Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
PASIEN
- Nama penderita : An. N.A
- Jenis kelamin : Perempuan
- Tempat tanggal lahir : 15 September 2012
- Umur : 5 tahun 8 bulan
- Agama : Islam
- Suku Bangsa : Jawa
- Alamat : Pasir Gunung Selatan, Depok
- No. catatan medik : 8403xx
- Masuk RS : 1 Juni 2018
- Datang : Diantar oleh Ibu pasien
- Pukul : 09.56 WIB
ORANG TUA
Ayah Ibu
Nama Tn. P Ny. N
Umur 46 tahun 41 tahun
Agama Islam Islam
Perkawinan Pertama Pertama
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan TNI AD Ibu Rumah Tangga
Agama Islam Islam
Suku Bamgsa Jawa Jawa
Alamat Pasir Gunung Selatan, Depok Pasir Gunung Selatan, Depok
II. ANAMNESIS
Alloanamnesis dari ibu pasien pada tanggal 1 Juni 2018 pukul 12.00 WIB
1
Keluhan Utama
Muntah darah
Keluhan Tambahan
Memar biru kehitaman yang muncul pada kedua kaki, beberapa bintik kemerahan pada
tangan kiri pasien.
2
dirawat di RS Fatmawati dan rutin dilakukan kontrol selama enam bulan. Lalu pasien
dipindahkan ke RSPAD Gatot Soebroto untuk kontrol rutin atas permintaan Ibu pasien.
Riwayat Pengobatan
Konsumsi metilprednisolon 2 tahun yang lalu
Transfusi thrombocyte concentrate (TC)
Riwayat Kelahiran
Penolong : Bidan
3
Cara persalinan : Normal
Berat badan lahir : 3100 gram (berat lahir cukup)
Panjang badan lahir : Orang tua lupa
Masa gestasi : 38 minggu
Keadaan setelah lahir
Langsung menangis : Ya
Kebiruan : Tidak ada
Pucat : Tidak ada
Nilai APGAR : Orang tua lupa
Riwayat kuning : Tidak ada
Riwayat kejang : Tidak ada
Kelainan bawaan : Tidak ada
Riwayat Nutrisi
Usia ASI Susu Bubur Nasi Makanan
(Bulan) formula Susu Tim Keluarga
0-6 + - - - -
6-8 + +
8-10 + + + + -
10-12 + + + + -
4
Kesan : Asupan makanan cukup.
Riwayat Imunisasi
Jenis Ulangan
Dasar (umur)
Imunisasi (umur)
5
Ulangan belum diberikan karena anak sakit saat itu dan imunisasi lain belum diberikan
karena ibu pasien tidak tahu
Riwayat Keluarga
Corakan reproduksi ibu
o Usia ibu saat hamil adalah 35 tahun dengan jumlah kelahiran sekali (P1A0)
6
Data Antropometri
Berat badan = 22 kg
Tinggi badan = 120 cm
Status gizi
- Berdasarkan BB/U = (BB sekarang/ BB ideal menurut kurva) x 100%
= 22/20 x 100%
= 110% (Berat badan baik)
- Berdasarkan TB/U = (TB sekarang/ TB ideal menurut kurva) x 100%
= 120/112 x 100%
= 107% (TB baik/normal)
- Berdasarkan BB/TB = (BB sekarang/ BB ideal menurut TB) x 100%
= 22/22 x 100%
= 100% (Gizi baik/normal)
Kesan : Status gizi baik, perawakan normal
7
KEPALA
Bentuk : Normocephali, simetris
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut, pertumbuhan rambut merata
Ubun – ubun besar : Sudah menutup
Kulit kepala : Tidak ada alopesia, tidak ada kutu telur dan ketombe, tidak ada
masa/benjolan
WAJAH
Raut muka : Kesakitan ringan
Nyeri tekan sinus : Tidak ada
MATA
Palpebra : Normal, simetris, tidak ada ptosis ataupun lagoftalmus
Konjungtiva : Tidak anemis
Sklera : Tidak ikterik
Kornea : Jernih
Pupil : Bulat, isokor, refleks cahaya langsung dan tidak langsung (+/+)
Lensa : Jernih
Bola mata : Normal, tidak eksoftalmus ataupun endoftalmus
TELINGA
Daun telinga : Normotia
Lubang telinga : Lapang
Gendang telinga : Intak, tidak hiperemi
Perdarahan/sekret : Tidak ada
HIDUNG
Bentuk : Normal
Kulit : Sawo matang, tidak hiperemi, tidak ada luka
8
Septum : Tidak deviasi
Konka : Licin, tidak hiperemi
Mukosa : Tidak hiperemi, tidak pucat
MULUT
Bibir : Bibir tidak kering, lembab, tidak sianosis
Lidah : Tidak kotor
Langit-langit : Tidak hiperemi, tidak ada ptekie
Tonsil : T1-T1, tenang
Faring : Tidak hiperemi
Mukosa : Tidak hiperemi
Gusi : Tidak ada perdarahan
LEHER
Bentuk : Simetris
Pergerakan : Normal
TORAKS
PARU
Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris saat diam maupun pergerakan, tidak ada
retraksi sela iga, tidak ada masa ataupun benjolan
