
Rumput laut S. crassifolium, reagen Lowry, BSA, akuades, asam klorida, natrium
hidroksida, larutan buffer, larutan ninhidrin, akuades. Gas nitrogen, standard asam amino,
asam nitrat, asam perklorat, asam sulfat, amonium molibdat, aminonaftol sulfonat,
standard mineral (Ca, Fe dan P), asam metafosfat, asam asetat, 2,6-diklorofenol
petrolium eter, boron trifluorida, metana, natrium karbonat, kalsium karbonat dan
Praktikum fisiologi pasca panen tentang analisis vitamin alga coklat (Sargassum sp)
ini dilakukan dengan metode narrative review dimana mahasiswa membaca jurnal
3.4 Prosedur
Karoten diukur dengan menggunakan metode dari Slamet et al., (1990). Rumput
laut yang telah dihaluskan diambil 3 gram, kemudian ditambah dengan 30 ml aseton-
heksan (3: 7), kemudian direfluks selama 1 jam. Ekstrak disaring dan diencerkan menjadi
gelombang 450 nm. Membuat standard β-karoten dengan konsentrasi 3, 6, 9, 12, dan 15
μg β-karoten per ml. Dibuat kurva standard β-karoten sehingga diperoleh garis regresi
1984). Rumput laut segar sebanyak 25 gram, diekstrak dengan 100 ml akuades. Diambil
sampai larutan merata. Diambil 5 ml larutan dan dititrasi dengan 2,6 D yang telah
kemudian dititrasi denngan 2,6 D yang telah distandardisasi. Titrasi sampel dan blanko
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Vitamin A termasuk vitamin larut dalam lemak, sehingga hanya terdapat dalam
bahan makanan yang mengandung lemak. Dari hasil pengukuran, diperoleh rata-rata
kadar β-karoten sebesar 489,55 μg RE/100 g berat kering (Tabel 1). Kadar β-karoten pada
rumput laut ini sesuai dengan pendapat Burtin (2003) yang menyatakan bahwa rumput
laut coklat mempunyai kadar βkaroten antara 300-2800 μg RE/100 g berat kering.
setara retinol (Retinol Equivalen; RE). Tee dan Lim (1991) mengklasifikasikan nilai
retinol equivalen (RE) pada bahan makanan menjadi 4 kategori yaitu rendah (nilai RE
kurang dari 100 μg), sedang (nilai RE antara 100-499 μg), tinggi (nilai RE antara 500-
999 μg) dan sangat tinggi (nilai RE lebih dari 1000 μg). Berdasarkan klasifikasi tersebut,
maka nilai RE rumput laut ini adalah sedang. Pigmen pada kloroplas rumput laut coklat
lebih didominasi oleh fukosantin, sedangkan pigmen pada kloroplas yang berupa
aktivitas vitamin A, sehingga rumput laut ini mempunyai aktivitas vitamin A sedang.
4.4 Vitamin C
Vitamin C merupakan vitamin yang larut dalam air, sehingga jika konsentrasinya
dalam tubuh sudah jenuh maka akan dibuang. Pada penelitian ini diperoleh rata-rata kadar
vitamin C sebesar 49,01 mg/100 g berat basah (Tabel 1). Kadar vitamin C rumput laut ini
lebih rendah dibandingkan dengan kadar vitamin C rumput laut coklat secara umum.
Menurut Burtin (2003), kadar vitamin C rumput laut coklat sebesar 50300 mg/100 g berat
basah.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
larut dalam lemak, sehingga hanya terdapat dalam bahan makanan yang mengandung
lemak. Dari hasil pengukuran, diperoleh rata-rata kadar β-karoten sebesar 489,55 μg
RE/100 g berat kering. Rumput laut coklat mempunyai kadar β-karoten antara 300-2800
μg RE/100 g berat kering. Vitamin C merupakan vitamin yang larut dalam air, sehingga
jika konsentrasinya dalam tubuh sudah jenuh maka akan dibuang. Pada penelitian ini
diperoleh rata-rata kadar vitamin C sebesar 49,01 mg/100 g berat basah. Kadar vitamin C
rumput laut ini lebih rendah dibandingkan dengan kadar vitamin C rumput laut coklat
secara umum. Kadar vitamin C rumput laut coklat sebesar 50300 mg/100 g berat basah.
5.2 Saran
Kami menyadari bahwa laporan ini banyak sekali kesalahan dan sangat jauh dari
kesempurnaan. Tentunya, kami akan terus memperbaiki laporan dengan mengacu pada
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, kami sangat
Indriani, H. dan E. Sumiarsih. 1992. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Rumput Laut.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Mursyidin, D.H., D.P. Perkasa, dan Prabowo. 2002. Pemanfaatan Rumput Laut
Sargassum sp. untuk Mengatasi Krisis Ekonomi, Pangan dan Zat Gizi Indonesia.
[Laporan Karya Tulis Ilmiah]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Ode, I., & Wasahua, J. 2014. Jenis-jenis alga coklat potensial di perairan pantai Desa
Hutumuri Pulau Ambon. Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan, 7(2), 39-45.
Pakidi, C. S., & Suwoyo, H. S. 2016. Potensi dan pemanfaatan bahan aktif alga cokelat
Sargassum Sp. Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau, Maros,
5(2), 488-498.
Slamet, D.S., M.K. Mahmud, Muhilal, D. Fardiaz, dan Simarmata. 1990. Pedoman
Analisis Zat Gizi. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, Dirjen Bina Gizi Masyarakat.
Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi. 1984. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan
dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty
Sulistyowati, H. 2003. Struktur komunitas seaweed (rumput laut) di Pantai Pasir Putih
Kabupaten Situbondo. Jurnal Ilmu Dasar 4 (1): 58-61.
Tee, E.S., and C.L. Lim. 1991. Carotenoid composition and content of Malaysian
vegetables and fruits by AOAC and HPLC methods. Journal of Food Chemistry 41:
303-319.