9
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan, taktil fremitus teraba sama
pada paru kanan dan kiri
Auskultasi : Suara napas vesikuler dikedua lapang paru, tidak ada ronkhi, tidak ada
wheezing
JANTUNG
Palpasi : Teraba iktus kordis di linea midclavicularis kiri sela iga ke-5, tidak kuat
angkat
Perkusi : Batas atas jantung di sela iga ke-2 linea parasternalis kiri
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni reguler, tidak ada gallop, tidak ada murmur
ABDOMEN
Inspeksi : Datar, vena tidak tampak, tidak ada bekas luka, tidak tampak gerakan
peristaltik
Palpasi
10
Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen, tidak ada ascites, tidak ada
nyeri tekan
GENITALIA
ANUS
EKSTREMITAS
Posisi : Normal
Kulit : Tidak ada pucat, tidak ada edema, petekie pada regio fossa cubiti sinistra
dan regio antebrachii 1/3 proksimal sinistra, ekimosis pada regio kruris
1/3 proksimal medial dextra, regio kruris 1/3 distal anterior dextra,
regio kruris 1/3 distal anterior sinistra, tidak hilang pada penekanan dan
tidak ada nyeri tekan.
Motorik : 5 5
5 5
Tonus : Baik
REFLEKS
Fisiologis:
11
KPR +/+ APR +/+
Patologis:
V. RESUME
Pasien adalah seorang anak perempuan berusia 5 tahun, berat badan 22 kg. Pasien datang
ke RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan utama muntah darah. Empat jam SMRS pasien
tiba-tiba muntah darah sekali, lumayan banyak, orang tua mengatakan berwarna merah
kecoklatan kurang lebih setengah botol aqua sedang. Keluhan ini disertai dengan adanya
memar biru kehitaman yang muncul pada kedua kaki pasien, beberapa bintik kemerahan pada
tangan kiri pasien. Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri seluruh perut yang berlangsung
12
terus-menerus. Dua minggu sebelum masuk Rumah Sakit (SMRS), pasien mengalami demam
hilang timbul, batuk, pilek, disertai nyeri tenggorokan. Keluhan ini berlangsung selama 5
hari. Demam menghilang dengan pemberian obat penurun panas.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran
compos mentis, laju nadi 100 kali per menit, isi cukup, reguler, ekual di keempat ekstremitas,
frekuensi napas 24 kali per menit, tipe torakoabdominal, suhu 36,5 oC. Tampak petekie pada
regio fossa cubiti sinistra dan regio antebrachii 1/3 proksimal sinistra, ekimosis pada regio
kruris 1/3 proksimal medial dextra, regio kruris 1/3 distal anterior dextra, regio kruris 1/3
distal anterior sinistra, tidak hilang pada penekanan dan tidak ada nyeri tekan. Pada
pemeriksaan kepala, leher, thorax, paru, jantung, dan abdomen dalam batas normal.
Pada pemeriksaan laboratorium darah lengkap didapatkan Hb 12 g/dl, Ht 35%, eritrosit
5.0 juta/µl, leukosit 8990/µl, trombosit 2000/µl.
-Ulkus peptik
Hematemesis ec ITP
-. Hitung jenis
13
IX. PENATALAKSANAAN
X. PROGNOSIS
a. Ad vitam : Ad bonam
b. Ad functionam : Ad bonam
c. Ad sanationam : Dubia ad bonam
14
BAB dan BAK anemis, sklera tidak ikterik
dalam batas THT : Normotia, tidak ada
normal. napas cuping hidung,
mukosa merah muda,
tonsil T1-T1, tenang,
faring tidak hiperemi,
tidak ada sekret
Mulut : Bibir lembab,
mukosa tidak sianosis,
tidak pucat
Leher : Tidak tampak
membesar, kelenjar tiroid
tidak teraba membesar,
tidak ada masa ataupun
benjolan
Thorax : Simetris, tidak
ada retraksi sela iga
Paru : Suara napas
vesikuler kanan dan kiri,
tidak ada ronkhi, tidak ada
wheezing
Jantung : Bunyi jantung I-
II murni reguler, tidak ada
gallop, tidak ada murmur
Abdomen : Supel, tidak
mencembung, ada nyeri
tekan epigastrium, bising
usus normoperistaltik,
hepar, lien dan ginjal tidak
teraba
Ekstremitas : Akral
hangat, CRT < 2 detik,
petekie di fosa cubiti dan
1/3 distal tangan kiri,
15
memar kebiruan pada kaki
kanan dan kiri, tidak nyeri
tekan. Terpasang IVFD
D5 ¼ NS 500 mL di
tangan kanan.
3 Juni Pasien tidak Keadaan umum tampak ITP Atasi keluhan
2018 demam, tidak ada sakit ringan -. IVFD D5 ¼
(Hari batuk pilek, tidak Kesadaran compos mentis NS 1500 mL/24
perawatan ada mual muntah, TTV Suhu : 36,6oC, nadi jam
ke II) nafsu makan baik. 83 kali per menit isi Atasi
Masih ada memar cukup, teratur, dan ekual trombositopenia
biru kehitaman di keempat ekstremitas, -. TC 200 mL/
pada kedua kaki pernapasan 28 kali per hari selama 3
dan bintik-bintik menit, tipe hari (3)
kemerahan pada torakoabdominal, saturasi -. Transamin 3
tangan kiri pasien. oksigen 98% x 250 mg (IV)
BAB dan BAK Kepala : Normocephali
dalam batas Mata : Konjungtiva tidak
normal. anemis, sklera tidak ikterik
THT : Normotia, tidak ada
napas cuping hidung,
mukosa merah muda,
tonsil T1-T1, tenang,
faring tidak hiperemi,
tidak ada sekret
Mulut : Bibir lembab,
mukosa tidak sianosis,
tidak pucat
Leher : Tidak tampak
membesar, kelenjar tiroid
tidak teraba membesar,
tidak ada masa ataupun
benjolan
Thorax : Simetris, tidak
16
ada retraksi sela iga
Paru : Suara napas
vesikuler kanan dan kiri,
tidak ada ronkhi, tidak ada
wheezing
Jantung : Bunyi jantung I-
II murni reguler, tidak ada
gallop, tidak ada murmur
Abdomen : Supel, tidak
mencembung, tidak ada
nyeri tekan, bising usus
normoperistaltik, hepar,
lien dan ginjal tidak teraba
Ekstremitas : Akral
hangat, CRT < 2 detik,
petekie di fosa cubiti dan
1/3 distal tangan kiri,
memar kebiruan pada kaki
kanan dan kiri, tidak nyeri
tekan. Terpasang IVFD
D5 ¼ NS 500 mL di
tangan kanan.
4 Juni Pasien tidak Keadaan umum tampak -. ITP on Kebutuhan
2018 demam, ada batuk sakit ringan transfusi cairan
(Hari pilek, hidung Kesadaran compos mentis -. -. IVFD D5 ¼
perawatan tersumbat serta TTV Suhu : 36,5oC, nadi Rhinofaringitis NS 1500 mL/24
ke III) nyeri tenggorokan, 70 kali per menit isi Akut jam
tidak ada mual cukup, teratur, dan ekual Atasi
muntah, nafsu di keempat ekstremitas, trombositopenia
makan baik. pernapasan 24 kali per -. TC 200 mL/
Memar biru menit, tipe hari selama 3
kehitaman pada torakoabdominal, saturasi hari (3)
kedua kaki dan oksigen 99% Atasi
bintik-bintik Kepala : Normocephali perdarahan
17
kemerahan pada Mata : Konjungtiva tidak -. Transamin 3
tangan kiri pasien anemis, sklera tidak ikterik x 250 mg (IV)
sudah berkurang. THT : Normotia, tidak ada Atasi nyeri
BAB dan BAK napas cuping hidung, perut
dalam batas mukosa merah muda, -. Ranitidine
normal. tonsil T1-T1, tenang, syrup 2 x 1 cth
faring hiperemi, tidak ada (PO)
sekret -. Antasida
Mulut : Bibir lembab, syrup 3x1 cth
mukosa tidak sianosis, (PO)
tidak pucat Atasi batuk
Leher : Tidak tampak pilek
membesar, kelenjar tiroid -. Ambroxol 3 x
tidak teraba membesar, 1 cth
tidak ada masa ataupun -. Ceterizin
benjolan syrup 2 x 5 mL
Thorax : Simetris, tidak (PO)
ada retraksi sela iga Boleh pulang
Paru : Suara napas
vesikuler kanan dan kiri,
tidak ada ronkhi, tidak ada
wheezing
Jantung : Bunyi jantung I-
II murni reguler, tidak ada
gallop, tidak ada murmur
Abdomen : Supel, tidak
mencembung, ada nyeri
tekan epigastrium, bising
usus normoperistaltik,
hepar, lien dan ginjal tidak
teraba
Ekstremitas : Akral
hangat, CRT < 2 detik,
petekie di fosa cubiti dan
18
1/3 distal tangan kiri,
memar kebiruan pada kaki
kanan dan kiri, berkurang,
tidak nyeri tekan.
Terpasang IVFD D5 ¼ NS
500 mL di tangan kanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan
19
Defisiensi trombosit akan mengakibatkan timbulnya ptekie, purpura, dan perdarahan
mukokutan maupun perdarahan lain. Dikatakan juga bahwa ITP adalah keadaan
trombositopenia (jumlah trombosit yang rendah dengan hasil pemeriksaan darah lengkap lain
serta apusan darah tepi normal) pada pasien tanpa ada gejala klinis yang dihubungkan dengan
kondisi atau faktor yang menyebabkan trombositopenia (seperti infeksi human
immunodeficiency virus (HIV), systemic lupus erythematosus, lymphoproliferative disorders,
myelodysplasia, agammaglobulinemia, terapi dengan obat tertentu, alloimmune
thrombocytopenia, dan trombositopenia kongenital atau heriditer).1
Epidemiologi
Insiden ITP pada anak-anak antara 4 – 8 kasus per 100.000. Umumnya terjadi pada
anak usia 2-5 tahun. Biasanya terjadi secara akut, sering mengikuti infeksi virus atau riwayat
imunisasi 1-6 minggu sebelumnya. Sebagian besar anak-anak tidak membutuhkan
pengobatan dan 80-85% kasus akan membaik dalam 6 bulan. Sebanyak 15-20% akan
menjadi bentuk ITP kronik dan sekitar 2% dapat meninggal. Insiden ITP kronik pada anak-
anak diperkirakan 0,46 per 100.000 anak-anak per tahun dan prevalensinya 4,6 per 100.000
anak-anak pada suatu waktu tertentu.2
Etiologi
Purpura trombositopeni imun (ITP) sering timbul terkait dengan sensitisasi oleh
infeksi virus. Pada 70% kasus ada penyakit yang mendahului seperti rubella, rubeola, atau
infeksi saluran napas virus. Jarak waktu antara infeksi dan awitan purpura rata-rata 2 minggu.
Seperti pada dewasa, tampaknya mekanisme imun merupakan dasar pada trombositopenia.
Antibodi trombosit dapat ditemukan pada beberapa kasus akut. Kenaikan jumlah IgG telah
ditemukan terikat pada trombosit dan menunjukkan kompleks imun yang terabsorbsi pada
permukaan trombosit.2
Patofisiologi
20
Mekanisme terjadinya trombositopenia pada ITP secara kompleks. Kerusakan
trombosit pada ITP melibatkan autoantibodi terhadap glikoprotein yang terdapat pada
membran trombosit. Sehingga terjadi penghancuran terhadap trombosit yang diselimuti
antibodi (antibody-coated platelets) oleh makrofag yang terdapat pada limpa dan organ
retikuloendotelial lainnya. Megakariosit dalam sumsum tulang bisa normal atau meningkat
pada ITP. Sedangkan kadar trombopoitin dalam plasma yang merupakan progenitor
proliferasi dan maturasi dari trombosit mengalami penurunan yang berarti, terutama pada ITP
kronis.1
Adanya perbedaan secara klinis maupun epidemiologis antara ITP akut dan ITP
kronis, menimbulkan dugaan adanya perbedaan patofisiologi terjadinya trombositopenia
diantara keduanya. Pada ITP akut, telah dipercaya bahwa penghancuran trombosit meningkat
karena adanya antibodi yang dibentuk saat terjadi respon imun terhadap infeksi bakteri/virus
atau pada pemberiaan imunisasi, yang bereaksi silang dengan antigen dari trombosit.
Mediator – mediator lain yang meningkat selama terjadinya respon imun terhadap infeksi,
dapat berperan dalam terjadinya penekanan terhadap produksi trombosit. Pada ITP kronis
mungkin telah terjadi gangguan pada regulasi sistem imun seperti pada penyakit autoimun
lainnya, yang berakibat terbentuknya antibodi spesifik terhadap trombosit. Saat ini telah
diidentifikasi beberapa jenis glikoprotein permukaan trombosit pada ITP, diantaranya GP IIb-
Iia, GP Ib, dan GP V. Namun bagaimana antibodi antitrombosit meningkat pada ITP akut dan
kronis, serta komponen yang terlibat dalam regulasinya masih belum diketahui. Hal tersebut
di atas menjelaskan mengapa beberapa cara pengobatan terbaru yang digunakan dalam
penatalaksanaan ITP memiliki efektifitas terbatas, dikarenakan gagal mencapai target spesifik
jalur imunologis yang bertanggung jawab pada perubahan produksi dan destruksi trombosit.1
Gejala Klinis
Awitan biasanya akut. Memar dan ruam petekie menyeluruh terjadi 1-4 minggu setelah
infeksi virus atau pada beberapa kasus tidak ada penyakit yang mendahului. Perdarahan khas
mungkin mencolok di tungkai bawah. Perdarahan pada selaput lendir dapat mencolok,
dengan bula di gusi dan bibir. Perdarahan hidung mungkin hebat dan sukar dikendalikan.
Hati, limpa, dan kelenjar limfe tidak membesar. Kecuali tanda perdarahan akut, penderita
tampak baik-baik secara klinis. Fase akut penyakit disertai perdarahan spontan selama 1-2
minggu. Trombositopenia mungkin menetap, tetapi perdarahan mukokutan spontan
21
menyurut. Kadang-kadang awitan lebih perlahan-lahan, dengan memar sedang dan sedikit
petekie. ITP kronis apabila hal ini berlangsung lebih dari 6 bulan, harus diperiksa penyakit
yang mendasarinya seperti imunodefisiensi, misalnya HIV atau gangguan autoimun atau ada
keganasan.3
Diagnosis
Diagnosis ITP didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mencari tanda-
tanda perdarahan yang munculnya mendadak dan baru saja menderita infeksi virus. Pada
pemeriksaan fisis, limpa tidak tidak teraba. Temuan fisis bermakna yang umum dijumpai
adalah petekie umumnya muncul di berbagai area, bulla hemoragik pada membran mukosa,
purpura, perdarahan gusi, tanda-tanda perdarahan saluran cerna, perdarahan intrakranial,
dengan atau tanpa gejala neurologis.4
22
Gambar 1. Pendekatan anak dengan trombositopenia4
Diagnosis Banding
Gambaran klinis utama ulkus peptikum adalah kronik dan nyeri epigastrium. Nyeri
biasanya timbul terutama 1 jam setelah makan atau pada malam hari sewaktu lambung
kosong dan menghilang jika diberi makan kembali. Nyeri ini sering digambarkan sebagai
teriris, terbakar atau rasa tidak enak. Penderita sering mengeluh mual, muntah, dan
regurgitasi. Muntah dapat berupa cairan ataupun makanan berwarna kecoklatan karena telah
bercampur dengan asam lambung. Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan pada
epigastrium dan nyeri tekan kuadran kiri atas.5
23
-. Diagnosis ini dipikirkan karena adanya muntah darah berwarna merah kecoklatan, nyeri
perut dan berkurang setelah pemberiaan obat maag.
-. Diagnosis disingkirkan karena tidak ada keluhan lain seperti cepat kenyang, kembung,
nyeri ulu hati, rasa pahit di lidah, terbakar di dada, tidak ada nyeri tekan epigastrium ataupun
kuadran kiri atas, tidak ada riwayat maag sebelumnya.
Varises esofagus adalah terjadinya distensi vena submukosa yang diproyeksi ke dalam
lumen esogfagus pada pasien dengan hipertensi portal. Hipertensi portal adalah peningkatan
tekanan aliran darh portal lebih dari 1 mmHg yang menetap, sedangkan tekanan dalam
keadaan normal sekitar 5-10 mmHg. Hipertensi portal paling sering disebabkan oleh sirosis
hati.6
Pada pemeriksaan darah lengkap dapat ditemukan adanya anemia, pemeriksaan enzim
hati menunjukan adanya peningkatan AST dan ALT. Diagnosis melalui pemeriksaan
esofagogastroduodenoskopi (EGD) yang merupakan standar baku emas untuk menentukan
ada tidaknya varises esofagus.6
-. Diagnosis ini disingkirkan karena muntah darah berwarna merah kecoklatan, dimana pada
varises esofagus biasanya muntah darah berwarna merah segar, tidak ada demam, tidak
kuning, BAB dan BAK dalam batas normal, mata tidak ikterik, tidak ada riwayat penyakit
hati sebelumnya, hepar tidak teraba pada pemeriksaan fisik.
Anemia Aplastik
24
Gejala klinis yang muncul berdasarkan gambaran sumsum tulang berupa aplasia
sistem eritropoietik, granulopoietik dan trombopoietik, serta aktifitas relatif sistem
limfopoietik. Secara klinis anak tampak pucat dengan berbagai gejala anemia lain seperti
anoreksia, lemah, palpitasi, sesak karena gagal jantung. Diagnosis ditegakan berdasarkan
keadaan pansitopenia yang ditandai oleh anemia, leukopenia, dan trombositopenia pada darah
tepi. Keadaan inilah yang menimbulkan keluhan pucat, perdarahan dan demam yang
disebabkan oleh infeksi. Pada pemeriksaan fisik, tidak ditemukan hepatosplenomegali atau
limfadenopati. Disamping itu, pada darah tepi juga menunjukan limfositosis relatif. Diagnosis
pasti ditemukan dengan pemeriksaan aspirasi sumsum tulang atau biopsi dengan gambaran
sel sangat kurang, banyak jaringan penyokong dan jaringan lemak, aplasia sistem
eritropoietik, granulopoietik, dan trombositopoietik.7
-. Diagnosis ini dipikirkan karena adanya perdarahan yaitu muntah darah yang terjadi tiba-
tiba.
-. Diagnosis disingkirkan karena tidak ada keluhan lain seperti pucat, mudah lelah, lemah,
sering pusing, palpitasi, perdarahan, demam, pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan pucat,
konjungtiva tidak anemis, tidak ada organomegali.
Tatalaksana
Indikasi rawat inap pada penderita yang sudah tegak diagnosisnya, perlu dilakukan rawat
inap bila:4
bila tidak dirawat inap, pasien diwajibkan untuk tidak/menghindari obat anti agregasi (seperti
salisilat dan lain sebagainya) dan olahraga yang traumatis (kepala).
Medikamentosa
25
- Perdarahan ringan dengan jumlah trombosit < 10.000/µl
- Steroid yang biasa digunakan adalah prednison, dosis 1-2 mg/kgBB/hari,
dievaluasi setelah pengobatan 1-2 minggu. Bila responsif, dosis diturunkan
secara perlahan-lahan sampai kadar trombosit stabil atau dipertahankan sekitar
30.000 - 50.000/µl. Prednison dapat juga diberikan dengan dosis tinggi yaitu 4
mg/kgBB/hari selama 4 hari. Bila tidak respon, pengobatan yang diberikan
hanya suportif.
Tabel 1. Intervensi penanganan ITP berdasarkan jumlah trombosit dan manifestasi klinis4
Beberapa kemungkinan pengobatan ITP pada anak, dapat dilihat pada tabel 2.
26
Pada perdarahan:
Emergensi: 0,8 g/kgBB, 1-2 kali pemberian,
bersama-sama dengan kortikosteroid dan
transfusi trombosit
Pada ITP kronik
0,4 g/kgBB/x setiap 2-8 minggu
Antibodi anti-R(D) 10-25 ig/kgBB/hari selama 2-5 hari,
intravena dalam 50 mL NaCl 0,9% dan habis
dalam 30 menit
α-interferon 3 x 106 unit subkutan, 3 kali per minggu
selama 4 minggu
Siklosporin 3-8 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-3 dosis
Azatioprin 50-300 mg/m2 per os/hari, selama ≥ 4 bulan
Komplikasi
Komplikasi paling serius adalah perdarahan intrakranial, yang terjadi kurang dari 1%
kasus. Sedangkan komplikasi dari ITP kronis dan parah akan muncul sebagai akibat dari
pengobatan yang dilakukan. Meskipun kortikosteroid cukup efektif dalam pengobatan ITP,
obat ini berpotensi menyebabkan efek samping yang berbahaya jika dikonsumsi dalam
jangka waktu panjang misalnya osteoporosis, katarak, dan kadar gula tinggi yang dapat
menyebabkan diabetes melitus tipe 2.3
Prognosis
Sekitar 83% anak mengalami remisi spontan dan 89% anak dapat sembuh sempurna lebih
dari 50% pasien membaik dalam waktu 4-8 minggu, sekitar 2% pasien meninggal, dan dapat
terjadi kembali. 2
Ad vitam : Ad bonam
Ad functionam : Ad bonam
27
BAB III
ANALISA KASUS
Interpretasi Kasus
Anamnesis
Empat jam SMRS pasien tiba-tiba muntah darah sekali, lumayan banyak, orang tua
mengatakan berwarna merah kecoklatan kurang lebih setengah botol air mineral sedang.
Keluhan ini disertai dengan adanya memar biru kehitaman yang muncul pada kedua kaki
pasien, bintik-bintik kemerahan pada tangan kiri pasien. Tidak ada riwayat trauma
sebelumnya dan tidak terasa nyeri. Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri seluruh perut yang
berlangsung terus-menerus. Pasien sudah diberikan obat maag untuk mengatasi nyeri perut
dan pasien merasa sedikit membaik. Tidak keluhan lain seperti demam, sakit kepala, kuning,
mimisan, gusi berdarah, cepat kenyang, kembung, nyeri ulu hati, rasa pahit di lidah, terbakar
di dada, lemas, pucat, maupun mudah lelah. Nafsu makan pasien menurun, keluhan buang air
besar (BAB) kehitaman tidak ada dan buang air kecil (BAK) dalam batas normal. Pasien
tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan, obat-obatan atau cuaca tertentu, tidak ada
riwayat penyakit hati. Terakhir kali pasien diimunisasi adalah polio pada usia 18 bulan.
28
Dua minggu sebelum masuk Rumah Sakit (SMRS), pasien mengalami demam hilang
timbul, batuk, pilek, disertai nyeri tenggorokan. Keluhan ini berlangsung selama 5 hari.
Demam menghilang dengan pemberian obat penurun panas. Demam tidak disertai menggigil,
ruam kemerahan, mimisan, perdarahan gusi, kejang, mual muntah maupun penurunan
kesadaran. Ibu pasien mengatakan sebelumnya pasien tidak berpergian ke darah endemis
malaria.
Dua tahun yang lalu pasien mengalami demam hilang timbul, batuk, pilek, disertai nyeri
tenggorokan selama lima hari. Dua bulan kemudian, timbul bercak merah pada kaki kiri
pasien yang bermula ketika pasien jatuh. Bercak tersebut tidak hilang dan berubah warna
menjadi biru kehitaman. Beberapa hari kemudian memar menyebar ke kaki kanan dan kedua
tangan pasien. Pasien kemudian dibawa ke Rumah Sakit Fatmawati oleh kedua orang tuanya.
Pasien didiagnosis menderita immune thrombocytopenic purpura (ITP). Selanjutnya pasien
dirawat di RS Fatmawati dan rutin dilakukan kontrol selama enam bulan. Lalu pasien
dipindahkan ke RSPAD Gatot Soebroto untuk kontrol rutin atas permintaan Ibu pasien.
Keluhan utama pasien adalah muntah darah, sekali, lumayan banyak, orang tua
mengatakan berwarna merah kecoklatan kurang lebih setengah botol aqua sedang.
Keluhan perdarahan ini harus dicari penyebabnya, berasal dari saluran cerna atau
penyebab lainnya. Tidak didapatkan keluhan pada saluran cerna seperti mual muntah,
kembung, rasa cepat kenyang, nyeri ulu hati, rasa pahit di lidah, terbakar di dada
ataupun pernah menderita maag. Dengan demikian, maka penyebab perdarahan dari
saluran cerna dapat singkirkan. Perdarahan dapat disebabkan oleh 3 faktor yaitu faktor
vaskular, koagulasi dan trombosit. Faktor vaskuler dapat disebabkan oleh kelainan
patologik pada dinding pembuluh darah baik secara herditer maupun didapat.
Kelainan herideter dapat disingkirkan karena kelainan pada pasien baru terjadi saat ini
bukan sejak lahir dan tidak ada riwayat keluarga yang mengalami keluhan seperti ini.
Faktor koagulasi merujuk pada fungsi perdarahan dan pembekuan darah.
Keluhan lain pasien adalah munculnya memar biru kehitaman pada kedua kaki pasien,
beberapa bintik kemerahan pada tangan kiri pasien. Harus diperhatikan apakah ada
riwayat trauma sebelumnya, hal ini merupakan salah satu manifestasi adanya
perdarahan. Pada anamnesis, tidak didapatkan adanya trauma sebelumnya, serta tidak
terasa nyeri.
29
Dua minggu sebelum masuk Rumah Sakit (SMRS), pasien mengalami demam hilang
timbul, batuk, pilek, disertai nyeri tenggorokan. Keluhan ini berlangsung selama 5
hari. Harus diperhatikan apakah keluhan ini termasuk faktor risiko atau tidak.
Pasien juga mengeluhkan nyeri seluruh perut yang berlangsung terus-menerus. Harus
diperhatikan apakah nyeri ini disebabkan karena adanya perdarahan organ dalam atau
pada abdomen.
Pada pasien ITP awitan biasanya akut, terjadi perdarahan yang munculnya mendadak.
Memar dan ruam petekie menyeluruh terjadi 1-4 minggu setelah infeksi virus atau pada
beberapa kasus tidak ada penyakit yang mendahului. Perdarahan khas mungkin mencolok di
tungkai bawah. Perdarahan pada selaput lendir dapat mencolok, dengan bula di gusi dan
bibir. Pada perdarahan akut, penderita tampak baik-baik secara klinis. Hal ini sesuai dengan
anamnesis yang diperoleh pada pasien yaitu perdarahan mendadak berupa muntah darah,
keluhan disertai muncul memar biru kehitaman yang muncul pada kedua kaki, beberapa
bintik kemerahan pada tangan kiri pasien. Keluhan tambahan ini terutama mencolok pada
tungkai bawah. Dimana 2 minggu sebelumnya pasien menderita demam, hilang timbul
disertai batuk pilek, nyeri tenggorokan yang berlangsung selama 5 hari.4
Pemeriksaan Fisis
Pada pemeriksaan fisis didapatkan hati, limpa, dan kelenjar limfe tidak membesar
atau tidak ada organomegali. Pada perdarahan akut, penderita dapat tampak baik-baik secara
klinis. Hal ini sesuai dengan pemeriksaan fisis pada pasien, didapatkan kesadaran compos
mentis, keadaan umum tampak sakit ringan. Tanda-tanda vital yaitu suhu 36,5 oC, nadi 100
x/menit, kuat angkat, isi cukup, irama reguler, ekual di keempat ekstremitas, pernapasan 24
x/menit, tipe torakoabdominal. Pemeriksaan fisis kepala, mata, telinga, hidung, tenggorokan,
mulut, leher, thoraks, paru, jantung dan abdomen dalam batas normal. Tidak teraba adanya
organomegali. Kesan status gizi berdasarkan kurva CDC-2000 BB/TB baik, berat badan dan
tinggi badan normal. 4
Pemeriksaan status lokalis didapatkan petekie pada regio fossa cubiti sinistra dan
regio antebrachii 1/3 proksimal sinistra, kemerahan, berbatas tegas, multipel, ukuran diameter
kurang lebih 0,1 cm. Terdapat ekimosis pada regio kruris 1/3 proksimal medial dextra,
berwarna biru kehitaman, berbatas tegas, soliter, berukuran 5x5 cm. Pada regio kruris 1/3
distal anterior dextra terdapat ekimosis, berbatas tegas, soliter, multipel, berdiameter 4 cm.
Regio kruris 1/3 distal anterior sinistra terdapat ekimosis berwarna biru kehitaman, berbatas
30
tegas, multipel (2 buah), ukuran terkecil berdiameter 1,5 cm, ukuran terbesar berdiameter 2,5
cm.. Tidak hilang pada penekanan dan tidak ada nyeri tekan.
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium darah lengkap didapatkan trombositopenia. Pada
pemeriksaan laboratorium pasien didapatkan trombosit 2000/µl). Pada pemeriksaan darah
tepi pasien dengan ITP didapatkan morfologi eritrosit, leukosit dan retikulosit normal,
hemoglobin, indeks eritrosit, dan jumlah leukosit normal. Anemia dapat terjadi apabila ada
perdarahan spontan yang banyak. Trombositopenia, besar trombosit umumnya normal, hanya
kadang ditemui bentuk trombosit yang lebih besar (giant plalets), masa perdarahan
memanjang (bleeding time). Pemeriksaan aspirasi sumsum tulang tidak perlu bila gambaran
klinis dan laboratorium klasik. Dilakukan pemeriksaan aspirasi sumsum tulang bila gagal
terapi 3-6 bulan, atau pada pemeriksaan fisis ditemukan adanya pembesaran
hepar/lien/kelenjar getah bening dan pada laboratorium ditemukan bisitopenia.4
Diagnosis Kerja
Immune Thromocytopenic Purpura (ITP) Akut
Tatalaksana
Pasien dirawat inap selama 3 hari di RSPAD Gatot Soebroto atas indikasi hasil
pemeriksaan darah trombosit < 20.000/µl. Pada pasien dipasangkan infus D5 1/4 NS 500 ml
sesuai dengan kebutuhan cairan pasien yaitu :
Kebutuhan cairan (Anak, 22 kg) = 1500 ml + (20 ml/kg/hari x untuk sisa kg diatas 20 kg)
31
5.000-10.000/mL. Diberikan cukup sampai perdarahan berhenti atau masa perdarahan
(bleeding time) mendekati 2 kali nilai normal bukan sampai trombosit normal. 8
Pasien diberikan diet makanan biasa 1500 kalori per hari. Pemberian makanan biasa
suda tepat karena pada penyakit ini tidak membutuhkan diet khusus. Berdasarkan kebutuhan
kalori anak 5 tahun dengan berat badan 22 kg adalah : 4
Berat badan ideal (BBI) berdasarkan kurva CDC-2000 BB/TB adalah 22 kg dengan usia
tinggi adalah 6 tahun 8 bulan
= 90 kkal/kgBB
= 90 x 22 kg
= 1980 kkal/hari
32
Daftar Pustaka
8. Wahidiyat PA, Adnani NB. Transfusi rasional pada anak. 2016; 18(4): 328.
33
9. Tambunan T, Karyanti MR, Indawati W. Buku saku dosis obat pediatri. Ikatan Dokter
Anak Indonesia. 2016.
PRESENTASI KASUS
Immune Thrombocytopenic Purpura
Moderator :
34
dr. Dana Nur Prihadi, Mkes, SpA (K)
Tutor :
Kolonel CKM dr. Rachmanto HSA, Sp. A
Disusun Oleh:
Esa Claudia Haning 112017251
35